Sumber
1. Abdul Ghofur Anshori, 2010, Perbankan Syariah di
Indonesia (Cet. 2), Gama Press, Yogyakarta.
2. ---------------------------, 2009, Hukum Perbankan Syariah
(UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Bandung.
3. ---------------------------, 2008, Payung Hukum Perbankan
Syariah (Edisi Lengkap), UII Press, Yogyakarta.
4. ---------------------------, 2008, Penerapan Prinsip Syariah
dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan, dan
Perusahaan Pembiayaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
PERBANKAN & BANK SYARIAH
• Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
• Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank
Konvensional
TITIPAN (WADIAH)
BAGI HASIL (SYIRKAH)
JUAL-BELI (TIJAROH)
SEWA (IJARAH)
JASA/FEE( AL AJR WALUMULLAH)
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA
(Funding)
AL-WADI’AH :
Adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kepada si penitip kapan saja si
penitip menghendaki.
1 Titipan dana
4 Beri Bonus
Aplikasi di Perbankan/LKS :
1. Current Account (Giro)
2. Saving Account (Tabungan)
Penerima
pembiayaan
Al-Mudharabah
• Pengertian :
– Akad kerjasama antara dua pihak • Jenis Mudharabah :
dimana pihak pertama menyediakan – Mudharabah Mutlaqah (tanpa
seluruh modal (100%), sedang pihak lain syarat)
menjadi pengelola. Keuntungan usaha
mudharabah dibagi menurut kesepakatan – Mudharabah Muqayyadah
yang dituangkan dalam kontrak, (dengan syarat)
kerugian ditanggung oleh pemodal • Aplikasi pada perbankan :
selama kerugian tidak akibat kelalaian
– Sisi Funding
pengelola
• Giro
• Landasan :
• Tabungan berjangka
– Al-Qur’an :
• Deposito biasa
• QS. Muzamil : 20;
• Deposito spesial
• Al-Jum’ah : 10;
• Al-Baqarah : 198
– Sisi Pembiayaan :
– Shahibul mall (bank) • Pembiayaan modal kerja
– Penerima pembiayaan/nasabah • Investasi khusus
(mudharib)
Penjelasan Jenis Akad Mudharabah
1. Mudharabah Muthlaqah adl bentuk kerjasama
antara shahibul maal dan mudharib yg cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis.(Jenis Mudharabah
Muthlaqah inilah yang biasanya dipakai oleh bank
dlm skim penghimpunan dana melalui, giro,
tabungan maupun deposito)
2. Mudharabah Muqayyadah, adl btk kerjasama antara
shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
terbatas baik jenis usaha maupun waktunya.(Jenis
Mudharabah Muqayyadah inilah yang biasanya
dipakai oleh bank dlm kegiatan penyaluran dana
melalui pembiayaan mudharabah)
Skema Mudharabah
Dari sisi penghimpunan dan penyaluran dana
Bank
1. Menyimpan dana
4 Bagi hasil
(Sesuai dg
Nasabah Nisbah)
Penyimpan 3 Bagi Hasil 2 Penyaluran dana kpd
(Sesuai dg Nisbah) nasabah mitra
Peminjam
(Dipakai utk Keg
Produktif
PRODUK PEMBIAYAAN
KONSUMTIF
SKIM BAI’ AL-MURABAHAH
Al-Murabahah :
– Adalah jual beli barang pada harga asal Aplikasi pada perbankan :
dengan tambahan keuntungan (ribhun) – Pembiayaan untuk
yang disepakati. pembelian barang, baik
– Dasar Hukum : Al-Baqarah 275 (… untuk dalam negeri maupun
Allah menghalalkan jual beli …) luar negeri
Syarat :
– Penjual memberitahu biaya modal
kepada nasabah
– Kontrak harus sah sesuai rukunnya
– Kontrak bebas dari riba
– Penjual menjelaskan kondisi barang
kepada pembeli
– Penjual menyamapikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian
Syarat2 Pembiayaan Murabahah
a. Bank menyediakan dana pembiayaan
berdasarkan perjanjian berdasarkan jual
beli barang
b. Jangka waktu pembayaran harga barang
oleh nasabah kepada bank ditentukan
berdasarkan kesepakatan bank dan
nasabah
c. Bank dapat membiayai sebagian atau
seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya
d. Dlm hal bank mewakilkan kepada
nasabah (wakalah) untuk membeli
barang, maka akad Murabahah harus
dilakukan setelah barang secara prinsip
menjadi milik bank
e. Bank dapat meminta nasabah untuk
membayar uang muka atau urbun saat
menandatangani kesepakatan awal
pemesanan barang oleh nasabah
f. Bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan agunan tambahan selain barang
yang dibiayai bank
g. Kesepakatan marjin harus ditentukan satu
kali pada awal akad dan tidak berubah
selama periode akad
h. Angsuran pembiayaan selama periode akad
harus dilakukan secara proporsional
Manfaat al-Murabahah
1. Adanya keuntungan yang muncul dari
selisih harga beli dari penjual dengan
harga jual kepada nasabah.
2. Sistem bai’ al-murabahah sederhana,
sehingga memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah.
Risiko bai’ al-murabahah
1. Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidak
membayar angsuran.
2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga
suatu barang di pasar naik setelah bank
membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual-beli tersebut.
3. Penolakan nasabah terhadap barang karena berbagai
alasan.
4. Barang dijual oleh nasabah, karena setelah
penandatanganan kontrak barang secara hukum telah
menjadi milik nasabah.
Skema Al-
Murabahah
1. Negosiasi dan
persyaratan
6 Bayar setiap
Bank bulan pembeli
5. Terima
barang &
2. Beli barang 4. Kirim Dokumen
Supplier
BAI’ AS-SALAM
Supplier Nasabah
3 Kirim Dokumen 5 Bayar
Bank
Bai’ Al-Istishna’
Pengusaha
Nasabah
1 Pesan 2. Beli
3. Jual
Bank
Ijarah (Sewa)
Pengertian :
– Akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu
sendiri.
– Jenis Ijarah :
• Ijarah
• Ijarah Muntahiabittamlik (IMBT)
Dasar Hukum :
– Al-Baqarah 233
Manfaat dan risiko dalam Ijarah
Bank akan mendapatkan keuntungan sewa dan
kembalinya uang pokok. Nasabah akan mendapatkan
manfaat atas suatu barang.
Risiko Ijarah:
a. Default: nasabah tidak membayar cicilan dengan
sengaja.
b. Rusak: aset ijaran rusak sehingga menyebabkan
pemeliharaan bertambah.
c. Berhenti: nasabah berhenti di tengah kontrak dan
tidak mau membeli aset tersebut.
Syarat2 Pembiayaan Ijarah
a. Bank dapat membiayai pengadaaan obyek sewa
berupa barang yang telah dimiliki bank atau
barang yang diperoleh dengan menyewa dari
pihak lain untuk kepentingan nasabah
berdasarkan kesepakatan
b. Objek dan manfaat barang sewa harus dapat
dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran
sewa dan jangka waktunya
c. Bank wajib menyediakan barang sewa,
menjamin pemenuhan kualitas maupun
kuantitas barang sewa, serta ketepatan
waktu penyediaan barang sewa sesuai
kesepakatan
d. Bank wajib menanggung biaya pemeliharaan
barang/aset sewa yang sifatnya materiil dan
struktural sesuai dengan kesepakatan
e. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah
untuk mencarikan barang yang akan disewa
oleh nasabah
f. Nasabah wajib membayar sewa secara tunai,
menjaga keutuhan barang sewa, dan
menanggung biaya pemeliharaan barang
sewa sesuai dengan kesepakatan.
g. Nasabah tidak bertanggungjawab atas
kerusakan barang sewa yang terjadi bukan
karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian
nasabah.
Konsekuensi hukum berakhirnya masa sewa
Sewa
Supplier
Nasabah
3 Bayar Sewa
A. Milik
1 Pesan Obyek
2 Beli Obyek Sewa Sewa
Bank
Ijarah Muntahia Bitamlik (IMBT)
B. Milik
Supplier
Nasabah
3 Bayar Sewa
A. Milik
1 Pesan Obyek
2 Beli Obyek Sewa Sewa
Bank
Qardh
Qardh adalah pinjam-meminjam dana tanpa
imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu.
Pada dasarya qardh adalah akad yang dipakai
sebagai produk pembiayaan dalam perbankan
syariah.
Akan tetapi sifatnya lebih pada misi sosial, terlebih
pada qardh al-hasan (pinjaman kebajikan) adalah
produk perbankan yang khusus ditujukan bagi
mereka yang benar-benar membutuhkan
Dalam Qardh, pihak bank dilarang mengambil
keuntungan sekecil apapun, karena termasuk
riba jika dilakukan. Akan tetapi nasabah
berdasarkan kebijakan sendiri tanpa
diperjanjikan diawal,diperkenankan
mengembalikan melebihi hutang pokok.
• Bank hanya diperkenankan meminta biaya
administrasi yang rasional
Syarat Akad Qardh
a. Bank dapat memberikan pinjaman qard untuk kepentingan
nasabah berdasarkan kesepakatan
b. Nasabah wajib mengembalikan pokok pinjaman qardh pada
waktu yang telah disepakati
c. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
d. Nasabah dapat memberikan tambahan pengembalian dengan
sukarela
e. Nasabah yang tidak mampu mengembalikan bisa diberikan
perpanjangan jangka waktu atau dihapuskan segala hutangnya
f. Dalam hal nasabah mampu, tetapi tidak mengembalikan bank
dapat mengenakan sanksi
g. Sumber dana qardh untuk kegiatan usaha
yang bersifat sosial dapat berasal dari
modal, keuntungan yang disisihkan, dan
dari dana infak.
h. Sumber dana qardh yang utk kegiatan
usaha yang bersifat talangan dana
komersial jangka pendek diperbolehkan
dari dana pihak ketiga yang bersifat
investasi sepanjang tidak merugikan
kepentingan nasabah pemilik dana.
PRODUK PEMBIAYAAN
PRODUKTIF
Al-Musyarakah
Pengertian :
– Akad kerjasama antara dua pihak Jenis Musyarakah :
atau lebih untuk suatu usaha – Syirkah Al-Inan ( atas modal)
tertentu di mana masing-masing – Syirkah Mufawadah
pihak memberikan kontribusi (persamaan atas modal &
dana atau keahlian dengan pengelolaan)
kesepakatan bahwa keuntungan – Syirkah A’mal (menerima
dan risiko akan ditanggung order untuk dua orang)
bersama sesuai dengan – Syirkah Wujuh (tanpa modal/
kesepakatan nama baik)
– Syirkah Al-Mudharabah
Landasan : (modal dengan keahlian)
– Al-Qur’an : Aplikasi pada perbankan :
• QS. An-Nisa : 12; – Pembiyaan Proyek
• QS. Ash-Shad : 24 – Modal Ventura
Penjelasan
a) Pembiayaan Proyek: Nasabah dan bank sama-
sama menyediakan dana utk membiayai proyek
tsb. Setelah proyek selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.
b) Modal Ventura: Penanaman modal dilakukan
untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank
melakukan divestasi atau menjual bagian
sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
Syarat2 Pembiayaan Musyarakah
a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak
sebagai mitra usaha dengan bersama-sama
menyediakan dana dan/atau barang untuk
membiayai suatu kegiatan usaha tertentu.
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha
dan Bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta
dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas
dan wewenang yang disepakati.
c. Bank beradasarkan kesepakatan dengan
nasabah dapat menunjuk nasabah untuk
mengelola usaha.
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai/barang
e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk
barang, maka barang yang diserahkan harus dinilai
secara tunai berdasarkan kesepakatan.
f. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara bank dan nasabah.
g. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama
sesuai dengan kesepakatan.
h. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana
dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati
i. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara
proporsional menurut porsi modal masing-
masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai
atau menyalahi perjanjian dari salah satu pihak.
j. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat
diubah sepanjang waktu investasi, kecuali atas
dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku
surut
k. Nisbah bagi hasil dapat diterapkan secara
berjenjang yang besarnya berbeda-beda
berdasarkan kesepakatan pada awal akad
l. Pembagian keuntungan dapat dilakukan
dengan metode bagi untung atau rugi [profit
and loss sharing] atau metode bagi pendapatan
[revenue sharing]
m. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil
usaha sesuai dengan laporan keuangan nasabah
n. Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan
pada akhir periode akad atau dilakukan secara
angsuran berdasarkan aliran kas masuk/cash
flow
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan
untuk mengantisipasi risiko apabila nasabah
tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana
dimuat dalam akad karena kelalian dan atau
kecurangan.
Manfaat al-Musyarakah
1) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah
tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah
tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank,
sehingga bank tidak akan mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan
cash flow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak
memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent)
mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan
menguntungkan.
5) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan
menagih penerima pembiayaan (nasabah) bunga
tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.
Risiko dalam Musyarakah
1) Side streaming: nasabah menggunakan
dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja
dalam menggunakan dana.
3) Penyembunyian keuntungan oleh
nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
Skema Musyarakah
Proyek
Nasabah Bank
Keuntungan
Keahlian Modal
100%
Proyek
Nasabah
Bank
Keuntungan
Modal
PRODUK PERBANKAN SYARIAH
DI BIDANG JASA
Jenis-jenis :
Wakalah
Kafalah
Hawalah
Rahn
Sharf
Aplikasi :
Wakalah
Kafalah
Hawalah
Rahn
Sharf---
Wakalah
Akad pemberian kuasa dari satu orang kepada orang
lain untuk bertindak melakukan suatu urusan untuk
dan atas nama pihak pemberi kuasa
Ketentuan tentang Wakalah dlm Fatwa DSN-MUI
no: 10/DSN-MUI/IV/2000, adalah sbb:
a. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh
para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka
dalam mengadakan kontrak (akad).
b. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan
tidak boleh dibatalkan secara sepihak .
Implementasi Akad Wakalah
dalam Perbankan Syariah
Sebagai produk mandiri,akad wakalah
dapat diimplementasikan dalam Kliring,
Inkaso, L/C
Sedangkan sebagai produk pelengkap,
wakalah biasanya juga diterapkan pada
akad pembiayaan murabahah
Kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Dasar hukum kafalah dapat dijumpai dalam Q.S
Yusuf: 72
Kafalah (Lanjutan)
Fatwa DSN-MUI no: 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Kafalah, menyebutkan bahwa ketentuan umum dari kafalah
adalah:
a. Pernyatan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad)
b. Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan
(fee) sepanjang tidak memberatkan
c. Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak
Implementasi akad kafalah dalam Perbankan Syariah adalah
dalam produk Bank Garansi
Persyaratan Jasa Pemberian Jaminan
atas Dasar Akad Kafalah
a. Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan
kewajiban nasabah terhadap pihak ketiga;
b. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik
jasa pemberian jaminan atas dasar Kafalah, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan
penggunaan data pribadi nasabah;
c. Bank wajib melakukan analisis atas rencana jasa pemberian
jaminan atas dasar Kafalah kepada nasabah yang antara lain
meliputi aspek personal berupa analisa atas karakter (Character)
dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha
(Capacity), keuangan (Capital), dan prospek usaha (Condition);
d. Obyek penjaminan harus: merupakan kewajiban
pihak/orang yang meminta jaminan; jelas nilai,
jumlah dan spesifikasinya; dan tidak bertentangan
dengan syariah (tidak diharamkan);
e. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan
dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad
pemberian jaminan atas dasar Kafalah;
f. Bank dapat memperoleh imbalan atau fee yang
disepakati di awal serta dinyatakan dalam jumlah
nominal yang tetap;
g. Bank dapat meminta jaminan berupa Cash
Collateral atau bentuk jaminan lainnya atas nilai
penjaminan;
h. Dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban
kepada pihak ketiga, maka Bank melakukan
pemenuhan kewajiban nasabah kepada pihak ketiga
dengan memberikan dana talangan sebagai
Pembiayaan atas dasar Akad Qardh yang harus
diselesaikan oleh nasabah
(Sumber: SEBI No. 10/14/DPbS Jakarta, 17 Maret
2008)
Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya.
Atau pemindahan beban utang dari muhil (orang
yang berutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih
(orang yang berkewajiban membayar utang).
Dasar hukum:
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu
adalah suatu kezaliman. Dan, jika salah seorang
dari kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada
orang yang mampu/kaya, terimalah hawalah itu.”
