Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH

IDENTITAS PENULIS
ETI SAYIMA NURZEHA
etysayimanzh@gmail.com
PENDAHULUAN
Saat ini industri perbankan di Indonesia telah berkembang pesat dengan tumbuhnya bank-bank
syariah yang menawarkan investasi dan produk keuangan yang berbeda dengan bank konvensional.
Bank syariah merupakan bank yang dalam operasinya menerapkan syariah Islam. Bank syariah
merupakan sebuah lembaga ekonomi yang beroperasi dengan berlandaskan prinsip-prinsip syariah,
dimana bank syariah telah menarik banyak bank konvensional yang kemudian membuka kantor-
kantor cabang bank syariah. Sesuai Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
menjelaskan bahwa bank syariah dan unit usaha syairah diwajibkan untuk memelihara tingkat
kesehatannya. Kemudian bank juga harus terus meningkatkan kesehatannya sehingga kepercayaan di
masyarakat kepada bank meningkat
Lembaga keuangan perbankan memiliki peranan besar dalam membangun perekonomian suatu
negara. Bank memiliki peranan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dalam negeri.
Peran bank dalam negeri seperti administrasi keuangan, pertukaran uang, pengawasan uang serta
perkreditan. Sedangkan peranan luar negeri meliputi perputaran devisa dan hubungan moneter antar
negara. Sesuai Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang perbankan, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Dalam menjalankan usaha pokoknya, bank memerlukan sumber dana. Menurut Kasmir (2014 : 58),
sumber dana adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Sumber dana
ini sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup besar agar memungkinkan bank untuk beroperasi
secara maksimal dan tidak mengalami kesulitan. Pembiayaan operasi bank diperoleh dari berbagai
sumber dana. Sumber dana berasal dari modal sendiri dan masyarakat. Modal sendiri ini berasal dari
laba yang diambil setelah memberikan jasa. Sedangkan modal masyarakat berasal dari tabungan, giro.
Indonesia memiliki dua macam sistem perbankan yaitu perbankan konvensional dan syariah. Menurut
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 3, Bank Umum atau Konvensional adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 7).
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-
jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syariah. Undang-undang
tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau
bahkan mengkonversi diri secara total menjadi Bank Syariah. Peluang tersebut ternyata disambut
antusias oleh masyarakat perbankan (Antonio, 2001).
Perbankan konvensional maupun syariah marak saat ini. Sehingga diperlukan penilaian kesehatan
keuangan untuk mengetahui seberapa baik kinerja dari lembaga keuangan tersebut. Penilaian
kesehatan bagi perbankan syariah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
No.8/POJK.03/2014 yaitu penilaian dengan menggunakan indikator Profil Risiko (Risk Profile),
Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earning), dan Permodalan (Capital). Profil Risiko
(Risk Profile) merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko
dalam operasional Bank (PBI No.13/1/PBI/2011).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, penilaian kesehatan bank sangat penting karena bank mengelola dana
dari masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Bank Indonesia selaku bank
sentral mempunyai peranan penting dalamglobal, diharapkan perbankan (antara perbankan syari’ah
dan konvensional) memiliki kinerja yang bagus sehingga dapat bersaing dalam memperebutkan pasar
perbankan nasional di Indonesia dengan kriteria bank yang sehat
Kesehatan bank mencerminkan kinerja dan kondisi bank secara umum yang digunakan untuk
memutuskan strategi dan menjalankan pengawasan bank. Selain itu, kesehatan bank merupakan
kepentingan seluruh pihak, yaitu pemilik, pengelola, investor dan nasabah untuk mengevaluasi kinerja
bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian.
PEMBAHASAN
Sumber Dana
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik. Pada akhir tahun buku, setelah dihitung
keuntungannya yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil
usaha yang biasa dikenal dengan deviden. Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada
umumnya selain berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasionalnya juga
berperan sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.Selain itu,modal juga
berfungsi untuk menjaga kepercayan masyarakat terhadap kemampuan bank 1
Sumber dana yang terlihat pada sisi passia neraca disebut pula dengan manajemen pasiva (liability
management) adalah suatu proses dimana bank berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang
tradisional melalui pinjaman di pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan
secara menguntungka terutama untuk memenuhi alokasi yang produktif. Secara umum manajemen
pasiva mencakup aktivitas di dalam rangka mengumpulkan dana dari masyarakat dan sumber lainnya
dan menetapkan komposisi dana tersebut sesuai dengan yang diinginkan/dibutuhkan. 2 Sesuai
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tentang kewajiban penyediaan modal bank, modal
sendiri terbagi menjadi dua mcam, yaitu modal inti dan pelengkap. Modal inti terdiri dari:
a) Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik.
b) Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham.
c) Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih
nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual)
d) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan
persetujuan RUPS.
e) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas
persetujuan RUPS.
f) Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak
di’obagikan.
g) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya
oleh RUPS. Jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti. Bila tahun
lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti.
h) Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan.
Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta
pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa:
a) Cadangan revaluasi aktiv
b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan.
c) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank
Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi-tinginya 100% dari jumlah
modal inti.Khusus menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank syariah tidak dapat
mengkategorikannya sebagai modal.
Sumber-Sumber Permodalan Bank Syariah

