MODUL 4
MANAJEMEN BANK UMUN, MANAJEMEN BANK SYARIAH, DAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT
III. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
(BPRS)
A. Sejarah Perkembangan BPR di Indonesia
Landasan Hukum BPR adalah UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No 10 tahun 1998. Dalam UU tersebut secra tegas disebutkan bahwa
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinisp syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarnnya.
Pendirian BPR sudah dimulai sejak abad 19. Saat itu sumber pendanaan untuk memeperoleh
pinjaman di desa hanyalah rentenir yang menerapkan bunga tinggi bahkan mencapai 100-200
persen per tahun. Oleh karenaitu, akhirnya muncul gagasan unutk mendirikan Lembaga
Prekreditan Rakyat (LPR). Pendiri BPR yang pertama adalah Raden Bei Aria Wiriatmadja. Pada
tahun 1998 pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1998 (PAKTO 1998) melalui
Keputusan Presiden RI No 38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR.
B. Kegiatan Operasional BPR dan BPRS
1. Kegiatan usaha BPR dan BPRS
Berdasarkan UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
UU No 10 tahun 1998 diatur bahwa kegiatan operasional BPR meliputi :
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan atau bentuk lain
Memberikan kredit
Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah
Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat
deposito, atau tabungan pada bank lain
BPR juga dilarang untuk :
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
Melakukan penyertaan modal
Melakukan usaha perasuransian
Melakukan usaha lain di luar kegiatan yang telah disebutkan diatas
Sementara, berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 kegiatan BPRS diatur sebagai berikut :
Menghimpun dana dari masyarakat dalambentuk simpanan dan investasi
Menyalurkan dana kepada masyarakat
Menempatkan dana pada Bank Syariah lain
Memindahkan uang
Menyediakan produk/melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
2. Pengaturan operasional BPR dan BPRS
Pengaturan operasional BPR diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No 8/26/PBI/2006.
Sedangkan kegiatan operasional BPRS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No
11/23/PBI/2009.
MODUL 5
KESEHATAN DAN RAHASIA BANK
KESEHATAN BANK
Perkembangan jasa yang ditawarkan industri perbankan menimbulkan kompleksitas dan
meningkatnya resiko perbankan. Meningkatnya potensi resiko perbankan inidapat mempengaruhi
kesehatan bank, baik dalam hal likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, maupun indikator lain yan berkaitan
dengan kesehatan bank.
A. Pengertian Kesehatan Bank
Berdasarkan UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kesehatan bank mencakup beberapa
aspek antara lain : kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Berikut Penilaian Kondisi Bank
berdasarkan PBI No 13/1/PBI/2011 :
Profil resiko
a. Resiko kredit b. Resiko likuiditas c. Resiko hukum d. Resiko statejik
e. Resiko pasar f. Resiko operasional g. Resiko kepatuhan h. Resiko reputasi
Good Corporate Governance (GCG)
Rentabilitas
Permodalan
Kesehatan bank mencakup kesehatan usaha suatu bank unutk melaksanakan seluruh kegiatan
usaha perbankan meliputi :
Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, lembaga lain dan modal sendiri
Kemampuan mengelola dana
Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat
Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal dan
pihak lain
Pemenuhan peraturan perbankaan yang berlaku
B. Perlunya Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan faktor penting bahkan menjadi utama yang mempengaruhi
kepercayaan deposan terhadap bank. Oleh karena itu, kesehatan bank wajib dijaga dan diawasi.
Menurut Peraturan Bank Indoensia No 13/1/PBI/2011 ada dua kepentingan mengapa kesehatan bank
perlu dijaga yaitu :
Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank
Sebagai indikator bagi Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan di
Indonesia untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi
bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan
bank
C. Pengaturan Kesehatan Bank di Indonesia
Pengaturan tentang kesehatan perbankan diatur dalam UU pasal 29 ayat 2 yang kemudian
diturunkan dalam peratura teknis berupa Peraturan Bank Indonesia yaitu dengan PBI No
13/1/PBI.2011.
1. Pokok – pokok penilaian kesehatan bank
Faktor – faktor penilaian tingkat kesehatan terdiri dari :
Profil resiko
Resiko kredit Resiko likuiditas Resiko hukum Resiko statejik
Resiko pasar Resiko operasional Resiko kepatuhan Resiko reputasi
RAHASIA BANK
Dalam perekembangannya, nampaknya rahasia bank menjadi variabel penting, tidak saja bagi
nasabah, namun juga bagi perkembangan bank itu sendiri maupun industri perbankan secara luas.
A. Pengertian dan Tujuan Penerapan Rahasia Bank
Menurut Peraturan Bank Indoensia No.2/19/PBI/2000, rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanan nasabah. Berikut
faktor –faktor yang memepengaruhi tingkat kepercayaan nasabah :
Integritas pengurus
Pengetahuan dan kemampuan pengurus
Kesehatan bank yang bersangkutan
Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank
B. Dasar Hukum Pengaturan dan Pengecualian Rahasia Bank di Indonesia
1. Pengaturan Rahasia Bank
Pengaturan dan dasar hukum rahasia bank di Indonesia adalah Undang –Undang No 7 Tahun
1992 tenang Perbankan yang tela diubah menjadi Undang –Undang No 10 tahun 1998. Dalam
Undang Undang tersebut, rahasia bank diatur dalam satu bab, yaitu bab VII dan tertuang
beberapa pasal 40 sampai 45.
2. Pengecualian Pengaturan Rahasi Bank
Dalam Undang – Undang tentang Perbankan yaitu UU No 10 tahun 1998 dana dalam Peraturan
Bank Indonesia yaitu PBI No 2/19/PBI/2000 dinyatakan bahwa bank wajib melindungi rahasia
nasabah simpanan dan simpanannya. Namun, dalam peraturan tersebut ditetapkan beberapa
pengecualian, sebagai berikut :
Kepentingan perpajakan
Penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara
Untuk kepentingan peradilan
Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan
Nasabah penyimpan meninggal dunia
PERTANYAAN
1. Jelaskan menurut pendapat anda apabila anda ingin menabung atau mengambil kredit akan memilih
bank umum, bank syariah atau BPR ?
2. Ketika anda ingin menyimpan uang atau aset lainnya di sebuah bank entah itu bank umum, bank syariah
atau BPR pasti anda akan melihat tingkat kesehatan bank tersebut serta track record kerahasiaan bank
tersebut. Pertanyaannya mengapa ke 2 hal tersebut penting untuk dilihat ??
JAWABAN
1. Menurut saya, saya lebih suka mengunakan bank syariah karena tidak adanya sistem bunga dan tidak
dikenakan lalu lintas dalam pembayarannya. Walaupun ATM dari bank syariah tidak cukup banyak
ditemui, namun saya merasa uang saya akan cenderung lebih utuh jika saay tabung di bank syariah.
Potongan di bank kovensional terlalu besar, sehingga menurut saya terlalu merugikan nasabah. Sejauh
ini, saya belum mengalami kendala dalam menggunakan perbankan syariah, jadi menurut saya lebih enak
ketika kita menabung di bank syariah.
2. Sebelum kita meminjam/mengajukan kredit tentunya kita juga harus mengetahui kesehatan dari bank,
agar nantinya kita tidak dirugikan dan meneysal di akhir. Jika dirasa bank tersebut kurang sehat, maka
sebaiknya kita tidak menyimpan uang atau aset apapun di bank tersebut. Karena bukannya malah
menguntungkan, tapi malah merugikan kita sendiri. Selain itu, kerahasiaan bank juga hal yang
pentignyang harus diperhatikan. Bank yang tidak bisa menjaga rahasia nasabahya berarti telah melanggar
aturan yang telah ditetapkan. Jika pihak bank dapat menjaga rahasia dari nasabahnya, tentu akan banyak
nasabah yang datang untuk menyimpan aset ataupun mengajukan kredit. Dengan begitu, bank juga akan
mendapatkan keuntungan. Namun sebaliknya, jika bank tidak bisa menjaga rahasia nasabah, hal itu akan
menjadi pertimbangan masyarakat untuk menyinpan uang atau aset lain di bank tersebut.