Modul 3
PE N D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN
1. Risiko Kredit
Risiko kredit atau sering pula disebut default risk merupakan risiko
akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah
pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Secara teknis
ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang disepakati kedua
pihak, disebut default.
2. Risiko Investasi
Risiko investasi atau investment risk berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok dari portofolio surat-
surat berharga, misalnya obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang
dimiliki bank. Penurunan nilai surat-surat berharga tersebut bergerak
berlawanan arah dari tingkat bunga umum. Apabila tingkat bunga menurun,
harga-harga obligasi atau surat-surat berharga lainnya mengalami kenaikan.
Sebaliknya, kenaikan tingkat bunga menyebabkan turunnya harga dari surat-
surat berharga dan hal ini berarti akan menurunkan pula nilai portofolio. Oleh
karena itu, dalam situasi tingkat bunga yang berfluktuasi, bank akan
menghadapi kemungkinan risiko perubahan harga pasar atas portofolio
investasinya. Aspek lain yang berkaitan dengan risiko investasi adalah
keadaan struktur pasar di mana sekuritas tersebut diperdagangkan, termasuk
faktor nonekonomi, seperti stabilitas politik dan keamanan, bencana alam.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas atau disebut liquidity risk adalah risiko yang mungkin
dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Pemenuhan
kebutuhan likuiditas ini, misalnya untuk memenuhi permintaan kredit dan
EKSI4205/MODUL 3 3.7
semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu, pemenuhan reserve
requirement. Masalah yang mungkin terjadi dalam pemenuhan likuiditas
adalah bank-bank tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan dan berapa
jumlah dana yang akan dibutuhkan atau ditarik oleh nasabah debitor maupun
para penabung. Oleh karena itu, pengelolaan bank dalam memperkirakan
kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks. Tugas
manajer dana, antara lain melakukan perkiraan dana dan mencari cara
bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan.
Pengelolaan likuiditas mencakup pula perkiraan kebutuhan kas untuk
memenuhi ketentuan likuiditas wajib dan penyediaan instrumen-instrumen
likuiditas sebesar jumlah yang kira-kira dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas
bank pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk
memenuhi kebutuhan semua penarikan dana oleh penabung. Kedua, untuk
memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama
kredit yang telah disetujui.
Apabila pengelolaan likuiditas bank tidak baik maka bank akan berada
pada posisi yang sulit. Kesulitan likuiditas dalam jumlah besar dan lama
menjadikan bank tidak sehat, tidak dipercaya nasabah, dan bank tersebut
akan terancam bangkrut.
4. Risiko Operasional
Efektivitas sistem, prosedur, dan pengendalian dalam menjalankan
operasinya, berpengaruh terhadap kelancaran jalannya usaha dan tingkat
pelayanan bank kepada nasabah. Ketidakpastian mengenai kegiatan usaha
bank merupakan risiko operasional bank yang bersangkutan. Risiko
operasional bank, antara lain dapat berasal dari:
a. kemungkinan dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang
dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank;
b. kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk
baru yang diperkenalkan.
5. Risiko Penyelewengan
Risiko penyelewengan atau penggelapan kadang-kadang disebut fraud
risk adalah berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat hal-
hal sebagai berikut:
a. ketidakjujuran,
b. penipuan, dan
3.8 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
c. moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan, dan
nasabah bank.
6. Risiko Fidusia
Risiko fidusia atau fiduciary risk ini akan timbul apabila bank dalam
usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk
individu maupun badan usaha. Secara historis hubungan fidusia mengatur
bahwa wali amanat (trustee), dalam hal ini bank, harus melaksanakan
kegiatannya secara konsisten disertai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan
secara sehat dan rasional. Titipan atau simpanan dana yang diberikan kepada
bank harus benar-benar dikelola secara baik dengan tidak melakukan
kegiatan yang spekulatif dengan tetap memperhatikan keuntungan di samping
keamanan dari dana yang diinvestasikan tersebut. Apabila bank mengalami
kegagalan melaksanakan tugas tersebut maka dianggap merupakan risiko
kerugian bagi wali amanat.
a. Rekening Giro
Rekening giro atau demand deposit kadang-kadang juga disebut dengan
checking account adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Oleh karena sifat penarikannya yang dapat dilakukan
setiap saat tersebut maka giro ini merupakan sumber dana yang sangat labil
bagi bank. Bagi pihak nasabah, rekening giro dengan sifat penarikannya
tersebut akan sangat membantu dan merupakan alat pembayaran yang lebih
3.10 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
efisien dalam melakukan suatu transaksi. Oleh karena itu, rekening giro ini
umumnya dimiliki oleh nasabah-nasabah yang membutuhkan alat
pembayaran yang lebih efisien dan untuk memperlancar kegiatan bisnisnya.
Dalam pelaksanaannya, setiap pemilik rekening giro (giran) diberikan buku
cek dan bilyet giro sebagai instrumen untuk melakukan penarikan dana atau
pembayaran suatu transaksi. Namun, cek dan bilyet giro ini bukanlah suatu
legal tender atau alat pembayaran yang sah yang dapat atau wajib diterima
umum. Instrumen pembayaran dengan menggunakan rekening giro tersebut
memiliki sifat yang berbeda. Cek dapat digunakan untuk suatu pembayaran
transaksi secara tunai, cek dapat ditarik atas unjuk atau atas nama dan tidak
dapat dibatalkan oleh penarik, kecuali cek tersebut dinyatakan hilang dicuri
dengan dibuktikan oleh laporan hilang dari kepolisian. Cek pada prinsipnya
merupakan perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada saat penyerahan. Menurut KUHD ayat (205) ‘’tiap-tiap cek harus
dibayar pada hari penunjukannya meskipun cek diunjukkan untuk
pembayarannya sebelum hari yang disebut sebagai hari/tanggal
dikeluarkannya’’. Selanjutnya masa tenggang waktu yang diunjukkan untuk
pembayaran atas cek tersebut adalah 70 hari sejak tanggal penarikannya.
Sifat bilyet giro pada dasarnya merupakan perintah kepada bank untuk
memindahbukukan sejumlah tertentu uang atas beban rekening penarik pada
tanggal yang ditentukan kepada pihak yang tercantum dalam warkat bilyet
giro tersebut. Dari definisi ini, bilyet giro tidak dapat ditarik secara tunai
sebagaimana halnya dengan cek tetapi hanya dapat pemindahbukuan. Bilyet
giro bukan perintah bayar tak bersyarat, tetapi pembayaran hanya dapat
dilakukan sesuai dengan tanggal efektif jatuh temponya. Di samping itu,
bilyet giro dapat dibatalkan penarik secara sepihak disertai dengan alasan
pembatalannya. Dari sifat penarikannya tersebut, maka dalam praktiknya
dikenal bilyet giro mundur.
Bank memberikan imbalan kepada giran atas saldo yang ada pada
rekening giro. Jasa Giro pada prinsipnya merupakan bunga yang diberikan
oleh bank kepada giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
Tingkat bunga tersebut relatif lebih kecil dibanding dengan jenis simpanan
lain.
b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
EKSI4205/MODUL 3 3.11
penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Sumber dana ini memiliki ciri-
ciri pokok, yaitu jangka waktu penarikannya tetap, umumnya memiliki
jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan.
Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh
tempo oleh pihak yang namanya tercantum pada bilyet deposito tersebut.
Oleh karena itu, deposito adalah simpanan atas nama. Selanjutnya, deposito
yang ditarik oleh deposan sebelum jangka waktu jatuh temponya
sebagaimana yang diperjanjikan maka bank mengenakan penalti kepada
deposan berupa pembayaran uang administrasi dan hak pendapatan bunga
tidak diperhitungkan oleh bank atas deposito berjangka tersebut. Untuk
mempermudah nasabah dalam hal perpanjangan jangka waktu depositonya
maka bank memberikan fasilitas perpanjangan secara otomatis atau
automated rollover. Pada perpanjangan tersebut akan berlaku bunga deposito
baru. Fasilitas seperti ini biasanya diberikan bank atas permintaan nasabah.
Untuk lebih memudahkan dan menguntungkan nasabah, biasanya deposan
membuka rekening simpanan, misalnya tabungan pada bank yang
bersangkutan.
c. Tabungan
Tabungan (savings deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. Produk tabungan
oleh perbankan terutama setelah Pakto 27, 1988 sangat bervariasi. Hal
tersebut terjadi karena diberikannya kebebasan perbankan untuk
menyelenggarakan program tabungan sendiri. Di samping itu, ketatnya
antarbank dalam penghimpunan dana melalui mobilisasi tabungan
menyebabkan bank dipaksa untuk menciptakan jenis program tabungan yang
lebih bervariasi di samping daya tarik tingkat bunga dan hadiah-hadiah yang
cukup menarik. Biaya dana yang berasal dari tabungan ini dapat digolongkan
sebagai dana yang relatif mahal. Lebih tinggi dari jasa giro, namun lebih
rendah dari bunga deposito berjangka. Perhitungan bunga atas sumber dana
tabungan ini dapat dilakukan dengan berdasarkan saldo harian, saldo rata-rata
atau saldo terendah dari buku tabungan.
Selanjutnya, seperti telah disebutkan bahwa persaingan antarbank dalam
melakukan mobilisasi dana memaksa bank untuk senantiasa menciptakan
produk tabungan baru yang dapat memberikan kemampuan bersaing dengan
bank-bank lainnya. Misalnya, produk gabungan antara rekening giro dengan
3.12 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
d. Deposit on Call
Deposit on Call sering pula disebut sebagai deposito harian, yaitu
simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu sesuai kesepakatan pihak bank
dengan nasabah. Pemberitahuan nasabah kepada bank untuk penarikan
tersebut dilakukan seharusnya sehari, tiga hari, seminggu atau jangka waktu
lainnya yang disepakati. Jangka waktu keharusan pemberitahuan penarikan
ini sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya dana yang akan ditarik. Biasanya
semakin besar jumlah dana yang akan ditarik semakin lama pula jangka
waktu pemberitahuan sebelumnya yang diharuskan. Instrumen peng-
himpunan dana ini pada prinsipnya merupakan perpaduan antara rekening
giro dengan deposito berjangka. Tingkat bunganya pun relatif lebih rendah
dari deposito berjangka atau lebih tinggi dari giro. Jenis simpanan ini bagi
bank merupakan sumber dana yang penarikannya dapat diprediksi.
e. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito atau certificate of deposit dan sering disingkat CD
adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan.
Bentuk simpanan ini khususnya dalam masyarakat perbankan Indonesia
sampai saat ini tidak sepopuler dengan Deposito Berjangka dan Tabungan.
Oleh karena itu, dana perbankan yang bersumber dari jenis simpanan ini
relatif lebih kecil dibanding dengan sumber dana lainnya. Kurang populernya
CD sebagai instrumen simpanan oleh masyarakat, antara lain disebabkan oleh
adanya ketentuan yang mengharuskan bank-bank memperoleh izin lebih dulu
EKSI4205/MODUL 3 3.13
g. Pinjaman Antarbank
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, bank dapat pula melakukan
pinjaman dari bank lainnya baik untuk jangka waktu pendek maupun
menengah. Pinjaman tersebut dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan
modal kerjanya atau melakukan kerja sama antarbank dalam bidang
pembiayaan bersama.
EKSI4205/MODUL 3 3.15
h. Repurchase Agreement
Bank dalam memenuhi kebutuhan dananya dapat melakukan transaksi
Repurchase Agreement. Repurchase Agreement atau sering disingkat repos
adalah suatu transaksi jual beli surat-surat berharga dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijualnya tersebut
sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan dengan harga yang telah
ditetapkan lebih dulu. Instrumen yang digunakan dalam transaksi repos
tersebut biasanya, antara lain promes atau wesel.
i. Setoran Jaminan
Setoran jaminan adalah dana yang diterima bank dari nasabah dalam
rangka pemberian jasa-jasa perbankan. Setoran jaminan ini dibutuhkan oleh
bank sebagai jaminan atas risiko yang mungkin timbul dan ditutup bank.
Transaksi pemberian jasa oleh bank membutuhkan jaminan, antara lain
jaminan L/C, bank garansi. Untuk semua dana yang diterima dalam bentuk
jaminan tersebut tidak diberikan jasa atau bunga oleh bank. Oleh karena itu,
dana ini merupakan dana yang tidak berbiaya bagi bank.
j. Dana Transfer
Dana yang ditransfer oleh nasabah melalui bank merupakan sumber dana
sepanjang dana tersebut masih mengendap di bank dan belum diambil atau
belum ada perintah pemindahbukuan. Dana ini jelas hanya akan mengendap
di bank untuk jangka waktu yang sangat singkat, yang digolongkan sebagai
sumber dana tidak berbiaya.
m. Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan
cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto.
Fasilitas diskonto ini adalah upaya terakhir bank dan merupakan bantuan
bank sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi
2, yaitu Fasilitas Diskonto I dan Fasilitas Diskonto II. Fasilitas Diskonto I
disediakan dalam rangka memperlancar pengaturan dana bank sehari-hari,
sedangkan fasilitas Diskonto II diberikan untuk memudahkan bank dalam
menanggulangi kesulitan pendanaan karena rencana pengerahan dana tidak
sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau panjang oleh nasabah
(mismatch).
n. Dana Sendiri
Dana Sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham maupun
dari hasil keuntungan yang diperoleh bank dari operasinya. Dana sendiri
bank secara umum terdiri dari berikut ini.
1. Modal disetor.
2. Cadangan-cadangan.
3. Laba yang ditahan.
4. Laba tahun berjalan.
5. Agio saham.
b. Cadangan Sekunder
Prioritas kedua penggunaan dana adalah dalam bentuk cadangan
sekunder atau secondary reserves yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya
diperkirakan kurang dari satu tahun. Tujuan utama penempatan dalam
bentuk cadangan sekunder ini semata-mata dimaksudkan untuk tujuan
likuiditas dan untuk memperoleh keuntungan.
Fungsi cadangan sekunder ini, antara lain sebagai berikut.
1) Memenuhi kebutuhan kas yang bersifat jangka pendek dan musiman
dari penarikan simpanan dan pencairan kredit dalam jumlah besar
yang telah diperkirakan.
2) Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan.
3) Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.
4) Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak
diperkirakan dari deposan dan penarikan nasabah debitor. Oleh
karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak dapat dengan segera
diperkirakan maka cadangan sekunder ini ditanamkan dalam bentuk
surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjualbelikan
dan kredit berkualitas tinggi. Instrumen cadangan sekunder dapat
berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang
(CSBPU), dan sertifikat deposito.
3.18 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
c. Penyaluran Kredit
Prioritas ketiga penggunaan dana bank adalah pemberian kredit atau loan
kepada nasabah yang memenuhi ketentuan kebijaksanaan perkreditan
bank yang bersangkutan. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama
bank. Oleh karena itu, sumber pendapatan utama bank berasal dari
kegiatan usaha ini.
d. Investasi (Investments)
Prioritas terakhir penggunaan dana bank adalah investment, yaitu
penanaman dana dalam surat-surat berharga yang berjangka panjang.
Tujuan utama prioritas penggunaan dana ini semata-mata untuk
memperoleh penghasilan. Meskipun dalam praktiknya investment dapat
pula digunakan sebagai sumber likuiditas melalui, misalnya hasil bunga
atau deviden maupun menjualnya kembali, namun investment pada
prinsipnya tidak dimaksudkan untuk memenuhi likuiditas ini. oleh
karena pengalokasian dana untuk prioritas ini diharapkan akan
memberikan pendapatan yang memadai maka sifat aset ini biasanya
lebih ‘permanen’ atau berjangka panjang dibandingkan dengan cadangan
sekunder. Instrumen untuk investment ini, antara lain saham yang dibeli
melalui bursa efek dan obligasi dengan segala jenisnya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan investment ini
adalah:
1) tingkat bunga atau capital gain (ekspektasi);
2) kualitas atau keamanan;
3) mudah diperjualbelikan;
4) jangka waktu jatuh temponya;
5) pajak;
6) diversifikasi.
berharga pasar uang dan surat berharga pasar modal baik dalam
rupiah maupun dalam valuta asing. Penanaman dana dalam surat-
surat berharga tersebut, antara lain berikut ini.
a) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
c) Wesel dan promes yang di endors bank lain.
d) Revolving Underwriting Facilities (RUF).
e) Aksep atau promes dalam rangka call money.
f) Kertas perbendaharaan atas beban negara.
g) Berbagai macam obligasi.
h) Sertifikat danareksa.
i) Saham-saham yang terdaftar pada Bursa Efek.
5) Penempatan dana pada bank lain, baik bank di dalam negeri maupun
luar negeri. Penempatan dana tersebut dapat berupa simpanan
berjangka dan jenis simpanan lainnya.
6) Penyertaan Modal
Penyertaan modal atau participation adalah penanaman dana bank
dalam bentuk saham secara langsung (direct investment) pada bank
atau lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan luar
negeri. Menurut ketentuan Bank Indonesia, bank dapat melakukan
penyertaan modal hanya pada lembaga keuangan di dalam dan di
luar negeri dengan ketentuan:
a) Besarnya penyertaan modal tidak melebihi 15% dari modal
lembaga keuangan tersebut.
b) Jumlah seluruh penyertaan modal tidak melebihi 25% dari
modal sendiri bank yang bersangkutan.
Penyertaan pada perusahaan di luar lembaga keuangan hanya dapat
dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit.
Yang dimaksud dengan lembaga keuangan di sini adalah bank,
perusahaan pembiayaan, dan bursa efek.
Penyertaan modal pada lembaga keuangan tersebut hanya dapat
dilakukan setelah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, yaitu dalam 12 bulan terakhir.
a) Minimal 10 bulan tergolong sehat dan selebihnya cukup sehat.
b) Capital adequacy ratio minimal 10 bulan sehat dan selebihnya
cukup sehat.
3.22 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
Gambar 3.1.
Pendekatan Pool of Funds
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sumber dana bank terdiri dari
sumber dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yaitu
giro, deposito, tabungan, pinjaman jangka pendek, dan pinjaman jangka
panjang serta sumber dana intern, yaitu modal sendiri berupa modal disetor,
cadangan, sisa laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Selanjutnya
pengalokasian dana tersebut berdasarkan prioritas. Prioritas pertama adalah
likuiditas yang dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib
minimum yang ditetapkan bank sentral di samping untuk memenuhi semua
penarikan oleh nasabah. Kebutuhan dana untuk likuiditas tersebut
dialokasikan dalam cadangan primer dan sekunder. Cadangan sekunder ini
pada dasarnya merupakan back-up, apabila cadangan primer tidak
mencukupi. Oleh karena itu, cadangan sekunder tersebut biasanya dalam
EKSI4205/MODUL 3 3.25
bentuk surat-surat berharga yang likuid. Penyaluran dana dalam kredit dan
investment jangka panjang merupakan sumber penghasilan utama operasi
bank.
Gambar 3.2.
Pendekatan Asset Allocation
F. PERMODALAN BANK
Modal merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Oleh karena
itu, bank sentral selaku penguasa moneter menetapkan ketentuan mengenai
3.26 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
a. Modal Inti
Komponen modal inti dapat berupa seperti berikut ini.
1) Modal disetor
Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor terdiri atas
simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan sebagaimana
diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2) Agio saham
Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat harga saham yang melebihi angka nominalnya.
3) Modal sumbangan
Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual
apabila saham tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar
EKSI4205/MODUL 3 3.27
yang diterima oleh bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk
dalam pengertian modal sumbangan.
4) Cadangan umum
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai
dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.
5) Cadangan tujuan
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
6) Laba yang ditahan
Laba yang ditahan, yaitu saldo bersih laba setelah dikurangi pajak oleh
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
7) Laba tahun lalu
Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota. Dalam hal ini, bank
mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu maka seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8) Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku
berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar
50%. Jika pada tahun berjalan bank mengalami kerugian maka seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
Jumlah modal inti adalah jumlah sebagaimana tersebut pada huruf a−h di
atas dikurangi:
a) goodwill yang ada dalam pembukuan bank,
b) kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari
jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan BI.
Pengurangan ini berlaku mulai Desember 1996.
b. Modal Pelengkap
Modal pelengkap dapat berupa seperti berikut ini.
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap.
3.28 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
5) Suatu transaksi jual beli surat berharga dengan perjanjian bahwa penjual
akan membeli kembali surat berharga yang dijualnya sesuai dengan
harga yang ditetapkan dan waktu yang disepakati, disebut dengan ….
A. deposit on call
B. sertifikat deposito
C. call money
D. repurchase agreement
Kegiatan Belajar 2
Bank Syariah
A. PENGERTIAN
Tabel 3.1.
Perbedaan Pokok Sistem Bunga dan Bagi Hasil
a. Prinsip AI-Wadi'ah.
Al-Wadi'ah artinya titipan murni dari nasabah kepada bank atau pihak
lain yang harus dijaga dan dikembalikan kepada penitip (penabung) kapan
saja ia inginkan. Giro dan tabungan merupakan contoh simpanan yang dapat
menerapkan prinsip Al-Wadi'ah.
b. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
Produk pendanaan yang dapat menggunakan prinsip Al-Mudharabah
adalah tabungan dan deposito berjangka. Berdasarkan kewenangan yang
diberikan pihak pemilik dana (penabung), prinsip Al-Mudharabah dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu Mudharabah Mutlaqah (kerja sama antara
pemilik dana dan bank yang cakupannya sangat luas serta tidak dibatasi
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan wilayah bisnis) dan Mudharabah
Muqayyadah (simpanan dana khusus; pemilik dana menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus diikuti oleh bank).
D. PENANAMAN DANA
1. Al Mudharabah
Bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha/kegiatan tertentu dari
nasabah. Selanjutnya nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan
3.38 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank
bank, tetapi bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan
pengawasan. Atas penyediaan dana untuk pembiayaan tersebut bank
mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar
persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian atas usaha yang
dibiayai tersebut maka kerugian tersebut ditanggung oleh bank, kecuali atas
dasar kelalaian nasabah.
2. Al Musyarakah
Bank menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha/kegiatan
tertentu, sebagian lain disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini bank dapat
ikut serta mengelola usaha tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan
kesepakatan tentang pembagian keuntungan dari usaha yang dibiayai. Porsi
pembagian keuntungan tersebut tidak harus sebanding dengan pangsa
pembiayaan masing-masing, melainkan atas dasar perjanjian kedua belah
pihak. Apabila terjadi kerugian tersebut akan ditanggung bersama sesuai
dengan pangsa pembiayaan masing-masing
3. Al Murabahah
Bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan
sistem pembayaran kemudian. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara
bank membeli atau memberi kuasa kepada nasabah untuk membelikan
barang yang diperlukannya atas nama bank. Selanjutnya, pada saat yang
bersamaan bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sebesar harga pokok ditambah dengan sejumlah keuntungan atau mark-up
untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan
kesepakatan antarbank dengan nasabah.
6. Al Bai Dayn
Bank membeli dengan cara diskonto atas piutang atau tagihan yang
berasal dari transaksi jual beli barang dan atau jasa.
Dalam pelaksanaannya prinsip ini dilakukan, antara lain untuk
pembelian:
a. Wesel dagang,
b. Wesel ekspor, dan
c. Tagihan dalam rangka anjak piutang (factoring).
7. Al Qard ul Hasan
Bank menyediakan fasilitas dana kepada nasabah tanpa mengharapkan
imbalan dari nasabah. Fasilitas ini biasanya diberikan kepada nasabah dalam
rangka pelaksanaan kewajiban sosial terhadap nasabah yang betul-betul
membutuhkan dan berhak menerimanya.
Bank bagi hasil dapat memberikan jasa perbankan lainnya atas dasar
prinsip syariah dalam bentuk sebagai berikut.
Dari penjelasan tersebut di atas maka sifat usaha bank bagi hasil, baik
dari kegiatannya dalam penghimpunan dana maupun penggunaan dana dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Giro berdasarkan prinsip
Al Wadiah
2. Tabungan berdasarkan prinsip
a. Al Wadiah
b. Al Mudharabah
3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip
Al Mudharabah
4. Antara Bank Bagi Hasil berdasarkan prinsip
a. Al Wadiah
b. Al Mudharabah
5. Penerimaan dana lainnya berdasarkan prinsip
Al Qard ul Hasanah
6. Modal
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
2) Perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu usaha, disebut ….
A. Al Mudharabah
B. Al wadiah
C. Al Musyarakah
D. Al Murabahah
3) Persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama, disebut ….
A. Al Mudharabah
B. Al wadiah
C. Al Bai Bithaman Ajil
D. Al Murabahah
Daftar Pustaka