1
Andrianto, SE., M. Ak. Dr. M. Anang Firmansyah, SE., MM, Manajemen bank syariah. Hlm 367
2
Rahmat Ilyas. Manajemen Permodalan Bank Syariah. STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung. Vol.
5, No. 2, Desember 2017. Jurnal Bisnis dan manajemen islam. Hlm 325
Sumber dana yang terbesar bersumber dari dana masyarakat, disamping sumber dana lainnya yang
berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Sumber dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan
deposito juga lazim disebut sebagai sumber dana tradisional. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya,
dana bank Syariah terdiri atas:
a. Modal Sumber utama dana bank syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi ekuitas.
Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang
disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Modal berfungsi sebagai
penyangga kerugian bank.
b. Titipan
Akad yang digunakan dalam titipan adalah akad wadiah. Wadiah secara bahasa dapat
diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan. Yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain
untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan menurut istilah yaitu memberikan kekuasaan kepada
orang lain untuk menjaga hartanya/barangnya dengan cara terang-terangan 3 Wadiah sendiri
terdiri dari dua macam yaitu wadi’ah ah yad al-amanah dan wadiah yad adh-dhamamah.
Wadi’ah ah yad al-Amanah Wadi’ah ah yad al-Amanah adalah akad penitipan barang/uang
dimana pihak pertama tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan
tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang diakibatkan
perbuatan atau kelalaian penerima titipan (Widyaningsih, 2005:128). Karakteristik dari
wadiah yad al amanah adalah harta yang dititpkan tidak boleh dipakai yang dititipi, Penerima
titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk
menjaga barang yang ditipkan tanpa boleh memanfaatkannya. Sebagai konpensasi, penerima
titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan. Mengingat barang
atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan
memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan
Wadiah yad adh-Dhamamah Wadiah yad adh-dhamamah yaitu, akad penitipan barang/uang
dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat
memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau
kerusakan barang/uang titipan.
Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang tersebut
menjadi hak penerima titipan (Zulkifli, 2003:35). Bank dapat menggunakan uang simpanan
nasabah untuk dikelola. Hasil keuntungan dari pengelolaan dana tersebut adalah milik bank,
namun kerugian yang dialami harus ditanggung oleh bank, karena nasabah mendapat jaminan
perlindungan atas dananya. Jenis produk perbankan yang dapat diaplikasikan dengan
menggunkan akad wadiah adalah giro bank. Karena giro bank pada dasarnya adalah penitipan
dana masyarakat di bank untuk tujuan pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap
saat

3
Rahmat Ilyas. Manajemen Permodalan Bank Syariah. STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka
Belitung.Jurnal bisnis dan manajemen Islam. Vol. 5, No. 2, Desember 2017. Hlm 331
PENILAIAN KESEHATAN BANK
Dilihat dari pembiayaan dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan
bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain,
aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing dalam
bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara ,komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administrative. Didalam menganalisis
suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi
memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif secara cermat tidaklah
kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus
modal bank. Walaupun secara riil bank memilliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva
produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait
dengan berbagai permasalah seperti
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya, sesuai peraturan perbankan yang berlaku.
Bank harus dapat melakukan kegiatan usaha, antara lain:
a. Menghimpun dana dari masyarakat, lembaga lain, dan modal sendiri
b. Mengelola dana
c. Menyalurkan dana kepada masyarakat
d. Memnuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Tingkat kesehatan Bank adalah hasil penilaian kodisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja
bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan bank adalah suatu cerminan bahwa sebuah bank
dapat menjalankan fungsinya dengan baik.4 Kesehatan atau kondisi keuangan bank berdasarkan
prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait baik pemilik, pengelola bank, masyarakat
pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, maupun pihak lainnya.
Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank
dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap
ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilits, likuiditas dan sensitivitas terhadap
risiko pasar. Meningkatnya produk dan jasa perbankan syariah yang semakin kompleks dan beragam
dapat meningkatkan eksposur resiko yang dihadapi bank berdasarkan prinsip syariah. Tingkat
kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat
menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan terutama kebijakan moneter. Perubahan ekposur
risiko dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko, yang selanjutnya berakibat
pada kondisi bank syariah secara keseluruhan. Penilaian tingkat kesehatan telah memasukkan risiko
yang melekat pada aktivitas bank, yang merupakan bagian dari proses penilain manajemen risiko.
Salah satu peraturan perbankan yang paling penting dan menjadi muara akhir atau hasil dari aspek
pengaturan dan pengawasan perbankan yang menunjukkan kinerja perbankan nasional adalah
penilaian kesehatan bank. tata cara penilaian kesehatan bank ini secara umum telah mengalami
perubahan sejak peraturan pertama kali diberlakukan pada tahun 1999, yaitu CAMEL, kemudian
peraturan tersebut diubah pada tahun 2004, yaitu CAMELS. Setelah itu mengalami perubahan pada
tahun 2011, yaitu Risk Profile Good Coorporate Goverment Earning Capital (RPGEC)[. Kewajiban
untuk melakukan self asesment penilaian tingkat kesehatan bank tersebut, diperlukan petunjuk
pelaksanaan yang mengatur lebih jauh mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum, antara lain
4
Ahsan Putra Hafiz. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN METODE CAMEL DAN REGC
(STUDI PADA BANK BNI SYARIAH TAHUN 2011-2015. Journal Of Shariah Economic Research, Vol. 2, No. 1,
2018. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
pengaturan mengenai prinsip penilaian,mekanisme penilaian, tindak lanjut atas hasil penilaian,
pelaporan dan hal- hal lain yang berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum dalam
Surat Edaran Bank Indonesia. Aturan khusus mengenai penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan PBI No. 9/1/2007 tanggal 24 Januari 2007 sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran BI No. 9/24//Dpbs tanggal 30 Oktober 2007 dinyatakan bahwa bank wajib melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam menjaga atau
meningkaatkan kesehatan bank. Seluruh komisarais dan direksi wajib memantau dan mengambil
langkah- angkah yang diperlukan agar tingkat kesehatan bank syariah dapat terpenuhi. Penilaian
tingkat kesehatan bank syariah meliputi penilaian terhadap faktor- faktor berikut: Permodalan
(capital), Kualitas asset (asset quality), Manajemen (management). Rentabilitas (earning), Likuiditas
(liquidity). Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk). Berdasarkan pasal 29 UU
No. 7 Tahun 1992 sebagimana telah di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank
wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuidtas, rentabilitas dan solvabilitas serta aspek lain yang berkaitan dengan
usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola
bank, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank-
bank sebagai perpanjangan tangan dari pihak pemerintah. Bank yang sehat akan mempengaruhi
sistem perekonomian suatu negara secara menyeluruh, mengingat bank mengatur peredaran dana. 5
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang dapat berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank6.
Prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank oleh pengawas sebagai berikut 7:
a. Berorientasi Risiko dan Forward Looking Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko
bank dan dampak pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal ini dilakukan degan cara
mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau
mempengaruhi kinerja keuangan bank pada saat ini dan di masa yang akan datang.
b. Proporsionalitas Penggunaan parameter atau indikator dalam tiap faktor penilaian tingkat kesehatan
bank dilakukan dengan memperhatikan dan kompleksitas usaha bank
c. Materialitas dan Signifikasi Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikasi faktor penilaian
tingkat kesehatan bank yaitu profil risiko, tata kelola perusahaan atau good corporate governance,
rentabilitas, dan permodalan, serta melakukan penilaian bobot signifikasi pada masing-masing faktor
dalam menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat masing-masing faktor penilaian.
d. Komprehensif dan Terstuktur Proses penilaian harus dilakukan secara menyeluruh dan sistematis
serta difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi dengan
mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta
perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan.
Indikator Kesehatan Bank Menggunakan Metode CAMELS Unsur-unsur penilaian dalam analisis
camels, adalah sebagai berikut:
a. Capital (Permodalan)
Capital Adequancy adalahkecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat mempengaruhi
besarnya modal bank. Capital (permodalan) yakni analisis modal untuk dapat menggambarkan
struktur capital, dengan demikian bank dapat melihat besar atau kecil ras tanggung jawab calon

5
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Banki, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h. 220
6
Khaerul Usman, Manajemen Perbankan Syariahi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h. 242
7
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Resiko, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2016), h. 9
debitur (risiko). Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam
mengamankan eksposur resiko posisi dan mengantisipasi eksposur resiko yang akan muncul. Salah
satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio), yaitu dengan cara
membandingkan modal terhadap aktivita tertimbang menurut risiko (ATMR) dengan menggunakan
risiko kredit dan risiko pasar. Semakin tinggi rasio CAR maka semakin baik pula posisi modal sebuah
bank. Pada saat ini sesuai ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya 8%
b. Assets Quality (Kualitas Aset)
Penggolongan Kualitas Aktiva Produktif bank serta keharusan bank membentuk penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang cukup guna menutup kemungkinan kerugian. Adapun yang
dimaksud dengan aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valuta asing yang dimiliki
bank dengan maksud untuk memeroleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset yang dimiliki bank serta kecukupan
manajemen risiko kredit. Rasio aset menggambarkan kualitas aktiva dalam perusahaan yang
menunjukan kemampuan dalam menjaga dan mengembalikan dana yang ditanamkan rasio aset. Salah
satu rasio keuangan yang digunkaan adalah Non Performing Asset.
c. Management (Manajemen)
Penilaian manajemen dimaksudkan untuk menilai kemampuan menejerial pengurus bank dalam
menjalankan usaha sesuai prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan
bank terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap
prinsip syariah dan komitmen kepada Bank Indonesia. Penilaian faktor manajemen dalam penilaian
tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan mengevaluasi pengelolaan terhadap bank yang
bersangkutan. Penilaian dilakukan dengan mempergunakan seratus kuesioner yang dikelompokkan
dalam dua kelompok besar yaitu :
a. Manajemen umum terdiri dari berbagai macam faktor, yaitu: Manajemen Strategi,
Manajemen Struktur, Manajemen Sistem
b. Manajeman resiko terdiri dari beberapa macam faktor, yaitu: Manajemen Likuidasi,
Manajemen Kredit, Manajemen Operasional, Manajemen Hukum, Manajemen Pemilik atau
Pengurus.

d. Earning (Rentabilitas)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian didasarkan pada rentabilitas
suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini
didarkan kepada dua macam yaitu:
1) Rasio laba terdapat total aset (Return on Assets);
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Suatu bank dapat diklasifikasikan sehat menurut peraturan Bank Indonesia apabila ROA minimum 1,2
%
2) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Suatu bank diklasifikasikan sehat menurut ketetapan Bank Indonesia apabila nilai BOPO maksimum
sebesar 93,5%, semakin besar nilai BOPO maka bank tersebut semakin tidak sehat atau tidak efisien.
e. Liquidity (Likuiditas)
Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk
memperoleh kas (John J. Wild, 2004:185). Likuiditas untuk menilai likuiditas suatu bank. Penulisan
likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu rasio jumlah kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar. Yang dimaksud aktiva lancar adalah Kas, Giro, Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang sudah diendos oleh bank lain. Dan rasio antara
kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Sementara LDR (Loan to Debt Ratio) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Dengan kata lain,
rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan
besarnya total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil
karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar.
f. Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas atas Risiko Pasar) Penilaian sensitivitas atas risiko pasar
dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar
yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar.

RANGKUMAN PEMBAHASAN MATERI


Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik. Pada akhir tahun buku, setelah dihitung
keuntungannya yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil
usaha yang biasa dikenal dengan deviden. Modal inti terdiri dari:
a) Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik.
b) Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham.
c) Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih
nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual)
d) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan
persetujuan RUPS.
e) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas
persetujuan RUPS.
f) Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak
di’obagikan.
g) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya
oleh RUPS. Jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti. Bila tahun
lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti.
h) Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan Modal
pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman
yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa:
a) Cadangan revaluasi aktiv
b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan.
c) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank
Sumber dana yang terbesar bersumber dari dana masyarakat, disamping sumber dana lainnya yang
berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Sumber dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan
deposito juga lazim disebut sebagai sumber dana tradisional. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya,
dana bank Syariah terdiri atas modal sumber inti dan titipan.
Didalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank
karena masalah solvensi memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif
secara cermat tidaklah kalah penting. Menganalisis kesehatan perlu dilakukan. Kesehatan bank adalah
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya, sesuai peraturan perbankan yang berlaku. Tingkat kesehatan Bank
adalah hasil penilaian kodisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank atau dalam
pengertian lain tingkat kesehatan bank adalah suatu cerminan bahwa sebuah bank dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Kesehatan atau kondisi keuangan bank berdasarkan prinsip syariah
merupakan kepentingan semua pihak terkait baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa
bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, maupun pihak lainnya. Kondisi bank tersebut
dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan
prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku
dan manajemen risiko. Penilaian tingkat kesehatan bank syariah meliputi penilaian terhadap faktor-
faktor berikut: Permodalan (capital), Kualitas asset (asset quality), Manajemen (management).
Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity). Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market
risk).
PERTANYAAN
1. Bagaimana cara suatu bank syariah memperbaiki kesehatan bank syariah itu sendiri?
2. Megapa bank harus dinilai kesehatan keuanganya?
3. Apa tolak ukur bank syariah dikatakan sehat?
4. Bagaimana hubungan antara sumber dana dengan kesehatan bank?
5. Hal apa yang perlu dilakukan untuk mempertahankan kesehatan keuangan bank?
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, SE., M. Ak. Dr. M. Anang Firmansyah, SE., MM, Manajemen bank syariah.
Rahmat Ilyas. Manajemen Permodalan Bank Syariah. STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka
Belitung.Jurnal bisnis dan manajemen Islam. Vol. 5, No. 2, Desember 2017.
Ahsan Putra Hafiz. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN METODE
CAMEL DAN REGC (STUDI PADA BANK BNI SYARIAH TAHUN 2011-2015. Journal Of
Shariah Economic Research, Vol. 2, No. 1, 2018. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Banki, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012),
Khaerul Usman, Manajemen Perbankan Syariahi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013),
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Resiko, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
PROFIL PENULIS

Nama saya Eti Sayima Nurzeha. Saya lahir pada 13 Februari.


Berdomisili di Kota Kediri. Saat ini saya menempuh pendidikan di IAIN Kediri Prodi Ekonomi
Syariah sejak 2019. Sebelumnya, saya menempuh pendidikan dibeberapa sekolah. Saya sekolah dasar
di MIN 2 Kota Kediri, kemudian lanjut tingkat pertama di MTsN 1 Kota Kediri dan menengah atas di
SMAN 5 Kediri.
Selain berkuliah, saya juga aktif berorganisasi dan bekerja. Saya aktif organisasi himpunan
mahasiswa prodi dan ekstern kampus. Saya bagian dari CV Ranu Aksara sejak tahun 2020 hingga
sekarang. Sebelumnya, saya bekerja mengajar di lembaga bimbingan belajar selama satu tahun dan
freelancer staff event organizer
Hobi saya adalah travelling dan hang out. Dalam setiap pekan saya keluar sekedar hang out atau
travelling ke alam seperti pantai/ gunung. Hobi membuat saya lebih kreatif karena saya dapat
membuat konten video dan sekedar edit foto.
Walaupun sehari-hari disibukkan organisasi dan bekerja, pendidikan tetap nomor satu. Hal itu lah
yang memotivasi saya untuk menulis makalah ini. Makalah yang berjudul “ Penilaian Kesehatan Bank
Syariah”. Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat menambah wawasan kita. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai