Anda di halaman 1dari 3

A.

Aplikasi Al-Qard dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS)


Uang yang dititipkan nasabah kepada LKS yang biasanya menggunakan akad
wadi’ah dapat berubah menjadi qard. Perubahan harta ini terjadi apabila pihak LKS
menggunakan dana atau uang tersebutbuntuk dimanfaatkan atau diinvestasikan dalam
kegiatan bisnis atau penggunaan uang tersebut untuk dikembangkan. Namun
demikian, bila ada keuntungan yang dipatok dengan bunga tertentu, maka hal ini tidak
dibenarkan dalam syariat. Kalaupun pihak bank tidak memberikan bunga, namun
menggunakan dana titipan tersebut untuk melakukan kredit ribawi dan praktik-praktik
yang diharamkan lainnya, hal ini juga tidak diperbolehkan.
Berkaitan dengan deposito, Al-Zuhaili menjelaskan bahwa menurutnya ada
tiga macam; pertama, deposito yang mempunyai nilai terus bertambah karena
diinvestasikan. Kedua, deposito yang memiliki pemasukan lancar, di mana
keuntungan atau laba dapat ditarik setiap setengah atau satu tahun, sementara pokok
pinjaman masih utuh. Ketiga, deposito yang tidak memberikan laba pasti setiap tahun,
namun nasabah diberi keuntungan dengan cara undian.
Berdasarkan tiga jenis deposito di atas, jenis pertama dan kedua menurut
Wahbah al-Zuhaili masuk dalam kategori qard, namun yang dilarang, karena ada
keuntungan ribawi. Begitu juga jenis yang ketiga, meskipun tidak memberikan laba
pasti, namun pemberian hadiah dengan undian hannyalah hilah memberikan bunga
kepada nasabah pemberi pinjaman.
Praktik qard dalam Lembaga Keuangan Syariah, mengingat sifatnya bukan
transaksi komersial dan tanpa kompensasi, maka qard menggunakan sumber dana
yang berasal:
1. Untuk membantu dana talangan yang bersifat jangka pendek, digunakan modal
bank.
2. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial digunakan dana yang
bersumber dari zakat, infak, dan sedekah.1

Sementara Ismali menyatakan bahwa asal dana qard adalah sebagai berikut:
1. Qard yang diperlukan untuk pemberian dana talangan kepada nasabah
yang memiliki deposito di bank syariah. Dana talangan ini diambilkan dari
modal bank syariah yang jumlahnya sedikit dan jangka waktunya pendek,
sehingga bank syariah tidak diragukan.
2. Qard yang digunakan untuk memberikan pembiayaan kepada pedagang
asongan kecil (pedagang kecil) atau lainnya, sumber dana berasal dari
zakat, infak, sedekah dari nasabah atau para pihak yang menitipkannya
kepada bank syariah.
3. Qard untuk bantuan sosial, sumber dana berasal dari pendapatan bank
syariah dari transaksi yang tidak dapat dikategorikan pendapatan halal.
Misalnya, pendapatan denda atas keterlambatan pembayaran angsuran oleh
nasabah pembiayaan, denda atas pencairan deposito berjangka sebelum
jatuh tempo, dan pendapatan non-halal lainnya.2

1
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management Teori, Konsep, dan Aplikasi
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktis dan Mahasiswa, (Jakarta: rajawali Pers, 2008),
197.
2
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 213.
Simpanan giro dan tabungan dapat menggunakan prinsip qard, ketika bank
dianggap sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari nasabah deposan sebagai
pemilik modal. Bank dapat memanfaatkan dana pinjaman dari nasabah deposan untuk
tujuan apa pun, termasuk untuk kegiatan produktif mencari keuntungan. Sementara
nasabah deposan dijamin akan memperoleh kembali adanya secara penuh, sewaktu-
waktu nasabah ingin menarik dananya. Bank boleh memberikan bonus kepada
nasabah deposan, selama hal ini tidak disyaratkan di awal perjanjian.3
Ketentuan lembaga keuangan, termasuk bank terkait dengan qard adalah
sebagai berikut:
1. Kontrak perjanjian qard dilaksanakan antara bank dan nasabah.
2. Nasabah menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan bank syariah
menyerahkan modal sebagai investasi. Modal yang diserahkan dalam qard berasal
dari dana bank dan dana kebajikan yang dikumpulkan oleh bank dari berbagai
sumber antara lain: zakat, infak, sedekah, denda, bantuan dari pihak lain, dan dana
lainnya.
3. Bila terdapat keuntungan, maka keuntungan 100% dinikmati oleh nasabah, tidak
dibagi hasilkan dengan bank syariah.
4. Pada saat pembayaran atau jatuh tempo, maka nasabah mengembalikan 100%
modal yang berasal dari bank syariah, tanpa ada hambatan.

Praktik qard dalam Lembaga Keuangan Syariah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nasabah mengajukan pinjaman dana qard kepada Lembaga Keuangan
Syariah.
2. Nasabah dan pihak LKS menyepakati mengenai biaya administrasi dan
waktu pengembalian pinjaman.
3. LKS dapat meminta jaminan atas pinjaman apabila diperlukan.
4. Nasabah menggunakan dana pinjaman tersebut untuk usaha.
5. Apabila mendapat keuntungan dari usaha tersebut, maka seluruhnya
menjadi hak nasabah, apabila terjadi kerugian, maka juga menjadi
tanggung jawab nasabah.
6. Nasabah harus mengembalikan pinjaman sejumlah nominal yang dipinjam,
tanpa harus memberikan margin atau bunga.
7. Pasal 615 KHES menyebutkan Nasabah dapat Memberikan
tambahan/sumbangan dengan sukarela kepada pemberi pinjaman selama
tidak diperjanjikan dalam transaksi.
8. Pasal 616 KHES menyebutkan bahwa Jika nasabah tidak dapat
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah
disepakati dan pemberi pinjaman Lembaga Keuangan Syari’ah telah
memastikan ketidakmampuannya dapat:
a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. Menghapus/write off sebagian atau seluruh kewajibannya.

3
Ibid.
B. Aplikasi Al-Qard dalam Perbankan
Akad qardh biasanya diterapkan sebagai hal berikut:
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif
pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamnya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk
khusus yaitu al-qardh al-hasan.

C. Sumber Dana
Sifat al-qard tidak memberi keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan qard
dapat diambil menurut kategori berikut:
1. Al-qard yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan
berjangka pendek. Talangan dana di atas dapat diambilkan dari modal bank.
2. Al-qard yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial,
dapat bersumber dari dana zakat, infak, dan sedekah. Di samping sumber dana
umat, para praktisi perbankan syariah, demikian juga ulama, melihat adanya
sumber dana lain yang dapat dialokasikan untuk qard al-hasan, yaitu pendapatan-
pendapatan yang diragukan, jasa nostro di bank koresponden yang konvensional,
bunga atas jaminan L/C di bank asing, dan sebagainya. Salah satu pertimbangan
pemanfaatan dana-dana ini adalah kaidah akhaffu dhararain (mengambil
mudharat yang lebih kecil). Hal ini mengingat jika dana umat Islam dibiar- kan di
lembaga-lembaga non-muslim mungkin dapat dipergunakan untuk sesuatu yang
merugikan Islam, misalnya dana kaum muslimin Arab di bank-bank Yahudi
Switzerland. Oleh karenanya, dana yang parkir tersebut lebih baik diambil dan
dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana alam atau membantu dhu’afa.

D. Manfaat Al-Qard
Manfaat akad al-qardh banyak sekali, di antaranya:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat
talangan jangka pendekpendek.
b. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah
dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, di samping misi
komersial.
c. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.

Risiko dalam al-qardh terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang


tidak ditutup dengan jaminan.

Anda mungkin juga menyukai