Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP-PRINSIP DAN FAKTOR – FAKTOR DALAM

PERANCANGAN KONTRAK

DISUSUN OLEH:

NURLATIFA (2110300012)
TAMARA PRASISKA (2110300002)
ARIANA (2110300029)
YESSY AQILLAH (2110300013)

DOSEN
PENGAMPU:
RAHMAD FAHRIANSYAH, S.H., M. KN.

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
T.A.2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala, karena hanya dengan rahmat dan
karunia-nya-lah, kami tim penulis makalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami yang
berjudul POKOK-POKOK DAN FAKTOR-FAKTOR DALAM PERANCANGAN HUKUM
KONTRAK
Makalah merupakan kumpulan materi yang para penulis ajarkan dalam perkuliahan .
Makalah ini mengacu kepada Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester yang berlaku
pada Fakultas syariah dan ilmu hukum. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah kami yaitu Bapak RAHMAD FAHRIANSYAH,SH.,M.KN. Selaku dosen
pengampuh mata kuliah Hukum Kontrak.
Demikian kami ucapkan terimakasih dan sekaligus kami sebagai penulis merasa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah kami. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan sara dari pembaca materi dalam makalah kami. Lebih kurangnya mohon maaf, .
Wassalamualaykum wa rahmatulaahi wabarakaatuh.

Padangsidimpuan, 27 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................2

A. Latar Belakang .........................................................................................................2

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

A. Dasar atau Prinsip Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kontrak .............3

B. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan kontrak .............................. 7

BAB III PENUTUP........................................................................................................................ 11


Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR Pustaka ......................................................................................................................... 12

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Hukum adalah badan aturan diberlakukan dan dipaksakan oleh Negara untuk
menentukan hak-hak warga negaranya. Hukum mengatur hubungan antara warga negara, tetapi
juga mengatur hubungan antara warga dan milik mereka sendiri, dan milik orang lain. Undang-
Undang mengatur cara di mana masyarakat beroperasi dalam cara yang sama seperti aturan
olahraga mengatur cara yang dimainkan.
Kebebasan berkontrak yang merupakan 'ruh' dan 'nafas' sebuah kontrak atau perjanjian, secara
implisit memberikan panduan bahwa dalam berkontrak pihak- pihak diasumsikan mempunyai
kedudukan yang seimbang. Dengan demikian diharapkan akan muncul kontrak yang adil dan
seimbang bagi para pihak. Namun demikian dalam praktik masih banyak ditemukan model kontrak
standar (kontrak baku) yang cenderung dianggap berat sebelah, tidak seimbang, dan tidak adil.
Dalam pembentukan kontrak harus berpegang pada kepercayaan yang mengandung pengertian
bahwa setiap orang akan mengadakan kontrak akan memenuhi setiap prestasi yang
diadakan/disepakati diantara para pihak, antara lain:
1. Kepercayaan
2. Adanya Persamaan Hukum Persamaan hukum adalah bahwa subyek hukum
mengadakan kontrak mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam
hukum. Dan tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain, walaupun subjek hukum
itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
3. Adanya keseimbangan
4.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dasar atau prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan kontrak?
2. Faktor-faktor diperhatikan kontrak? apakah yang dalam harus pembuatan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsp - Prinsip Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kontrak

Dasar atau pembuatan kontrak apakah itu kontrak dalam masyarakat harus
memperhatikan prinsip-prinsip di dalam merancang kontrak. Yang dimaksud dengan dasar
atau prinsip dalam perancangan kontrak adalah dasar atau prinsip yang harus diperhatikan di
dalam merancang kontrak.1
Guru Besar FH UNAIR Prof. Dr. Y. Sogar Simamora. S.H., M.Hum. dengan materi
Penerapan Prinsip Hukum Kontrak dalam Perancangan Kontrak. Beliau menyampaikan bahwa
terdapat beberapa prinsip umum yang perlu di perhatikan dalam membentuk sebuah kontrak
yaitu:
1. Kebebasan berkontrak adalah hak setiap individu untuk memilih, membuat, atau
tidak membuat kontrak, serta menentukan isi dan janji dalam kontrak sesuai dengan
kehendak bebas mereka. Dalam hukum perjanjian, kebebasan berkontrak memiliki
makna positif dan negatif. Makna positifnya adalah kebebasan untuk membuat kontrak,
sementara makna negatifnya adalah kebebasan untuk tidak membuat kontrak. Asas ini
diakui dalam hukum perjanjian di Indonesia, namun tidak bersifat mutlak, sehingga
pemerintah dapat mengatur atau melarang kontrak yang dapat merugikan kepentingan
masyarakat. Kebebasan berkontrak juga berkembang seiring dengan ajaran laissez faire-
nya Adam Smith, yang menekankan prinsip non intervensi oleh negara terhadap kegiatan
ekonomi dan bekerjanya pasar
2. Pacta Sunt Servanda adalah harus ditepati, sehingga dalam hukum positif rumusan
normanya berarti setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
3. Konsensualisme adalah suatu asas dalam hukum perjanjian yang menekankan
pentingnya kesepakatan dan sah dalam pembuatan perjanjian. Asas konsensualisme
berasal dari bahasa latin “consensus,” yang berarti kesepakatan. Dalam konteks hukum,
konsensualisme diartikan sebagai perjanjian yang terbentuk karena adanya sepakat dan
sah antara para pihak yang terlibat.
4. Privity of Contract adalaha prinsip komon menyatakan bahwa sebuah kontrak tidak
1
Salim HS,2006 Perencanaan Kontrak dan Memorandum of Understanding (Mou).Jakarta:Sinar Grafika, hlm 100.
3
dapat memberikan hak atau menyebabkan tanggung jawab kepada orang yang tidak
termasuk dalam kontrak tersebut. Kontrak ini hanya berlaku dan mengikat bagi para
pihak yang membuatnya.
5. Itikad Baik adalah sebuah asas hukum dalam hukum perdata dan hukum internasional
yang terkait dengan niat baik, dan ketulusan hati.
6. Proporsionalitas adalah prinsip hukum yang terkait dengan niat baik dan ketulusan hati
dalam melakukan suatu perjanjian atau perbuatan hukum.

Selain itu, terdapat pula prinsip lain yang relevan seperti, Contra Proferentum Rule dan
Parol Evidence Rule. Adapun tahapan perancangan kontrak sebagaimana disampaikan oleh
Prof. Sogar yang juga merupakan Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan
(APHK)tersebut adalah Penelitian (Research), Pembuatan Kerangka (Outlining), dan
Penormaan (Wording).
Outlining dalam perancangan kontrak juga penting dalam menentukan anatomi dari
suatu kontrak. Bahasa dalam perancangan juga penting agar kontrak bermakna jelas dan tidak
multitafsir. Bahasa yang merupakan sarana komunikasi tersebut harus menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari apa yang dimaksud oleh para pihak dikarenakan mencari makna tersirat
dari yang tersurat tidak diperkenankan menggunakan penafsiran apabila kata-kata dalam kontrak
tersebut sudah jelas sebagaimana diatur dalam Pasal 1342 BW. Sebagai penutup, beliau
menyampaikan “Setiap langkah bisnis adalah langkah hukum, oleh karenanya lindungi bisnis
Anda dengan aturan hukum.
Di dalam Buku III KUH Perdata dikenal lima macam asas hukum, yaitu asas kebebasan
berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum), asas itikad
baik, dan asas kepribadian. Dari kelima asas hukum itu, yang mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan perancangan kontrak adalah asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda
(asas kepastian hukum).
Setiap perancangan kontrak, yang akan merancang kontrak, apakah itu kontrak yang
telah dikenal di dalam KUH Perdata maupun yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat harus memperhatikan prinsip-prinsip di dalam perancangan kontrak adalah
dasar atau asas- asas yang harus diperhatikan di dalam merancang kontrak. Erman
Rajaguguk mengemukakan ada sepuluh prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam
kontrak-kontrak yang lazim digunakan di Indonesia dan patut menjadi perhatian perancang
4
kontrak dagang internasional. Kesepuluh hal itu meliputi:
a. penggunaan istilah,
b. prinsip kebebasan berkontrak,
c. prinsip penawaran dan penerimaan,
d. iktikad baik,
e. peralihan risiko,
f. ganti kerugian,
g. keadaan darurat,
h. alasan pemutusan,
i. pilihan hukum, dan
j. penyelesaian sengketa
Di samping pendapat itu, Peter Mahmud juga mengemukakan bahwa ada dua prinsip yang
harus diperhatikan di dalam mempersiapkan kontrak, yaitu
1) beginselen der contractsvrijheid atau party autonomy
2) parta sunt servanda
Beginselen dercontractsvrijheid atau party autonomy, yaitu para pihak bebas
memperjanjikan apa yang mereka inginkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan undang-
undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Untuk menghindari ketidakjelasan maksud para pihak,
maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh para pihak, yaitu menjelaskan sejelas-jelasnya
kepada mereka yang terlibat dan bertugas dalam melakukan transaksi. Sementara itu, kewajiban
pertama perancang kontrak adalah mengomunikasikan kepada kliennya apakah yang telah
dirumuskannya tersebut sudah sesuai dengan keinginan kliennya.
M. Isnaeni menyebut beberapa azas sebagai tiang penyangga Hukum Kontrak, yaitu azas
kebebasan berkontrak yang berdiri sejajar dengan azas-azas lain berdasar proporsi yang
berimbang,yaitu:
a. azas pacta sunt servanda
b. azas kesederajatan
c. azas privity of contract
d. azas konsensualisme
e. azas itikad baik.

Dalam seminar tentang Reformasi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata" yang


5
diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Hukum Nasional (BPHN) pada tahun 1981
dinyatakan bahwa undang-undang kontrak yang baru akan dibuat berlandaskan pada azas-azas
berikut:
a. azas kebebasan untuk mengadakan kontrak
b. azas menjamin perlindungan bagi kelompok-kelompok ekonomi lemah
c. azas itikad baik
d. azas keselarasa
e. azas kesusilaan
f. azas kepentingan umum
g. azas kepastian hukum
h. azas pacta sunt servanda
Terkait dengan azas-azas hukum kontrak sebagaimana tersebut di atas, para sarjana memberi
porsi perhatian yang berbeda, namun dalam beberapa hal terdapat persamaannya. Dari berbagai
azas hukum yang terdapat dalam hukum kontrak terdapat empat dasar atau prinsip yang dianggap
sebagai soko guru hukum kontrak, yaitu:
a. Dasar atau Prinsip asas kebebasan berkontrak
b. Dasar atau Prinsip konsensualisme.
c. Dasar atau Prinsip pacta sunt servanda.
d. Dasar atau Prinsip itikad baik.

6
B. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERANCANGAN
KONTRAK

Pada dasarnya kontrak yang dibuat para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Dengan demikian, kontrak yang dibuat oleh para pihak disamakan kekuatannya
mengikat dengan undang-undang. Oleh karena itu, untuk merancang kontrak diperlukan ketelitian
dan kecermatan dari para pihak, baik dari pihak kreditor maupun debitor, pihak investor maupun
dari pihak yang bersangkutan, perancang kontrak maupun notaris. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan oleh para pihak yang akan membuat kontrak adalah (1) kewenagan hukum para
pihak2.
1. perpajakan,
2. alas hak yang sah,
3. masalah keagrarian,
4. pilihan hukum,
5. penyelesaian sengketa,
6. pengakhiran kontrak,
7. bentuk perjanjian standar

1. Kewenangan hukum para pihak


Kemampuan para pihak, yaitu kecakapan dan kemampuan para pihak untuk
mengadakan dan membuat kontrak. Didalam KUH Perdata ditentukan bahwa orang yang
cakap dan wenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang telah dewasa
dan/atau sudah kawin.Ukuran kedewasaan, yaitu berumur 21 tahun. Adapun orang-orang
yang tidak wenang untuk membuat kontrak adalah (1)orang di bawah umur
(minderjarigheid), (2) orang di bawah pengampuan (curatele),dan (3) istri (Pasal 1330 KUH
Perdata). Istri kini wenang untuk membuat kontrak (SEMA Nomor 3 Tahun 1963; Pasal 31
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Dalam Pasal 39 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dinyatakan bahwa umur minimal
para pihak yang membuat akta adalah 18 tahun atau telah menikah. Apabila orang di bawah
umur dan di bawah pengampuan membuat dan menandatangani kontrak dengan orang-
orang yang sudah dewasa, maka kontrak yang telah dibuat dan ditandatanganinya dapat

2
Tim Pengembang Hukum Ekonomi (ELIPS),Model Pengembangan Hukum Ekonomi proyek ELIPS.Jakarta,hlm 91.
7
dimintakan pembatalan kepada pengadilan. Menjadi persoalan adalah kapan jangka waktu
untuk dapat meminta pembatalan kontrak yang dibuat dan ditandatanganinya.
2. Perpajakan
Pada dasarnya, setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak mengandung kewajiban para
pihak untuk membayar pajak kepada negara, apakah itu pajak penghasilan (PPH), bea perolehan
hak atas tanah dan bagunan (BPHTB), bea materai. Pengenaan pajak tergantung pada obyek
kontrak.
Dalam banyak hal, para pihak pembuat perjanjian menginginkan perjanjian dirumuskan
sedemikian rupa untuk memperkecil pajak, karena transaksi bisnis merupakan transaksi kena pajak.
Pada dasarnya, perancang perjanjian yaitu para ahli hukum harus memberikan pelayanan yang
memuaskan kliennya. Akan tetapi dalam hal memperkecil pengenaan pajak, bukan tidak mungkin
rumusan perjanjian itu menjadi lain dari maksud para pihak yang sesungguhnya. Hal ini seharusnya
dihindari oleh ahli hukum. Oleh karena itu ahli hukum penyusunan perjanjian harus memahami
masalah perpajakan dan jika mungkin bekerjasama dengan konsultan pajak.
3. Atas Hak yang Sah
Sebelum kontrak disetujui oleh para pihak, maka yang harus diperhatikan |para pihak
adalah mengenai objek kontrak, apakah objek kontrak merupakan milik yang sah dari para pihak
atau para pihak mempunyai alas hak yang sah atau tidak. Yang diartikan dengan alas hak adalah
peristiwa hukum yang merupakan dasar penyerahan suatu barang, seperti misalnya tukar-menukar,
jual beli, dan sebagainya.
4. Masalah Keagrariaan
Perancang kontrak juga harus memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
hukum agraria. Perlunya pemahaman tentang hukum agraria ini berkaitan dengan transaksi yang
objeknya tanah. Pada dasarnya semua orang dapat memiliki hak atas tanah. Yang membedakannya
adalah jenis hak atas tanah yang boleh dimilikinya. Pemilikan itu tergantung pada subjek hak,
apakah orang WNI atau WNA, atau badan hukum. Hak milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh
WNI dan badan hukum tertentu yang ditunjuk. Badan hukum tertentu misalnya organisasi
Perserikatan Muhammadiyah dan perkumpulan gereja. Warga negara asing (WNA) hanya dapat
memiliki hak pakai atas tanah untuk perumahan. Badan hukum asing hanya dapat menguasai hak
atas tanah, seperti hak pakai, HGB, dan HGU.

8
5. Pilihan hukum
Di dalam kontrak yang berlaku secara internasional, maka pilihan hukum jadi sangat
penting dalam pembuatan dan perancangan kontrak. Pilihan hukum, yaitu berkaitan dengan
hukum apakah yang akan digunakan jika terjadi sengketa antara para pihak. Di dalam
kontrak yang telah dibuat oleh para pihak telah ditentukan hukum yang digunakan jika
terjadi sengketa di antara para pihak. Misalnya, para pihak memilih hukum Indonesia dalam
atau hukum Inggris di menyelesaikan sengketa. Bagaimanakah kalau para pihak tidak
menentukan hukum yang digunakan dalam penyelesaian sengketa yang timbul di antara
para pihak

6. Penyelesaian Sengketa
Perjanjian tidak selalu dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Oleh karena itulah
dalam setiap perjanjian perlu dimasukkan klausul mengenai penyelesaian sengketa apabila
salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian atau wanprestasi. Pola penyelesaian sengketa
adalah suatu bentuk atau kerangka untuk mengakhiri suatu pertikaian atau sengketa yang
terjadi antara para pihak. Pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu (1) melalui pengadilan, dan (2) alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian
sengketa melalui litigasi adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para
pihak yang bersengketa melalui jalur pengadilan.
7. Pengakhiran kontrak
Di dalam pasal 1266 KUH perdata ditentukan bahwa : “tiap-tiap pihak yang akan
mengakhiri kontrak harus dengan putusan pengadilan yang mempunyai yurisdiksi atas
kontrak tersebut." Maksud ketentuan ini adalah melindungi pihak yang lemah. Kontrak
berakhir apabila secara tegas ditentukan di dalam kontrak itu sendiri, dilaksanakannya
obyek dalam perjanjian atau karena kesepakatan kedua belah pihak kontrak itu diakhiri
sebelum berakhirnya sesuai dengan tanggal yang tercantum di dalam kontrak itu. Akan
tetapi ada kalanya sebelum kontrak berakhir seperti tanggal yang disebutkan di dalam
kontrak, salah satu pihak memutuskan kontrak itu. Bila telah disepakati bahwa untuk
memutuskan suatu kontrak secara sepihak harus memperoleh persetujuan dari pihak lain,
perbuatan memutuskan kontrak secara sepihak tanpa persetujuan pihak lain wanprestasi.

9
8. Bentuk perjanjian standar
Menurut Munir Fuady kontrak baku adalah: Suatu kontrak tertulis yang dibuat
hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali kontrak tersebut
sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu
pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani, umumnya para pihak
hanya mengisikan data-data informatif tertentu dengan sedikit atau tanpa perubahan
dalam klausul-klausulnya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai
kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausul-
klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku
sangat berat sebelah. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak
mempunyai kesempatan untuk bernegosisasi dan berada hanya pada posisi “ take it or
leave it”.
Dengan demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen kata sepakat yang
merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak tersebut. Karena itu pula, untuk membatalkan
suatu kontrak baku, tidaklah cukup hanya ditunjukkan bahwa kontrak tersebut adalah kontrak baku,
sebab kontrak baku an sich adalah netral. Untuk dapat membatalkannya, yang perlu ditonjolkan
adalah elemen apakah dengan kontrak baku tersebut telah terjadi penggerogotan terhadap
keberadaan posisi tawar (bargaining position), sehingga eksistensi unsur kata sepakat di antara para
pihak sebenarnya tidak terpenuhi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Secara substansi dari masing-masing dasar atau prinsip tersebut di atas, sesuai dengan
fungsi check and balances maka dengan dasar prinsip kebebasan berkontrak, dasar atau
prinsip konsensualisme, dasar atau prinsip daya mengikat kontrak, dasar atau prinsip pacta
sunt servanda, dasar atau prinsip itikad baik mempunyai daya kerja menjangkau kontrak
yang bersangkutan, sebagai suatu sistem, pada prinsipnya para pihak bebas membuat
kontrak, menentukan isi dan bentuknya, serta melangsungkan proses pertukaran hak dan
kewajiban sesuai kesepakatan masing-masing sebagaimana persetujuan bersama dan secara
proporsional, serta dalam hubungan antara dasar atau prinsip- prinsip kontrak dalam
berkedudukannya mandiri dan berdiri setara/sejajar dengan dasar atau prinsip pokok
kontrak yang lain, ini didasari pada karakter serta fungsinya.

2. Pembuatan kontrak atau rancangan kontrak diatur dalam Pasal 1338, Buku III, KUHPerdata
pada ayat (1) "semua perjanjian yang dibuat secara berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya, di sini siapapun diberi kebebasan berkontrak dan harus ditaati
olehnya, karena itu sebagai undang-undang baginya untuk membuat kontrak diperlukan
ketelitian, dan kecermatan bagi para pihak yang terkait berkenaan dengan kewenangan
hukum para pihak untuk mengadakan dan membuat kontrak, perpajakan di sini para pihak
dibebani kewajiban oleh pemerintah untuk membayar pajak kepada negara yang tergantung
pada obyek pajak, alas hak yang sah yang harus diperhatikan para pihak mengenai obyek
kontrak sebagai alas hak yang sah, masalah keagrariaan ini berkenaan dengan obyek
kontraknya tanah, pemilihan hukum, hukum apa dan di mana bila terjadi sengketa para
pihak dilaksanakan, penyelesaian, sengketa dapat diselesaikan melalui pengadilan atau di
luar pengadilan (alternatif). Pengakhiran kontrak dapat berakhir secara hukum sesuai dalam
klausul dan melalui pengadilan bila terjadi sengketa.

11
DAFTAR PUSTAKA
Badrulzaman Mariam Darus et. Al., 2001. Kompilasi Hukum Perikat. Citra Aditya Bakti Bandung.

riedman Lawrence M., 2001. American Law An Introduction, Terjemahan Whisnu Basuki,Tata Nusa,
Jakarta.

Faudy Munir, 2003. Hukum kontrak Dalam Teori dan Praktik, Buku Ke-empat, Citra Aditya Bandung.

Hernoko Agus Yudho, 2008. Hukum Perjanjian, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,
LaksBang Mediatama, Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai