Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan disahkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, maka telah
membuka kesempatan yang luas kepada perbankan syariah untuk berkembang. Undang-
undang ini bahkan tidak hanya menyebut bank syariah berdampingan dengan bank
konvensional dalam pasal demi pasal, tetapi juga menyatakan secara rinci sistem produk-
produk perbankan syariah.
Produk-produk perbankan syariah harus sesuai dengan hukum syariah, hal inilah yang
memungkinkan perbankan syariah menyesuaikan dengan menyesuaikan produk perbankan
syariah yang akan bisa membawa dampak ke tidak murnian produk syariah. Padahal produk
syariah sudah sedemikian lengkap dan baku.
Pada makalah ini mencoba menjelaskan aplikasi perbankan syariah yang berkaitan
dengan titipan/simpanan, sistem bagi hasil, jual beli, sewa dan jasa. Aplikasi ini merupakan
produk - produk perbankan syariah, agar dapat dimengerti dilengkapi dengan skema sehingga
lebih mudah dipahami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk aplikasi bisnis dalam bank syariah ?
2. Apa yang dimaksud dengan menghimpun dana simpanan ?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem bagi hasil ?
4. Apa yang dimaksud dengan sewa menyewa ?
5. Apa yang dimaksud dengan sukuk ritel ?
6. Apa yang dimaksud dengan sukuk tabungan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang bentuk aplikasi bisnis dalam bank syariah.
2. Untuk mengetahui tentang menghimpun dana simpanan.
3. Untuk mengetahui tentang sistem bagi hasil.
4. Untuk mengetahui tentang sewa menyewa.
5. Untuk mengetahui tentang sukuk ritel.
6. Untuk mengetahui tentang sukuk tabungan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aplikasi Sistem Keuangan Dalam Bank Syariah


Ada beberapa bentuk aplikasi yang digunakan dalam sistem keuangan syariah pada
perbankan, diantaranya: menghimpun dana simpanan, sistem bagi hasil ( profit sharing ),
sewa menyewa ( ijarah ), sukuk ritel dan sukuk tabungan.
1. Menghimpun dana simpanan ( funding )
Sumber dana bank syariah adalah modal sendiri dan ekuitas, disamping itu sumber
pendanaan yang diandalkan adalah simpanan transaksi yang bebas resiko dan tidak
menyediakan imbalan. Dapat berbentuk tabungan yang dapat ditarik kapan saja dan tidak ada
masa jatuh tempo. Berbentuk rekening simpanan giro, yakni rekening koran yang
menawarkan simpanan uang tunai dan pilihan untuk dibayarkan secara penuh berdasarkan
tuntutan kepada pengguna. Contohnya giro qardh, wadiah yad dhamanah, dan mudharabah.
Dalam prakteknya perbankan syariah lebih banyak menerapkan prinsip Mudharabah.

a. Wadiah
Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila
nasabah yang bersangkutan menghendaki. Artinya bila nasabah hendak menarik dana, bank
syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Implikasi hukum wadiahsama
dengan qardh. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan. Aplikasi wadiah adalah
giro, bank sebagai penerima simpanan, sehingga semua keuntungan yang dihasilkan dari
dana titipan tersebut menjadi milik bank, bagi nasabah mendapat jaminan keamanan terhadap
hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain. Ada juga sebagian yang jenisnya adalah
tabungan.
Pada pelaksanaannya, Prinsip wadiah yang diterapkan adalah:
1) Wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Pada prinsipnya
wadiah yad dhamanah adalah titipan yang boleh dimanfaatkan oleh pihak yang dititipi. Pihak
yang pertama menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan tanpa izin pemilik barang atau uang dan harus bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan barang titipan.
2) Wadiah yad amanah, barang titipan tidak boleh dimanfaatkan. Pihak yang menerima
titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak
yang memberikan titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

b. Mudharabah

2
Pola mudharabah berarti nasabah menginvestasikan dana atau menanamkan dana kepada
bank untuk dikelola dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan. Bank berfungsi sebagai
manajer investasi bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut
untuk keperluan bisnis yang menguntungkan dan sesuai syariah. Hasil keuntungan dari bisnis
tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dengan bank sesuai nisbah yang telah disepakai
di muka.
Rukun mudharabah:
- Ada pemilik dana
- Ada usaha yang akan dibagihasilkan
- Ada nisbah
- Ada ijab Kabul
Aplikasi mudharabah diterapkan pada tabungan dan deposito, terdiri dari dua bentuk yaitu:
1) Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak terikat ).
Penerapan mudharabah muhlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat
dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang
dihimpun. Ketentuan dalam pelaksanaan menghimpun dana mudharabah, bank wajib
memberitahukan mengenai nisbah dan tata cara perhitungan, pembagian dan resiko yang
timbul dari penyimpan dana yakni melalui akad. Bank menyerahkan bukti penyimpanan
berupa buku tabungan dan sertifikat deposan, dan memberikan informasi secara jelas
mengenai akad perjanjian terkait dengan saldo minimum untuk tabungan dan masa jatuh
tempo maupun perpanjangan deposito.
2) Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat)
Jenis ini merupakan simpanan khusus yang terikat, di mana pemilik dana (shahibulmaal)
memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelola dana
tersebut sesuai dengan batasan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
shahibulmaal. Secara umum Mudharabah Muqayyadah ini terbagi 2 yakni:
- Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet, yakni simpanan khusus, pemilik dana dapat
menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh pihak bank, secara khusus bank wajib
memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
- Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet¸ yakni bank langsung menyalurkan
danamudharabah ke pelaksana usaha sesuai dengan syarat yang ditetapkan pemilik dana.
Bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan pemilik dana dengan pelaksana
usaha. Dalam hal ini pemilik dana berhak menentukan jenis kegiatan usaha dan pelaksana
usaha yang akan dibiayainya. Secara administratif bank membuat rekening khusus untuk
mencatat pos yang terjadi sehubungan dengan transaksi ini. Bank berkewajiban untuk
mematuhi kesepakatan dan akan menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua belah
pihak. 1

1
Almaulida. Volume II. No. 02 Juli – Desember 2017

3
2. Sistem Bagi Hasil ( Profit Sharing )

a. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Jenis musyarakah terbagi kepada empat yaitu:
1. Syirkah ‘Inan
Kerja sama antara dua orang atau lebih yang setiap pihaknya memberikan kontribusi
berupa dana, keahlian dan tenaga, tetapi porsi masing-masing pihak, baik dalam dana
maupun kerja, tidak harus sama dengan bagi hasil kesepakatan.
2. Syirkah Mufawadhah
Kerja sama antara dua orang atau lebih yang setiap pihaknya memberikan kontribusi
sama, baik berupa dana, tenaga dan keahlian, sehingga porsi bagi hasil didistribusikan merata
kepada setiap pihak.
3. Syirkah A’mal
Kesepakatan kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki profesi dan keahlian
tertentu, untuk memerima serta melaksanakan suatu pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari hasil yang diperoleh.
4. Syirkah Wujud
Kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu tanpa modal uang, tetapi
hanya berdasarkan kepercayaan para pengusaha dengan perjanjian profit sharing.
Karateristik dari transaksi ini dilandaskan karena adanya keinginan dari pada pihak (dua
pihak atau lebih) untuk melakukan kerja sama untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak menyertakan dan menyetorkan modalnya dengan pembagian keuntungan di
kemudian hari sesuai kesepakatan.

b. Mudharabah
Al-Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam dalam menjalankan usahanya.
Mudarabah adalah sistem kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak
pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh (seratus persen) kebutuhan modal (sebagai
penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayan suatu proyek), sebagai pengelola
(mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola
menyediakan keahliannya.

4
c. Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembiayaaan murabahah
adalah transaksi jual beli di mana bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli, dengan harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan
dalam persentase tertentu bagi bank syariah sesuai dengan kesepakatan.
Dengan cara ini pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan
dikehendaki oleh penjual. Kepemilikan barang akan berpindah kepada nasabah segera setelah
perjanjian jual beli ditandatangai dan nasabah akan membayar tersebut dengan cicilan tetap
yang besarnya sesuai kesepakatan sampai pelunasannya.
Aplikasi murabahah dalam perbankan syariah adalah:
1. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus
meyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
2. Harga jual beli dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan
dengan pembayaran cicilan.
3. Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada nasabah,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

3. Sewa Menyewa ( Ijarah )


Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah adalah akad sewa–menyewa
antara pemilik ma’jur (objek sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas
obyek sewa yang disewakannya. Bank membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang
untuk kemudian disewakan kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank
syariah setiap bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka. Aplikasi ini contohnya
pada Bank Syariah Mandiri ada Pembiayaan Eduka (pembiayaan untuk kuliah) dan BSM
Pembiayaan Umrah.2

4. Sukuk Ritel
Sukuk Negara Ritel (Sukuk Ritel) adalah produk investasi syariah yang ditawarkan oleh
Pemerintah kepada individu Warga Negara Indonesia, sebagai pilihan investasi yang aman,
mudah, terjangkau, dan menguntungkan. Melalui investasi Sukuk Negara, Pemerintah
menawarkan kesempatan secara langsung kepada Warga Negara Indonesia untuk mendukung
pembangunan nasional. Hasil investasi Sukuk Negara akan digunakan untuk membiayai
pembangunan infrastruktur yang menjadi investasi untuk merekat jalinan kebangsaan menuju
bangsa yang mandiri.

2
Human.Falah: volume 5. No. 2 Juli – Desember 2018

5
Sukuk Ritel dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi)
gharar (ketidakjelasan) dan riba (usury), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Penerbitan Sukuk Ritel menggunakan struktur akad Ijarah – Asset to be Leased. Dana
hasil penerbitan akan digunakan untuk kegiatan investasi berupa pembelian hak manfaat
Barang Milik Negara untuk disewakan kepada Pemerintah serta pengadaan proyek untuk
disewakan kepada Pemerintah. Imbalan berasal dari keuntungan hasil kegiatan investasi
tersebut.
Tujuan utama penerbitan Sukuk Ritel adalah untuk membiayai APBN dan membiayai
pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia.
Karakteristik Sukuk Ritel:
1. Untuk individu warga negara Indonesia
2. Pengelolaan investasi berdasarkan prinsip syariah
3. Pemesanan mulai dari Rp 1 juta
4. Tenor 3 tahun
5. Imbalan tetap dibayarkan setiap bulan
6. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder antar investor domestik

Keuntungan berinvestasi di Sukuk Ritel:


1. Pokok dan Imbalan dijamin oleh negara
2. Tingkat imbalan kompetitif, lebih tinggi dari rata-rata tingkat bunga deposito Bank
BUMN
3. Tingkat imbalan tetap
4. Imbalan dibayar tiap bulan
5. Dapat diperdagangkan dipasar sekunder antar investor domestik
6. Cukup dengan Rp 1 Juta Anda sudah bisa berinvestasi di Sukuk Ritel
7. Mendukung Pembiayaan Pembangunan Nasional
8. Akses investasi sesuai prinsip syariah

5. Sukuk Tabungan
Sukuk Tabungan adalah produk investasi syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah
kepada individu Warga Negara Indonesia yang aman, mudah, terjangkau, menguntungkan,
dan sesuai syariah.
Karakteristik sukuk Tabungan :
a. Untuk individu warga negara Indonesia
b. Bentuk investasi berdasarkan prinsip syariah
c. Pemesanan mulai dari Rp 1 juta
d. Imbalan mengambang dengan batas minimal
e. Tenor 2 tahun
f. Fasilitas early redemption

6
g. Tidak dapat diperdagangkan / dialihkan
Keuntungan berinvestasi di Sukuk Tabungan :
1. Pokok dan imbalan dijamin oleh negara
2. Tingkat imbalan kompetitif, lebih tinggi dari rata-rata tingkat bunga deposito Bank
BUMN
3. Imbalan mengambang mengikuti perkembangan BI 7-Day Reverse Repo Rate dengan
jaminan imbalan minimal (floor)
4. Imbalan dibayar tiap bulan
5. Early redemption tanpa dikenakan redemption cost oleh pemerintah
6. Kemudahan akses transaksi Sistem Elektronik (online)
7. Berpartisipasi langsung membangun negeri
8. Produk sesuai prinsip syariah3
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada makalah ini telah dibahas aplikasi keuangan Islam yang berkaitan dengan produk
Perbankan syariah, diantaranya; titipan atau simpanan, sistem bagi hasil (profit Sharing), jual
beli, sewa menyewa dan jasa. Pelaksanaan aplikasi tersebut sering kita jumpai ditengah-
tengah masyarakat, karena pelaksanaannya sudah dilakukan oleh masyarakat walaupun pada
saat itu mereka belum memberikan nama dalam transaksinya, namun yang sangat penting
adalah dalam pelaksanaannya mereka melakukan transaksi yang tidak bertentang dengan
syariah. Sesuai dengan kemajuan zaman, maka transaksi perbankan akan terus berkembang
sesuai dengan kebutuhan manusia, oleh karena itu hendaknya para praktisi perbankan
hendaknya akan terus meng-Up Date sehingga tidak akan ketinggal dengan perbankan
konvensional dan semakin dicintai oleh nasabahnya.

B. SARAN

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dari
segi penulisan. Kami berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bagi para pembaca
untuk dijadikan sebagai referensi. Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan
tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.

3
Iskandar E. Aplikasi sistem dalam perbankan. Diakses oleh : https://jurnal.dharmawangsa.ac.id. Pada tahun
2017

7
DAFTAR PUSTAKA

Almaulida. Volume II. No. 02 Juli – Desember 2017


Human.Falah: volume 5. No. 2 Juli – Desember 2018
Iskandar E. Aplikasi sistem dalam perbankan. Diakses oleh :
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id. Pada tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai