Anda di halaman 1dari 14

Modul Hukum Perbankan

PERTEMUAN 6 :
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PRODUK-
PRODUK PERBANKAN SYARIAH DAN PERBEDAAN
SERTA PERSAMAAN PERBANKAN SYARIAH
DENGAN KONVENSIONAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis data dan jenis-
jenis analisis statistik. Melalui risetasi, Anda harus mampu:
1.1 Memahami Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia .
1.2 Memahami dan menjelaskan produk-produk perbankan syariah
1.3 Mengkomparasikan antara perbankan syariah dengan perbankan
konvensional
1.4 Prosedur Pengajuan Pembiayaan pada Perbankan Syariah

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia

Kegiatan perbankan baru dimulai dari zaman Babylonia kemudain


dilanjutkan ke zaman Yunani kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas
utama bank hanyalah sebagai tempat tukar menukar uang. Seiring dengan
perkembangan zaman perdagangan dunia, perkembangan perbankanpun semakin
pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan
perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daratan Eropa
akhirnya menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudag terkenal pada saat itu di
benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of
Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan erbankan di
daratan Inggris daru dimulai pada abad ke-16. Namun karena Inggris yang begitu
aktif mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka perkembangan
perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahan.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


71
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan


Hindi-Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranaan
penting di Hindia-Belanda. 1
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan seluruh kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Rintisan perbankan syariah mulai mewujud di
Mesir pada dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam
lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang delta Sungai Nil. Lembaga
dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya
beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu
menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan
ekonomi Islam.2
Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah yaitu, Bank
Konvensional menerapkan sistem Riba sedangkan Bank Syariah menerapkan
sistem bagi hasil, pada Bank Syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syariah sedangkan pada Bank Konvensional tidak ada.
Di Indonesia wacana pendirian bank Islam baru dilakukan pada tahun
1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990
menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah
nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, 22-25 agustus
1990.Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia.3 Kelompok kerja tersebut disebut Tim
Perbankan MUI.
Hasil kerja Tim Perbankan MUI adalah lahirnya Bank Muamalat
Indonesia, pada awal pendiriannya keberadaan bank syariah belum mendapat
perhatian yang optimal dalam industri perbankan nasional. Landasan hukum
operasi bank yang menghunakan sistm syariah ini hanya dikategorikan sebagai
“bank dengan sistem bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukumnya serta

1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2012, Hlm. 28.
2
Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani. 2001.Hlm. 19.
3
Ibid., Hlm. 25.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


72
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

jenis-jenis usaha yang diperbolehkan, hal ini sangat tercermin dari UU no.7 tahun
1992.
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan
disetujuinya undang-undang no.10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat
dioperisakan dan diimplememtasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut
juga memberikan arahan bagi bank-bank konvansionel untuk membuka cabang
syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia, yang
berdiri pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi tanggal 1 Mei 1992.
Dalam perkembangannya hingga Maret 2013 BMI sudah memiliki 79 kantor
cabang, 158 kantor cabang pembantu, 121 kantor kas yang tersebar di seluruh
Indonesia.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Produk-Produk Perbankan Syariah

Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (1) Produk
Penghimpunan Dana, (2) Produk Pembiayaan/Penyaluran Dana, dan (3) Produk
jasa yang diberikan perbankan nasabahnya.
1. Produk Penghimpunan Dana (funding)
a. Prinsip Wadi’ah
Wadiah merupakan titipan atau simpanan pada bank syariah. Prinsip
wadiah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
perorangan maupun badan hokum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja bila si penitip menghendaki.4 Karena dalam prinsip wadi’ah
pemilik dana dapat mengambil dananya sewaktu-waktu, sehingga bank
tidak berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk investasi.
Dalam kegiatan ini, bank tidak wajib memberikan imbal jasa kepada
nasabah karena dana wadi’ah tidak dapat diinvestasikan oleh bank
sehingga bank tidak mendapatkan manfaat dari dana wadi’ah. Prinsip

4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Op.,Cit, Hlm. 168.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


73
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

wadi’ah ini cocok digunakan bagi nasabah atau individu yang memiliki
dana tidak banyak atau dananya sering diambil untuk modal usaha.5
Contoh dari prinsip wadiah adalah tabungan dan giro.
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Wadh’ah dhamanah berbeda
dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan dhamanah yang dititipi (bank)
boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Implikasi hukumnya sama
dengan qardh, dimanan nasabah meminjamkan uang kepada bank. Pemilik
dana tidak mendapat imbalan tapi insentif yang tidak diperjanjikan. Dalam
praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan
(mudharib) biasanya bonus untuk giro wadi’ah sebesar 30%, nisbah
40%:60% untuk simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan
deposito.
b. Prinsip Mudharabah
Secara bahasa mudharabah berarti bagi hasil. Menurut istilah secara
umum mudharabah adalah kerja sama antara pemilik dana atau penanam
modal dan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.6 Nisbah bagi hasil antara bank
dengan nasabah biasanya 40:60 atau 30:70 sesuai dengan kesepakatan
yang disetujui bersama. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada
mudharib- ada pemilik dana, ada usaha yang dibagi hasilkan, ada nisbah,
ada ijab Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk
berjangka dan deposito berjangka mudharabah terbagi menjadi 2 macam,
yakni:
a. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak
pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas.
Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan
daerah bisnis. Penerpana mudhrabah murlqah dapat berupa
tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis

5
Irma Devita dan Suswanto, Akad Syariah, Bandung, Kaifa, 2011, Hlm. 25.
6
Ibid, Hlm. 31.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


74
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito


mudharabah.
b. mudharabah muqayyadah on Balance sheet jenis mudharabah
ini merupakan simpana khusus (restricted investment) dimana
pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang
harus dipatuhi oleh bank.
c. Mudharabah muqyabah off balance sheet.jenis mudharabah ini
merpakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada
pelaksan usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara
(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan
pelaksana usaha.7
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada
produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja.
Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan
berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat
dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan.

2. Produk Pembiayaan (financing)


a. Pembiayaan modal kerja
Kebutuhan modal kerja usaha yang beragam, seperti untuk
membayar tenaga kerja; rekening listrik dan air;dan sebagainya, dapat
dipenuhi dengan pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad
mudharabah atau musyarakah. Kedua belah pihak mendapatkan manfaat
dari pembagian hasil yang adil.8 Contohnya seperti usaha rumah makan,
usaha bengkel, usaha kelontong, dan pertanian.
Dalam hal ini, bank syariah menyuplai mereka dengan kebutuhan
yang mereka inginkan sesuai perjanjian pembiayaan yang disepakati

7
Pkes publishing, Perbankan syariah, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah Jakarta, 2007, Hlm.
48-50.
8
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Rajagrafindo Persada, Jakarta,. 2011, Hlm. 125.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


75
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

sejak awal. Sedangkan nasabah wajib mengembalikan modal usaha


dengan nisbah yang disepakati.
b. Pembiayaan investasi (Bai’al Murabahah)
Kebutuhan investasi secara umum dapat dipenuhi dengan
pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad mudhorobah atau
musyarakah. Kebutuhan investasi sebagiannya juga dapat dipenuhi
dengan pembiayaan berpola jual beli dengan akad murobahah.9
Contohnya pembuatan pabrik percetakan baru yang membutuhkan
banyak mesin cetak.
c. Pembiayaan konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan
primer dan sekunder. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan
tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari eksploitasi
barang yang dibiayai dari fasilitas ini.10
Pembiayaan konsumtif tersebut biasanya digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan sekuder. Adapun kebutuhan primer tidak dapat
dipenuhi dengan pembiayaan komersil, karena orang yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan primer disebut fakir dan miskin.11 Contohnya
pembiayaan pembelian rumah dengan syarat memiliki ijin dari suami
atau istri dan menunjukan slip gaji selama enam bulan terakhir sebagai
bukti nasabah mampu membayar cicilan pembiayaan.

3. Produk Jasa
a. Wakalah
Wakalah (deputyship), atau biasa disebut perwakilan, adalah
pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (muwakil) kepada pihak lain
(wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka

9
Ibid.,, Hlm. 126.
10
Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Op.,Cit, Hlm. 168.
11
Loc.,Cit

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


76
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

penerima kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi


amanah.12
Contoh penggunaan wakalah dalam jasa perbankan, adalah transfer
dan inkaso yaitu jasa yang diberikan bank untuk mewakili nasabah
dalam pemindahan dana dari rekening nasabah (transfer) atau
melakukan penagihan untuk rekening nasabah.13 Contoh jasa yang
lainnya sebagai berikut: L/C (Leter of credit), kliring, dan pembayaran
gaji.
b. Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
 Milik nasabah sendiri
 Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai
riil pasar.
 Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas izin bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu
yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak
barang yang digadaikan. Apabila barang yang digadaikan rusak
atau cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.14
Apabila nasabah wanprenstasi, bank dapat melakukan penjualan
barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak
untuk menjual barang tersebut dengan seizing bank. Apabila hasil
penjualan melenihi kewajibannya, maka kelebihan tersebut menjadi
milik nasabah. Dalam hasil penjualan tersebut lebih kecil dari
kewajibannya, nasabah menutupi kekurangannya.
c. Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan
biasanya dalam empat hal, yaitu:
 Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji
diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat
penyetoran.

12
Op.,Cit, Hlm. 104.
13
Abdul Ghofur, Penerapan Prinsip Syariah, Hlm. 26.
14
Pkes publishing, Perbankan syariah, Hlm. 43.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


77
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

 Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah.


 Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut
perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila
diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi
hasil
 Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank
menyediakan fasilitas untuk memastikan terpenuhinya
kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalika
secara melalui pemotongan gajinya.

d. Kafalah (Garansi Bank)


Kafalah (guaranty) adalah jaminan, beban atau tanggungan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful).15
Contoh penggunaan jasa perbankan antara lain bank garansi.
Mekanisme dari produk ini adalah Bank Garansi diberikan dalam
jangka waktu tertentu terhadap objek penjaminan yang jelas
spesifikasi, jumlah dan nilainya. Kontrak jaminan memuat kesepakatan
antara pihak bank dan pihak kedua yang dijamin dan dilengkapi
dengan persaksian pihak penerima jaminan. Dalam hal pihak kedua
tidak dapat memenuhi kewajibannya, bank syariah mengeksekusi
garansi dengan melakukan pembayaran dalam skema akad lain
(misalnya qard) yang menyertai akad kafalah.16
e. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Hiwalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain
pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak.17 Contoh
penggunaan Hiwalah dalam jasa perbankan adalah anjak piutang atau
factoring.
Sebagai penerapan dalam perbankan syariah dicontohkan seorang
pegusaha mendapat fasilitas kredit dari bank konvensional sebesar
1Milyar. Karena tertarik dengan penawaran yang diajukan bank

15
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Op.,Cit, Hlm. 105.
16
Abdul Ghofur, Penerapan Prinsip Syariah, Op.,Cit, Hlm. 25.
17
Kasmir, Bank dan lembaga Keuangan Lainnya, Op.,Cit, Hlm. 176

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


78
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

syariah, pengusaha setuju untuk memindahkan fasilitas kreditnya


kepada bank syariah. Maka bank syariah melakukan take over fasilitas
kredir sejumlah 1Milyar. Utang pengusaha kepada bank konvensional
berakhir dan menimbulkan utang piutang baru kepada bank syariah.18
Dari peristiwa tersebut, maka seorang pengusaha terbebas dari riba

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Perbedaan dan Persamaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional mempunyai perbedaan


sebagai berikut:19
No Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah
1 Bunga Berbasis Bungan Berbasis revenue/profit loss
saring
2 Resiko Anti risk Risk sharing
3 Operasional Beroperasi dengan Beoperasi dengan pendekatan
pendekatan sector sector riil
keuangan tidak
terkait langsung
dengan sektro riil
4 Produk Produk tunggal Multi produk (jual beli, bagi
(kredit) hasil, jasa)
5 Pendapatan Pendapatan yang Pendapatan yang diterima
diterima deposan deposan terkait langsung dengan
tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank
pendapatan yang dari pembiayaan
diperoleh bank dari
kredit
6. Mengenal negative Tidak mengenal negative spread
spread
7. Dasar hukum Bank Indonesia Al-Quran sunnah, fatwa ulama,

18
Irma Devita dan Suswanto, Akad Syariah, Op.,Cit, Hlm. 121.
19
Muchtar Ali, Buku Saku Perbankan Syariah, Op.,Cit, Hlm. 41-44.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


79
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Bank Indonesia dan pemerintah


8. Falsafah Berdasarkan atas Tidak berdasarkan bunga (riba),
bunga (riba) spekulasi (maisir) dan ketidak
jelasan (gharar)
9. Operasional Dana masyarakat (Dana Pihak
Ketiga/DPK) berupa (wadi’ah)
dan investasi (mudharabah) yang
baru akan mendapatkan hasil
jika “diusahakan” terlebih
dahulu
Penyaluran dana (financing)
pada usaha yang halal dan
menguntungkan.
10. Aspek Tidak diketahui Dinyatakan secara explisit dan
secara tegas tegas yang tertuang di dalam
misi dan visi.
11. Organisasi Tidak memiliki Harus memiliki Dewan
Dewan Pengawas Pengawas Syariah (DPS
Syariah (DPS)
12. Uang Uang adalah Uang bukan komoditi, tetapi
komoditi selain hanyalah alat pembayaran.
sebagai alat
pembayaran
sumber : buku saku perbankan syariah
Bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan dalam beberapa hal,
terutama pada sisi teknis penerimaan uang, pelayanan, dan teknologi.20 Adapun
persamaannya adalah :
1. Merupakan lembaga perbankan yang diakui secara nasional dan
merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan.
2. Merupakan lembaga simpan pinjam.
20
Didin hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta, Gema insani Press, 2013, Hlm. 65.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


80
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

3. Merupakan lembaga investasi.


4. Merupakan lembaga keuangan.

Tujuan Pembelajaran 1.4 :


Prosedur Pengajuan Pembiayaan Perbankan Syariah

Pengajuan pembiayaan bank syariah tidak mudah, harus memenuhi beberapa


syarat dan melalui beberapa prosedur. Nasabah yang ingin mengajukan
pembiayaan harus benar - benar jelas dan memenuhi syarat sehingga tidak akan
terjadi kasus pembiayaan bermasalah. Persyaratan pengajuan pembiayaan sangat
banyak, nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan harus memenuhi syarat
administratif maupun syarat non administratif. Adapun syarat administratif dan
non administratif , berikut.
a. Syarat administratif
1. Fotocopy KTP
2. Fotocopy Kartu Keluarga
3. Fotocopy Surat Nikah
4. Fotocopy surat – surat resmi dari barang – barang yang akan
dijadikan jaminan (Sertifikat Tanah, BPKB)
5. Mengisi formulir pengajuan pembiayaan yang ditanda tangani
pemohon dan pihak wali
6. Daftar gaji pegawai atau daftar penghasilan wirausaha
7. Agunan mutlak kepemilikannya atau hak miliknya dengan
ditunjukkan oleh bukti surat kepemilikannya yang dikeluarkan
oleh instansi yang berwenang dan memiliki kekuatan hokum yang
berlaku.
8. Jika agunan menggunakan milik pihak lain, maka harus ada surat
pernyataan atau surat kuasa yang memiliki kekuatan hukum dari
pemiliknya.

b. Syarat non administratif


1. Pengajuan pembiayaan tidak boleh diwakilkan atau diatas
namakan.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


81
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

2. Pemohon atau nasabah yang mengajukan pembiayaan harus


memenuhi jenis akad pembiayaan dan ketentuan – ketentuan
pengajuan pembiayaan.
3. Pemohon harus berada di wilayah yang dapat dijangkau oleh
kantor bank yang bersangkutan.
4. Pemohon tidak memiliki tunggakan hutang yang bermasalah.

