Anda di halaman 1dari 7

PRODUK SUMBER DAN PENGUNAAN DANA DALAM BANK ISLAM

RESUME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Mata Kuliah Manajemen
Keuangan Islam

Oleh:

Khadhiya Fahira
NIM. 22208012017

Prof. Hadri Kusuma


Dosen Pengampuh

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2023
A. Konsep Bank dalam Islam
1. Pengertian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia bank artinya pelayanan lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang yang usahanya intinya memberikan pinjaman dana. Bank Islam
adalah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan pedoman syariah, yaitu
aturan perjanjian menurut hukum Islam antara bank dengan pihak lain mengenai
penitipan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha. Dalam perbankan syariah, bank
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu, Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Saat ini sudah berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bank Umum Syariah
(BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS
merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan bentuk
hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Seperti halnya bank
umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa.
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan
bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas,
Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
2. Produk-Produk Penyaluran Dana

Pada bank konvensional disebut dengan kredit, sedangkan produk penyaluran dana
pada Bank Islam disebut dengan pembiayaan. Dalam bahasa latin, kredit disebut
„credere‟, yang artinya percaya (Kasmir, 2012). Menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 dijelaskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Adapun produk-produk pembiayaan yang ada pada Bank Islam yaitu
pembiayaan berdasarkan akad jual beli, pembiayaan berdasarkan akad sewa-
menyewa, pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil, dan pembiayaan berdasarkan
akad pinjam meminjam yang bersifat sosial sebagai berikut :
a. Pembiayaan berdasarkan akad jual beli: (a)Murabahah, (b) Salam, (c)

Istishna‟,

b. Pembiayaan berdasarkan akad sewa-menyewa: (a) Ijarah, (b) Ijarah muntahiya

c. Pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil: (a) Mudharabah, (b) Musyarakah,

d. Kemudian salah satu prodak juga yang penting dalam menyelesikan pelayanan

dalam Bank Islam yang lebih mengarah kepada misi sosial adalah qardh.

3. Produk Pelayanan Jasa dalam Bank Konvensional dan Islam

Pada dasarnya, bentuk-bentuk produk pelayanan jasa perbankan yang ada

pada bank konvensional maupun bank syariah adalah sama. Adapun bentuk-bentuk

produk pelayanan jasa perbankan yang ada pada bank konvensional yaitu (Kasmir,

2012):

1) Kiriman uang (transfer)

2) Kliring

3) Inkaso

4) Safe deposit box

5) Kartu kredit

6) Bank notes

7) Bank garansi

8) Bank draft

9) Letter of Credit (L/C)

10) Cek wisata (travellers cheque),

Adapun bentuk-bentuk produk pelayanan jasa perbankan yang ada pada

bank syariah yaitu:

1) Hawalah
2) Kafalah, Secara fikih, terdapat tiga macam kafalah yang dapat

diimplementasikan dalam produk bank syariah, yaitu: a) Kafalah bi nafs, b)

Kafalah bil maal, c) Kafalah muallaqah

3) Wakalah, Wakalah ada tiga macam, yaitu: a) Wakalah al mutlaqah, b)

Wakalah al muqayyadah, c) Wakalah al ammah

4) Rahn

B. Sumber-Sumber Dana dalam Bank Islam


Sumber pendanaan dari bank syariah adalah upaya bank syariah untuk menghimpun
dana dari masyarakat. Dengan demikian sumber dana yang dilakukan dalam bank
syariah adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan dana bank syariah
dalam melakukan menghimpun dana dari masyarakat.

Beberapa sumber pendanaan dalam Bank Islam sebagai berikut:

1. Dana Sendiri

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

3. Dana pinjaman

Selain itu sumber dana pada bank syariah juga bisa diuraikan sebagai berikut:

1. Modal inti (core capital)

Modal dapat diartikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara

nilai aset dikurangi dengan nilai kewajiban (liabilities). Sedangkan modal inti

adalah modal sendiri yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang

saham bank. Modal inti (core capital) terdiri dari:

a. Modal setor, yaitu modal yang disetor oleh pemilik bank.

b. Agio/ tambahan saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai

nominal saham.

c. Modal Sumbangan, yaitu modal dari bantuan saham.

d. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba ditahan dengan

persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.


e. Cadangan tujuan, yaitu bagian dari laba bersih yang digunakan untuk

tujuan tertentu dengan persetujuan RUPS.

f. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan

atas persetujuan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

g. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum

ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Besarnya

laba tahun lalu yang diperhitungkan sebanyak 50% sebagai modal inti.

h. Laba tahun berjalan, yaitu laba kotor yang dipdapatkan selama tahun

berjalan

2. Kuasi ekuitas (mudharabah account)

Dalam kerjasama anara pemilik dana (shohibul mal) dan pengusaha

(mudharib), bank syariah menggunakan akad mudharabah, yakni

penghimpunan dana dengan sistem bagi hasil antara kedua pihak. sedangkan

pemilik dana tidak diijinkan untuk campur tangan dalam menjalankan bisnis

tersebut. Bagi hasil di bagi antara shohibul mal dan mudharib sesuai

kesepakatan di awal. Bank sebagai mudharib di dalam aktifitas tersebut, bank

yang memfasilitasi berupa layanan bagi para penanam modal berupa

a. Rekening investasi umum.

b. Rekening investasi khusus

3. Rekening tabungan mudharabah, Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa

imbalan. Wadi’ah berarti meninggalkan atau meletakkan yaitu meletakkan

sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga.

Jenis simpanan dengan akad wadiah ini diantaranya adalah:

4. Rekening Giro Wadi’ah. Bank syariah sebagai lembaga yang membantu

dan bertanggung jawab dalam mengurus administrasi, mengamankan dan


mengawasi aset keuangan dari nasabah perusahaan atau perorangan. Maka

bank syariah harus bisa mengatur pembayaran kembali dana simpanan

wadi’ah dengan prinsip wadiah yad dhamanah.

5. Rekening tabungan wadi’ah, akad wadi’ah yad dhamanah digunakan bank

syariah untuk mengatur layanan tabungan. Dimana dana-dana tersebut

dapat di manfaatkan oleh bank syariah atas izin dari pihak nasabah.

C. Penggunaan Dana dalam Bank Islam

Pengunaan dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank

syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas

funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang

bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan

solvabilitasnya. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau

lebih dikenal dengan kredit. Arti lain dari alokasi dana adalah menjual kembali dana

yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan, Penjualan dana ini

tidak lain agar perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin.

Pengalokasian yang paling utama dalam kegiatan bank adalah kredit atau

pembiayaan. Keuntungan utama bisnis perbankan adalah selisih antara bunga yang

diterima dari alokasi dana tertentu. Dalam memilih alternative penanaman dana, bank

disamping memperhitungkan segi keuntungan juga harus memperhitungkan besarnya

resiko.

Alokasi penggunaan dana bank syari'ah pada dasarnya

dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu:

1. Aktiva yang menghasilkan (Earning Assets) Yaitu aktiva yang disalurkan

dalam bentuk investasi yang terdiri atas :

a. Pembiayaan dengan akad Jual Beli


b. Pembiayaan dengan akad bagi hasil (Mudharabah)

c. Pembiayaan dengan akad sewa beli .(Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit

Tamlik).

d. Investasi lain, dan surat-surat berharga syariah

e. Pembiayaan dengan akad penyertaan (Musyarakah)

2. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Assets) Aktiva Non Earning

Assets terdiri dari:

a. Cash Assets

b. Pinjaman (qardh)

c. Surat-surat berharga syari'ah dan investasi lainnya.

D. Kesimpulan

Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank

syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas

funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang

bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan

solvabilitasnya. Alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari

penghimpunan dana dalam bentuk simpanan, Penjualan dana Ini tidak lain agar

perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai