BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi
manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan
kemampuan kerja serta kemampuan lainnya.
Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan
banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-bank
tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap
bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing
bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar pengawasan dengan
melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi antara lain dari
laporan-laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar rincian surat berharga yang
dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan, daftar rincian penyertaan, daftar
rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus dilaporkan kepada Bank Indonesia.
Melihat begitu pentingnya suatu kesehatan bank, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang Analisis Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS. Untuk membatasi pembicaraan, maka penulis
hanya membahas tentang:
1. Apa itu pengertian dan tujuan kesehatan bank ?
2. Siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank ?
3. Bagaimana mekanisme penilaian kesehatan bank umum dan BPR ?
4. Apa saja faktor penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS ?
5. Bagaimana teknik penilaian dengan metode CAMELS ?
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
2
oleh swasta,
begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.
c. Bank Milik Asing Merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik
milik
swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara
d. Bank Milik Campuran Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.
3. Dilihat dari segi status
a. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi
seperti halnya bank devisa.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Menetapkan bunga sebagai harga
jual, menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau
persentase tertentu.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Menerapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain. Berdasarkan jenis-
jenis bank dapat dijelaskan bahwa bank terbagi kedalam beberapa bagian, hal ini
dikarenakan spesifikasi bank dalam jalur lalu lintas keuangan. Perbedaan jenis
perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan
harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan
atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkaun wilayah
operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan
saham yang ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga
yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan
bagi hasil
6
Laporan keuangan menggambarkan dampak dari transaksi danperistiwa lain
yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besarmenurut karakteristik
ekonominya. Unsur yang berkaitan secara langsungdengan pengukuran posisi
keuangan (neraca) adalah aktiva, kewajiban,dan ekuitas.Sedangkan yang berkaitan
dengan pengukuran kinerja dalamlaporan laba-rugi adalah penghasilan dan beban.
Pos-pos tersebutdidefinisikan sebaai berikut:
1. Aktiva
Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dariperistiwa
masa lalu dan darimana manfaat ekonomis dimasa depandiharapkan akan diperoleh
perusahaan (IAI, 1999 : 9).
Dalam neraca aktiva dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu aktiva lancardan aktiva tidak
lancar. Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktivalancar jika aktiva tersebut
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
7
kewajiban jangka pendek dan jangkapanjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangkapendek jika :
4. Penghasilan
5. Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satuperiode akuntansi dalam arus
keluar atau berkurangnya aktiva atauterjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yangtidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
BAB III
PEMBAHASAN
8
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap
risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu cerminan
bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.1[1]
Dalam pengertian lain, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Penilaian terhadap faktor-
faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur
judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta
pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio
keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung
hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank
Indonesia juga memiliki metode penilaian kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif
dan kuantitatif.
Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan
yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi :2[2]
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak
lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan
peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).
Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat
melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek
likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai
denganUndang– undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah
Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas,
Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko, bank perlu
mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan,
hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam
1[1] http://www.belajarperbankangratis.blogspot.com
2[2] Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 51
9
menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain
digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank
Indonesia.
Penilaian Tujuan kesehatan Bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang
sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya,
sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati penyakitnya.
3[3]file:///C:/Users/Hp/Download/Pihak-pihak+yang+berkepentingan+dalam+laporan+keuangan+world+health.htm
4[4] Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 52
10
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai
usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-
buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh
bank tersebut.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas
nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peraturan kesehatan bank menekankan bank di Indonesia memiliki kewajiban untuk
melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Keadaan bank yang tidak sehat akan
merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat.
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan
operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di
Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.
Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan
Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank
tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk
menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud
diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka waktu
yang ditetapkan oleh pengawas bank terkait.
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank menyampaikan
rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu, selambat-lambatnya
sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan action plan. Action plan tersebut meliputi:
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya apabila bank
mengalami permasalahan faktor permodalan.
11
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami
permasalahan faktor kualitas asset.
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan
efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit.
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya
apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau penataan
kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas terhadap risiko pasar.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyampaikan laporan keuangan berkala
kepada Bank Sentral dan mempublikasikan laporan itu melalui media cetak: surat kabar dan
majalah. Bentuk dan isi laporan itu ditetapkan seragam. Laporan keuangan ini dipakai oleh Bank
Sentral dan publik untuk menilai kesehatan bank yang bersangkutan.
Laporan keuangan bank terdiri:
a. Laporan inti, meliputi:
1) Neraca
2) Daftar Laba-Rugi
b. Laporan pelengkap, meliputi:
1) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan kepital minimum
2) Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan
3) Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya
4) Laporan transaksi valuta asing dan derivatives
5) Laporan komitmen dan kontinjensi
6) Laporan pengurus dan pemilik bank.
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia
dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank bersangkutan menjadi
sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar:
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.
c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang macet, dan
memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian bank kepada pihak lain.
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank atau pihak lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,
atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem
perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan
direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna
membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuiditas. Apabila direksi bank tidak
12
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank Indonesia meminta
kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisikan pembubaran badan hukum
bank tersebut, penunjukan tim likuiditas, dan perintah pelaksanaan likuiditas sesuai Dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13
b. Kualitas aset (Asset quality)
Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :
1) Kualitas aktiva produktif
2) Konsentresi eksposur risiko kredit
3) Perkembangan risiko kredit bermasalah
4) Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur
6) Sistem kaji ulang (review) internal
7) Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah
c. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1) Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko
2) Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank Indonesia dan atau
pihak lain.
d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1) Pencapaian return on asset (ROA)
2) Pencapaian return on equity (ROE)
3) Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4) Tingkat efisiensi
5) Perkembangan laba operasional
6) Diversifiksi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biaya
8) Prospek laba operasional
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut
ini :
1) Rasio aktiva/pasiva yang likuid
2) Potensi maturity mismatch
3) Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
4) Proyeksi cash flow (arus kas)
5) Konsentresi pendanaan
6) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability management)
7) Akses kepada sumber pendanaan
8) Stabilitas pendanaan
f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
1) kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse
movement) suku bunga dan nilai tukar
14
2) kecukupan penerapan manajemen risiko pasar
15
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain
sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan diatas,
selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang
secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya,
akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat,
Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
Berikut ini penjelasan metode CAMEL:
b. Capital
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara
berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah
karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan
demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik
jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus
benar-benar bertanggungjawab atas modal yang sudah ditetapkan.
Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal disetor sebesar
Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah
modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut. Pengertian kecukupan modaltersebut tidak
hanya dihitung dari jumlah nominalnya,tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering
disebut sebagai Capital Adequency Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara
jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8%.
b. Assets Quality
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain
yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva
tersebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah penanaman dana
Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian
difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi memang penting. Namun
demikian, menganalisis kualitaas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya.
Kualitasa aktiva produktif bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitaas aktiva
produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain
terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset,pemberian
pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di
dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu:
b. Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif (KAP 1). Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar, Diragukan
dan Macet. Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
16
a) Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0
b) Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum
100.
2) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut untuk
rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.
b. Management
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank.
Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah bank mendapatkan perhatian
yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan
memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan
dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap bank yang bersangkutan. Penilaian
tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam
dua kelompok besar yaitu kelompok menejemen umum dan kuesioner menejemen risiko.
Kuesioner kelompok menejemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan
yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya
kerja. Sementara itu, untuk kuesioner menejemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang
berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan
risiko pemilik dan pengurus.
b. Earning
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan
bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami
kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan
memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua
macam, yaitu :
b. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah :
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif diberi nilai
kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan nilai
maksimum 100.
2) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2). Rumusnya adalah :
Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi
nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
b. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang diterima
17
oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara kewajiban bank
dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah
Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan
dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordina),
Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat
berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan
atas dua maca rasio, yaitu :
b. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi
nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
2) Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi nilai
kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan
nilai maksimum 100.
Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat dilihat
dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal (capital adequency ratio) dan
Loan Deposit Ratio.
b. Rasio Likuiditas
Rasio ini menuunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar) hutang jangka
pendek.
Aktiva Lancar
Rasio Likuiditas =
utang jangka pendek
Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang semakin baik.
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan (membayar) utang
jangka pnjang.
Total Aktiva
Rasio solvabilitas=
Total utang jangka panjang
Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas makasemakin baik kondisi kesehatan bank.
b. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Ada dua
pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran ini :
b. Return on Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membagi laba sebelum
pajak dengan aktiva.
18
Laba sebelum pajak
ROA=
aktiva
2) Return on Equity (ROE)
ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membandingkan laba
sebelum pajak dengan equity.
Laba sebelum pajak
ROE=
Equity
b. Capital Adequency Ratio (CAR)
CAR mengukur kecukupan modal dengan membandingkan kcapital (modal) dengan asset
berisiko.
Modal
CAR=
Asset berisiko
b. Loan Deposit ratio (LDR)
LDR mengukur kemampuan bank dalam mengelola dana dengan membandingkan besarnya
pinjaman yang diberikan oleh bank dengan besarnya simpanan.
Pinjaman
LDR=
Simpanan
Tingkat kesehatan bank emliputi golongan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.
Nilai kredit Predikat
81-100 Sehat
66-<81 Cukup sehat
51-<66 Kurang sehat
0-<51 Tidak sehat
19
segera dilakukan tindakan korektif yang efektif akan berpotensi untuk membahayakan
kelangsungan usahanya.
No Factor yang Komponan yang dinilai Bobot %
dinilai
1 C Capital Rasio modal terhadap aktiva tertimbang 25
(permodalan) menurut risiko
2 A Assets (aktiva) a. Rasio aktiva produktif yang 25
diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang dibentuk 5
terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang wajib
dibentuk
3 M Management a. Manajemen umum 10
(manajemen) b. Manajemen risiko 15
4 E Earnings a. Rasio laba terhadap rata-rata 5
(Rentabilitas ) volume usaha
b. Rasio biaya operasional terhadap 5
pendapatan operasional
5 L Liquidity a. Rasio kewajiban bersih call 5
(likuiditas) money terhadap aktiva lancer
dalam rupiah 5
b. Rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh bank dalam rupiah
dan valuta asing
20
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
1. kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-
cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan tujuan kesehatan bank
adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang
sehat atau tidak sehat.
2. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan bank terdiri dari dua pihak yaitu, pihak
internal dan eksternal.
3. Mekanisme penilaian kesehatan bank diatur dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan
dan pengawasan bank dan peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang sistem
penilaian tingkat kesehatan bank umum.
4. Faktor-faktor CAMELS terdiri dari permodalan (capital), kualitas asset (asset quality),
manajemen (management), rentabilitas (earning), liquiditas (liquidity), dan sensitifitas terhadap
resiko pasar (sensitivity to market risk).
5. Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan
pada faktor CAMEL seperti permodalan (capital), kualitas asset (asset quality), manajemen
(management), rentabilitas (earning), liquiditas (liquidity), dan sensitifitas terhadap resiko pasar
(sensitivity to market risk).
21
DAFTAR PUSTAKA
22