Anda di halaman 1dari 6

Berdasarkan fatwa Dewa Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana yang digunakan

dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Prinsip wadiah tidak
menggunakan bagi hasil tapi menggunakan sistem bonus dengan Produknya giro dan tabungan,
sedangkan prinsip mudharabah menggunakan sistem bagi hasil dengan produknya tabungandan
deposito. Penghimpunan dana pada perbankan syariah dapat dilihat dari skema dibawah ini,

Dari skema diatas dapat diketahui bahwa mekanisme penghimpunan dana baik giro,
tabungan ataupun deposito pada bank syariah hanya mengenal dua jenis, yaitu mekanisme
wadiah (titipan) dan mekanisme mudharabah (bagi hasil).

 Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak
sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).
Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula
dna tersebut digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini
akan dibagi hasilkan berdasarkn nisbah yang disepakati.
Dalam hal bank menggunakan nya untuk melakukan mydharabah kedua, maka bank bertanggung
jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

Rukun mudharabah terpenuhi sempurna bila ada yaitu :


1. Ada mudharib
2. Ada pemilik dana
3. Ada usaha yang akan dibagi hasilkan
4. Ada nisbah
5. Ada ijab qabul

Karakteristik transaksi Mudharabah, adalah:


1. Dana Mudharabah
Dana yang dhimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta dinyatakan dengan
jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan
usaha.
2. Keuntungan
pembagian keuntungan harus berdasarkan nisbah yang disepakati pada awal dan dituangkan dalam
akad.

 Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi
menjadi dua yaitu :
1. Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )
Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari Musyarakah, dimana dana merupakan
100 % milik bank. dana ini dapat digunakan untuk kegiatan usaha nasabah sesuai kehendak
nasabah. Bank yang memiliki produk seperti ini harus betul-betul selektif dalam memilik calon
debitur/nasabah, karena resiko yang ditanggung bank adalah 100% dari dana yang disalurkan.
Oleh karena itu biasanya Produk Mudharabah terkait dengan Projek-projek singkat yang berasalah
dari pemerintah atau perusahaan yang kredible dan nasabah yang kompeten dan terpercaya dalam
mengerjakannya.

2. Mudharabah Muqayadah (Investasi Terikat)


Perbedaan Mudharabah Muqayadah dengan Mutlaqah adalah disisi penggunaan dana yang
diterima nasabah. penggunaannya terikat syarat-syarat dari pemilik dana. Waktu dan jenis usaha
sudah ditentukan sebelumnya. Bank mempertemukan pemilik dana dan calon debitur/nasabah dan
memfasilitasi pencairan dana dan penerimaan angsuran modal dan bagi hasil dari nasabah. Bank
akan mendapatkan jasa/fee dari kegiatan ini.

 Akuntansi penghimpunan dana mudharabah untuk tabungan, dan deposito


1. Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan
dengan itu.
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya menggunakan
akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah,
khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola dana.
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik
dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar
jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana
syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
1) Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan bank bertindak
sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk mudharabah
dengan pihak lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan.
Fasiltas yang diperoleh untuk tabungan mudharabah:
1. Menggunakan buku tabungan
2. Setoran awal minimum berdasarkan kebijakan bank
3. Setoran berikutnya tidak dibatasi dan waktu penarikan sesuai dengan akad
4. Bagi hasil dikreditkan pada rekening tabungan setiap akhir bulan
5. Tipe tabungan :
Rekening perorangan
Rekening bersama (dua atau lebih)
Rekening organisasi yang tidak berbadan hukum
Rekening perwalian yang dioperasikan orang tua/wali
Rekening dijadikan jaminan pembiayaan
6. Pengakhiran perjanjian tabungan terjadi bila tabungan ditutup

2. Deposito Mudharabah
depisito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan hanya pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah (penyimpan) dengan bank syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya
dengan deposito konvensional adalah terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Jenis deposito berjangka:
1. Deposito berjangka biasa, adalah eposito yang berakhir pada jangka waktu yang dijanjikan,
perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru/pemberitahuan dari
penyimpan.
2. Deposito berjangka otomatis, pada saat jatuh tempo secara otomatis akan diperpanjang untuk
jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000, tentang deposito mudharabah yaitu
:
1. Di sini nasabah disebut sebagai pemilik dana atau shahibul maal dan bank disebut sebagai
pengelola dana atau mudharib.
2. Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
3. Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak melenceng pada prinsip
syariah dan mnembangkannya, rmasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
4. Bank menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi biaya operasional
deposito.
5. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
6. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening

Ketentuan Deposito Mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:


1. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan
piutang
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan

Fasilitas yang diperoleh untuk Deposito:


1. Menggunakan sertifikat deposito atau bilyet deposito
2. Minimum jumlah investasi ditentukan oleh bank
3. Mempunyai jangka waktu (1, 3,6,12, 24 bulan dst)
4. Kontrak berakhir pada saat jatuh tempo, tetapi dapat diperpanjang (ARO)
5. Bagi hasil diberikan pada saat jatuh tempo, interim bagi hasil dapat
diberikan setiap periode yang diperjanjikan
6. Nisbah bagi hasil ditetapkan dimuka. Bank dapat memberikan bagi hasil
melebihi tetapi tidak boleh kurang dari nisbah yang diperjanjikan. Kelebihan bagi
hasil atas nisbah dianggap bonus.
7. Jumlah investasi tergantung pada proyek biasanya dalam jumlah besar

Anda mungkin juga menyukai