MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam
yang diampu oleh:
Disusun oleh :
Firliandini (1500490)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ekonomi
islam. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat, Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Perekonomian Pada Masa Abu Bakar Shidiq (537– 634M)..........................3
2.2 Perekonomian pada Masa Umar Bin Khattab(584-644 M)............................5
2.3 Perekonomian pada Masa Utsman Bin Affan (577-656 M).........................12
2.4 Perekonomian pada Masa Ali Bin Abi Thalib (600-661M).........................17
BAB III PENUTUP................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini
diantaranya:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perekonomian pada Masa Abu Bakar Shidiq (51 SH–13 H/537– 634M)
Setelah Rasulullah wafat Abu bakar Shidiq atau yang bernama lengkap
Abdullah Ibn Abu Quhafah Al Tamimi terpilih sebagai khalifah islam yang
pertama. Abu Bakar merupakan sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh
Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok pemuda yang pertama menerima seruan
dari Rasulullah SAW tanpa pertimbangan lagi. Sosoknya selain menjadi
pemimpin agama, beliau juga menjadi kepala negara bagi kaum muslim. Selama
masa kepemimpinannya Abu Bakar Shidiq dihadapkan dengan beragam masalah
dalam negeri yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan orang-orang
yang tidak mau membayar zakat kepada negara. Berdasarkan hasil musyawarah
dengan para sahabat yang lainnya, akhirnya Abu Bakar memutuskan untuk
melakukan perang yang dinamakan perang Riddah atau perang melawan
kemurtadaan, gerakan ini merupakan usaha untuk melawan kelompok yang
menimbulkan masalah tersebut. Setelah permasalahan dalam negeri sudah
terselesaikan, maka Abu Bakar Shidiq menfokuskan diri untuk melakukan
ekspansi ke wilayah utara, yaitu untuk melawan pasukan Romawi dan Persia yang
selalu mengganggu ketentraman orang islam. Akan tetapi rencana tersebut belum
sempat terlaksana dikarenakan ia lebih dahulu wafat.
3
khalifah, kebutuhan keluarga Abu Bakar Shidiq dipenuhi oleh kekayaan dari
Baitul Mal atas persetujuan para sahabat yang lainnya seperti Umar r.a dan Abu
Ubaidah r.a sebagai penjaga amanah Baitul Mal. Menurut beberapa keterangan,
beliau diperbolehkan untuk mengambil dua setengah atau tiga per empat dirham
setiap harinya dari Baitul Mal dengan tambahan makanan berupa daging domba
dan pakaian biasa, setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan tersebut
kurang mencukupi. Oleh karena itu, tunjangan Abu Bakar ditambah menjadi 2000
atau 2500 dirham, menurut riwayat lain 6000 dirham per tahun.
Namun demikian, ketika Abu Bakar Shidiq r.a akan meninggal dunia, beliau
berwasiat kepada Aisyah r.a untuk mengembalikan seluruh uang tunjangan yang
telah dikeluarkan dari Baitul Mal untuk kepentingan keluarganya selama menjadi
khalifah. Anas r.a meriwayatkan bahwa ketika Abu Bakar Shidiq r.a meninggal
dunia, beliau tidak meninggalkan apa pun baik dirham (mata uang perak) maupun
dinar (mata uang emas). Beliau hanya meninggalkan seekor unta betina untuk
diambil susunya, sebuah mangkok dan seorang pelayan yang betugas mengurusi
anak-anaknya Abu Bakar r.a dan membersihkan pedang-pedang milik kaum
muslim. Benda-benda tersebut akhirnya diberikan kepada khalifah selanjutnya
yang meneruskan perjuangan dakwah tersebut, yaitu pemerintahan Umar r.a.
4
zaman Abu Bakar. Baitul Mal merupakan tempat yang digunakan untuk
membayar zakat yaitu sebesar 2,5 % dari penghasilan yang diperoleh.
Pada masa kepemimpinanya Baitul Mal sangat berkembang pesat sehingga
kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkurang atau rendah. Baitul Mal selalu
di bagikan secara cepat kepada masyarakat umum dengan adil sehingga uang yang
ada pada Baitul Mal tidak bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Baitul Mal
di sini sangat membantu dalam pemecahan kemiskinan yang terjadi, sehingga
masyarakat mikin berkurang.
Dalam sistem pendistribusian harta Baitul Mal, Abu Bakar Shidiq
menerapkan prinsip kesamarataan. Tidak ada perbedaan pembagian harta kepada
sahabat Rasulullah SAW yang lebih awal memeluk agama Islam ataupun yang
lebih akhir, dan tidak ada perbedaan antara hamba sahaya dengan orang merdeka,
dan antara laki-laki dengan perempuan. Menurut beliau dalam urusan kebutuhan
hidup, prinsip kesamarataan lebih baik.
