Anda di halaman 1dari 6

- Tutorial ke :3

- Nama MK/Kode MK :BANK & LEMBAGA KEUANGAN NONBANK/EKSI4205


- SKS : 3 SKS
- Hari/tgl Tutorial : Selasa, 14 April 2020
- Nama mahasiswa : Dina Ariani
- NIM : 041799646

MODUL 4
MANAJEMEN BANK UMUN, MANAJEMEN BANK SYARIAH, DAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT

I. MANAJEMEN BANK UMUM

A. Pengertian Bank Umum


Sesuai Undang – Undang No 7 Tahun 1992 tenatng Perbankan sebagaimana telah diubah
dalam Undang – Undang N 10 Tahun 1998, pengertian Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya. Selai itu, dalam Undang –
Undang tersebut juga mengaur tentang larangan untuk Bank Umum sebagai berikut :
 Melakukan penyertaan modal
 Melakukan usaha perasuransian
 Melakukan usaha lain
B. Penghimpunan Dana Bank Umum
Sebagai lembaga intermediasi dana, dana bank pada dasarnya berasal dari masyarakat
yang kelebihan dana dan ditambah dengan modal bank itu sendiri atau ekuitas. Sesuai peraturan
Bank Indonesia, sumber – sumber penghimpunaan dana bank umum di Indonesia meliputi :
 Giro  Utang atas surat berharga
 Tabungan  Utang akseptasi
 Simpanan berjangka  Surat berharga yang diterbitkan
 Dana investasi  Pinjaman yang diterima
 Pinjaman dari Bank Indonesia  Modal sendiri
 Pinjaman dari bank lain  Modal pinjaman
Selain itu, ada juga cara untuk mengoptimalkan dana , sebagai berikut :
 Pengembangan produk
 Penempatan kantor untuk mudah menjangkau nasabah
 Segmentasi pasar
 Harga kompetitif
 Promosi
Dalam menegmbangkan strategi untuk memobilisasi dana, bank perlu menghitung biaya dana.
Besarnya biaya dana bank dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kombinasi atau struktur
sumber dana, tingkat bunga yang diberikan, dan ketentuan cadangan wajib.
C. Penggunaan Dana Bank Umum
Secara teori, garis besar penggunaan dana bank meliputi :
1. Cadangan primer, ditujukan untuk memenuhi cadangan minimum yang diwajibkan oleh bank
sentral dan unutk memenuhi keperluan operasi bank sehari-hari termasuk untuk memenuhi
penarikan simpanan dan permintan kredit.
2. Kredit yang disalurkan, adalah aspek utama dalam pengunaan dana bank.
3. Investasi, yaitu berupa penanaman dana dalam bentuk surat berharga, yang bertujuan untuk
mengoptimalkan pendapatan.
Jika dilihat dari sisi produktivitas aktiva, penggunaan dana bisa dibedakan menjadi 2, yaitu :
 Aktiva tidak produktif berupa alat liquid, yaitu aktiva yang dapat digunakan setiap saat
uutk memenuhi likuiditas bank
 Aktiva produktif, yaitu semua penanaman dana yang ditujukan untuk memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya
D. Jasa – Jasa Bank Umum
Selain menghimpun dan menyalurkan dana, kegiatan usaha bank juga memberikan jasa –
jasa lain yang dapat memperlancar lalu lintas pembayaran. Berikut jasa – jasa yang hanya bisa
diberikan oleh bank umum dan tidak bisa diberikan oleh BPR :
 Kliring
 Inkaso
 Letter of Credit
 Bank garansi
 Transfer
E. Manajemen Aktiva Pasiva
Manajemen aktiva pasiva pada dasarnya adalah proses perencanaan dan pengawasan
suatu bank yang dilakukan secara terkoordinir dengan memperhatikan fator- faktor yang
mempengaruhi operasional bank. Dalam manajemen aktiva pasiva dikenal dua pendekatan, yaitu
pendekatan pool of fund (pengumpulan dana) dan pendekatan asset allocation (alokasi aset).
Pengelolaan liabilitas adalah suatu usaha untuk mengembangkan sumber dana non tradisional.
Tujuan awal dari pengelolaan liabilitas adalah untuk memenuhi likuiditas bank, namun
selanjutnya berkembang untuk memenuhi kebutuhan kredit dari nasabah.
F. Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas merupakan hal yang cukup kompleks, suatu bank dianggap likuid
apabila :
 Memiliki sejumlah likuiditas sesuai (minimal sama) dengna jumlah kebutuhan
likuiditasnya
 Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhannya, tetapi mempunyai surat – surat berharga
yang segera dapat dialihkan menjadi kas
 Mempunyai kemmapuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang
Beberapa teori untuk menjaga likuiditas bank antara lain, comercial loan theory, ditrine of assets
shiftability, theory of shiftability to the market, dan the anticipated income theory. Untuk
mengukur likuiditas, terdapat beberapa rasio yang lazim digunakan antara lain :
 Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
 Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga
 Rasio kewajiban bersih call money terhaap aktiva lancar
 Rasio surat – surat berharga jangka pendek terhadap total portofolio surat – surat
berharga
 Rasio total kredit terhadap total aset
G. Manajemen Kredit
Salah satu aspek penting dari kredit adalah bunga kredit. Oleh karena itu, salah satu aspek
dalam manajemen kredit adaah penentuan suku bunga kredit. Berikut faktor – faktor yang
menentukan bunga kredit :
 Cost of lonable funds
 Spread
 Biaya overhead
 Premi resiko
 Base landing rate
Dalam prinsip perkreditan juga dikenal adanya konsep 5C, yaitu character, capacity, capital,
collateral, dan condition of economy. Pada dasarnya, prinsip ini mengukur iktikad baik dan
kemampuan mengangsur dari nasabah debitur.

