Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Nazifa Hannum Nst
2. Abdi Sobari
3. Sarwan
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang
tak terhitung jumlahnya, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak. Solawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, maupun kita
semua yang mengikuti jejak langkahnya hingga hari kiamat kelak.
Harapan yang paling besar bagi penulis adalah bahwa makalah yang
berjudul (Time Value Of Money Dan Transaksi Dalam Islam) ini dapat memberi
manfaat, baik untuk diri pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil hikmah dari makalah ini, atau sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
A. Kesimpulan........................................................................................ 11
B. Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Uang menjadi berguna hanya jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika
digunakan untuk membeli jasa. Berkenaan dengan uang, bahwasanya dalam
ekonomi konvensional timbul pemikiran nilai uang menurut waktu (time value of
money). Time value of money merupakan nilai uang yang bertambah karena
perjalanan waktu, bukan didasarkan pada aktivitas ekonomi apa yang dilakukan.
Peran nilai waktu dari uang, di mana nilai uang sangat dipengaruhi oleh waktu.
Nilai waktu dari uang merupakan suatu pertimbangan yang kritikal dalam
keputusan keuangan (Finansial) dan investasi. Sebagai contoh, umpamanya bunga
majemuk (compoud interest) diperlukan untuk menentukan jumlah uang yang
akan datang sebagai akibat dari suatu investasi.1
Uang bukanlah sesuatu yang hidup dan berkembang dengan sendirinya. Implikasi
dari ini semua dalam dunia bisnis selalu diharapkan pada untung dan rugi.
Keuntungan dan kerugian tidak dapat dipastikan untuk masa yang akan datang.
Keuntungan yang diperoleh dalam bisnis tidak hanya keuntungan didunia, namun
yang dicari adalah keuntungan akhirat juga. Teori keuangan konvensional yang
1
Manahan P. Tampubolon, Manajemen Keuangan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005). hlm. 111.
2
Muhammad, Manajemen Keuangan Syari’ah, Cet 2, (Yogyakarta : 2016) Hal 157
telah mendasarkan argument bunganya dengan konsep Time value of
money. Konsep ini kemudian ditolak oleh para ekonomi Islam dengan
alasan economic value of time. Hakikat waktu itu sama, yaitu 24 jam sehari.
Faktor yang menentukkan nilai waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan
waktu itu. Sehingga karenanya, siapapun pelakunya tanpa memandang suku,
agama, dan ras secara sunnatullah, ia akan mendapatkan keuntungan dunia. Dalam
islam selain waktu diisi dengan efektif (tepat guna) dan efesien (tepat cara), ia
juga didasari dengan keimanan.
Argument ada inflasi tidak dapat diterima karenaa tidak lengkap kondisinya (non
exhausted condition). Dalam setiap perekonomian selalu ada keadaan inflasi dan
deflasi. Bila keadaan inflasi dijadikan alasan Time value of money, seharusnya
keadaan deflasi menjadi alasan adanya negative Time value of
money. Sedangkan time preference theory ditolak dalam ekonomi syariat karena
bertentangan dengan prinsip al-ghunmu bi la ghurmi dan al-kharaj bi la dhaman.
Teori ini ditolak juga oleh teori finance.
Selain itu, ada beberapa asumsi dan kejadian yang dapat dijadikan rujukan
analisisnya, yaitu: (1) harga yang dibayar tangguh dapat lebih besar dari pada
harga yang dibayar sekarang, (2) not due to inflation nor interest foregone, (3)
adanya penahanan hak si pemilik barang, asumsi ini merujuk pada apa yang
pernah dilakukan oleh Zaid Ibnu Ali Zainal Abidin Ibnu Husen Ibnu Abi Thalib.
Uang dengan sendirinya tidak memiliki nilai waktu. Namun waktulah yang
memiliki niali ekonomi. Dengan catatan bahwa waktu tersebut memang
dimanfaatkan secara baik. Dengan adanya nilai waktu tersebut, maka kemudian
dapat diukur dengan istilah atau batasan-batasan ekonomi. Sehubungan dengan
tertahannya hak pemilik barang dalam transaksi ekonomi, yang berkaitan dengan
nilai waktu. Hal ini diilustrasikan sebagai berikut: apabila suatu barang dijual
dengan tunai untung sebesar Rp500, maka penjual dapat membeli barang lain
dengan menjual barang beliannya tersebut. Dengan demikian, keuntungan penjual
tersebut (dimungkinkan) dapat berlipat. Namun apabila dijual dengan tangguh
4
Ibid, Hal. 159
bayar; maka hak penjual bertahan dan tidak dapat membeli barang lain. Sebagai
kompensasi atas “tertahannya” hak penjual dan pembeli, maka istilah memberikan
(mensahkan) harga tangguh lebih tinggi dari harga tunai. Dalam ekonomi
konvensional, ketidakpastian return dikonversi menjadi suatu kepastian
melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi tentu selalu ada
probabilitas untuk mendapat positive return, negative return, dan no
return. Adanya probabilitas inilah yang menimbulkan ketidakpastian.5
Definisi ini tidak akurat karena setiap investasi selalu mempunyai peluang
ataukemungkinana untuk mendapat hasil positif, negative, atau impas. Itu
sebabnya dalam teori keuangan, selalu dikenal hubungan antara risk return.
Ada dua alasan dari ekonomi konvensional tentang teori Time value of money,
yaitu:6
1. Presence of inflation
Katakanlah tingkat inflasi 10% per tahun. Seseorang dapat membeli sepuluh
potong pisang goreng hari ini dengan membayar sejumlah Rp10.000,-. Namun
bila ia membelinya tahun depan, dengan sejumlah uang yang sama yaitu
Rp10.000,-, ia hanya dapat membeli Sembilan pisang goreng. Oleh karena itu, ia
akan meminta kompensasi untuk hilangnya daya beli uangnya akibat inflasi.
Bagi umumnya individu, present consumption lebih disukai dari pada future
consumption. Katakanlah tingkat inflasi nihil, sehingga dengan uang Rp10.000,-
5
Ibid, Hal. 159
6
Adimarwan A. karim, EKONOMI MAKRO ISLAM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
hal. 112-113
seseorang tetap dapat membeli sepuluh pisang goreng hari ini maupun tahun
depan. Bagi kebanyakan orang, mengonsumsi sepuluh pisang goreng hari ini lebih
disukai dari pada mengonsumsi sepuluh pisang goreng tahun depan. Dengan
argumentasi ini, meskipun suatu perekonomian tingkat inflasinya nihil, seseorang
lebih menyukai Rp10.000,- hari ini dan mengonsumsi hari ini. Oleh karena itu
untuk menunda konsumsi, ia meminta kompensasi.
Alasan pertama tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya. Dalam
setiap perekonomian selalu ada keadaan inflasi dan keadaan deflasi. Bila
keberadaan inflasi menjadi alasan adanaya negative Time value of money. dengan
demikian, selama ini hanya ada satu kondisi saja (inflasi) yang diakomodasi oleh
teori Time value of money ; sedangkan kondisi deflasi diabaikan.
7
Ibid, Hal. 162
8
http://www.slideshare.net/alalantanala/kritik-atas-time-value-of-money, diakses pada 14 Maret
2017, 13:12.
C. Konsep Economic Value Of Time
Tentu saja alat tukar ini sebagaimana sekarang dipahami semua Negara islam
dimana saja, tetapi akhirnya akan condong kepada riba yang diharamkan. Dapat
dipermasalahkan bahwa penolakan terhadap segala bentuk bunga dapat
dibenarkan apabila dapat diperdebatkan apakah teori Time value of money benar-
benar terjadi. Investasi dalam obligasi pemerintah yang stabil, adalah bebas resiko
tidak dibayar, tetapi tidak bebas dari kerugian penyusutan nilainya yang sudah
merupakan kenyataan sejarah diseluruh dunia.
Lagi pula apapun alasannya uang dengan jumlah yang sama sekarang lebih
bernilai dibandingkan dengan uang saat nanti. Hal ini juga tergantung pada
ketidakpastiaan hidup ini, seperti kematian kreditur yang akan menagih
piutangnya. Apabial teori Time value of money hanya masalah keuntungan dan
resiko, maka islam akan menolaknya disebabkan masalah ketidakpastian didunia
ini juga sifat seluruh manusia, dan tidak seorang pun berhak mengecualikan
dirinya dari hal itu dengan sebesar biaya apapun.
Tawney juga menyatakan bahwa pandangan semula yang melarang riba dalam
gereja Kristen memberikan kesempatan pada Juhudi Diaspora untuk mengambil
peranan usaha bank. Namun, perkembangan berikutnya terdapat pada riba lebih
kaku dan cenderung membagi masalahnya pada aspek dunia dan akhirat, dan
9
Muhammad, Manajemen Keuangan Syari’ah, Cet 1 (Yogyakarta : Upp STIM YKPN 2014) Hal.
162
memberi kesempatan bagi Kristen untuk melaksanakan kegiatan simpan pinjam.
Namun terlalu sinis pun pandangan terhadap isu tidak tepat.
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic
value added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.
10
Ibid, Hal. 163
keuntungan tersebut, sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan
dilakukan atas pendapatan atau keuntungan.11
Akad adalah ikatan kontrak dua pihak yang telah bersepakat. Hal ini berarti di
dalam akad masing-masing pihak terlihat untuk melaksanakan kewajiban mereka
masing-masing yang telah tersepakati terlebih dahulu. Akad telah disepati secara
rinci dan spesifik tentang terms and condition-nya. Dengan demikian, bila salah
satu atau kedua pihak yang terikat dalm kontrak itu tidak dapat memenuhi
11
Ibid, Hal. 164
kewajibannya, maka salah satu atau kedua pihak tersebut menerima sanksi yang
sudah disepakati dalam akad.
Aktivitas meminjam uang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1)
meminjamkan harga atau qard (pinjaman) (2) meminjam harga dengan
memberikan agunan oleh si peminjam atau rahn (gadai) dan (3) meminjam harta
untuk mengambil alih pinjaman dari pihak lain disebut hiwalah (pengalihan
utang).
Aktivitas meminjamakan jasa dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1)
meminjamkan jasa pada saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain
disebit wakalah (2) memberikan jasa untuk pemeliharaan uang atau barang
tersebut dengan wadiah dan (3) memberikan jasa untuk melakukan sesuatu
apabila terjadi sesuatu di sebut kafalah. Aktifitas memberikan sesuatu yang
dimiliki kepada orang lain dapat dilakakan dengan cara hibah, sedaqah, waqaf,
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Grafindo Persada.
Pustaka. Baca
Rajawali Pres.
STIM YKPN.
STIM YKPN.
http://www.slideshare.net/alalantanala/kritik-atas-time-value-of-money, diakses