Selain hal di atas ada pula kebijakan yang di lakukan oleh Abu Bakar yaitu
sistem penggajian aparatur negara. Hal tersebut berawal dari sebelum beliau
wafat, beliau membuat kebijakan internal untuk untuk mengembalikan kekayaan
milik negara. Gaji yang dimiliki Abu Bakar selama khekalifahannya diberikan
kepada negara untuk pendanaan negara. Pendanaan negara di sini salah satunya
yaitu untuk penggajian aparatur negara.
Abu Bakar juga menerapkan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan.
Beliau membagi setengahnya untuk kaum muslim, dan setengahnya lagi tetap
menjadi tanggungan negara. Selain itu, Abu Bakar Shidiq menerapkan kebiakan
untuk mengambil alih tanah-tanah dari orang yang murtad untuk kemudian
dimanfaatkan demi kepentingan umat Islam secara keseluruhan.
Perekonomian pada zaman ini termasuk perekonomian yang bagus,
sekalipun apabila perekonomian di sini terhambat itu dikarenakan ada beberapa
orangatau segelintir orang yang tidak taat dalam membayar Baitul Mal.
Umar bin Khattab atau Umar bin Khattab bin Nuffail bin Abd Al-Uzza bin
Rabbah bin Adi bin Ka’ab bin Luay bin Al-Adawi Al-Quraisy. Memiliki nama
5
panggilan Abu Hafsah bergelar Al-Faruq. Dilahirkan di Mekkah tahun 40
sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Rasulullah SAW
pada garis keturunan 8. Ia salah satu dari tujuh belas orang Mekkah yang
terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad Al-Amin. Umar bin
Khattab masuk islam pada umur 27 tahun.
Pada masa Rasulullah kharaj yang harus dibayar masih terbatas, sehingga
tidak diperlukan sistem administrasi yang terperinci. Tetapi seiring
berkembangnya zaman terutama pada pemerintahan umar bin khattab,
pemerintahan islam semakin luas karena banyak daerah yang berhasil ditaklukan.
Beliau membagi wilayah tersebut ke dalam 8 provinsi yaitu Mekkah, Madinah,
Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Hal ini menimbulkan
permasalahan yang baru. Untuk mengatasinya Umar bin Khattab membuat
beberapa kebijakan perekonomian yaitu :
Umar bin Khattab memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga tanah
sebagai salah satu pemberian Allah SWT yang sangat berharga dan patut di
manfaatkan dengan sebaik-baiknya terutama dalam bidang perekonomian. Oleh
karena itu beliau sangat menentang feodalisme dalam bentuk penguasaan tanah
yang luas oleh penguasa tanah juga penjualan tanah dan hasil-hasil pertanian pada
negara yang ditaklukan. Bahkan beliau mengambil kembali tanah-tanah yang
diberikan Rasulullah SAW kepada Bilal bin Harist karena tanah tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik.
Berikut adalah beberapa bentuk penguasaan tanah pada masa Umar bin
Kattab :
6
tanah ini adalah hadiah tetapi hak kepemilikannya biasanya bersifat mutlak,
karena dapat diturunkan kepada ahli warisnya.
d. Hak Milik Petani. Masyarakat Arab secara pribadi juga banyak yang
memiliki tanah. Tanah ini dapat dimanfaatkan sendiri ataupun dimanfaatkan orang
lain dengan cara sistem bagi hasil atau juga sewa. Tanah pribaadi ini dapat
mencakup wilayah yang relatif luas ataupun juga sempit.
Umar bin Khattab dikenal memiliki komitmen yang tinggi atas penegakan
keadilan dan kejujuran, demikian pula dalam hal kebijakan sewa tanah. Sewa
tanah harus memperhatikan kemampuan dan hak-hak petani penggarap sehingga
penentuan sewa diluar ketentuan ini tidak diperkenankan. Produktifitas tanah yang
disewakan juga menjadi pertimbangan yang penting. Dalam kesempatan lain,
Umar bin Khattab juga mengatakan, “Kita tidak sewajarnya mengenakan sewa
terhadap petani-petani diluar kemampuan mereka untuk membayar dan tidak
seharusnya memberatkan mereka melebihi dari apa yang dihasilkan tanah
7
tersebut”. Pemungutan sewa tanah ini juga harus dilakukan dengan cara yang
mudah dan baik, sebagaimana pesan beliau ketika mengarahkan para pejabatnya,
“Dan kamu seharusnya menetapkan dan memungut sewa dari para petani
penggarap dengan cara yang baik, ringan dan disepakati mereka”. Sementara Ali
bin Ali Thalib telah berkata, “Kami diperintahkan agar hanya memungut sewa
kelebihan setelah para petani memenuhi kebutuhannya”
3. Baitul Mal
Baitul mâl adalah semacam pos yang dikhususkan untuk semua pemasukan
dan pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin. Kewajiban baitul mâl
adalah untuk mengamankan harta benda yang tersimpan di kas dan untuk
mengurus penerimaan kekayaan. Sebenarnya sistem ini sudah ada dan dikenal dari
8
zaman Rasulullah SAW dan khalifah yang pertama, Abu Bakar r.a, namun tidak
secara kelembagaan. Di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, fungsi baitul mâl
lebih diefektifkan lagi dengan mendirikan lembaga khusus untuk pengurusan dan
pengelolaannya.Baitul Maal menjadi reguler dan permanent, dibangun cabang-
cabang di ibu kota provinsi. Baitul Mall mungkin bisa disebut Bank Sentral.
Karena tugasnya mengumpulkan, menyimpan dan menyalurkan devisa Negara.
Kekeyaan itu berasal dari berbagai sumber diantaranya zakat, jizyah, kharaj,
‘usyur, khumus, fai, rikaz.
1. Pendapatan zakat dan `ushr. Pendapatan ini jika terdapat surplus, sisa
pendapatan tersebut disimpan di baitul mâl pusat dan dibagikan kepada delapan
ashnâf.
2. Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada fakir
miskin.
3. Pendapatan kharâj, fai, jizyah, `ushr, dan sewa tanah. Pendapatan ini
digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi
biaya operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.
4. Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja,
pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.
9
1. Departemen pelayanan militer. Untuk mendistribusikan dana bantuan kepada
orang-orang yang terlibat dalam peperangan.
2. Departemen kehakiman dan ekskutif. Untuk bertanggung jawab terhadap
pembayaran gaji para hakim dan pejabat ekskutif.
3. Departemen pendidikan dan pengembangan Islam. Departemen ini
mendistribusikan bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran Islam
beserta keluarganya, seperti guru dan juru dakwah.
4. Departemen jaminan sosial. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan
dana bantuan kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang menderita.
6. Putra para pejuang badar, orang yang memeluk Islam ketika fathu makah,
anak-anak kaum muhajirin dan anshar, para pejuang perang qadisiyah, uballa, dan
orang-orang yang menghadiri perjanjian hudaibiyah Masing-masing 2000 dirham
10
Sistem pajak proposional (prorposional tex). Umar bin Khattab memungut
pajak (Jizyah) :
4. Diwan Islam
Pada masa khalifah Umar bin Khattab membentuk dua diwan yaitu:
11
b. Diwanul Kharaj yaitu untuk mengurusi pengeluaran dan pemasukan
devisa Negara.
Orang pertama yang menciptakan Diwan di Negara Islam adalah Umar bin
Khattab. Rakyat berpindah dari standar hidup padang pasir yang rendah, kepada
budaya menetap yang mewah, dan dari kesederhanaan buta huruf kepada
kepiawaian aksarawi. Dengan adanya diwan, Maka kebijakan ekonomi makro
pada masa Umar dapat terkordinasi dengan baik. Seperti halnya lembaga-lembaga
atau depertemen pemerintahan saat ini perlu bersinergi agar progam yang ingin
dilakukan atau dijalankan pemerintah dapat berjalan dengan baik.
a. Alokasi zakat
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi
yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah
dan Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas
12
ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang
pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin
Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw,
‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus,
lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus.
Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang
malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena
meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri
dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah
hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman
mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa
Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di
Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari
Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan
untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana
Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota
Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70
ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk,
nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga
menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari
seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah
kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat
umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan
gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang
menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah
musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat
khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman
bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam,
dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali
yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun
menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa
calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah
di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
13
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid
al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian,
menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan
juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah
yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang
yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang
diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah
Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan
darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal
17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan
membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang
disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.
Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan
keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin
khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini.
Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara
mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari
pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali.
Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta
pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman.
Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes.
Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah.
Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama
kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa
keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat
diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram
tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.
14
Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera.
Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual
sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-
Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya.
Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat
Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong
untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya,
Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang
menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar
1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut
Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :
15
Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari
orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh
Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang
diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin
Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-
lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran
Syi’ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat
propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk
Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan
Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan)
penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari
banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir,
yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan
menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka
mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka
bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir
yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi
Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk
meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah
Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah
dan menuntut dua hal :
16
sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur
kata yang santun.
Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau,
masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir
yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an.
Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab
dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan
Sudan bin Hamran.
Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah
menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi
di Madinah.
17
4. Perekonomian pada Masa Ali Bin Abi Thalib (600-661M)
Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khallifah ketika terjadi konflik atau
pertentangan kekuasaan antarkelompok. Pertentangan antarkelompok tersebut
antar kelompok yang mendukung Ali r.a., kelompok yang mendukung Muawiyah
bin Abu Sofyan r.a., dan kaum khawarij yaitu kelompok yang semula membela
Ali kemudian berkhianat. Ali r.a ditakdirkan menjalankan pemerintahan di saat
kritis konflik tersebut. Namun demikian, beliau sangat paham dalam menyikapi
keadaan tersebut. Terhadap lawan tetapi saudara dan sahabat yaitu Muawwiyah
bin Abu Sofyan, beliau tetap menjaga hubungan baik dan kehormatan sebagai
saudara muslim, berbeda dengan kaum khawarij dimana beliau sangat tegas
memeranginya. Inilah sikap seorang negarawan yang bajak, sangat berhati-hati
terhadap lawan dan kawan.
Ali r.a. menikah dengan putri Rasulullah yaitu Fatimah Az-Zahra r.ha dan
dikaruniai dua orang putra yaitu Hasan r.a. dan Husein r.a. Dalam kehidupan
berumah tangga , khalifah Ali r.a. hidup sangat sederhana. Meskipun beliau hidup
dalam kekurangan, tetapi tidak mau menerima harta atau bantuan baitul mal.
Meski termasuk ahlul bait atau keluarga nabi beliau selalu bekerja mandiri, tidak
menerima fasilitas dari Rasulullah SAW. Beliau selalu bekerja keras untuk
perekonomiannya, bahkan sebelum menjadi khalifah ia bekerja sebagai buruh
orang yahudi. Hal ini mecontohkan beliau seorang wirausaha mandiri dan
sederhana yang tidak tergantung fasilitas pejabat dan jabatan.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari
pemerataan distribusi uang rakyat telah diperkenalkan.Sistem distribusi setiap
pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari
pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan
diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai penghitungan baru.Cara itu mungkin
solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan kondisi negara yang sedang
berada dalam masa-masa transisi. Peraturan yang telah beliau sumbangkan untuk
pelaksanaan roda kekhalifahan adalah tentang administrasi pemerintahan. Bukti
dalam hal itu terlihat dalam suratnya yang diajukan kepada Malik bin Harith,
dimana surat itu mendeskripsikan tugas dan kewajiban serta tanggung jawab
pengusaha, menyusun prioritas dalam melakukan dispensasi terhadap keadilan,
kendali pejabat tinggi dan staf, peraturan hakim, dan jaksa. Hal ini menandakan
bahwa disamping seorang khalifah, beliau juga seorang yang ahli manajemen.
Khalifah Ali r.a. meninggal dalam usia 63 tahun setelah memerintah selama 5
tahun 3 bulan.
18
Ali bin Abi Thalib membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik di
tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik. Dalam
pendistribusian harta Baitul Mal, khalifah Ali bin Abi thalib menerapkan sistem
pemerataan. Selama masa pemerintahannya, khalifah Ali ibn Ali Thalib
menetapkan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan
Ibnu Abbas, Gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan
digunakan sebagai distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi..
Selain itu langkah penting yang dilakukan khalifah Ali ibn Abi Thalib pada masa
pemerintahannya adalah percetakan mata uang koin atas nama Negara Islam. Hal
ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan tersebut, kaum muslimin telah
menguasai teknologi peleburan besi dan percetakan koin. Namun demikian, uang
yang dicetak oleh kaum muslimin itu tidak dapat beredar dengan luas karena
pemerintahan Ali ibn Abi Thalib berjalan sangat singkat seiring dengan
terbunuhnya sang Khalifah pada tahun keenam pemerintahannya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Karim, Adiwarman. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Izzan, Ahmad. 2006. Ekonomi Syariah: Ayat - Ayat Al- Quran yang Berdimensi
Ekonomi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mannan, M. Abdul. 1997. Ekonomi Islam: Teori dan Paktek, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa. Terj. Nastangin, hal. 180.
NN. (2011). Perencanaan Kebijakan Makro Umar bin Khattab. [Online]. Diakses
dari : https://ekonomsyariah.wordpress.com/2011/12/14/perencanaan-
kebijakan-ekonomi-makro-khalifah-umar-bin-khattab. [28 September 2016].
Ra`ana, Irfan Mahmud. 1977. Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar ibn Khattab.
Pustaka Firdaus. Terj. Mansuruddin Djoely. cet. Ke-2, hal. 150.
22