BANK SYARIAH
A. DEFINISI BANK SYARIAH
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank syari’ah adalah bank yang menjalan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa majelis
ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan,
universalism, serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan objek
yang haram. Bank syariah juga dapat didefinisikan sebagai bank yang
dalam aktifitasnya atau kegiatan operasionalnya yaitu penghimpunan dana
dan maupun pembiayaan atau penyaluran dananya mengenakan imbalan
atas dasar prinsip syariah yaitu bagi hasil dan jual beli.
Dengan demikian bank syariah dalam operasionalnya harus
mempertimbangkan hukum – hukum islam untuk setiap transaksi yang akan
mereka laksanakan. Jika transaksi –transaksi yang mereka laksanakan
bertentangan dalam islam maka transaksi –transaksi tersebut tidak boleh
dilaksanakan. Kalaupun transaksi –transaksi tersebut tidak bisa dihindari
maka seluruh keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
yang dilarang tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan operasional
ataupun non operasional bank syariah. Biasanya dana tersebut akan diakui
sebagai bagian dari dana sosial dari bank yang bersangkutan.
Dasar hukum perbankan syariah di Indonesia adalah undang –
undang no 21 tahun 2008. Undang – undang ini secara khusus
mengatur perbankan syariah dan dalam undang-undang ini juga mengatur
mengenai kepatuhan syariah yang kewenangannya berada pada Majelis
Ulama Indonesia (MUI). Menurut jenisnya bank syariah terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun perbedaan
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu Bank
1
Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2
bagi hasil ini tidak berlaku pada tabungan yang menggunakan akad
wadi’ah.
3
menggunakan tabungan dengan akad mudharabah ini adalah
nasabah akan mendapatkan keuntungan bagi hasil dari
pendapatan bank karena dana nasabah yang dititipkan, dikelola
oleh bank sebagai dana investasi atau kegiatan operasi yang
dilakukan oleh bank.
b. Giro
Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah
pemindahbukuan. Fatwa Dewan Syari’ah No 01/DSN-MUI/IV/2000,
menjelaskan bahwa giro dibagi atas dua macam yaitu giro yang tidak
dibenarkan secara syari’ah yaitu giro yang berdasarkan perhitungan
bunga dan giro yang dibenarkan secara syari’ah yaitu giro yang
berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. Adapun ketentuan
giro yang berdasarkan prinsip mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudhrobah dengan pihak lain.
3. Modal harus dianyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan
piutang.
4. Pembagaian keuntungan harus dalam bentuk nisbah dan
dituangakan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudhorib menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
4
Sedangkan ketentuan umum giro yang berdasarkan prinsip wadi’ah
sebagai berikut:
1. Bersifat titipan
2. Titipan bisa diambil kapan saja
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
produk giro pada bank syariah tidak diperkenankan menggunakan
sistem bunga melainkan dengan menggunakan akad wadi’ah dan
mudharabah.
5
dasarnya sama dengan rekening tabungan yaitu pada
sebelah kredit. Apabila saldo suatu rekening giro nasabah berada
pada sisi debet, maka rekening tersebut bersaldo negatif yang
lazimnya dalam dunia perbankan dikenal dengan saldo merah atau
terjadinya overdraft (bersaldo negatif). Dalam hal terjadi saldo negatif,
maka pemilik / pemegang giro tidak dapat lagi menarik dananya via
cek atau melakukan pemindahbukuan nominal dananya menggunkan
bilyet giro. Kepada pemilik giro tidak akan diberikan jasa giro atau
bagi hasil, melainkan akan dibebankan dengan sejumlah biaya atau
beban transaksi atau biaya administrasi yang harus dilunasi oleh
nasabah yang bersangkutan. Biaya administrasi tersebut tersebut
memperbesar saldo debet rekening giro yang bersangkutan.
c. Deposito
6
memberikan nisbah atau bagi hasil kepada nasabah. Besaran nisbah
yang akan diterima oleh nasabah tergantung dari akad awal ketika
nasabah membuka rekening deposito. Biasanya penentuan besaran
nisbah ini menggunakan metode rasio dan presentase dari besaran
investasi.
7
sesuai kebutuhan
nasabah.
Kelebihan Biaya Administrasi Adanya kebijakan Tidak ADA
Lainnya Bulanan lebih murah Overdraft atau saldo
dibandingkan dengan merah untuk bank-
Giro bank tertentu
2. Produk Pembiayaan
3. Jasa
8
Walaupun pihak bank memberikan jasa kepada nasabah bukan dengan
tujuan untuk mencari keuntungan, namun pihak bank dapat mengenakan
biaya administrasi sehingga transaksi perbankan nasabah dapat berjalan
dengan baik.
Berikut ini produk – produk jasa yang ditawarkan oleh bank syariah :
1. Dana Talangan
2. Anjak Piutang
3. L/C, Transfer, Inkaso, Kliring
4. Jual Beli Valas
5. Gadai
6. Payrol
7. Dan Lain –Lain
9
BAB IV
INKASO DAN KLIRING
A. INKASO
10
Adapun contoh dari inkaso adalah sebagai berikut : Tn. Andi adalah
nasabah Bank Berkah Sejahtera cabang pangkalpinang menerima sebuah
cek dari nasabah Bank Prima Jakarta sebagai pelunasan piutangnya. Tn.
Andi melakukan pencairan cek Bank Prima tersebut di Bank Berkah
Sejahtera dengan sistem inkaso. Artinya Bank berkah Sejahtera akan
melakukan penagihan kepada Bank Prima Jakarta atas cek tersebut. Jika
kita cermati penciaran cek tersebut seharusnya dilakukan di Bank Prima
Jakarta, namun karena terkendala jarak, maka tn. andi dapat meminta pihak
Bank Berkah Sejahtera untuk melakukan pencairan atas cek tersebut
dengan sistem inkaso. Atas kegiatan jasa yang dilakukan oleh Bank Berkah
Sejahtera maka pihak bank berhak atas komisi penagihan atas cek tersebut.
Inkaso jika dilihat dari lalulintas dananya dapat dibagi menjadi 2
kategori yaitu inkaso keluar dan inkaso masuk.
1. Inkaso Keluar
Inkaso keluar adalah inkaso yang dikirimkan oleh bank kepada bank
lain atau pihak lain sebagai kegiatan penagihan atas suatu warkat
surat berharga yang diterbitkan oleh nasabah bank lain. Inkaso keluar
ini dalam praktinya adalah bank hanya sebagai pihak yang menerima
amanat dari nsabahnya atau pemegang cek untuk menagihkan
sejumlah tagihan tertentu kepada bank pihak yang mengeluarkan cek.
Adapun contoh inkaso keluar ini adalah sebagai berikut :
Tn. Andi adalah nasabah Bank Berkah Sejahtera cabang
pangkalpinang menerima sebuah cek dari nasabah Bank Prima
Jakarta sebagai pelunasan piutangnya. Tn. Andi melakukan
pencairan cek Bank Prima tersebut di Bank Berkah Sejahtera dengan
sistem inkaso. Artinya Bank berkah Sejahtera akan melakukan
penagihan kepada Bank Prima Jakarta atas cek tersebut.
2. Inkaso masuk
Inkaso masuk adalah kebalikan dari inkaso keluar. Jika inkaso keluar
adalah kegiatan penagihan yang dilakukan oleh bank kepada pihak
ketiga atau bank lain dari nasabah yang mengeluarkan cek, maka
inkaso masuk adalah tagihan yang diterima oleh bank untuk
menyelesaikan pembayaran tertentu atas hutang nasabahnya kepada
11
pihak lain atau bank lain atas dasar cek atau dokumen yang
dikeluarkan oleh nasabah bank yang bersangkutan.
Contoh transaksi inkaso masuk ini adalah sebagai berikut :
Bank Babel syariah menerima tagihan dari bank lain berupa selembar
bilyet giro / cek yang dikeluarkan oleh salahsatu nasabahnya sebagai
bukti pembayaran atas hutangnya. Atas kejadian ini maka bank babel
syariah akan mengurangi nilai saldo giro nasabahnya dan akan
dipindahkan kerekening nasabah bank lain yang melakuka
penagihan.
12
B. KLIRING
13
Proses yang terjadi di Bank Babel Syariah dan Prima Babel akan
berlangsung sebagai berikut:
Setelah bank Prima Babel menerima warkat cek/bilyet giro, maka warkat
tersebut akan dibawa dalam pertemuan antar bank di suatu tempat yang
ditunjuk oleh Bank Sentral dan penyerahannya kepada Bank Babel
Syariah;
Setelah menerima cek/bilyet giro dari bank Prima Babel, maka Bank
Babel Syariah akan memeriksa kebenaran warkat serta saldo
nasabahnya. Bila tidak ada masalah, maka bank Babel Syariah akan
memotong rekening A sebesar nilai cek/bilyet giro dan mengirimkannya
ke Bank Prima Babel
Setelah mendapatkan kiriman dari bank Babel Syariah, maka bank
Prima Babel akan mengkreditkan rekening B sebesar nilai yang berhak
diterimanya.
Dengan cara di atas, maka B akan menerima uang pembayaran dengan
mudah dan aman. Cara lain yang dapat ditempuh oleh B langsung
mencairkan cek yang diterimanya dari A ke Bank Babel Syariah, namun
cara ini memiliki risiko keamanan bagi B karena dia akan menerima uang
tunai.
Dalam praktiknya kliring dapat dikategorikan kedalam 3 jenis kliring
yaitu kliring umum, kliring lokal dan kliring antar cabang. Berikut ini
penjelasan untuk masing – masing jenis kliring
1. Kliring umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar bank
yang proses pelaksanaannya diawasi dan diatur oleh Bank Indonesia.
2. Kliring lokal perhitungan warkat antarbank yang masih dalam satu
wilayah.
3. Kliring antar cabang (interbranch clearing) adalah perhitungan warkat
antar bank yang masih dalam satu wilayah cabang bank peserta.
Kliring hanya bisa dilakukan oleh bank – bank yang masuk kedalam
kepersertaan kliring. Artinya bank yang tidak termasuk kedalam peserta
kliring tidak bisa melaksanakan transaksi kliring antar bank. Bank yang
masuk kedalam kepersertaan kliring adalah bank umum yang berada dalam
wilayah kliring tertentu dan tidak dihentikan kepersetaannya dalam kliring
14
oleh bank Indonesia. Agar bank umum dapat menjadi peserta kliring,
terdapat syara –syarat tertentu yang harus dipenuhi. Adapun syarat – syarat
tersebut adalah sebbagai berikut :
1. Mendapatkan persetujuan dari bank Indonesia serta wajib ikut serta
dalam proses kliring
2. Usaha yang dijalankan menapatkan perizinan yang sah
3. Administrasi dan keuangan yang memungkinkan bank dalam
melaksanakan kewajibannya dalam proses kliring
4. Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran tarik kredit
yang diberikan oleh kantor tersebut telah mencapai sekurang-
kurangnya 20% dari syarat modal disetor minimum bagi pendirian
bank baru diwilayahnya.
5. Menyetor jaminan kliring sebesar 50% rata-rata kewajiban 20 hari
terakhir dikurangi 40% rata-rata tagihan harian 20 hari terakhir.
Kewajiban ini hanya berlaku bagi kantor bank yang baru menjadi
peserta kliring atau yang baru direhabilitasi. Jaminan kliring ini hanya
berlaku 6 bulan terhitung sejak tanggal penyetoran. Kewajiban
menyetor jaminan kliring ini tidak berlaku bagi peserta tidak langsung
atau peserta yang pindah wilayah kliring.
6. Bank peserta menunjukkan minimal orang wakil tetap pada lembaga
kliring
15
a. Perhitungan kliring dan pemilahan/penyampaian warkat dilakukan
oleh semua peserta
b. Pembuatan dan pencocokan rincian Daftar Warkat Kliring,
penyusunan Neraca Kliring serta pembuatan Bilyet Saldo Kliring
dilakukan oleh Peserta;
c. Penyusunan Neraca Kliring Penyerahan dan Pengembalian
Gabungan dilakukan oleh Penyelenggara;
d. Identitas peserta menggunakan nomor urut kelompok;
e. Menggunakan warkat baku, namun dapat menggunakan standar
kertas sekuriti yang lebih rendah bila dibandingkan dengan warkat
baku pada sistem otomasi dan elektronik
f. Kesalahan perhitungan lebih sering terjadi
g. Memiliki wakil peserta sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang
mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah dan
menandatangani Daftar Warkat Kliring Penyerahan/Pengembalian,
Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian, Bilyet Saldo Kliring
serta menandatangani dan mencantumkan nama jelas sebagai
tanda terima pada Daftar Warkat Kliring
Penyerahan/Pengembalian yang diterima dari peserta lain.
3. Sistem otomatis
Sistem otomasi adalah sistem penyelenggaraan kliring dimana
perhitungan dan pembuatan rekapitulasi perhitungannya (bilyet saldo
kliring) dilakukan secara elektronik disertai dengan penyampaian
warkat peserta kepada penyelenggara untuk kemudian dipilah secara
otomasi. Dalam sistem kliring ini, hasil perhitungan kemudian
dicocokkan dengan hasil perhitungan secara elektronik.
16
C. AKUNTANSI KLIRING
Diminta:
1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku
lembaga kliring
Jawab:
17
2 RAR Kliring 50.000
RAR Kiring 50.000
(Kliring 1)
2 Giro BI 50.000
Giro Mudharabah Andi 50.000
Kliring 2)
Diera global seperti saat ini hampir seluruh transaksi keuangan akan
melibatkan bank baik itu dengan alasan keamanan, maupun kecepatan
penyelesaian transaksi. Oleh karena itu peran bank dalam praktik ini
sangatlah penitng. Pada bagian sebelumnya kita sudah membahas tentang
inkaso dan kliring, dimana kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan lalulintas keuangan yang terjadi dibank. Dalam
kegiatan transfer uang didalam perbankan dikenal istilah RTGS (Real Time
18
Gross Settlement) dimana RTGS ini pada dasarnya hampir sama dengan
kliring. RTGS (Real Time Gross Settlement) merupakan layanan transfer
uang yang biasa digunakan untuk transaksi atau pengiriman (transfer) uang
dalam jumlah besar.
Pada umumnya RTGS (Real Time Gross Settlement) adalah metode
transfer yang digunakan dibank untuk transaksi –transaksi yang jumlah
diatas 100 Juta. Selain niominal transaksi yang besar perbedaan antara
kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement) terlihar dari waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksi. Pada kliring bisa membutuhkan
waktu hingga 3 hari kerja agar uang kamu sampai ke rekening penerima.
Sedangkan pada RTGS, uang yang kamu kirim dapat diterima saat itu juga
dengan estimasi waktu sekitar 4 jam. Adapun kekurangan dari penggunaan
RTGS ini dalam transaksi keuangan, terletak pada biaya transaksi yang
cukup besar dibandingkan dengan metode yang lainny.
Selain sistem kliring dan RTGS, dalam kegiatan transakksi lalulintas
keuangan juga dikenal istilah realtime system. Real time system merupakan
sistem pengiriman uang yang paling cepat dibandingkan meotde atau
sistem lainnya didalam transaksi perbankan. Dalam real time system ini
uang yang ditransfer akan masuk kerekening penerima diwaktu yang sama
ketika transaksi dinyatakan berhasil hal ini dengan asumsi tidak ada
kesalahan disistem bank yang bersangkutan. Keunggulan dari sistem ini
yaitu kecepatan dalam proses transfer tetapi diimbangi dari kekurangan dari
sistem ini yaitu nominal transfer yang bisa dilaksanakan dalam satu waktu
itu sangat terbatas. Dapun media yang sering digunakan dalam proses
transfer dengan metode ini sepertii mobile banking, internet banking dan
ATM (Auto Teller Machine)
19