Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PRODUK-PRODUK YANG ADA DI DALAM KEUANGAN SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lks

Dosen Pengampu : Upia Rosmalinda

Disusun Oleh :

1. Satrio Setiawan 2303011075

2. Dewi Maharani 2303012008

3. Nindya Andriami 2303010082

4. Fikri Abdusalam 2303011037

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) METRO

2023/2024
PRODUK- PRODUK DALAM KEUANGAN SYARIAH

A. Produk penghimpunan Dana


1. Tabungan

Menurut Undang-Undang perbankkan syariah no. 21 tahun 2008, Tabungan adalah


simpanan berdasarkan akad wadiah atrau investasi dana berdasarkan mudharobah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Tabungan terdiri atas 2 jenis, yaitu :

a. Tabungan yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah berupa Tabungan berdasarkan
perhitungan bunga.
b. Tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah, yaitu Tabungan yang berdasarkan
prinsip mudharobah dan wadiah.

Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuit. Artinya produk ini dapat
diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkannya, tetapi bagi hasil sesuai yang
ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Pada era sekarang ada Tabungan karateristik
merupakan gabungan antara Tabungan dan deposito merupakan Tabungan berencana.
Tabungan berencana digunakan bagi nasabah yang kesulitan untuk mengatur uangnya, tetapi
1
mereka memiliki keinginan atas sesuatu.

Produk keuangan syariah yang satu ini mempunyai fungsi yang sama dengan buku
Tabungan dibank konvensional, yaitu untuk menyimpan dana. Hanya saja terdapat akad
syariah antara nasabah dan bank, bisa berupa perjanjian wadiah yang artinya Tabungan hanya
dititipkan saja sehingga tidak mendapatkan keuntungan. Selain itu, ada pula akad
mudharobah yang artinya dana simpannanya dikelola oleh bank dengan system bagi hasil. 2

2. Deposito Syariah

1
M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA,hal 345-346
2
https://www.ocbc.id/id/article/2023/03/15/produk-keuangan-syariah
Deposito, sebagaimana undang undang perbankan syariah no. 21 tahun 2008,
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau unit usaha Syariah atau (Uus).

Dalam Fatwa dewan syariah Nasional No. 03/DSN-MUI/IV/2000 , terdapat dua jenis
deposito, yaitu jenis pertama berdasarkan perhitungan bunga dan jenis kedua berdasarkan
mudharabah . Jenis simpanan yang pertama tidak didukung oleh prinsip syariah .Deposito
adalah suatu bentuk simpanan nasabah dengan jumlah minimum dan jangka waktu tertentu,
dengan bagi hasil yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa, dan program tabungan
memungkinkan nasabah untuk membuka simpanan dengan jumlah minimum dalam jangka
waktu yang telah disepakati. bahwa nasabah tidak dapat menarik uang sebelum batas waktu
yang telah disepakati. Produk penggalangan dana ini sering dipilih oleh nasabah yang
memiliki kelebihan dana sehingga selain bertujuan untuk menabung, juga bertujuan untuk
mengembalikannya ke salah satu sarana investasi. 3

Produk ini dapat dimiliki oleh nasabah perorangan maupun perusahaan dan dapat
ditarik setelah masa tabungannya berakhir, misalnya 1 bulan, 3 bulan, 1 tahun, maksimal 2
tahun. Keuntungan yang diperoleh sebagai perbandingan atau keuntungan bagi hasil
diberikan dengan penawaran 60:40 kepada nasabah dan bank. Ada beberapa keuntungan yang
bisa didapat jika menyetor uang sesuai hukum syariah, khususnya: Bisa diatur bagi hasil
sendiri atau untuk keamanan finansial ,Dana tabungan dikelola sesuai hukum syariah,Dana
nasabah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan.4

3. Giro

Giro menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 adalah


simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah, penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan cek,bilyet giro atau cara
pembayaran lain ,dengan perintah pemindahbukuan .5

3
M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA, hal 346-347

4
https://www.ocbc.id/id/article/2023/03/15/produk-keuangan-syariah
5
M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA, hal 347
a. Prinsip wadiah

Prinsip wadiah yang di terapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang


diterapkan pada rekening giro. Terdapat perbedaan antara wadi’ah dhamanah dan
wadi’ah Amanah dalam wadi’ah Amanah harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh
pihak yang diberi titipan untuk alasan apapun. tetapi, pihak yang diberi titipan boleh
memberikan biaya sebagai kontraprestasi kepada pihak yang menitipkan terhadap
barang yang dititipkan. Pada wadi’ah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan
bertanggung jawab penuh atas keutuhan harta yang dititipkan sehingga boleh
memanfaatkan harta yang dititipkan tersebut. Pihak bank boleh memberikan sedikit
keuntungan kepada nasabahnya yang besarnya berdasarkan kebijakan pihak bank.

b. Prinsip mudharabah

Pengaplikasian prinsip mudharabah dengan bentuk penyimpan dana atau


deposan disebut dengan shohibul mall atau pemilik modal, sedangkan bank disebut
sebagai mudharib atau pengelola. Artinya, bank menyalurkan pembiayaan kepada
nasabah peminjam yang membutuhkan dengan menggunakan dana yang diperoleh
tersebut baik berbentuk murabahah, ijarah, mudharah, musyarakah, ataupun bentuk
bentuk yang lain. Hasil usaha tersebut akan dibagi hasilkan kepada shahihul mall
dengan ketetapan yang telah disepakati dan juga bank bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi. Rukun mudharabah dapat sempurna apabila memenuhi aspek
aspek dibawah ini :

1) Shahihul mall atau pemilik dana atau biasa disebut nasabah bank;
2) Mudharib atau pengelola yang berupa bank itu sendiri;
3) Usaha atau pekerjaan yang dibagi hasilkan;
4) Nisbat atau ketetapan bagi hasil harus jelas dan sudah ditetapkan di awal
perjanjian.
5) Adanya ijab dan qabul antara kedua belah pihak, yaitu antara shahibul mall dan
mudharib.

Prinsip mudharabah ini diterapkan di perbankan syariah pada produk tabungan biasa,
tabungan berjangka Tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan tertentu, serta deposito
berjangka. Mudharabah terbagi menjadi dua yaitu mudharabah muthlaqoh yaitu
bentuk kerjasama antara shaibul mall dan mudharib yang cakupanyya sangat luas dan
tidak terbatas. Dalam istilah fuqoha dikenal istilah if’al masyi’ta yang bearti lakukan
sesukamu. Dapat disimpulkan bahwa mudharib boleh menggunakan barang titipan dari
shahibul mall sesuan kehendak dari mudharib selam tidak melanggar prinsip dan
aturan syariah.

sistilah retricted mudharabah atau specified mudharabah yang merupakan


kebalikan dari mudharabah mutlaqoh. Dalam mudharabah muqoyyadoh terdapat
batasan dalam jenis usaha waktu ataupun tempat usaha.

c. Akad Pelengkap

Adanya akad pelengkap ini bertujuan untuk mempermudah pelaksaan transaksi


perbankan, dalam hal itu bank diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya biaya
yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad tersebut. Besarnya biaya pengganti hanya
sekedar untuk menutupi biaya yang benar benar muncul saat terjadinya proses
transaksi seperti biaya administrasi atau biaya transaksi. 6

B. Produk Penyaluran Dana

Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan berbagai metode seperti jual beli, bagi
hasil, pembiayaan, pinjaman dan investasi khusus. Penyaluran dana pada nasabah secara garis
besar pembiyaan syariah terbagi dalam tiga katergori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya yaitu :
1) Transaksi pembiyaan bertujuan memiliki barang berdasarkan prisip jual beli
2) Transaksi pembiyaan bertujuan untuk mendapatkan jasa berdasarkan prinsip
sewa
3) Transaksi pembiyaan untuk usaha kerja sama ditujukan guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

Dua Produk yang termasuk dalam kelompok diatas adalah produk yang menggunakan
prinsip jual beli seperti murabahah , salam ,dan istishna serta yang menggunakan prinsip atau
ijarah.ketiga menjelaskan produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah
musyarakah dan mudarobah. 7

6
M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA, hal 348-351
7
Heri Sudarso,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,2003, Ekonisia,hal 70
A. Prinsip jual- beli
Prinsip jual beli dilaksanakan dengan adanya perpindahan kepemilikan. Transaksi
jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang. Ada 3
jenis jual beli yang dijadikan dasar pembiyaan modal kerja dan investasi dalam perbannkan
syariah, yaitu bai al murabahah, bai as salam, dan bai al isthisna.
a) Bai al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah.
b) Bai al salam
Kata salama dengan salafa artinya sama. Disebut salam karena pemesanan barang
menyerahkan uang ditempat akad, disebut salafa karena pemesanan barang
menyerahkan uangnya terlebih dahulu.
c) Bai al isthisna
Menurut jumhur ulama fuqaha, bai al isthisna merupakan suatu jenis khusus dari bai
as salam. Jenis ini biasanya dipergunakan dibidang manufaktur.

B. Prinsip Sewa ( ijarah )


Al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al iwadhu ( ganti ). Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan ( owner shif / milkiyyah ) atas barang itu sendiri. Ijarah berarti list
kontrak dan juga hire kontrak.8

C. Prinsip Bagi Hasil


Prinsip bagi hasil terdiri dari al musyarakah dan al mudharobah
a) Al musyarakah
Itilah lain dari musyarakah adalah sharikah. Musyarakah adalah kerja sama
antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Musyarakah ada 2 jenis
yaitu musyarakah kepemilikan dan musyarakah akad ( kontrak)

b) Al mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar dua pihak Dimana pihak
pertama ( shahibul mal) menyediakan modal dan pihak kedua yaitu sebagai
pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan kesepakatan kontrak diawal.
Apabila kerugian disebabkan oleh kelalaian pengelola maka kerugian harus
8
Heri Sudarso,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,2003, Ekonisia,hal 71-76
ditanggung oleh sang pengelola tersebut tetapi apabila kerugian bukan disebabkan
oleh sang pengelola maka kerugian ditanggung oleh pemilik modal. 9

D. Akad Pelengkap
Akad pelengkap tidak digunakan untuk mencari keuntungan tetapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiyaan. Dalam akad pelengkap diperbolehkan untuk
meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul.
a) Al hiwalah
Kata hiwalah berasal dari kata tahwil yang berarti intiqal atau perpindahan.
Perpindahan yang dimaksud adalah memindahkan hutang hutang dari tanggungan
orang yang berhutang ( mubil ) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban
membayar hutang ( mubal alaih). Dalam konsep perdata hiwalah adalah Lembaga
pengambilalihan hutang ( shuldoverneming), Lembaga pelepasan utang atau
penjualan utang ( debt sale ) atau Lembaga penggantian kreditor atau penggantian
debitor . 10
b) Ar -rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan memiliki nilai ekonomis. Pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil Kembali seluruh atau
Sebagian piutangnya . secara sederhana ar rahn adalah jaminan utang atau gadai. 11

c) Al – qardh
Al- qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
meminjamkan tanpa mengharapakan imbalan. Qadh dikategorikan dalam akad
tathwawwu atau saling membantu dan bukan transaksi komersial. 12
d) Al – wakalah

9
Ahmad asy-syarbasyi , 1987,al- mu’jam al iqtisad al islam , dana bhakti prima yasa, Yogyakarta, h 95
10
Sutan remy sjahdeini , (1999) , perbankkan islam dan kedudukannya dalam tata hukum perbannkan syariah,
graffiti, jakarta , hal 94
11
Muh. Syafi Antonio ,(2021) ,op cit , hal 128
12
Muh. Syafi Antonio ,(2021) ,op cit , hal 131
Wakalah adalah menyerahkan , pendelegasian , atau pemberian mandat.
Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada
orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan. 13
e) Al - Kafalah
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung ( kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung . kafalah juga
berarti mengalihakan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.

C. Produk Jasa
a) Ijarah ( sewa )
Pada perbannkan syariah , salah satu bentuk produk jasa yang tergolong
sebagai ijarah adalah penyewaan kotak simpan yang dapat digunakan oleh
nasabah untuk menyimpan barang- barang berharga seperti emas, surat tanah ,
sertifikat dan lain-lain.
b) Sharf ( jual beli valuta asing )
Sharf merupakan produk jasa perbankkan syariah dalam bentuk jual beli
valuta asing .transakasi jual – beli mata uang asing dilakukan baik sesama
mata uang yang sejenis. Jasa ini tentunya hanya ada pada bank -bank yang
telah tergolong sebagai bank devisa. 14

D. Gadai Syariah
Gadai syariah adalah produk pinjaman tunai yang menggunakan akad rahn atau ijarah.
Nasabah wajib menyerahkan barang atau jaminan sebagai syarat akad. Dalam gadai syariah
apabila penggadai tidak mampu melunasi cicilan , maka barang yang dijadikan jaminan
kepada pihak bank akan dijual untuk menutupi sisa cicilan. Apabila nilai jual barang melebihi
sisa cicilan maka pihak bank akan mengembalikan kelebihannya kepada nasabah. 15

Untuk biaya administrasi , nasabah dikenakan biaya pemeliharaan barang sebagaimana


dalam pandangan islam bahwa barang gadai tetap menjadi milik nasabah , maka biaya
13
Muh. Syafi Antonio ,(2021) ,op cit , hal 120
14
Sufyan Sufyan, “PRODUK PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH: Produk, Pembiayaan,
Lembaga Keuangan, Syari’ah,” Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 6, no. 2 (12 Oktober 2020): 215–29,
https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v6i2.132.
15
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-berbagai-produk-bank-syariah-dan-
keuntungannya
pemeliharaan otomatis ditanggung oleh nasabah yang kemudian dibayarkan kepada kreditur
atau bank.16

E. Pembiyaan atau Pinjaman syariah

Pinjaman syariah adalah produk dari bank syariah yang Dimana nasabah wajib
melunasi pinjaman tersebut dalam bentuk pembayaran langsung atau cicilan. Transaksi ini
tidak termasuk kedalam riba selama bertujuan untuk tolong menolong dan tetap mengikuti
syariat islam. Keuntungan yang didapatkan bank berasal dari margin harga jual beli barang
ditoko dengan harga jual beli kepada nasabah. 17

16
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20210421134225-29-239595/5-produk-populer-bank-syariah-di-
indonesia-simak-nih
17
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20210421134225-29-239595/5-produk-populer-bank-syariah-di-
indonesia-simak-nih
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad asy-syarbasyi , 1987,al- mu’jam al iqtisad al islam , dana bhakti prima yasa,
Yogyakarta, h 95

Heri Sudarso,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,2003, Ekonisia,hal 70

Heri Sudarso,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,2003, Ekonisia,hal 71-76

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-berbagai-produk-bank-
syariah-dan-keuntungannya

https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20210421134225-29-239595/5-produk-populer-
bank-syariah-di-indonesia-simak-nih

https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20210421134225-29-239595/5-produk-populer-
bank-syariah-di-indonesia-simak-nih

https://www.ocbc.id/id/article/2023/03/15/produk-keuangan-syariah

https://www.ocbc.id/id/article/2023/03/15/produk-keuangan-syariah

M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA, hal 347

M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA, hal 346-347

M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA, hal 348-351

M.NUR RIANTO,EKONOMI SYARIAH,2015,CV PUSTAKA SETIA,hal 345-346

Muh. Syafi Antonio ,(2021) ,op cit , hal 120

Muh. Syafi Antonio ,(2021) ,op cit , hal 128

Muh. Syafi Antonio ,(2021) ,op cit , hal 131

Sufyan Sufyan, “PRODUK PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH:


Produk, Pembiayaan, Lembaga Keuangan, Syari’ah,” Risâlah, Jurnal Pendidikan dan
Studi Islam 6, no. 2 (12 Oktober 2020): 215–29,
https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v6i2.132.

Sutan remy sjahdeini , (1999) , perbankkan islam dan kedudukannya dalam tata hukum
perbannkan syariah, graffiti, jakarta , hal 94

Anda mungkin juga menyukai