II. MANAJEMEN BANK SYARIAH

A. Konsep Dasar Sistem Syariah


Perbankan syariah adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada
prinsip – prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu pada Al Quran dan Al Hadits.
Berdasarkan konsep dasr syarah tersebut, kemudia muncul konsep hubungan ekonomi secara
Syariah atau Aqad. Terdapat 5 konsep dasar Aqad, yaitu :
 Prinsip simpanan murni (al-wadiah)
 Prinsip bagi hasil (syirkah)
 Prinsip jual beli (at Tijarah)
 Prinsip sewa (al Ijarah)
 Prinsip jasa (al Ajr walumullah)
B. Pengaturan Operasional Bank Syariah di Indonesia
Prinsip Syariah diatur dalam Undang – Undang No 10 Tahun 1998 yaitu aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
aatu pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, prpembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan, atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang di sewa dari pihak bank oleh pihak lain. Sedangkan
kegiatan usaha Bank Umum Syariah diatur dalam Undang – Undang No 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
C. Produk Bank Syariah di Indonesia
Secara garis besar, produk Bank Syariah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
 Produk penghimpunan dana
 Giro berdasarkan prinsip al wadiah
 Tabungan berdasarkan prinsip al wadiah dan al mudharabah
 Deposito berjangka dengan prinsip al mudharabah
 Produk penyaluran dana
 Prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna’)
 Prinsip sewa
 Prinsip bagi hasil (musyarakah, mudharabah, mudharabah muqayyadah)
 Prinsip pinjam berdasarkan akad al qard
 Produk jasa
 Al Wakalah
 Al Hawalah
 Al Kafalah
 Al Rahn

III. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
(BPRS)
A. Sejarah Perkembangan BPR di Indonesia
Landasan Hukum BPR adalah UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No 10 tahun 1998. Dalam UU tersebut secra tegas disebutkan bahwa
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinisp syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarnnya.
Pendirian BPR sudah dimulai sejak abad 19. Saat itu sumber pendanaan untuk memeperoleh
pinjaman di desa hanyalah rentenir yang menerapkan bunga tinggi bahkan mencapai 100-200
persen per tahun. Oleh karenaitu, akhirnya muncul gagasan unutk mendirikan Lembaga
Prekreditan Rakyat (LPR). Pendiri BPR yang pertama adalah Raden Bei Aria Wiriatmadja. Pada
tahun 1998 pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1998 (PAKTO 1998) melalui
Keputusan Presiden RI No 38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR.
B. Kegiatan Operasional BPR dan BPRS
1. Kegiatan usaha BPR dan BPRS
Berdasarkan UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
UU No 10 tahun 1998 diatur bahwa kegiatan operasional BPR meliputi :
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan atau bentuk lain
 Memberikan kredit
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah
 Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat
deposito, atau tabungan pada bank lain
BPR juga dilarang untuk :
 Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
 Melakukan penyertaan modal
 Melakukan usaha perasuransian
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan yang telah disebutkan diatas
Sementara, berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 kegiatan BPRS diatur sebagai berikut :
 Menghimpun dana dari masyarakat dalambentuk simpanan dan investasi
 Menyalurkan dana kepada masyarakat
 Menempatkan dana pada Bank Syariah lain
 Memindahkan uang
 Menyediakan produk/melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
2. Pengaturan operasional BPR dan BPRS
Pengaturan operasional BPR diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No 8/26/PBI/2006.
Sedangkan kegiatan operasional BPRS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No
11/23/PBI/2009.

MODUL 5
KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

KESEHATAN BANK
Perkembangan jasa yang ditawarkan industri perbankan menimbulkan kompleksitas dan
meningkatnya resiko perbankan. Meningkatnya potensi resiko perbankan inidapat mempengaruhi
kesehatan bank, baik dalam hal likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, maupun indikator lain yan berkaitan
dengan kesehatan bank.
A. Pengertian Kesehatan Bank
Berdasarkan UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kesehatan bank mencakup beberapa
aspek antara lain : kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Berikut Penilaian Kondisi Bank
berdasarkan PBI No 13/1/PBI/2011 :
 Profil resiko
a. Resiko kredit b. Resiko likuiditas c. Resiko hukum d. Resiko statejik
e. Resiko pasar f. Resiko operasional g. Resiko kepatuhan h. Resiko reputasi
 Good Corporate Governance (GCG)
 Rentabilitas
 Permodalan
Kesehatan bank mencakup kesehatan usaha suatu bank unutk melaksanakan seluruh kegiatan
usaha perbankan meliputi :
 Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, lembaga lain dan modal sendiri
 Kemampuan mengelola dana
 Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat
 Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal dan
pihak lain
 Pemenuhan peraturan perbankaan yang berlaku
B. Perlunya Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan faktor penting bahkan menjadi utama yang mempengaruhi
kepercayaan deposan terhadap bank. Oleh karena itu, kesehatan bank wajib dijaga dan diawasi.
Menurut Peraturan Bank Indoensia No 13/1/PBI/2011 ada dua kepentingan mengapa kesehatan bank
perlu dijaga yaitu :
 Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank
 Sebagai indikator bagi Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan di
Indonesia untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi
bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan
bank
C. Pengaturan Kesehatan Bank di Indonesia
Pengaturan tentang kesehatan perbankan diatur dalam UU pasal 29 ayat 2 yang kemudian
diturunkan dalam peratura teknis berupa Peraturan Bank Indonesia yaitu dengan PBI No
13/1/PBI.2011.
1. Pokok – pokok penilaian kesehatan bank
Faktor – faktor penilaian tingkat kesehatan terdiri dari :
 Profil resiko
 Resiko kredit  Resiko likuiditas  Resiko hukum  Resiko statejik
 Resiko pasar  Resiko operasional  Resiko kepatuhan  Resiko reputasi

 Good Corporate Governance (GCG)


 Rentabilitas
 Permodalan
Cakupan penerapan manajemen resiko dari kedelapan jenis resiko diatas terdiri atas :
 Resiko inheren
 Penilaian kualitas penerapan manajemen resiko
 Tata kelola resiko
 Kerangka manajemen resiko
 Proses manajemen resiko
 Kecukupan sistem pengendalin resiko
2. Parameter dan indikator penilaian kesehatan bank
3. Parameter/indikator penilaian resiko likuiditas
4. Parameter/indikator penilaian resiko operasional
5. Parameter/indikator penilaian resiko hukum
6. Parameter/indikator penilaian resiko stratejik
7. Parameter/indikator penilaian resiko kepatuhan
8. Parameter/indikator penilaian resiko reputasi
9. Parameter/indikator penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG)
10. Parameter/indikator penilaian faktor rentabilitas
11. Parameter/indikator penilaian faktor permodalan

RAHASIA BANK
Dalam perekembangannya, nampaknya rahasia bank menjadi variabel penting, tidak saja bagi
nasabah, namun juga bagi perkembangan bank itu sendiri maupun industri perbankan secara luas.
A. Pengertian dan Tujuan Penerapan Rahasia Bank
Menurut Peraturan Bank Indoensia No.2/19/PBI/2000, rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanan nasabah. Berikut
faktor –faktor yang memepengaruhi tingkat kepercayaan nasabah :
 Integritas pengurus
 Pengetahuan dan kemampuan pengurus
 Kesehatan bank yang bersangkutan
 Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank
B. Dasar Hukum Pengaturan dan Pengecualian Rahasia Bank di Indonesia
1. Pengaturan Rahasia Bank
Pengaturan dan dasar hukum rahasia bank di Indonesia adalah Undang –Undang No 7 Tahun
1992 tenang Perbankan yang tela diubah menjadi Undang –Undang No 10 tahun 1998. Dalam
Undang Undang tersebut, rahasia bank diatur dalam satu bab, yaitu bab VII dan tertuang
beberapa pasal 40 sampai 45.
2. Pengecualian Pengaturan Rahasi Bank
Dalam Undang – Undang tentang Perbankan yaitu UU No 10 tahun 1998 dana dalam Peraturan
Bank Indonesia yaitu PBI No 2/19/PBI/2000 dinyatakan bahwa bank wajib melindungi rahasia
nasabah simpanan dan simpanannya. Namun, dalam peraturan tersebut ditetapkan beberapa
pengecualian, sebagai berikut :
 Kepentingan perpajakan
 Penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara
 Untuk kepentingan peradilan
 Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
 Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan
 Nasabah penyimpan meninggal dunia

PERTANYAAN

1. Jelaskan menurut pendapat anda apabila anda ingin menabung atau mengambil kredit akan memilih
bank umum, bank syariah atau BPR ?
2. Ketika anda ingin menyimpan uang atau aset lainnya di sebuah bank entah itu bank umum, bank syariah
atau BPR pasti anda akan melihat tingkat kesehatan bank tersebut serta track record kerahasiaan bank
tersebut. Pertanyaannya mengapa ke 2 hal tersebut penting untuk dilihat ??

JAWABAN

1. Menurut saya, saya lebih suka mengunakan bank syariah karena tidak adanya sistem bunga dan tidak
dikenakan lalu lintas dalam pembayarannya. Walaupun ATM dari bank syariah tidak cukup banyak
ditemui, namun saya merasa uang saya akan cenderung lebih utuh jika saay tabung di bank syariah.
Potongan di bank kovensional terlalu besar, sehingga menurut saya terlalu merugikan nasabah. Sejauh
ini, saya belum mengalami kendala dalam menggunakan perbankan syariah, jadi menurut saya lebih enak
ketika kita menabung di bank syariah.
2. Sebelum kita meminjam/mengajukan kredit tentunya kita juga harus mengetahui kesehatan dari bank,
agar nantinya kita tidak dirugikan dan meneysal di akhir. Jika dirasa bank tersebut kurang sehat, maka
sebaiknya kita tidak menyimpan uang atau aset apapun di bank tersebut. Karena bukannya malah
menguntungkan, tapi malah merugikan kita sendiri. Selain itu, kerahasiaan bank juga hal yang
pentignyang harus diperhatikan. Bank yang tidak bisa menjaga rahasia nasabahya berarti telah melanggar
aturan yang telah ditetapkan. Jika pihak bank dapat menjaga rahasia dari nasabahnya, tentu akan banyak
nasabah yang datang untuk menyimpan aset ataupun mengajukan kredit. Dengan begitu, bank juga akan
mendapatkan keuntungan. Namun sebaliknya, jika bank tidak bisa menjaga rahasia nasabah, hal itu akan
menjadi pertimbangan masyarakat untuk menyinpan uang atau aset lain di bank tersebut.

Anda mungkin juga menyukai