Nasabah yang mengajukan pembiayaan harus benar – benar memenuhi


syarat administratif maupun syarat non administratif. Setelah nasabah
memenuhi syarat – syarat, maka nasabah harus melalui beberapa
prosedur. Prosedur pengajuan pembiayaan, berikut.
a) Customer service bank yang bersangkutan akan menjelaskan tentang
syarat – syarat, jenis – jenis, dan prosedur pembiayaan bank syariah.
b) Setelah itu nasabah akan diminta untuk mengisi formulir pengajuan
pembiayaan dan melengkapi persyaratan.
c) Customer service selanjutnya akan melakukan registrasi pengajuan
pembiayaan ke sistem komputer atau buku registrasi pengajuan
pembiayaan.
d) Staf bagian pembiayaan akan melakukan BI checking dan index
Nominatif. Jika berkas – berkas nasabah tidak lolos seleksi, maka berkas
akan dikembalikan kepada nasabah dan disertai pemberitahuan penolakan.
Jika berkas nasabah lolos seleksi, maka kabag pembiayaan akan
memberikan tugas kepada bagian Legal atau administrasi pembiayaan
untuk melakukan penelitian tentang kelengkapan dan keaslian berkas –
berkas nasabah tersebut dan akan dibuatkan juga SP-1 untuk dimintakan
persetujuan ke direksi untuk perintah melakukan survey.
e) Melalui SP-1, kabag pembiayaan member tugas kepada marketing untuk
melakukan survey nasabah, baik tempat tinggal, usaha, maupun
jaminannya. Setelah melakukan survey, marketing juga akan melakukan
wawancara.
f) Kabag pembiayaan memberikan tugass bagian legal untuk melakukan
penelitian kelenngkapan dan keaslian surat – surat nasabah

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


82
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

g) Setelah memorandum analisis selesai, maka akan dikeluarkan SP-2 untuk


meminta persetujuan direksi
h) Komite pembiayaan menerima atau menolak pengajuan pembiayaan akan
dituangkan dalam memorandum komite sebagai dasar pembuatan SP-3
atau Surat persetujuan atau penolakan pemberian pemmbiayaan.
i) Manajer cabang melakukan proses pengikatan dengan notaries.
j) Manajer cabang akan membuat jadwal realisasi pembiayaan dan
pemanggilan nasabah untuk realisasi pembiayaan.
k) Realisasi persetujuan pembiayaan oleh komite pembiayaan apabila
persyaratan dan administrasi sudah terselesaikan.
l) Selanjutnya dilakukan legal standing yaitu notarisasi ke notaries berupa
menotariskan akad perjanjian pembiayaan dan pengikatan agunan.
Prosedur yang terakhir akan dilakukan pembukuan dan input data ke sistem
komputerisasi.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Ceritakan secara singkat bagiamana sejarah perbankan syariah di


Indonesia ?
2. Apa jenis produk-produk perbankan syariah, jelaskan ?
3. Apa yang anda pahami mengenai prosedur pengajuan pembiayan
pada bank syariah ?
4. Apa itu bank syariah dan apa bank konvensional ?
5. Jelaskan perbedaan dan persamaan bank syariah dan
konvensional ?

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


83
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

D. DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anshori, Abdul Ghofur. Penerapan prinsip Syari’ah. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar. 2008.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2011.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
2012.
Purnamasari, Irma Devita dan Suswanto. Akad Syari’ah. Bandung: Kaifa. 2011.
Muchtar Ali. Buku Saku Perbankan Syariah. Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia. 2013.

Didin hafidhuddin, Islam Aplikatif. Jakarta, Gema insani Press, 2013.


Pkes publishing, Perbankan syariah.Jakarat, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.
2007.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang


PerbankanSyariah.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


84
Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai