Anda di halaman 1dari 19

BAB III

BANK SYARIAH
A. DEFINISI BANK SYARIAH
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank syari’ah adalah bank yang menjalan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa majelis
ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan,
universalism, serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan objek
yang haram. Bank syariah juga dapat didefinisikan sebagai bank yang
dalam aktifitasnya atau kegiatan operasionalnya yaitu penghimpunan dana
dan maupun pembiayaan atau penyaluran dananya mengenakan imbalan
atas dasar prinsip syariah yaitu bagi hasil dan jual beli.
Dengan demikian bank syariah dalam operasionalnya harus
mempertimbangkan hukum – hukum islam untuk setiap transaksi yang akan
mereka laksanakan. Jika transaksi –transaksi yang mereka laksanakan
bertentangan dalam islam maka transaksi –transaksi tersebut tidak boleh
dilaksanakan. Kalaupun transaksi –transaksi tersebut tidak bisa dihindari
maka seluruh keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
yang dilarang tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan operasional
ataupun non operasional bank syariah. Biasanya dana tersebut akan diakui
sebagai bagian dari dana sosial dari bank yang bersangkutan.
Dasar hukum perbankan syariah di Indonesia adalah undang –
undang no 21 tahun 2008. Undang – undang ini secara khusus
mengatur perbankan syariah dan dalam undang-undang ini juga mengatur
mengenai kepatuhan syariah yang kewenangannya berada pada Majelis
Ulama Indonesia (MUI). Menurut jenisnya bank syariah terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun perbedaan
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu Bank
1
Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

B. PRODUK BANK SYARI’AH


Dalam praktiknya,kegiatan dalam perbankan syariah terbagi atas 3
yaitu penghimpunan dana, pembiayaan, dan jasa. Produk penghimpunan
dana dalam perbankan syariah berupa tabungan, giro, dan deposito.
Sedangkan untuk kegiatan pembiayaan umumnya dapat berupa
murabahah, salam, istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah dan masih
banyak contoh pembiayaan lainnya. Sedangkan produk jasa yang
ditawarkan dalam perbankan syariah seperti hawalah, rahn, wakalah
(pembukaan Letter Of Credit, transfer, kliring, intercity kliring, western union,
dll), kafalah, wadiah, sharf.
Berikut ini jenis – jenis produk penghimpunan dana pada bank syari;ah
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Tabungan
Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi
dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. Pada umumnya produk tabungan ini
hampir sama dengan produk tabungan yang ditawarkan oleh bank
konvensional. Jika pada bank konvensional kompensasi yang
diberikan oleh pihak bank atas produk tabungan adalah berupa bunga
tetap perbulan, maka pada bank syari’ah kompensasi yang diberikan
berupa bagi hasil, artinya pendapatan yang akan diterima oleh pihak
nasabah atas tabungannya akan berubah – ubah, tergantung
pendapatan yang diterima oleh pihak bank dan jumlah dana yang di
investasikan oleh nasabah dalam bentuk tabungan tersebut. Namun

2
bagi hasil ini tidak berlaku pada tabungan yang menggunakan akad
wadi’ah.

Dalam praktinya produk tabungan pada kegiatan penghimpunan dana


di bank syariah akad yang digunakan adalah akad wadi’ah dan akad
mudharabah. Berikut ini dijelaskan lebih lanjut terkait perbedaan
kedua jenis produk tabungan yang ditawarkan di bank syariah :
1. Tabungan Wadi’ah
Tabungan wadi’ah adalah produk penghimpunan dana yang
ditawarkan oleh pihak bank dengan menggunakan akad titipan,
artinya pihak bank hanya diitipkan sejumlah dana tanpa di
perkenankan untuk mempergunakan uang tersebut dan pihak
nasabah dapat mengambil uang ttipan tersebut kapanpun diwaktu
jam kerja atau menggunakan ATM. Atas kerjasama dan akad
titipan ini pihak bank tidak memberikan kompensasi bagi hasil
kepada nasabah, karena dana nasabah tersebut tidak digunakan
oleh pihak bank dalam kegiatan investasi yang dilakukan oleh
bank. Walaupun pihak bank tidak bisa menggunakan dana titipan
nasabah tersebut, pihak bank memperoleh pendapatan dari
produk ini berupa berupa administrasi bulanan dan biaya transaksi
yang dilakukan oleh nasabah.
2. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dilaksanakan
dengan konsep kerjasama. Artinya terdapat akad kerjasama
antara pihak bank dan nasabah atas dana yang disimpan kedalam
bank. Tabungan dengan akad mudharabah ini mengijinkan pihak
bank mempergunakan dana yang mereka titipkan kepada pihak
bank untuk dipergunakan pihak bank dalam kegiatan operasi atau
kegiatan investasi yang dilakukan oleh bank. Walaupun pihak
bank diijinkan mengelola dana nasabah tetapi pihak nasabah tetap
diperbolehkan mengambil dana yang yang sudah dititipkan kepada
pihak bank kapanpun selama jam kerja atau bisa menggunakan
ATM. Adapun keuntuntungan yang diperoleh nasabah jika

3
menggunakan tabungan dengan akad mudharabah ini adalah
nasabah akan mendapatkan keuntungan bagi hasil dari
pendapatan bank karena dana nasabah yang dititipkan, dikelola
oleh bank sebagai dana investasi atau kegiatan operasi yang
dilakukan oleh bank.

b. Giro

Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah
pemindahbukuan. Fatwa Dewan Syari’ah No 01/DSN-MUI/IV/2000,
menjelaskan bahwa giro dibagi atas dua macam yaitu giro yang tidak
dibenarkan secara syari’ah yaitu giro yang berdasarkan perhitungan
bunga dan giro yang dibenarkan secara syari’ah yaitu giro yang
berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. Adapun ketentuan
giro yang berdasarkan prinsip mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudhrobah dengan pihak lain.
3. Modal harus dianyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan
piutang.
4. Pembagaian keuntungan harus dalam bentuk nisbah dan
dituangakan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudhorib menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

4
Sedangkan ketentuan umum giro yang berdasarkan prinsip wadi’ah
sebagai berikut:
1. Bersifat titipan
2. Titipan bisa diambil kapan saja
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
produk giro pada bank syariah tidak diperkenankan menggunakan
sistem bunga melainkan dengan menggunakan akad wadi’ah dan
mudharabah.

Adapun perbedaan mendasar antara produk tabungan dan giro pada


bank syari’ah adalah pada produk tabungan tidak ada pelayanan
penarikan dana via cek, sedangkan pada giro ada pelayanan
penarikan dana via cek. Namun secara umum baik itu produk
tabungan maupun giro hampir tidak ada bedanya. Giro pada umunya
produk yang ditawarkan oleh bank untuk para pelaku bisnis baik itu
untuk perusahaan maupun pribadi. Adapun perbedaan lainnya antara
giro dan tabungan terdapat pada jumlah maksimal nominal transfer.
Pada giro jumlah maksimal transfer yang diperkanankan bisa
ditentukan sendiri oleh nasabah dengan mengajukan jumlah
maksimal transfer kepada pihak bank. Sedangkan untuk tabungan
jumlah maksimal transfer tidak bisa ditentukan oleh nasabah,
melainkan mengikuti kebijakan yang sudah ditetapkan oleh bank,
misalnya jumlah transfer maksimal yang diperkenankan untuk produk
tabungan dalam sehari adalah sebesar Rp 10.000.000,-.

Rekening giro merupakan bagian dari hutang jangka pendek bank


yang harus disajikan dalam hutang lancar pada laporan posisi
keuangan atau neracara. Setiap kali terjadi mutasi pengurangan
rekening giro nasabah akan dibukukan disebelah debet dan setiap
kali terjadi pertambahan rekening giro nasabah akan dibukukan di
sebelah kredit. Dengan demikian, saldo normal rekening giro pada

5
dasarnya sama dengan rekening tabungan yaitu pada
sebelah kredit. Apabila saldo suatu rekening giro nasabah berada
pada sisi debet, maka rekening tersebut bersaldo negatif yang
lazimnya dalam dunia perbankan dikenal dengan saldo merah atau
terjadinya overdraft (bersaldo negatif). Dalam hal terjadi saldo negatif,
maka pemilik / pemegang giro tidak dapat lagi menarik dananya via
cek atau melakukan pemindahbukuan nominal dananya menggunkan
bilyet giro. Kepada pemilik giro tidak akan diberikan jasa giro atau
bagi hasil, melainkan akan dibebankan dengan sejumlah biaya atau
beban transaksi atau biaya administrasi yang harus dilunasi oleh
nasabah yang bersangkutan. Biaya administrasi tersebut tersebut
memperbesar saldo debet rekening giro yang bersangkutan.

c. Deposito

Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau


akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah
dan/atau UUS. Deposito pada bank syariah dalam praktinya lebih
sering menggunakan akad mudharabah, hal ini dikarenakan pada
dasarnya tujuan dari nasabah menggunkan produk ini adalah untuk
mendapatkan keuntungan dari investasi yang merka lakukan
menggunakan produk deposito. Penggunaan akad mudharabah ini
sesuai dengan fatwa Dewan Syari’ah Nasional No 03/DSN-
MUI/IV/2000 yang menyatakan bahwa deposito terbagi atas dua yaitu
deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah yaitu deposito yang
berdasarkan perhitungan bunga dan deposito yang dibenarkan
secara syari’ah yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Deposito merupakan simpanan berjangka waktu tertentu misalnya
deposito untuk 3 bulan, ini artinya simpanan berbentuk deposito ini
tidak boleh di ambil sebelum jangka waktu tersebut yaitu 3 bulan.
Sebagai kompensasi atas deposito ini bank syari’ah akan

6
memberikan nisbah atau bagi hasil kepada nasabah. Besaran nisbah
yang akan diterima oleh nasabah tergantung dari akad awal ketika
nasabah membuka rekening deposito. Biasanya penentuan besaran
nisbah ini menggunakan metode rasio dan presentase dari besaran
investasi.

Dengan demikian terdapat jelas perbedaan dari 3 produk


penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank syari’ah. Adapun
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabungan Giro Deposito
Akad yang 1. Wadi’ah 1. Wadi’ah Mudharabah
digunakan 2. Mudhorobah 2. Mudharabah
1. ATM 1. ATM Penarikan Tunai
Alat
2. Penarikan Tunai 2. Cek (teller)
Penarikan
via Teller 3. Bilyet Giro
Kapanpun Kapanpun Setelah Jangka
Waktu (On call) (On call) Waktu
Penarikan kesepakatan
berakhir
1. Setoran Tunai Via 1. Setoran Tunai Setoran Tunai via
ATM Via ATM Teller
Alat Setoran
2. Setoran Tunai via 2. Setoran Tunai via
Teller Teller
Sesuai Kebijakan Sesuai Kebijakan Tidak ADA
Nominal Bank, umumnya Bank, umumnya
Penarikan maksimal penarikan maksimal penarikan
Via ATM range antara 5 juta - range antara 5 juta -
10 juta per hari 10 juta per hari
Sesuai Kebijakan Kebijkan bank Tidak ADA
Bank, umumnya umumnya transfer
maksimal transfer range antara 5 juta -
range antara 5 juta -10 25 juta per hari, baik
juta per hari, baik itu itu via ATM ataupun
Nominal via ATM ataupun m-Banking ataupun
Transfer m-Banking ataupun e-banking, namun
e-Banking nasabah dapat
mengajukan
permohonan
penambahan nominal
maksimal transfer

7
sesuai kebutuhan
nasabah.
Kelebihan Biaya Administrasi Adanya kebijakan Tidak ADA
Lainnya Bulanan lebih murah Overdraft atau saldo
dibandingkan dengan merah untuk bank-
Giro bank tertentu

2. Produk Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan


dengan itu. Pembiayaan ini dapat berupa :

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.


b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.

Dalam praktiknya produk pembiayaan ini dapat disalurkan dalam bentuk


pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi, dan pembiayaan aneka
barang, perumahaan dan properti.

3. Jasa

Produk jasa pada perbankan syariah umumnya tidak maksudkan untuk


mencari keuntungan tetapi ditujukan sebagai pemberian fasilitas
pelayanan kepada para nasabah dalam melakukan transaksi perbankan.

8
Walaupun pihak bank memberikan jasa kepada nasabah bukan dengan
tujuan untuk mencari keuntungan, namun pihak bank dapat mengenakan
biaya administrasi sehingga transaksi perbankan nasabah dapat berjalan
dengan baik.

Berikut ini produk – produk jasa yang ditawarkan oleh bank syariah :
1. Dana Talangan
2. Anjak Piutang
3. L/C, Transfer, Inkaso, Kliring
4. Jual Beli Valas
5. Gadai
6. Payrol
7. Dan Lain –Lain

9
BAB IV
INKASO DAN KLIRING
A. INKASO

Produk utama yang diitawarkan bank umumnya terbagi atas 3


kategori yaitu penghimpunan dana, penyaluran dana atau pembiayaan dan
jasa. Salahsatu jasa yang ditawarkan oleh bank yaitu jasa inkaso. Inkaso
dapat di artikan sebagai pemberian kuasa atas penagihan piutang atau
akseptasi (persetujuan pembayaran) atas valas baik itu berbentuk cek,
wesel, dan yang lainnya serta surat berharga lainnya yang dimiliki oleh
perorangan atau perusahaan kepada pihak bank. Jika kita sederhanakan
pengertian dari inkaso adalah Suatu jenis jasa yang diberikan oleh pihak
bank atas permintaan nasabah untuk melakukan penagihan pembayaran
atas dokumen atau surat – surat berharga kepada pihak ketiga pada lokasi
lain yaitu bisa jadi cabang lain bank yang bersangkutan atau bahkan pada
bank yang lain. Dari kegiatan ini pihak bank akan mendapatkan biaya komisi
atas penagihan inkaso tersebut. Cek, bilyet giro, surat-surat berharga atau
dokumen – dokumen yang digunakan dalam praktik inkaso ini dalam istilah
perbankan disebut dengan warkat. Warkat yang dapat digunakan dalam
proses inkaso ini adalah sebagai berikut :
 Wesel
 Money order
 Kuitansi
 Cek
 Kupon dan dividen
 Surat aksep
 Surat undian
 Nota tagihan lainnya

10
Adapun contoh dari inkaso adalah sebagai berikut : Tn. Andi adalah
nasabah Bank Berkah Sejahtera cabang pangkalpinang menerima sebuah
cek dari nasabah Bank Prima Jakarta sebagai pelunasan piutangnya. Tn.
Andi melakukan pencairan cek Bank Prima tersebut di Bank Berkah
Sejahtera dengan sistem inkaso. Artinya Bank berkah Sejahtera akan
melakukan penagihan kepada Bank Prima Jakarta atas cek tersebut. Jika
kita cermati penciaran cek tersebut seharusnya dilakukan di Bank Prima
Jakarta, namun karena terkendala jarak, maka tn. andi dapat meminta pihak
Bank Berkah Sejahtera untuk melakukan pencairan atas cek tersebut
dengan sistem inkaso. Atas kegiatan jasa yang dilakukan oleh Bank Berkah
Sejahtera maka pihak bank berhak atas komisi penagihan atas cek tersebut.
Inkaso jika dilihat dari lalulintas dananya dapat dibagi menjadi 2
kategori yaitu inkaso keluar dan inkaso masuk.
1. Inkaso Keluar
Inkaso keluar adalah inkaso yang dikirimkan oleh bank kepada bank
lain atau pihak lain sebagai kegiatan penagihan atas suatu warkat
surat berharga yang diterbitkan oleh nasabah bank lain. Inkaso keluar
ini dalam praktinya adalah bank hanya sebagai pihak yang menerima
amanat dari nsabahnya atau pemegang cek untuk menagihkan
sejumlah tagihan tertentu kepada bank pihak yang mengeluarkan cek.
Adapun contoh inkaso keluar ini adalah sebagai berikut :
Tn. Andi adalah nasabah Bank Berkah Sejahtera cabang
pangkalpinang menerima sebuah cek dari nasabah Bank Prima
Jakarta sebagai pelunasan piutangnya. Tn. Andi melakukan
pencairan cek Bank Prima tersebut di Bank Berkah Sejahtera dengan
sistem inkaso. Artinya Bank berkah Sejahtera akan melakukan
penagihan kepada Bank Prima Jakarta atas cek tersebut.
2. Inkaso masuk
Inkaso masuk adalah kebalikan dari inkaso keluar. Jika inkaso keluar
adalah kegiatan penagihan yang dilakukan oleh bank kepada pihak
ketiga atau bank lain dari nasabah yang mengeluarkan cek, maka
inkaso masuk adalah tagihan yang diterima oleh bank untuk
menyelesaikan pembayaran tertentu atas hutang nasabahnya kepada

11
pihak lain atau bank lain atas dasar cek atau dokumen yang
dikeluarkan oleh nasabah bank yang bersangkutan.
Contoh transaksi inkaso masuk ini adalah sebagai berikut :
Bank Babel syariah menerima tagihan dari bank lain berupa selembar
bilyet giro / cek yang dikeluarkan oleh salahsatu nasabahnya sebagai
bukti pembayaran atas hutangnya. Atas kejadian ini maka bank babel
syariah akan mengurangi nilai saldo giro nasabahnya dan akan
dipindahkan kerekening nasabah bank lain yang melakuka
penagihan.

Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan inkaso ini sejatinya akan


melibatkan peran penting dari bank Indonesia selaku bank central untuk
Negara ini. Setiap inkaso yang dilakukan oleh bank pastinya didukung oleh
warkat / dokumen yang jelas atau dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya kegiatan inkaso ini terdapat alur atau
prosedur yang dijalankan oleh bank. Berikut ini alur atau prosedur
pelaksanaan inkaso.

Bank menerima warkat


sebagai dasar Selesai
pelasanaan inkaso

Bank akan memberikan


notifikasi kepada penyetor jika
Bank memeriksan inkaso sudah selsesai atau
warkat berhasil dilakukan

Bank melakukan Bank memberikan slip


pencocokan atas isian copy kepada penyetor
warkat / slip permintaan

Setelah data isian dan warkat dianggap benar, selanjutnya teller


memberikan tanda egal atas slip permintaan kegiatan inkaso
berupa stempel dari bank yang menerima perimtaan inkaso

12
B. KLIRING

Didalam dunia perbankan, kliring merupakan kegiatan yang sangat


penting dalam kegiatan opersioanal bank baik itu dibank syariah maupun
konvensional. Oleh karena itu perlu adanya pembahasan yang lebih
mendalam terkait kliring ini. Kliring adalah suatu kegiatan pertukaran warkat
atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun
nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu .
Kliring juga dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara perhitungan
utang piutang yang biasaya berbentuk surat – surat dagang dan surat
berharga jangka pendek dari suatu bank ke bank yang lain. Tujuan utama
dari adanya jasa kliring ini adalah memudahkan penyelesaian transaksi dan
menjamin keamanannya serta memperlancar dalam transaksi dalam bentuk
pembayaran giral. Pembayaran giral merupakan pembayaran atau
pelunasan yang dilakukan oleh salshsatu pihak dengan menggunakan uang
giral. Uang giral merupa[kan uang yang disimpan oleh nasabah dalam
rekening pada bank umum serta dapat dipergunakan untuk transaki
pembayaran melalui perantara warkat bank seperti cek, bilyetgiro, surat
perintah bayar, dan lainnya.
Adanya transaksi kliring ini memudahkan pihak – pihak yang
melakukan transaksi yang nilainya cukup besar karena dengan adanya
kliring ini pemindahan nilai kas dari satu pihak kepihak lainnya tidak harus
dilakukan dengan tatap muka langsung melainkan hanya menggunakan
sistem kliring ini. Selain itu dengan adanya sistem kliring ini maka keragua –
raguan yang terjadi terkait keamanan dalam bertransaksi dapat diminimalisir
seperti penggunaan uang palsu atau perampokan. Cara yang mudah dalam
bertransaksi yang ditawarkan oleh sistem klring ini adalah dengan
melakukan pembayaran dengan cek/bilyet giro.
Contoh :
 A memberikan cek/bilyet Giro bank Babel Syariah ke B Nasabah Bank
Prima Babel;
 B menagih lewat Prima Babel di mana B sebagai nasabah.

13
Proses yang terjadi di Bank Babel Syariah dan Prima Babel akan
berlangsung sebagai berikut:
 Setelah bank Prima Babel menerima warkat cek/bilyet giro, maka warkat
tersebut akan dibawa dalam pertemuan antar bank di suatu tempat yang
ditunjuk oleh Bank Sentral dan penyerahannya kepada Bank Babel
Syariah;
 Setelah menerima cek/bilyet giro dari bank Prima Babel, maka Bank
Babel Syariah akan memeriksa kebenaran warkat serta saldo
nasabahnya. Bila tidak ada masalah, maka bank Babel Syariah akan
memotong rekening A sebesar nilai cek/bilyet giro dan mengirimkannya
ke Bank Prima Babel
 Setelah mendapatkan kiriman dari bank Babel Syariah, maka bank
Prima Babel akan mengkreditkan rekening B sebesar nilai yang berhak
diterimanya.
Dengan cara di atas, maka B akan menerima uang pembayaran dengan
mudah dan aman. Cara lain yang dapat ditempuh oleh B langsung
mencairkan cek yang diterimanya dari A ke Bank Babel Syariah, namun
cara ini memiliki risiko keamanan bagi B karena dia akan menerima uang
tunai.
Dalam praktiknya kliring dapat dikategorikan kedalam 3 jenis kliring
yaitu kliring umum, kliring lokal dan kliring antar cabang. Berikut ini
penjelasan untuk masing – masing jenis kliring
1. Kliring umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar bank
yang proses pelaksanaannya diawasi dan diatur oleh Bank Indonesia.
2. Kliring lokal perhitungan warkat antarbank yang masih dalam satu
wilayah.
3. Kliring antar cabang (interbranch clearing) adalah perhitungan warkat
antar bank yang masih dalam satu wilayah cabang bank peserta.
Kliring hanya bisa dilakukan oleh bank – bank yang masuk kedalam
kepersertaan kliring. Artinya bank yang tidak termasuk kedalam peserta
kliring tidak bisa melaksanakan transaksi kliring antar bank. Bank yang
masuk kedalam kepersertaan kliring adalah bank umum yang berada dalam
wilayah kliring tertentu dan tidak dihentikan kepersetaannya dalam kliring

14
oleh bank Indonesia. Agar bank umum dapat menjadi peserta kliring,
terdapat syara –syarat tertentu yang harus dipenuhi. Adapun syarat – syarat
tersebut adalah sebbagai berikut :
1. Mendapatkan persetujuan dari bank Indonesia serta wajib ikut serta
dalam proses kliring
2. Usaha yang dijalankan menapatkan perizinan yang sah
3. Administrasi dan keuangan yang memungkinkan bank dalam
melaksanakan kewajibannya dalam proses kliring
4. Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran tarik kredit
yang diberikan oleh kantor tersebut telah mencapai sekurang-
kurangnya 20% dari syarat modal disetor minimum bagi pendirian
bank baru diwilayahnya.
5. Menyetor jaminan kliring sebesar 50% rata-rata kewajiban 20 hari
terakhir dikurangi 40% rata-rata tagihan harian 20 hari terakhir.
Kewajiban ini hanya berlaku bagi kantor bank yang baru menjadi
peserta kliring atau yang baru direhabilitasi. Jaminan kliring ini hanya
berlaku 6 bulan terhitung sejak tanggal penyetoran. Kewajiban
menyetor jaminan kliring ini tidak berlaku bagi peserta tidak langsung
atau peserta yang pindah wilayah kliring.
6. Bank peserta menunjukkan minimal orang wakil tetap pada lembaga
kliring

Jika dilihat dari sistem penyelengaraannya kliring dapat dikategorikan


kedalam 4 jenis penyelenggaran kliring yaitu kliring sistem manual, kliring
sistem semi otomasi, kliring otomasi dan kliring elektronik. Berikut
penjelasan untuk keempat sistem penyelenggaraan kliring ini.
1. Sistem manual
Sistem manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta
pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada
sistem iini pelaksanaan fungsi kliring seluruhnya dilakukan secara
manual. Adapun ciri – ciri dari pelaksanaan sistem kliring manual ini
adalah sebagai berikut :

15
a. Perhitungan kliring dan pemilahan/penyampaian warkat dilakukan
oleh semua peserta
b. Pembuatan dan pencocokan rincian Daftar Warkat Kliring,
penyusunan Neraca Kliring serta pembuatan Bilyet Saldo Kliring
dilakukan oleh Peserta;
c. Penyusunan Neraca Kliring Penyerahan dan Pengembalian
Gabungan dilakukan oleh Penyelenggara;
d. Identitas peserta menggunakan nomor urut kelompok;
e. Menggunakan warkat baku, namun dapat menggunakan standar
kertas sekuriti yang lebih rendah bila dibandingkan dengan warkat
baku pada sistem otomasi dan elektronik
f. Kesalahan perhitungan lebih sering terjadi
g. Memiliki wakil peserta sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang
mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah dan
menandatangani Daftar Warkat Kliring Penyerahan/Pengembalian,
Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian, Bilyet Saldo Kliring
serta menandatangani dan mencantumkan nama jelas sebagai
tanda terima pada Daftar Warkat Kliring
Penyerahan/Pengembalian yang diterima dari peserta lain.

2. Sistem semi otomatis


Sistem semi otomasi adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal
yang dilakukan secara otomasi untuk pelaksanaan perhitungan dan
pembuatan Bilyet Saldo Kliring dan dilakukan secara manual oleh
setiap peserta dalam pemilihan warkat.

3. Sistem otomatis
Sistem otomasi adalah sistem penyelenggaraan kliring dimana
perhitungan dan pembuatan rekapitulasi perhitungannya (bilyet saldo
kliring) dilakukan secara elektronik disertai dengan penyampaian
warkat peserta kepada penyelenggara untuk kemudian dipilah secara
otomasi. Dalam sistem kliring ini, hasil perhitungan kemudian
dicocokkan dengan hasil perhitungan secara elektronik.

16
C. AKUNTANSI KLIRING

Untuk lebih memahami tentang transaksi kliring dalam perbankan,


maka berikut ini contoh transaksi kliring yang terjadi di bank beserta
pencatatan akuntansinya. Seluruh transaksi ini adalah transaksi kliring yang
diselesaikan melalui kliring lokal.

1. Nasabah Bank Babel Syariah Pangkalpunang yang bernama Erik


melakukan penarikan cek dengan nomor C301 senilai Rp60.000.000,-
sebagai pelunasan pembelian 1 unit kendaraan kepada PT Indomobil
nasabah bank Prima Babel .
2. Bank Babel syariah menerima bilyet giro dari salahsatu nasabah giro
mudharabahnya yang bernama andi. Bilyet giro ini adalah bukti bagi
hasil yang diterimanya andi dari kerjasama koleganya bernama wati
nasabah Bank Central Syariah Pangkalpinang. Nilai dari bilyet giro ini
sebesar Rp50.000.000,-.

Diminta:
1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku
lembaga kliring

Jawab:

1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring


Pencatatan pada Bank Babel Syariah
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
1 RAR Kliring 60.000
RAR Kiring 60.000
(Kliring 1)
1 Giro Mudharabah Erik 60.000
Giro BI 60.000
(kliring 2)

17
2 RAR Kliring 50.000
RAR Kiring 50.000
(Kliring 1)
2 Giro BI 50.000
Giro Mudharabah Andi 50.000
Kliring 2)

Pencatatan pada Bank Prima Babel


Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
1 RAR Kliring 60.000
RAR Kiring 60.000
(Kliring 1)
1 Giro BI 60.000
Giro Mudharabah Indomobil 60.000
(kliring 2)

Pencatatan pada Bank Central Syariah


Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
1 RAR Kliring 50.000
RAR Kiring 50.000
(Kliring 1)
1 Giro Mudharabah Wati 50.000
Giro BI 50.000
(kliring 2)

D. REAL TIME GROSS SETTLEMENT SYSTEM

Diera global seperti saat ini hampir seluruh transaksi keuangan akan
melibatkan bank baik itu dengan alasan keamanan, maupun kecepatan
penyelesaian transaksi. Oleh karena itu peran bank dalam praktik ini
sangatlah penitng. Pada bagian sebelumnya kita sudah membahas tentang
inkaso dan kliring, dimana kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan lalulintas keuangan yang terjadi dibank. Dalam
kegiatan transfer uang didalam perbankan dikenal istilah RTGS (Real Time
18
Gross Settlement) dimana RTGS ini pada dasarnya hampir sama dengan
kliring. RTGS (Real Time Gross Settlement) merupakan layanan transfer
uang yang biasa digunakan untuk transaksi atau pengiriman (transfer) uang
dalam jumlah besar.
Pada umumnya RTGS (Real Time Gross Settlement) adalah metode
transfer yang digunakan dibank untuk transaksi –transaksi yang jumlah
diatas 100 Juta. Selain niominal transaksi yang besar perbedaan antara
kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement) terlihar dari waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksi. Pada kliring bisa membutuhkan
waktu hingga 3 hari kerja agar uang kamu sampai ke rekening penerima.
Sedangkan pada RTGS, uang yang kamu kirim dapat diterima saat itu juga
dengan estimasi waktu sekitar 4 jam. Adapun kekurangan dari penggunaan
RTGS ini dalam transaksi keuangan, terletak pada biaya transaksi yang
cukup besar dibandingkan dengan metode yang lainny.
Selain sistem kliring dan RTGS, dalam kegiatan transakksi lalulintas
keuangan juga dikenal istilah realtime system. Real time system merupakan
sistem pengiriman uang yang paling cepat dibandingkan meotde atau
sistem lainnya didalam transaksi perbankan. Dalam real time system ini
uang yang ditransfer akan masuk kerekening penerima diwaktu yang sama
ketika transaksi dinyatakan berhasil hal ini dengan asumsi tidak ada
kesalahan disistem bank yang bersangkutan. Keunggulan dari sistem ini
yaitu kecepatan dalam proses transfer tetapi diimbangi dari kekurangan dari
sistem ini yaitu nominal transfer yang bisa dilaksanakan dalam satu waktu
itu sangat terbatas. Dapun media yang sering digunakan dalam proses
transfer dengan metode ini sepertii mobile banking, internet banking dan
ATM (Auto Teller Machine)

19

Anda mungkin juga menyukai