(H.R Bukhari dan Muslim)
Hawalah (Lanjutan)
Fatwa DSN-MUI no: 12/DSN-MUI/IV/2000 tentang Hawalah,
menyebutkan bahwa ketentuan umum akad hiwalah adalah:
a. Rukun hawalah adalah muhil, yakni orang yang berhutang dan
sekaligus berpiutang, muhal atau muhtal, yakni orang berpiutang
kepada muhil, muhal alaih, yakni orang yang berhutang kepada
muhil dan wajib membayar hutang kepada muhtal, muhal bih,
yakni hutang muhil kepada muhtal, dan sighat (ijab-qabul).
b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
(akad).
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui
korespondensi, atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
d. Hawalah dilakukan harus dengan persetujuan muhil,
muhal/muhtal dan muhal ‘alaih.
e. Kedudukan dan kewajiban para pihak harus
dinyatakan dalam akad secara tegas.
f. Jika transaksi hawalah telah dilakukan, pihak-pihak
yang terlibat hanyalah muhtal dan muhal ‘alaih; dan
hak penagihan muhal berpindah kepada muhal
‘alaih.
c. Bank wajib melakukan analisis atas rencana pemberian
jasa pengalihan utang atas dasar Akad Hawalah bagi
nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa
analisa atas karakter (Character) dan/atau aspek usaha
antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (Capacity),
keuangan (Capital), dan prospek usaha (Condition);
d. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan
dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad pengalihan
utang atas dasar Hawalah;
e. Nilai pengalihan utang harus sebesar nilai nominal;
f. Bank menyediakan dana talangan (Qardh)
sebesar nilai pengalihan utang nasabah kepada
pihak ketiga;
g. Bank dapat meminta imbalan (ujrah) atau fee
dalam batas kewajaran kepada nasabah; dan
h. Bank dapat mengenakan biaya administrasi
dalam batas kewajaran kepada nasabah.
(Sumber: SEBI No. 10/14/DPbS Jakarta, 17
Maret 2008)
Implementasi Akad Hawalah
Akad hawalah dalam praktik perbankan
syariah diterapkan dalam rangka bank
melaksanakan kegiatan factoring, atau
pengambilalihan piutang oleh bank dari
nasabah, karena nasabah ingin
mendapatkan instant cash.
Dengan hawalah, maka hak tagih yang
menjadi milik nasabah berpindak menjadi
hak bank.
Manfaat dan Risiko al-Hawalah
a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang
dengan cepat dan simultan.
b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang
membutuhkan.
c. Dapat menjadi salah satu fee based income bagi
bank syariah.
Risiko: adanya kecurangan nasabah dengan
memberi invoice palsu atau wanprestasi untuk
memenuhi kewajiban hawalah ke bank.
Gadai/Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya.
Rahn diatur dalam Fatwa DSN-MUI no:
25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
Pinjaman dengan menggadaikan barang
sebagai jaminan hutang dalam bentuk rahn
dibolehkan setelah memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu:
Ketentuan akad Rahn
Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk
menahan Marhun (barang) sampai semua hutang
Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik
Rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh
dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin
Rahin ,dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan
pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada
dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat
dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya
dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban Rahin.
Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun
tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
Penjualan Marhun
– Apabila jatuh tempo, Murtahin harus
memperingatkan Rahin untuk segera melunasi
hutangnya.
– Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya,
maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang
sesuai syariah.
– Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi
hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang
belum dibayar serta biaya penujualan.
– Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.
Aplikasi Rahn dalam Perbankan
a. Sebagai Produk Pelengkap, artinya sebagai akad
tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk lain
seperti dalam pembiayaan bai’ al murabahah. Bank
dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi
akad tersebut.
b. Sebagai Produk Tersendiri, artinya sebagai alternatif
dari pegadaian konvensional. Oleh karena itu tidak
mendasarkan bunga, namun nasabah dikenakan
biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta
penaksiran.
Biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka.
Manfaat ar-Rahn
a. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau
bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang
diberikan bank.
b. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan
pemegang deposito bahwa dananya tidak akan
hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar
janji, karena ada suatu aset yang dipegang oleh
bank.
c. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian,
maka akan dapat membantu masyarakat yang
kesulitan dana.
Risiko ar-Rahn