Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PERBANKAN SYARI’AH

HUKUM KONTRAK SYARI’AH

DISUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK : 3
1. SITI LIDYA NINGSI LUBIS
2. RISKI SAMSIAH
3. NUR HALIMAH NASUTION
4. HERIANTI PASARIBU

SEMESTER : VI (Enam)
PRODY : Perbankan Syari’ah
DOSEN : H. Junda Harahap, Lc.M.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BARUMUN RAYA


(STAI-BR) SIBUHUAN TAHUN AKADEMIK
2023-2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok makalah yaitu “Hukum
Kontrak Syari’ah” dalam waktu ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
kelompok yang diberikan oleh Bapak. Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah sebagai salah satu panduan mahasiswa dan mahasiswi khususnya di dalam
mata kuliah “Hukum Perbankan Syari’ah” kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dari segi
pengetikan, maupun materi yang di sajikan. oleh sebab itu, saran dan kritik dari
semua pihak yang sifatnya membangun sangat di harapkan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Tidak lupa pula penyusun aturkan permohonan maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kata-kata yang tidak
berkenan di hati pembaca dan tidak sesuai, karena penyusun hanya manusia biasa,
dan kesempurnaan hanya milik Allah.

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kontrak dan hukum kontrak........................................................................ 2


B. Asas-asas kontrak....................................................................................... 2
C. Hal-ha yang dapat merusak kontrak............................................................ 4
D. Berakhirnya suatu kontrak........................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 7
B. Saran............................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan tersebut dapat
dilihatdengan adanya tuntunan dan tatanan hukum yang mengatur kehidupan
manusiasecara lengkap dan menyeluruh. Hubungan manusia dengan Sang Khaliq
diaturdalam bidang ibadah, sementara hal-hal yang berhubungan dengan sesama
manusiadiatur dalam bidang muamalat. Cakupan hukum muamalat sangatlah luas
dan bervariasi, baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat umum,
seperti perkawinan, kontrak atau perikatan, hukum pidana, peradilan dan
sebagainya.Kontrak atau perjanjian dalam Islam disebut dengan "akad", berasal
dari bahasa Arab"al- Aqd” yang berarti perikatan, perjanjian, kontrak atau
permufakatan (al -ittifaq),dan transaksi. Perjanjian adalah persetujuan (tertulis
atau dengan lisan) yang dibuatoleh dua pihak atau lebih yang mana berjanji akan
menaati apa yang tersebut di persetujuan itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kontrak dan Hukum Kontrak ?
2. Apa Yang dimaksud dengan Asas-Asas Kontrak ?
3. Apa saja Hal-Hal Yang Merusak Kontrak ?
4. Apa yg menjadi Berakhirnya Suatu Kontrak ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Kontrak dan Hukum Kontrak.
2. Untuk mengetahui Asas-Asas Kontrak.
3. Untuk mengetahui Hal-Hal Yang Merusak Kontrak.
4. Untuk mengetahui Berakhirnya Suatu Kontrak.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kontrak Dan Hukum Kontrak
1. Pengertian Kontrak atau Perjanjian
Pengertian perjanjian atau kontrak diatur dalam pasal 1313 KUH Perdata
yang berbunyi, perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Sedangkan
Menurut Poerwadarminta, perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan
lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebihyang mana berjanji akan menaati
apa yang tersebut di persetujuan itu.Sementara menurut Wahbah al-Zuhaili
dan Ibnu Abidin, bahwa yangdimaksud dengan kontrak (akad) secara
terminologi adalah pertalian antaraijab dan qabul sesuai dengan kehendak
syari'ah (Allah dan Rasul-Nya) yangmenimbulkan akibat hukum pada
obyeknya.1
2. Hukum Kontrak Perpektif Islam
Menurut Burhanuddin (2009), kata hukum (al-hukm) secara bahasa bermakna
“menetapkan” atau “memutuskan sesuatu”. Sedangkan pengertian hukum
secara terminologi berarti menetapkan hukum terhadap segala sesuatuyang
berkaitan dengan perbuatan manusia.

B. Asas-Asas Kontrak
Ada beberapa asas kontrak yang berlaku dalam Hukum Perdata
Islam,asas-asas tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan kontrak
yangdilaksanakan oleh para pihak yang berkepentingan. Menurut Djamil,
setidaknya ada 6 macam asas yang harus ada dalam suatu kontrak, sebagai
berikut:
1. Kebebasan (Al-Hurriyyah)
Pihak-pihak yang melakukan kontrak mempunyai kebebasan untukmelakukan
suatu perjanjian, baik tentang obyek perjanjian maupun syarat-syaratnya,
termasuk menetapkan cara-cara penyelesaian sengketa apabilaterjadi
1
Susanto, Burhanuddin. Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2009

2
dikemudian hari. Kebebasan menentukan syarat-syarat inidibenarkan selama
tidak bertentangan dengan ketentuan yang telahditetapkan oleh hukum Islam.
2. Persamaan dan Kesetaraan (Al-Musawah)
Asas ini memberikan landasan bahwa kedua belah pihak yangmelakukan
kontrak mempunyai kedudukan yang sama atau setara antarasatu dengan yang
lain.
3. Keadilan (Al-'Adalah)
Pelaksanaan asas ini dalam kontrak dituntut untuk berlaku benardalam
mengungkapkan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yangtelah
disepakati bersama dan memenuhi segala hak dan kewajiban, tidaksaling
menzalimi dan dilakukannya secara berimbang tanpa merugikan pihak lain
yang teriibat dalam kontrak tersebut.
4. Kerelaan (Al-Ridha)
Asas ini menyatakan bahwa semua kontrak yang dilakukan oleh para pihak
harus didasarkan kepada kerelaan semua pihak yang membuatnya.Kerelaan
para pihak yang berkontrak adalah jiwa setiap kontrak yangIslami dan
dianggap sebagai syarat terwujudnya semua transaksi.
5. Ash-Shidq (Kejujuran dan Kebenaran)
Nilai kebenaran ini memberikan pengaruh pada pihak-pihak yangmelakukan
perjanjian untuk tidak berdusta, menipu dan melakukan penipuan. Pada saat
asas ini tidak terpenuhi, legalitas akad yang dibuat bisamenjadi rusak. Pihak
yang merasa dirugikan akibat ketidakjujuran yangdilakukan salah satu pihak,
dapat menghentikan proses akad tersebut.
6. Tertulis (Al Kitabah)
Asas lain dalam melakukan kontrak adalah keharusan untukmelakukannya
secara tertulis supaya tidak terjadi permasalahandikemudian hari.2

C. Hal-Hal Yang Dapat Merusak Kontrak

2
Yulianti, Rahmani Timorita. 2008. Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum Kontrak
Syari’ah . Journal La_Riba, Vol. II. No.2008 h. 91-107

3
Suatu kontrak dipandang tidak sah atau sekurang-kurangnya dapat
dibatalkanapabila terdapat hal-hal seperti tersebut dibawah ini:
1. Keterpaksaan
Salah satu asas kontrak menurut hukum Islam adalah kerelaan (alRidha) para
pihak yang melakukan kontrak. Implementasi asas inidiwujudkan dalam
bentuk ijab qabul yang merupakan unsur terpenting dalam kontrak. Jika suatu
kontrak dilakukan tanpa unsur kerelaan pihak- pihak yang terlibat dalam
kontrak tersebut, maka kontrak tersebut dianggaptelah dibuat dengan cara
terpaksa. Hal ini tidak dapat dibenarkan dankontrak tersebut dianggap cacat
hukum dan dapat dimintakan pembatalankepada pengadilan.
2. Kekeliruan dalam Objek Kontrak (Ghalath)
Kekeliruan yang dimaksud disini adalah kekeliruan atau kesalahanorang yang
melakukan kontrak tentang obyak kontrak, baik dari segi jenisnya (zatnya)
maupun dari segi sifatnya. Misalnya seseorang membeli perhiasan yang
diduga adalah emas, pada kenyataannya barang yang dibeliitu adalah
tembaga. Kontrak seperti ini sama dengan kontrak pada sesuatuyang tidak ada
obyeknya.Dengan demikian, status hukum jual beli tersebut batal karena
obyek kontrak yang dikehendaki oleh pembeli tidak ada.
3. Penipuan (Tadlis) dan Tipu Muslihat (Taghir)
Menurut Mahmud al Ba'ly (1991), yang dimaksud dengan penipuan(tadlis)
adalah suatu upaya untuk menyembunyikan cacat pada obyekkontrak dan
menjelaskan dengan gambaran yang tidak sesuai dengankenyataannya untuk
menyesatkan pihak yang berkontrak dan berakibatkanmerugikan salah satu
pihak yang berkontrak tersebut.3

D. Berakhirnya Suatu Kontrak


Suatu kontrak dikatakan berakhir jika hal-hal berikut terjadi, yaitu:
3
Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari'ah, PT. Citra Adtya Bakhti Bandung, 2001 h.32-35

4
1. Terpenuhinya Tujuan Kontrak
Suatu kontrak dipandang berakhir apabila tujuan kontrak sudahtercapai.
Dalam kontrak jual beli misalnya, kontrak dipandang telah berakhirapabila
barang telah berpindah tangan kepada pembeli dan harganya telahmenjadi
milik penjual. Dalam kontrak gadai (rahn) dan pertanggungan(kafalah),
kontrak dipandang telah berakhir apabila hutang telah terbayar. Kontrak bisa
dianggap berakhir jika telah berakhirnya masa kontrak,misalnya kontrak
sewa menyewa sudah habis, kontak menjadi berakhirdengan sendirinya.
2. Berakhir karena Pembatalan (Fasakh)
Kontrak dapat dibatalkan karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkanoleh
syara', seperti yang disebutkan dalam kontrak yang rusak karena
tidakmemenuhi rukun dan syaratnya. Kontrak semacam ini harus difasakh,
baikoleh para pihak itu sendiri maupun oleh hakim, kecuali terdapat hal-hal
yangmenyebabkan fasakh tidak dapat dilakukan seperti pihak pembeli
sudahmenjual barang yang dibelinya. Dalam kasus yang terakhir ini,
pembeliwajib mengembalikan nilai barang yang dijualnya itu dengan nilai
pada saatia menerima barang, dan bukan mengembalikan harga yang
disepakati.
3. Putus demi Hukum (Infisakh)
Berakhirnya kontrak karena putus dengan sendirinya atau putus demihukum,
karena disebabkan isi kontrak tidak mungkin untuk dilaksanakan(istihalah al
tanfidz), misalnya adanya bencana alam (force majeure), atausebab-sebab
lain yang tidak mungkin dilaksanakan oleh pihak-pihak yangmelaksanakan
kontrak kalau dilaksanakan ia akan menderita rugi.
4. Karena Kematian (Wafat)
Tentang hal ini para ahli hukum Islam berbeda pendapat, sebahagiandari
mereka mengatakan bahwa tidak semua kontrak otomatis berakhirdengan
meninggalnya salah satu pihak yang melaksanakan kontrak.Sebahagian lagi
menyatakan bahwa kontrak dapat berakhir denganmeinggalnya orang yang
melaksanakan kontrak, diantaranya kontrak sewamenyewa, gadai (rahn), al

5
hafalah, asy syirkah, al wakalah dan al muzara'ah.Kontrak juga dapat
berakhir dalam kontrak bai' al fudhul yakni suatu bentuk jual beli yang
keabsahannya tergantung pada persetujuan orang lain, dalam hal ini dapat
dibatalkan apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilikmodal.
5. Tidak Ada Persetujuan ('Adam al Ijazah)
Kontrak dapat berakhir karena pihak yang memiliki kewenangan
tidakmemberikan persetujuannya terhadap pelaksanaan kontrak yang
telahdibuatnya. Pada umumnya para pihak yang berwenang tidak
memberikan persetujuannya karena kontrak tersebut pembuatannya
menyimpang dariketentuan yang telah digariskan oleh hukum syara', atau
tidak memenuhisyarat dan rukun kontrak yang telah ditetapkan oleh hukum
Islam.4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

4
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar
Grafika,Jakarta, 2003, hal. 15.

6
Kontrak merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, sebab
dengankontrak hubungan antara manusia dalam mencari kehidupan akan
terlaksanasebagaimana yang diharapkan. Hukum kontrak dalam Islam telah
diatur secara rincidengan prinsip bahwa kontrak itu adalah pertalian antara ijab
qabul yang dibenarkanoleh syara' yang menimbulkan akibat hukum terhadapnya.
Ada tiga unsur dalamsuatu kontrak yang dibuat oleh para pihak yakni, adanya
pertalian ijab qabul,dibenarkan oleh syara' dan mempunyai akibat hukum
terhadap obyeknya. Kontrak adalah peristiwa di mana dua orang atau lebih saling
berjanji untukmelakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya
secara tertulis. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji
kepada seorang lainatau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu penulis menyarankan
kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang penulis buat selanjutnya. Dan semoga dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah Ilmu pengetahuan
yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

7
Susanto, Burhanuddin. Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
(2009)
Yulianti, Rahmani Timorita. 2008. Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum
Kontrak Syari’ah . Journal La_Riba, Vol. II. No. 1 (2008)
Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari'ah, PT. Citra Adtya Bakhti Bandung,
(2001)
Muhammad. Model-Model Akad Pembiayaan Bank Syariah (Panduan Teknis
Pembuatan Akad / Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah) .
Yogyakarta:UII Press. (2009)
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar
Grafika,Jakarta, 2003

Anda mungkin juga menyukai