Anda di halaman 1dari 46

3.

1 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Modul 3

Manajemen Bank Umum dan


Bank Syariah
Dra. Ana Partina, M.Si.

PE N D A HU L UA N

M odul 3 terdiri dari 2 kegiatan belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1


membahas Manajemen Bank Umum dan Kegiatan Belajar 2
membahas Bank Syariah. Dalam modul ini, diharapkan Anda akan mampu
menjelaskan tentang manajemen bank umum dan Bank Syariah.
Secara khusus, Anda diharapkan akan mampu menjelaskan tentang
berikut ini.
1. Bank umum sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa-jasa
keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit, risiko
usaha bank, mobilisasi dana dan permodalan bank.
2. Pengertian Bank Syariah yang merupakan lembaga keuangan bank yang
berdasarkan Prinsip Syariah dan pembiayaan berdasarkan Bank Syariah,
prinsip-prinsip bagi hasil, cara menghimpun dana, penanaman dana dan
pemberian jasa perbankan atas dasar prinsip syariah.
3.2 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kegiatan Belajar 1

Manajemen Bank Umum

A. PENGERTIAN

Bank umum sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa-jasa


keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit. Bank-bank
melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan
rutinnya di bidang keuangan.
Bank umum di Indonesia diatur oleh UU Nomor 10 Tahun 1998, tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam
Undang-undang tentang Perbankan disebutkan bahwa:
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
2. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional dan
atau prinsip syariah.
3. Perbankan Indonesia diberi misi sebagai penunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat.
4. Perbankan Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian.
5. Bank umum dapat melakukan kegiatan anjak piutang, emisi saham,
menyediakan tempat untuk penitipan surat dan barang berharga, dan
usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank sesuai dengan perundangan
yang ada
6. Bank umum di Indonesia hanya dapat didirikan sepenuhnya oleh warga
negara Indonesia, dan/atau badan hukum Indonesia atau warga negara
Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
secara kemitraan.
7. Bentuk hukum bank umum di Indonesia dapat berupa perseroan terbatas,
koperasi atau perusahaan daerah.
 EKSI4205/MODUL 3 3.3

Bank umum memiliki fungsi pokok sebagai berikut:


1. menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi;
2. menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi;
3. menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat;
4. menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trust atau perwalian amanat
kepada individu dan perusahaan;
5. menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional;
6. memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga;
7. menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya, misalnya credit card, traveler’s
check, transfer dana.

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU


No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dalam UU No. 10
Tahun 1998 adalah sebagai berikut.
1. Menghimpun dana dari masyarakat.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya. Surat-surat berharga tersebut,
antara lain:
a. surat-surat wesel, termasuk wesel yang diaksep oleh bank;
b. surat pengakuan utang;
c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
d. sertifikat Bank Indonesia (SBI);
e. obligasi;
f. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun;
g. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan
1 tahun.
5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
3.4 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan


suatu kontrak (custodian).
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11. Membeli melalui pelelangan agunan, baik semua maupun sebagian
dalam keadaan debitor tidak memenuhi kewajibannya kepada bank,
dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.
12. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit, dan kegiatan
wali amanat (trustee).
13. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing.
15. Melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang
keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, dan
asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.
16. Melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun.
18. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundangan lain
yang berlaku.

Kegiatan usaha bank umum di sisi jasa (services side) adalah


memberikan jasa-jasa kepada masyarakat, baik yang berkaitan dengan jasa
keuangan maupun jasa bukan keuangan.
1. Jasa-jasa keuangan
Jasa-jasa yang bersifat keuangan atau financial services yang ditawarkan
oleh bank umum kepada nasabah atau masyarakat, antara lain:
a. pengiriman uang;
b. letter of credit (L/C);
c. perdagangan surat-surat berharga;
d. inkasso dalam dan luar negeri;
e. transfer dana;
f. kartu plastik;
g. traveler’s check dan money changer;
 EKSI4205/MODUL 3 3.5

h. perdagangan valuta asing dalam bentuk devisa umum maupun


dengan bank note;
i. perbankan elektronik;
j. manajemen dana dan investasi, manajemen perpajakan;
k. custodian (penitipan harta);
l. perwalian amanat;
m. bank garansi;
n. standing orders, misalnya pembayaran semua rekening yang dibayar
secara periodik antara lain: listrik, telepon, cicilan rumah dan
rekening tagihan lainnya;
o. dana pensiun lembaga keuangan.
2. Jasa Nonkeuangan
Jasa-jasa nonkeuangan yang diberikan bank, antara lain:
a. pergudangan;
b. pelatihan pegawai;
c. surat introduksi;
d. kotak pengamanan;
e. jasa-jasa komputer.

Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh bank umum


seperti di atas, terdapat kegiatan yang dilarang bagi bank umum, yaitu
sebagai berikut.
a. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan dan kecuali penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
b. Melakukan usaha perasuransian.
c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana diuraikan di
atas.

B. RISIKO USAHA BANK

Risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat ketidakpastian


mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima.
Dalam hal ini, pengertian hasil adalah merupakan keuntungan bank. Semakin
tidak pasti hasil yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan
risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang
3.6 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

diinginkan. Risiko-risiko yang berkaitan dengan usaha bank pada dasarnya


dapat berasal baik dari sisi aktiva maupun dari sisi pasiva. Risiko usaha yang
dapat dihadapi oleh bank antara lain sebagai berikut.
1. Risiko kredit (credit atau default risk).
2. Risiko investasi (investment risk).
3. Risiko likuiditas (liquidity risk).
4. Risiko operasional (operating risk).
5. Risiko penyelewengan (fraud risk).
6. Risiko fidusia (fiduciary risk).

1. Risiko Kredit
Risiko kredit atau sering pula disebut default risk merupakan risiko
akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah
pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Secara teknis
ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang disepakati kedua
pihak, disebut default.

2. Risiko Investasi
Risiko investasi atau investment risk berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok dari portofolio surat-
surat berharga, misalnya obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang
dimiliki bank. Penurunan nilai surat-surat berharga tersebut bergerak
berlawanan arah dari tingkat bunga umum. Apabila tingkat bunga menurun,
harga-harga obligasi atau surat-surat berharga lainnya mengalami kenaikan.
Sebaliknya, kenaikan tingkat bunga menyebabkan turunnya harga dari surat-
surat berharga dan hal ini berarti akan menurunkan pula nilai portofolio. Oleh
karena itu, dalam situasi tingkat bunga yang berfluktuasi, bank akan
menghadapi kemungkinan risiko perubahan harga pasar atas portofolio
investasinya. Aspek lain yang berkaitan dengan risiko investasi adalah
keadaan struktur pasar di mana sekuritas tersebut diperdagangkan, termasuk
faktor nonekonomi, seperti stabilitas politik dan keamanan, bencana alam.

3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas atau disebut liquidity risk adalah risiko yang mungkin
dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Pemenuhan
kebutuhan likuiditas ini, misalnya untuk memenuhi permintaan kredit dan
 EKSI4205/MODUL 3 3.7

semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu, pemenuhan reserve
requirement. Masalah yang mungkin terjadi dalam pemenuhan likuiditas
adalah bank-bank tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan dan berapa
jumlah dana yang akan dibutuhkan atau ditarik oleh nasabah debitor maupun
para penabung. Oleh karena itu, pengelolaan bank dalam memperkirakan
kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks. Tugas
manajer dana, antara lain melakukan perkiraan dana dan mencari cara
bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan.
Pengelolaan likuiditas mencakup pula perkiraan kebutuhan kas untuk
memenuhi ketentuan likuiditas wajib dan penyediaan instrumen-instrumen
likuiditas sebesar jumlah yang kira-kira dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas
bank pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk
memenuhi kebutuhan semua penarikan dana oleh penabung. Kedua, untuk
memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama
kredit yang telah disetujui.
Apabila pengelolaan likuiditas bank tidak baik maka bank akan berada
pada posisi yang sulit. Kesulitan likuiditas dalam jumlah besar dan lama
menjadikan bank tidak sehat, tidak dipercaya nasabah, dan bank tersebut
akan terancam bangkrut.

4. Risiko Operasional
Efektivitas sistem, prosedur, dan pengendalian dalam menjalankan
operasinya, berpengaruh terhadap kelancaran jalannya usaha dan tingkat
pelayanan bank kepada nasabah. Ketidakpastian mengenai kegiatan usaha
bank merupakan risiko operasional bank yang bersangkutan. Risiko
operasional bank, antara lain dapat berasal dari:
a. kemungkinan dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang
dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank;
b. kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk
baru yang diperkenalkan.

5. Risiko Penyelewengan
Risiko penyelewengan atau penggelapan kadang-kadang disebut fraud
risk adalah berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat hal-
hal sebagai berikut:
a. ketidakjujuran,
b. penipuan, dan
3.8 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

c. moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan, dan
nasabah bank.

Untuk menghindari kecurangan-kecurangan tersebut, bank-bank saat ini


telah mengembangkan sistem auditing internal untuk mencegah dan
menangkal penyelewengan internal yang dilakukan oleh pegawai atau pejabat
bank, dan penyelewengan eksternal yang dilakukan oleh nasabah-nasabah
bank, misalnya dengan menggunakan on-line teller system di cabang-cabang
di samping program-program pelatihan bagi karyawan bank yang
dimaksudkan untuk mengurangi risiko penyelewengan.

6. Risiko Fidusia
Risiko fidusia atau fiduciary risk ini akan timbul apabila bank dalam
usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk
individu maupun badan usaha. Secara historis hubungan fidusia mengatur
bahwa wali amanat (trustee), dalam hal ini bank, harus melaksanakan
kegiatannya secara konsisten disertai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan
secara sehat dan rasional. Titipan atau simpanan dana yang diberikan kepada
bank harus benar-benar dikelola secara baik dengan tidak melakukan
kegiatan yang spekulatif dengan tetap memperhatikan keuntungan di samping
keamanan dari dana yang diinvestasikan tersebut. Apabila bank mengalami
kegagalan melaksanakan tugas tersebut maka dianggap merupakan risiko
kerugian bagi wali amanat.

C. MOBILISASI DANA BANK

1. Faktor-faktor Keberhasilan Mobilisasi Dana


Kemampuan menarik dana dari masyarakat dengan biaya yang relatif
murah merupakan suatu masalah yang sulit dalam pengelolaan bank,
terutama sejak era deregulasi 1 Juni 1983 dan mencapai puncaknya setelah
dikeluarkannya Pakto 27 1988. Sebelum era deregulasi perbankan tersebut
pengelolaan bank saat itu hanya memprioritaskan bagaimana bank
menyalurkan dananya terutama dalam bentuk pemberian kredit.
Kegiatan penghimpunan dana merupakan kegiatan pokok yang dapat
dilihat pada sisi pasiva neraca bank. Keberhasilan bank dalam melakukan
penghimpunan atau mobilisasi dana ini sangat dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain berikut ini.
 EKSI4205/MODUL 3 3.9

a. Kepercayaan masyarakat pada suatu bank jelas akan mempengaruhi


kemampuan bank menghimpun dana dari berbagai sumber terutama dari
masyarakat atau institusi. Tingkat kepercayaan masyarakat ini sangat
dipengaruhi oleh kinerja bank yang bersangkutan, posisi keuangan,
kapabilitas, integritas, serta kredibilitas manajemen bank.
b. Ekspektasi, yaitu perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh
penabung dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya dengan
tingkat risiko yang sama.
c. Keamanan, yaitu jaminan keamanan oleh bank atas dana nasabah. Di
beberapa negara untuk memberikan jaminan keamanan kepada
penabung, pemerintah mendirikan lembaga penjaminan simpanan. Di
Amerika Serikat dikenal Federal Deposit Insurance Corporation
(FDIC), dan di Inggris diperkenalkan Insurance Deposit Scheme.
d. Ketepatan waktu, yaitu pengembalian simpanan nasabah yang harus
selalu tepat waktu.
e. Pelayanan yang lebih cepat dan fleksibel.
f. Pengelolaan dana bank yang hati-hati.

2. Sumber-sumber Dana Bank


Sumber utama dana bank dalam usahanya menghimpun dana berasal dari
simpanan dalam bentuk giro (demand deposit), deposito berjangka (time
deposit) dan tabungan (saving deposit). Ketiga jenis dana ini sering disebut
sebagai sumber dana tradisional bank. Sumber-sumber dana bank dalam
bentuk simpanan tersebut dapat berasal dari masyarakat maupun dari nasabah
institusi. Di samping itu, sumber dana bank dapat pula berasal dari modal
sendirinya dan sumber lainnya yang tidak termasuk dalam kedua sumber
tersebut di atas.

a. Rekening Giro
Rekening giro atau demand deposit kadang-kadang juga disebut dengan
checking account adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Oleh karena sifat penarikannya yang dapat dilakukan
setiap saat tersebut maka giro ini merupakan sumber dana yang sangat labil
bagi bank. Bagi pihak nasabah, rekening giro dengan sifat penarikannya
tersebut akan sangat membantu dan merupakan alat pembayaran yang lebih
3.10 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

efisien dalam melakukan suatu transaksi. Oleh karena itu, rekening giro ini
umumnya dimiliki oleh nasabah-nasabah yang membutuhkan alat
pembayaran yang lebih efisien dan untuk memperlancar kegiatan bisnisnya.
Dalam pelaksanaannya, setiap pemilik rekening giro (giran) diberikan buku
cek dan bilyet giro sebagai instrumen untuk melakukan penarikan dana atau
pembayaran suatu transaksi. Namun, cek dan bilyet giro ini bukanlah suatu
legal tender atau alat pembayaran yang sah yang dapat atau wajib diterima
umum. Instrumen pembayaran dengan menggunakan rekening giro tersebut
memiliki sifat yang berbeda. Cek dapat digunakan untuk suatu pembayaran
transaksi secara tunai, cek dapat ditarik atas unjuk atau atas nama dan tidak
dapat dibatalkan oleh penarik, kecuali cek tersebut dinyatakan hilang dicuri
dengan dibuktikan oleh laporan hilang dari kepolisian. Cek pada prinsipnya
merupakan perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada saat penyerahan. Menurut KUHD ayat (205) ‘’tiap-tiap cek harus
dibayar pada hari penunjukannya meskipun cek diunjukkan untuk
pembayarannya sebelum hari yang disebut sebagai hari/tanggal
dikeluarkannya’’. Selanjutnya masa tenggang waktu yang diunjukkan untuk
pembayaran atas cek tersebut adalah 70 hari sejak tanggal penarikannya.
Sifat bilyet giro pada dasarnya merupakan perintah kepada bank untuk
memindahbukukan sejumlah tertentu uang atas beban rekening penarik pada
tanggal yang ditentukan kepada pihak yang tercantum dalam warkat bilyet
giro tersebut. Dari definisi ini, bilyet giro tidak dapat ditarik secara tunai
sebagaimana halnya dengan cek tetapi hanya dapat pemindahbukuan. Bilyet
giro bukan perintah bayar tak bersyarat, tetapi pembayaran hanya dapat
dilakukan sesuai dengan tanggal efektif jatuh temponya. Di samping itu,
bilyet giro dapat dibatalkan penarik secara sepihak disertai dengan alasan
pembatalannya. Dari sifat penarikannya tersebut, maka dalam praktiknya
dikenal bilyet giro mundur.
Bank memberikan imbalan kepada giran atas saldo yang ada pada
rekening giro. Jasa Giro pada prinsipnya merupakan bunga yang diberikan
oleh bank kepada giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
Tingkat bunga tersebut relatif lebih kecil dibanding dengan jenis simpanan
lain.

b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
 EKSI4205/MODUL 3 3.11

penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Sumber dana ini memiliki ciri-
ciri pokok, yaitu jangka waktu penarikannya tetap, umumnya memiliki
jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan.
Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh
tempo oleh pihak yang namanya tercantum pada bilyet deposito tersebut.
Oleh karena itu, deposito adalah simpanan atas nama. Selanjutnya, deposito
yang ditarik oleh deposan sebelum jangka waktu jatuh temponya
sebagaimana yang diperjanjikan maka bank mengenakan penalti kepada
deposan berupa pembayaran uang administrasi dan hak pendapatan bunga
tidak diperhitungkan oleh bank atas deposito berjangka tersebut. Untuk
mempermudah nasabah dalam hal perpanjangan jangka waktu depositonya
maka bank memberikan fasilitas perpanjangan secara otomatis atau
automated rollover. Pada perpanjangan tersebut akan berlaku bunga deposito
baru. Fasilitas seperti ini biasanya diberikan bank atas permintaan nasabah.
Untuk lebih memudahkan dan menguntungkan nasabah, biasanya deposan
membuka rekening simpanan, misalnya tabungan pada bank yang
bersangkutan.

c. Tabungan
Tabungan (savings deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. Produk tabungan
oleh perbankan terutama setelah Pakto 27, 1988 sangat bervariasi. Hal
tersebut terjadi karena diberikannya kebebasan perbankan untuk
menyelenggarakan program tabungan sendiri. Di samping itu, ketatnya
antarbank dalam penghimpunan dana melalui mobilisasi tabungan
menyebabkan bank dipaksa untuk menciptakan jenis program tabungan yang
lebih bervariasi di samping daya tarik tingkat bunga dan hadiah-hadiah yang
cukup menarik. Biaya dana yang berasal dari tabungan ini dapat digolongkan
sebagai dana yang relatif mahal. Lebih tinggi dari jasa giro, namun lebih
rendah dari bunga deposito berjangka. Perhitungan bunga atas sumber dana
tabungan ini dapat dilakukan dengan berdasarkan saldo harian, saldo rata-rata
atau saldo terendah dari buku tabungan.
Selanjutnya, seperti telah disebutkan bahwa persaingan antarbank dalam
melakukan mobilisasi dana memaksa bank untuk senantiasa menciptakan
produk tabungan baru yang dapat memberikan kemampuan bersaing dengan
bank-bank lainnya. Misalnya, produk gabungan antara rekening giro dengan
3.12 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

tabungan. Nasabah yang ingin memanfaatkan fasilitas simpanan ini di


samping memiliki rekening giro harus pula membuka rekening tabungan
pada bank yang sama. Fasilitas ini memungkinkan nasabah menikmati bunga
yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan sementara tetap memanfaatkan
rekening gironya. Mekanisme produk ini dilakukan dengan cara setiap
nasabah melakukan penyetoran dimasukkan sebagai setoran untuk rekening
tabungannya, sementara pada saat nasabah yang bersangkutan menarik cek
atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro tidak mencukupi maka bank
yang bersangkutan dapat melakukan pemindahbukuan dari tabungan ke
rekening giro yang sebelumnya nasabah telah memberi kuasa kepada bank
untuk memindahbukukan dari rekening tabungan ke rekening giro sesuai
kebutuhan atau untuk mencukupi jumlah kekurangan atas penarikan.

d. Deposit on Call
Deposit on Call sering pula disebut sebagai deposito harian, yaitu
simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu sesuai kesepakatan pihak bank
dengan nasabah. Pemberitahuan nasabah kepada bank untuk penarikan
tersebut dilakukan seharusnya sehari, tiga hari, seminggu atau jangka waktu
lainnya yang disepakati. Jangka waktu keharusan pemberitahuan penarikan
ini sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya dana yang akan ditarik. Biasanya
semakin besar jumlah dana yang akan ditarik semakin lama pula jangka
waktu pemberitahuan sebelumnya yang diharuskan. Instrumen peng-
himpunan dana ini pada prinsipnya merupakan perpaduan antara rekening
giro dengan deposito berjangka. Tingkat bunganya pun relatif lebih rendah
dari deposito berjangka atau lebih tinggi dari giro. Jenis simpanan ini bagi
bank merupakan sumber dana yang penarikannya dapat diprediksi.

e. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito atau certificate of deposit dan sering disingkat CD
adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan.
Bentuk simpanan ini khususnya dalam masyarakat perbankan Indonesia
sampai saat ini tidak sepopuler dengan Deposito Berjangka dan Tabungan.
Oleh karena itu, dana perbankan yang bersumber dari jenis simpanan ini
relatif lebih kecil dibanding dengan sumber dana lainnya. Kurang populernya
CD sebagai instrumen simpanan oleh masyarakat, antara lain disebabkan oleh
adanya ketentuan yang mengharuskan bank-bank memperoleh izin lebih dulu
 EKSI4205/MODUL 3 3.13

dari BI bagi bank-bank yang akan menghimpun dana dengan cara


menerbitkan CD. Pemberian izin BI antara lain dikaitkan dengan persyaratan
tingkat kesehatan bank yang harus dipenuhi. Namun, sejak dilakukannya
deregulasi Pakto 27, 1988 setiap bank dapat menerbitkan sertifikat deposito
sebagai instrumen penghimpunan dana tanpa perlu ijin BI lebih dulu, cukup
dengan memberitahukan saja.
CD sebagai instrumen penghimpunan dana memiliki karakteristik antara
lain sebagai berikut.
1. Diterbitkan oleh bank dengan atas unjuk dan dengan jangka waktu
tertentu.
2. Dapat diperjualbelikan.
3. Merupakan instrumen pasar uang.
4. Bunga dibayar di muka (discounted basis).
5. Dapat dijadikan jaminan.

Dari karakteristik tersebut di atas dapat dilihat secara jelas perbedaan


antara Deposito Berjangka dengan Sertifikat Deposito. Dari sisi nasabah, CD
menawarkan beberapa keuntungan dan fleksibilitas. Namun dari segi
keamanan, deposito berjangka memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi
karena deposito berjangka diterbitkan atas nama, sementara CD diterbitkan
dengan atas unjuk. Untuk menghitung penjualan CD oleh bank secara
diskonto dapat dilakukan dengan menggunakan rumus true discount sebagai
berikut:
P = Face Value × 360
360 + (r × t)
Di mana:
P = Proceed
Face value = Nilai Nominal CD
r = Tingkat bunga
t = Jangka waktu jatuh tempo

Ilustrasi perhitungan dapat dilakukan berdasarkan asumsi sebagai


berikut:
Nilai Nominal CD = Rp10 juta
Tingkat bunga = 15% p.a
Jangka waktu jatuh tempo = 90 hari
3.14 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

P = Rp. 10 juta × 360 = Rp9.638.554,00


360 + (15% × 90)
Dari ilustrasi di atas, nasabah yang akan menyimpan dananya dalam
bentuk CD (membeli CD yang diterbitkan oleh bank) dengan nilai nominal
Rp10 juta tidak perlu membayar sebesar jumlah tersebut tapi hanya
membayar Rp9.638.554,00. Kemudian, pada saat jatuh tempo (90 hari) bank
akan membayar kepada si pembawa sebesar nilai nominal CD.

f. Pasar Uang Antarbank


Sumber dana melalui pasar uang antarbank atau interbank call money
market, sering pula disingkat dengan call money, merupakan sumber yang
paling cepat untuk memperoleh dana bagi bank. Sumber dana call money ini
sering digunakan bagi bank-bank yang sedang mengalami kekalahan kliring,
yaitu suatu keadaan ketika jumlah tagihan yang masuk lebih besar daripada
tagihan yang keluar. Kekalahan kliring tersebut harus segera diselesaikan
atau ditutup pada hari berikutnya sebelum kliring dimulai. Untuk
memperoleh likuiditas yang cepat guna menutup kekalahan kliring tersebut
bank menggunakan call money ini. Sifat sumber dana ini antara lain adalah
berjangka waktu relatif lebih pendek dari satu hari atau overnight sampai
dengan 180 hari. Tingkat bunga call money cenderung berfluktuasi dan
sangat dipengaruhi oleh permintaan dan ketersediaan dana di pasar. Pemasok
dana di pasar ini umumnya bank-bank besar, terutama bank pemerintah. Call
money sangat berperan dalam pengelolaan dana bank karena di samping
sebagai sumber dana juga merupakan sarana penempatan dana bagi bank
yang sedang mengalami kelebihan likuiditas. Jadi call money juga dapat
sebagai sarana pengalokasian dana jangka pendek untuk menghindari
terjadinya idle fund. Pasar uang antarbank di Jakarta merupakan pasar yang
sangat aktif. Total transaksinya per hari mencapai ratusan miliar dan tingkat
bunganya rata-rata berkisar 6%−7% p.a pada Desember 1993.

g. Pinjaman Antarbank
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, bank dapat pula melakukan
pinjaman dari bank lainnya baik untuk jangka waktu pendek maupun
menengah. Pinjaman tersebut dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan
modal kerjanya atau melakukan kerja sama antarbank dalam bidang
pembiayaan bersama.
 EKSI4205/MODUL 3 3.15

h. Repurchase Agreement
Bank dalam memenuhi kebutuhan dananya dapat melakukan transaksi
Repurchase Agreement. Repurchase Agreement atau sering disingkat repos
adalah suatu transaksi jual beli surat-surat berharga dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijualnya tersebut
sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan dengan harga yang telah
ditetapkan lebih dulu. Instrumen yang digunakan dalam transaksi repos
tersebut biasanya, antara lain promes atau wesel.

i. Setoran Jaminan
Setoran jaminan adalah dana yang diterima bank dari nasabah dalam
rangka pemberian jasa-jasa perbankan. Setoran jaminan ini dibutuhkan oleh
bank sebagai jaminan atas risiko yang mungkin timbul dan ditutup bank.
Transaksi pemberian jasa oleh bank membutuhkan jaminan, antara lain
jaminan L/C, bank garansi. Untuk semua dana yang diterima dalam bentuk
jaminan tersebut tidak diberikan jasa atau bunga oleh bank. Oleh karena itu,
dana ini merupakan dana yang tidak berbiaya bagi bank.

j. Dana Transfer
Dana yang ditransfer oleh nasabah melalui bank merupakan sumber dana
sepanjang dana tersebut masih mengendap di bank dan belum diambil atau
belum ada perintah pemindahbukuan. Dana ini jelas hanya akan mengendap
di bank untuk jangka waktu yang sangat singkat, yang digolongkan sebagai
sumber dana tidak berbiaya.

k. Obligasi dan Saham


Bank-bank dapat melakukan mobilisasi dana melalui pasar modal
dengan cara emisi, baik dalam bentuk obligasi maupun saham. Obligasi pada
dasarnya merupakan bukti utang dari emiten yang dijamin dengan agunan
berupa harta kekayaan milik emiten dan atau pihak ketiga yang menanggung
janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman
yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
sejak tanggal emisi. Saham adalah bukti penyertaan modal dalam pemilikan
suatu perseroan terbatas. Bank-bank melakukan emisi saham dalam rangka
mobilisasi dana sampai saat ini sudah semakin banyak.
3.16 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

l. Kredit Likuiditas Bank Indonesia


Kredit likuiditas adalah kredit yang diberikan oleh BI kepada bank yang
membutuhkan dana guna memenuhi penarikan-penarikan yang dilakukan
nasabah. Pemberian kredit likuiditas ini berkaitan dengan fungsinya sebagai
banker’s bank. Kredit likuiditas dapat pula diberikan kepada bank guna
pembiayaan suatu sektor yang diprioritaskan pemerintah.

m. Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan
cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto.
Fasilitas diskonto ini adalah upaya terakhir bank dan merupakan bantuan
bank sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi
2, yaitu Fasilitas Diskonto I dan Fasilitas Diskonto II. Fasilitas Diskonto I
disediakan dalam rangka memperlancar pengaturan dana bank sehari-hari,
sedangkan fasilitas Diskonto II diberikan untuk memudahkan bank dalam
menanggulangi kesulitan pendanaan karena rencana pengerahan dana tidak
sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau panjang oleh nasabah
(mismatch).

n. Dana Sendiri
Dana Sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham maupun
dari hasil keuntungan yang diperoleh bank dari operasinya. Dana sendiri
bank secara umum terdiri dari berikut ini.
1. Modal disetor.
2. Cadangan-cadangan.
3. Laba yang ditahan.
4. Laba tahun berjalan.
5. Agio saham.

D. PENGGUNAAN DANA BANK

Penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasi berdasarkan


berikut ini.
1. Prioritas penggunaan dana.
2. Sifat aktiva bank.
 EKSI4205/MODUL 3 3.17

1. Prioritas Penggunaan Dana


Penggunaan dana bank dialokasikan dalam bentuk cadangan likuiditas,
yang terdiri dari berikut ini.
a. Cadangan Primer
Cadangan Primer atau primary reserves dimaksudkan, antara lain untuk
memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum dan untuk keperluan
operasi termasuk untuk memenuhi semua penarikan simpanan dan
permintaan kredit nasabah. Di samping itu, cadangan ini digunakan
untuk penyelesaian kliring antarbank dan kewajiban-kewajiban lainnya
yang segera harus dibayar. Cadangan primer terdiri dari uang kas yang
ada di bank, saldo rekening giro pada bank sentral, dan bank-bank
lainnya, warkat-warkat yang ada dalam proses penagihan. Komponen-
komponen ini sering pula disebut sebagai cash asset atau alat-alat likuid.

b. Cadangan Sekunder
Prioritas kedua penggunaan dana adalah dalam bentuk cadangan
sekunder atau secondary reserves yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya
diperkirakan kurang dari satu tahun. Tujuan utama penempatan dalam
bentuk cadangan sekunder ini semata-mata dimaksudkan untuk tujuan
likuiditas dan untuk memperoleh keuntungan.
Fungsi cadangan sekunder ini, antara lain sebagai berikut.
1) Memenuhi kebutuhan kas yang bersifat jangka pendek dan musiman
dari penarikan simpanan dan pencairan kredit dalam jumlah besar
yang telah diperkirakan.
2) Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan.
3) Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.
4) Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak
diperkirakan dari deposan dan penarikan nasabah debitor. Oleh
karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak dapat dengan segera
diperkirakan maka cadangan sekunder ini ditanamkan dalam bentuk
surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjualbelikan
dan kredit berkualitas tinggi. Instrumen cadangan sekunder dapat
berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang
(CSBPU), dan sertifikat deposito.
3.18 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

c. Penyaluran Kredit
Prioritas ketiga penggunaan dana bank adalah pemberian kredit atau loan
kepada nasabah yang memenuhi ketentuan kebijaksanaan perkreditan
bank yang bersangkutan. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama
bank. Oleh karena itu, sumber pendapatan utama bank berasal dari
kegiatan usaha ini.

d. Investasi (Investments)
Prioritas terakhir penggunaan dana bank adalah investment, yaitu
penanaman dana dalam surat-surat berharga yang berjangka panjang.
Tujuan utama prioritas penggunaan dana ini semata-mata untuk
memperoleh penghasilan. Meskipun dalam praktiknya investment dapat
pula digunakan sebagai sumber likuiditas melalui, misalnya hasil bunga
atau deviden maupun menjualnya kembali, namun investment pada
prinsipnya tidak dimaksudkan untuk memenuhi likuiditas ini. oleh
karena pengalokasian dana untuk prioritas ini diharapkan akan
memberikan pendapatan yang memadai maka sifat aset ini biasanya
lebih ‘permanen’ atau berjangka panjang dibandingkan dengan cadangan
sekunder. Instrumen untuk investment ini, antara lain saham yang dibeli
melalui bursa efek dan obligasi dengan segala jenisnya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan investment ini
adalah:
1) tingkat bunga atau capital gain (ekspektasi);
2) kualitas atau keamanan;
3) mudah diperjualbelikan;
4) jangka waktu jatuh temponya;
5) pajak;
6) diversifikasi.

2. Penggunaan Dana menurut Sifat Aktiva


Penggunaan dana bank berdasarkan sifat aktiva yang dimaksud di sini
adalah pengalokasian dana ke dalam bentuk aktiva yang dapat memberikan
hasil dan tidak memberikan hasil bagi bank yang bersangkutan. Oleh karena
itu, penggunaan dana berdasarkan sifat aktiva dapat dibedakan sebagai
berikut.
 EKSI4205/MODUL 3 3.19

a. Penanaman Dana dalam Aktiva Tidak Produktif


Aktiva tidak produktif atau non-earning assets adalah penanaman dana
bank ke dalam bentuk aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank.
Komponen dana dalam bentuk aktiva yang tidak produktif ini terdiri dari
berikut ini.
1) Alat-alat likuid
Alat likuid atau cash asset adalah aktiva yang dapat digunakan
setiap saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Aktiva ini
merupakan aktiva yang paling likuid dari keseluruhan aktiva bank.
Komponen alat-alat likuid menurut ketentuan Bank Indonesia terdiri
dari: uang kas yang ada pada bank dan saldo pada Bank Indonesia.
Secara teoretis komponen alat likuid terdiri dari berikut ini.
a) Kas.
b) Giro pada bank sentral.
c) Giro pada bank-bank lain.
d) Cek dalam proses penagihan.
Alat-alat likuid yang harus dipertahankan setiap bank menurut
ketentuan Paket Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 adalah sebesar 2%
dari jumlah dana pihak ketiga yang harus dilaporkan secara
mingguan.
Jumlah alat likuid yang harus dipelihara ini disebut likuiditas wajib
minimum. Kewajiban pelaporan alat-alat likuid tersebut merupakan
laporan wajib bank yang harus disampaikan pada Bank Indonesia
berdasarkan periode pelaporan. Bagi bank devisa, diharuskan
membuat dua jenis laporan likuiditas, yaitu laporan likuiditas wajib
dalam rupiah dan valuta asing. Kekurangan jumlah likuiditas wajib
harus dipelihara pada suatu periode pelaporan dan kelambatan
menyampaikan laporan likuiditas berakibat dikenakan denda dan
penalti oleh Bank Indonesia.
2) Aktiva Tetap dan Inventaris
Penggunaan dana bank dalam bentuk aktiva tetap diatur oleh Bank
Indonesia. Jumlah dana yang diperkenankan digunakan untuk
membiayai aktiva tetap dan inventaris bagi bank milik negara
berbeda dengan ketentuan bagi bank swasta nasional dan Bank
Pembangunan Daerah (BPD), bank koperasi dan bank asing serta
BPR berdasarkan ketentuan sebelum UU No. 7 Tahun 1992. Adanya
ketentuan pembatasan penanaman dalam aktiva tetap dan inventaris
3.20 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga tingkat kesehatan bank


yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam perhitungan penyediaan
modal minimum bank (capital adequacy ratio) penanaman dana
dalam aktiva tetap dan inventaris dimaksudkan sebagai Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dengan bobot risiko 100%.
Hal ini berarti bahwa dalam melakukan penanaman dana dalam
aktiva tetap dan inventaris dananya harus dibiayai dari modal sendiri
bank yang bersangkutan.

b. Penanaman Dana dalam Aktiva Produktif


Aktiva produktif atau earning assets adalah semua penanaman dana
dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva
produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk
membiayai keseluruhan biaya operasional bank termasuk biaya bunga,
biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya. Komponen aktiva
produktif bank terdiri dari berikut ini.
1) Kredit yang diberikan
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:
‘’Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak kain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan’’. Dalam pengertian ini kredit termasuk pula pembelian
surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase
agreement (NPA) dan pengambilalihan dalam rangka kegiatan anjak
piutang.
2) Deposito berjangka pada bank lain.
3) Call money.
4) Surat – surat berharga
Penanaman dana dalam surat-surat berharga sebagai aktiva
produktif meliputi surat-surat berharga jangka pendek yang
digunakan sebagai cadangan sekunder dan surat-surat berharga
jangka panjang yang dimaksudkan untuk mempertinggi
profitabilitas bank. Pengalokasian dana dalam surat-surat berharga
dapat dilakukan dengan cara mendiskonto atau membeli surat-surat
 EKSI4205/MODUL 3 3.21

berharga pasar uang dan surat berharga pasar modal baik dalam
rupiah maupun dalam valuta asing. Penanaman dana dalam surat-
surat berharga tersebut, antara lain berikut ini.
a) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
c) Wesel dan promes yang di endors bank lain.
d) Revolving Underwriting Facilities (RUF).
e) Aksep atau promes dalam rangka call money.
f) Kertas perbendaharaan atas beban negara.
g) Berbagai macam obligasi.
h) Sertifikat danareksa.
i) Saham-saham yang terdaftar pada Bursa Efek.
5) Penempatan dana pada bank lain, baik bank di dalam negeri maupun
luar negeri. Penempatan dana tersebut dapat berupa simpanan
berjangka dan jenis simpanan lainnya.
6) Penyertaan Modal
Penyertaan modal atau participation adalah penanaman dana bank
dalam bentuk saham secara langsung (direct investment) pada bank
atau lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan luar
negeri. Menurut ketentuan Bank Indonesia, bank dapat melakukan
penyertaan modal hanya pada lembaga keuangan di dalam dan di
luar negeri dengan ketentuan:
a) Besarnya penyertaan modal tidak melebihi 15% dari modal
lembaga keuangan tersebut.
b) Jumlah seluruh penyertaan modal tidak melebihi 25% dari
modal sendiri bank yang bersangkutan.
Penyertaan pada perusahaan di luar lembaga keuangan hanya dapat
dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit.
Yang dimaksud dengan lembaga keuangan di sini adalah bank,
perusahaan pembiayaan, dan bursa efek.
Penyertaan modal pada lembaga keuangan tersebut hanya dapat
dilakukan setelah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, yaitu dalam 12 bulan terakhir.
a) Minimal 10 bulan tergolong sehat dan selebihnya cukup sehat.
b) Capital adequacy ratio minimal 10 bulan sehat dan selebihnya
cukup sehat.
3.22 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Selanjutnya, bagi bank-bank yang akan melakukan penyertaan


modal pada lembaga keuangan di luar negeri dapat dilakukan
setelah mendapat izin khusus dari Bank Indonesia dengan ketentuan
bank yang bersangkutan telah menjadi bank devisa minimal 1 tahun
dan tingkat kesehatan serta pemodalannya selama 24 bulan terakhir,
minimal dalam 20 bulan tergolong sehat, selebihnya sekurang-
kurangnya cukup sehat.

E. MANAJEMEN AKTIVA – PASIVA BANK (ASSET-LIABILITY


MANAGEMENT)

Pembahasan mengenai manajemen aktiva-pasiva bank terutama setelah


memasuki era perbankan modern sulit untuk dipisahkan karena pengelolaan
kedua sisi neraca bank tersebut dalam manajemen bank harus dikelola secara
terpadu. Pada dasarnya, dalam manajemen aktiva-pasiva bank, semua
pengambilan keputusan dalam pengelolaan sisi aktiva bank harus dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi sisi pasiva bank pada waktu yang sama,
demikian pula sebaliknya. Pengambilan kebijakan dan strategi pengelolaan
salah satu sisi neraca bank akan mempengaruhi sisi neraca lainnya.
Keputusan manajemen aktiva-pasiva bank harus menjaga kepentingan
pengelolaan portofolio di kedua sisi neraca, dengan tetap mengupayakan
pendapatan yang optimal dan tingkat risiko tertentu yang telah
diperhitungkan sebelumnya. Risiko yang perlu diperhitungkan adalah risiko
tingkat bunga, risiko kredit, dan risiko likuiditas.
Bagi bank yang berskala besar, pengelolaan aktiva – pasiva bank
umumnya dilakukan oleh suatu komite tersendiri, yaitu Komite Aktiva –
Pasiva sering disebut pula Asset Liability Committee (Alco). Komite inilah
yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pengambilan kebijaksanaan
dalam pengelolaan aktiva pasiva bank. Proses manajemen aktiva-pasiva tidak
selalu sama antara satu bank dengan bank yang lainnya. Hal ini bisa
dipengaruhi oleh ukuran besar kecilnya bank, filosofi, lokasi operasi, sumber
daya manusia, dan alasan lain yang mempengaruhi manajemen bank
keseluruhan.
Beberapa alasan perlunya aktiva pasiva dikelola secara terpadu, antara
lain:
1. tingkat bunga yang berfluktuasi,
2. perubahan struktur sumber dana,
 EKSI4205/MODUL 3 3.23

3. meningkatnya kebutuhan modal,


4. persaingan yang tajam antarbank,
5. perkembangan sistem informasi,
6. meningkatnya peran perbankan,
7. ketersediaan dana di pasar uang,
8. perubahan komposisi aktiva,
9. meningkatnya penekanan pada penilaian kinerja bank, dan
10. meningkatnya biaya operasional.

Tujuan utama pengelolaan aktiva-pasiva bank adalah untuk menstruktur


portofolio sisi aktiva dan pasiva bank secara konsisten, terkoordinasi, dan
terpadu guna memperoleh keuntungan dan meningkatkan nilai modal pemilik
saham bank. Dalam usaha mempertinggi tingkat keuntungan bank di satu
pihak, manajemen dituntut untuk memaksimalkan penggunaan dananya,
namun di lain pihak bank diharuskan pula untuk memperhatikan tingkat
keamanan aktivanya tersebut dan senantiasa harus mematuhi ketentuan-
ketentuan lain yang diatur oleh penguasa moneter misalnya likuiditas wajib
minimum, legal lending limit, permodalan dan ketentuan pembatasan
lainnya. Keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya suatu dilema dalam
pengelolaan bank, yaitu antara profitabilitas di satu pihak dengan likuiditas
atau keamanan di pihak lain. Penanaman dana dalam bentuk aktiva yang
memberi tingkat keamanan dan likuiditas yang tinggi biasanya memiliki
profitabilitas yang relatif rendah. Sebaliknya aktiva yang menawarkan tingkat
profitabilitas yang tinggi biasanya memiliki kemampuan likuiditas yang
rendah. Keadaan seperti ini dalam manajemen aktiva pasiva bank disebut
profitabilitas versus likuiditas atau profitability vs liquidity (earning vs
safety).

1. Pendekatan Manajemen Aktiva – Pasiva


Dalam menghadapi dilema profitabilitas dengan likuiditas atau earning
vs safety dalam pengelolaan aktiva–pasiva bank tersebut, beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a. Pool of funds approach.
b. Asset allocation approach.
3.24 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

a. Pool of Funds Approach


Filosofi pendekatan manajemen aktiva–pasiva ini didasarkan pada
asumsi bahwa dana bank yang diperoleh dari berbagai sumber diperlakukan
sebagai dana tunggal sehingga sumber dana tidak lagi dapat diidentifikasi
secara individual. Oleh karena itu, dana yang dikelola bank menurut
pendekatan ini tidak lagi dibedakan jenis dan sifat sumber dana, jangka
waktu serta biaya dana masing-masing bank. Selanjutnya dana tersebut
dialokasikan ke dalam berbagai bentuk berdasarkan prioritas dan strategi
penggunaan dana bank. Lihat Gambar 3.1.

Gambar 3.1.
Pendekatan Pool of Funds

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sumber dana bank terdiri dari
sumber dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yaitu
giro, deposito, tabungan, pinjaman jangka pendek, dan pinjaman jangka
panjang serta sumber dana intern, yaitu modal sendiri berupa modal disetor,
cadangan, sisa laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Selanjutnya
pengalokasian dana tersebut berdasarkan prioritas. Prioritas pertama adalah
likuiditas yang dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib
minimum yang ditetapkan bank sentral di samping untuk memenuhi semua
penarikan oleh nasabah. Kebutuhan dana untuk likuiditas tersebut
dialokasikan dalam cadangan primer dan sekunder. Cadangan sekunder ini
pada dasarnya merupakan back-up, apabila cadangan primer tidak
mencukupi. Oleh karena itu, cadangan sekunder tersebut biasanya dalam
 EKSI4205/MODUL 3 3.25

bentuk surat-surat berharga yang likuid. Penyaluran dana dalam kredit dan
investment jangka panjang merupakan sumber penghasilan utama operasi
bank.

b. Asset Allocation Approach


Pendekatan ini merupakan koneksi atas konsep pendekatan manajemen
aktiva-pasiva terdahulu, pool of funds approach. Konsep ini sering pula
disebut conversion of funds approach. Pada dasarnya konsep ini menyatakan
bahwa tidaklah realistis dengan menganggap bahwa total dana yang
dihimpun bank merupakan suatu sumber dana tunggal. Oleh karena dalam
kenyataannya masing-masing sumber dana memiliki sifat tersendiri. Oleh
karena itu, dalam prioritas pengalokasiannya, sumber-sumber dana bank
harus diperlakukan secara individu dengan mempertimbangkan karakteristik
masing-masing sumber dana. Dana yang memiliki sifat perputaran yang
cukup tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan dalam cadangan
primer dan sekunder, sedangkan dana yang perputarannya relatif rendah
pengalokasiannya dapat diprioritaskan pada pemberian kredit dan aktiva
jangka panjang lainnya. Lihat Gambar 3.2.

Gambar 3.2.
Pendekatan Asset Allocation

F. PERMODALAN BANK

Modal merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Oleh karena
itu, bank sentral selaku penguasa moneter menetapkan ketentuan mengenai
3.26 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh


setiap bank, yaitu sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR). Angka tersebut pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku secara internasional berdasarkan standar yang ditetapkan Bank for
International Settlement (BIS). Penetapan persentase modal wajib tersebut
dilakukan dengan melihat kegiatan perbankan Indonesia saat ini yang secara
bertahap mengikuti globalisasi perbankan. Sejalan dengan itu, agar
perbankan Indonesia dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing
dengan perbankan internasional maka permodalan bank harus disesuaikan
mengikuti standar yang berlaku secara internasional. Seperti diketahui, Bank
for International Settlement telah mengeluarkan pedoman permodalan yang
berlaku secara internasional dengan memberi kesempatan kepada masing-
masing negara untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam penerapan
prinsip-prinsip perhitungan permodalan dengan memperhatikan kondisi
perbankan setempat.

1. Pengertian Modal Bank


Pengertian modal bank menurut Pakmei 29, 1993 dibedakan antara
modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal
bagi kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri.
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri
atas modal inti dan modal pelengkap.

a. Modal Inti
Komponen modal inti dapat berupa seperti berikut ini.
1) Modal disetor
Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor terdiri atas
simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan sebagaimana
diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2) Agio saham
Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat harga saham yang melebihi angka nominalnya.
3) Modal sumbangan
Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual
apabila saham tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar
 EKSI4205/MODUL 3 3.27

yang diterima oleh bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk
dalam pengertian modal sumbangan.
4) Cadangan umum
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai
dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.
5) Cadangan tujuan
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
6) Laba yang ditahan
Laba yang ditahan, yaitu saldo bersih laba setelah dikurangi pajak oleh
rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
7) Laba tahun lalu
Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota. Dalam hal ini, bank
mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu maka seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8) Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku
berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar
50%. Jika pada tahun berjalan bank mengalami kerugian maka seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
Jumlah modal inti adalah jumlah sebagaimana tersebut pada huruf a−h di
atas dikurangi:
a) goodwill yang ada dalam pembukuan bank,
b) kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari
jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan BI.
Pengurangan ini berlaku mulai Desember 1996.

b. Modal Pelengkap
Modal pelengkap dapat berupa seperti berikut ini.
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap.
3.28 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari


selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak.
2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak
diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
3) Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan
sebagai komponen modal pelengkap adalah maksimum sebesar 1,25%
dari jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
4) Modal Pinjaman (sebelumnya disebut modal kuasi).
Modal Pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau warkat
yang memiliki sifat, seperti modal yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a) tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan
modal dan telah dibayar penuh;
b) tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa
persetujuan Bank Indonesia;
c) mempunyai kedudukan yang sama dengan modal jika jumlah
kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan
yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi;
d) pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan
rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut;
e) dalam pengertian modal pinjaman ini termasuk cadangan modal
yang berasal dari penyertaan modal yang efektif oleh pemilik bank
yang belum didukung oleh modal dasar (yang sudah mendapat
pengesahan dari instansi yang berwenang) yang mencukupi, dan
tidak termasuk debt instruments pasar modal beserta semua
derivatifnya. Untuk bank yang berbadan hukum koperasi, pengertian
modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No.
25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.
5) Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut.
a) Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman.
 EKSI4205/MODUL 3 3.29

b) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam


hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan persetujuan,
bank harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman
subordinasi tersebut.
c) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh.
d) Minimal berjangka 5 tahun.
e) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari
Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank
tetap sehat.
f) Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Sebutkan fungsi pokok bank umum!


2) Sebutkan kegiatan usaha bank umum menurut UU No.7 Tahun 1992!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Coba pelajari kembali halaman 3.3.


2) Pelajari kembali halaman 3.3 – 3.4.

R A NG KU M AN

Bank umum sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa-


jasa keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit.
Beberapa fungsi pokok bank, antara lain:
1. menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien;
2. menciptakan uang melalui kredit dan investasi;
3. menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat;
4. menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trust atau wali amanat
kepada individu dan perusahaan;
5. menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional;
3.30 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

6. memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga;


7. menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.

Risiko yang dihadapi oleh bank, antara lain:


1. risiko kredit,
2. risiko investasi,
3. risiko likuiditas,
4. risiko operasional,
5. risiko penyelewengan, dan
6. risiko fidusia.

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Di bawah ini merupakan fungsi pokok bank umum, kecuali ….
A. menciptakan uang
B. menghimpun dan menyalurkan dana
C. menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional
D. kegiatan perdagangan

2) Sifat usaha bank pada prinsipnya tergolong menjadi tiga, kecuali ….


A. pelayanan yang lebih cepat dan fleksibel
B. kegiatan penghimpunan dana
C. kegiatan penggunaan dana
D. kegiatan pemberian jasa

3) Deposit on call sering disebut dengan deposito ….


A. harian
B. mingguan
C. bulanan
D. tahunan

4) Sumber dana melalui pasar uang antarbank disebut dengan ….


A. deposit on call
B. sertifikat deposito
C. call money
D. repurchase agreement
 EKSI4205/MODUL 3 3.31

5) Suatu transaksi jual beli surat berharga dengan perjanjian bahwa penjual
akan membeli kembali surat berharga yang dijualnya sesuai dengan
harga yang ditetapkan dan waktu yang disepakati, disebut dengan ….
A. deposit on call
B. sertifikat deposito
C. call money
D. repurchase agreement

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
3.32 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kegiatan Belajar 2

Bank Syariah

A. PENGERTIAN

Bank syariah merupakan lembaga keuangan bank yang berdasarkan


prinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, seperti pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), dan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Pembiayaan berdasarkan prinsip bank syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antarbank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Penyediaan pembiayaan dan
atau kegiatan lain yang dilakukan lembaga keuangan berdasarkan prinsip
bank syariah harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Dalam melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip bank
syariah harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Dalam melaksanakan kegiatannya, bank syariah seperti halnya BPR juga
diwajibkan memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Bank
Indonesia juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank
syariah.

B. PERBEDAAN SISTEM BUNGA DAN BAGI HASIL

Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah masih sering menimbulkan


pertanyaan di masyarakat, khususnya jika dibandingkan dengan sistem bunga
dalam perbankan konvensional seperti yang dikenal selama ini.
 EKSI4205/MODUL 3 3.33

Berikut adalah perbedaan antara sistem bunga dan sistem bagi


hasil/syariah.

Tabel 3.1.
Perbedaan Pokok Sistem Bunga dan Bagi Hasil

Pokok Perbedaan Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil


1. Dasar perjanjian - Tidak berdasarkan - Berdasarkan
penentuan keuntungan/kerugian keuntungan/kerugian
bunga/imbalan
2. Dasar perhitungan - Persentase tertentu dari - Nisbah bagi hasil
bunga/imbalan pinjaman berdasarkan
keuntungan yang
diperoleh
3. Kewajiban membayar a. Tetap harus dibayar a. Imbalan dibayar bila
bunga/imbalan meskipun usaha nasabah usaha nasabah untung.
merugi Apabila rugi, kerugian
b. Besarnya pembayaran ditanggung kedua belah
bunga tetap pihak.
b. Besarnya imbalan
disesuaikan keuntungan
4. - Adanya jaminan - Mutlak diperlukan - Tidak mutlak diperlukan
- Objek usaha yang - Tidak ada pembatasan - Jenis usaha dibatasi
dibiayai jenis usaha sepanjang sesuai syariah
layak dibiayai oleh bank
5. Kedudukan sistem - Pengenaan bunga masih - Pembayaran imbalan
bunga berdasarkan diragukan kehalalannya berdasarkan bagi hasil
prinsip syariah oleh agama dihalalkan oleh agama

C. KEGIATAN USAHA BANK SYARIAH

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.: 62/24/PB1/2004 tanggal


14 Oktober 2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, kegiatan usaha bank syariah dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Penghimpunan dana (funding).
2. Penyaluran dana atau pembiayaan (financing).
3. Penyediaan jasa-jasa pelayanan perbankan (bank services).
3.34 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

1. Penghimpunan Dana (Funding)


Penghimpunan dana adalah kegiatan penarikan dana atau penghimpunan
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip
syariah. Prinsip operasional syariah dalam penghimpunan dana adalah prinsip
Al-Wadi'ah dan Al-Mudharabah.

a. Prinsip AI-Wadi'ah.
Al-Wadi'ah artinya titipan murni dari nasabah kepada bank atau pihak
lain yang harus dijaga dan dikembalikan kepada penitip (penabung) kapan
saja ia inginkan. Giro dan tabungan merupakan contoh simpanan yang dapat
menerapkan prinsip Al-Wadi'ah.

b. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
Produk pendanaan yang dapat menggunakan prinsip Al-Mudharabah
adalah tabungan dan deposito berjangka. Berdasarkan kewenangan yang
diberikan pihak pemilik dana (penabung), prinsip Al-Mudharabah dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu Mudharabah Mutlaqah (kerja sama antara
pemilik dana dan bank yang cakupannya sangat luas serta tidak dibatasi
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan wilayah bisnis) dan Mudharabah
Muqayyadah (simpanan dana khusus; pemilik dana menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus diikuti oleh bank).

2. Penyaluran Dana atau Pembiayaan (Financing)


Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan bank syariah
secara garis besar adalah sebagai berikut.

a. Prinsip Jual Beli (Bai')


Prinsip jual beli dibedakan menjadi 3 sebagai berikut.
1) Bai' Al-Murabahah; yaitu transaksi jual beli barang dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.
2) Bai' As-Salam; yaitu pembelian suatu barang yang penyerahannya
(delivery) dilakukan kemudian hari, sedangkan pembayarannya
dilaksanakan di muka secara tunai.
 EKSI4205/MODUL 3 3.35

3) Bai' Al-lstishna, yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat


barang dengan pembayaran di muka, baik dilakukan dengan cara tunai,
cicil atau ditangguhkan.

b. Prinsip Bagi Hasil


Bagi hasil terdiri dari 4 jenis akad, yaitu al-Mudharabah, al-
Musyarakah, al-Muzara'ah, dan al-Musaqah. Namun yang sering digunakan
adalah al-Mudharabah dan al-Musyarakah.
1) Al-mudharabah, yaitu perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih,
di mana salah satu pihak menyediakan dana dan pihak lainnya
menyediakan tenaga atau keahlian.
2) Al-musyarakah, yaitu perjanjian di antara para pemilik modal untuk
mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan di antara pemilik modal berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya.

c. Prinsip Sewa Menyewa (Ijarah)


Prinsip sewa menyewa dibedakan berdasarkan akad, yaitu al-ijarah dan
al-ijarah al-muntahiya bit-tamlik.
1) Al-ijarah yaitu perjanjian hak guna atau manfaat atas suatu barang atau
jasa dengan membayar sewa untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa
diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut.
2) Al-ijarah al-muntahiya bit-tamlik yaitu akad atau perjanjian yang
merupakan kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang
antara bank dengan nasabah dimana nasabah (penyewa) diberi hak untuk
membeli atau memiliki objek sewa pada akhir akad. Dalam transaksi
sewa guna usaha, perjanjian ini disebut sale and leaseback.

d. Prinsip Pinjam Meminjam


Prinsip penyaluran dana dalam bank syariah yang keempat adalah
prinsip pinjam meminjam berdasarkan qardh. AI-Qardh adalah penyediaan
dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang
mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau dengan
cicilan dalam jangka waktu tertentu.
3.36 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

3. Penyediaan jasa-jasa Pelayanan Perbankan (Bank Services)


Jasa yang diberikan oleh perbankan syariah kepada nasabah berdasarkan
akad dengan mendapatkan imbalan atau fee, antara lain:
a. Al-Wakalah, yaitu pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk
mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa tertentu, seperti
pembukaan UC (letter of credit), inkaso, dan transfer uang.
b. Al-Hawalah, yaitu pengalihan utang dari debitor kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Al-hawalah dalam praktik perbankan bisa
diterapkan untuk anjak piutang (factoring).
d. Al-Kafalah, yaitu garansi atau jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk menanggung kewajiban pihak kedua
(tertanggung) apabila tertanggung tidak dapat memenuhi kewajibannya.
e. Al-Rahn, yaitu harta yang harus diserahkan oleh peminjam (debitor)
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya dari bank.

4. Kegiatan Usaha Lain


Bank syariah dapat juga melakukan kegiatan usaha lain yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, antara lain berikut ini.
a. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas risiko sendiri dari surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
berdasarkan prinsip syariah.
b. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah.
c. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah.
d. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah
berdasarkan prinsip syariah.
e. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antarpihak ketiga berdasarkan
prinsip syariah.
f. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadi'ah yad amanah.
g. Melakukan kegiatan penitipan, termasuk penatausahaannya untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip
wakalah.
h. Memberikan fasilitas letter of credit (UC) berdasarkan prinsip syariah.
i. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syariah.
j. Melakukan kegiatan usaha kartu debit, charge card berdasarkan prinsip
syariah.
 EKSI4205/MODUL 3 3.37

k. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah.


I. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui
oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
m. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf, yaitu
dengan syarat mata uang asing yang diperjualbelikan berbeda dan
penyerahannya pada saat transaksi jual beli terjadi. Bank memperoleh
keuntungan dari perbedaan nilai mata uang yang diperjualbelikan.
n. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, berdasarkan prinsip syariah seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan.
o. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip
syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan, dengan syarat
harus menarik kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
p. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan dalam perundang-
undangan dana pensiun yang berlaku.
q. Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak
penerima dana sosial, antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah,
waqaf, dan hibah; dan kemudian menyalurkannya.
r. Melakukan penempatan dana pada bank syariah lainnya dan atau rahn
berdasarkan prinsip syariah, antara lain dalam bentuk giro clan atau
tabungan Wadi'ah, deposito berjangka dan atau tabungan Mudharabah.
Pembiayaan yang diberikan, sertifikat investasi mudharabah antarbank
(sertifikat IMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya
berdasarkan prinsip syariah.

D. PENANAMAN DANA

Penanaman dana bank bagi hasil dilakukan dengan menyediakan


pembiayaan untuk berbagai usaha/kegiatan. Pembiayaan tersebut adalah atas
dasar sebagai berikut.

1. Al Mudharabah
Bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha/kegiatan tertentu dari
nasabah. Selanjutnya nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan
3.38 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

bank, tetapi bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan
pengawasan. Atas penyediaan dana untuk pembiayaan tersebut bank
mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar
persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian atas usaha yang
dibiayai tersebut maka kerugian tersebut ditanggung oleh bank, kecuali atas
dasar kelalaian nasabah.

2. Al Musyarakah
Bank menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha/kegiatan
tertentu, sebagian lain disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini bank dapat
ikut serta mengelola usaha tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan
kesepakatan tentang pembagian keuntungan dari usaha yang dibiayai. Porsi
pembagian keuntungan tersebut tidak harus sebanding dengan pangsa
pembiayaan masing-masing, melainkan atas dasar perjanjian kedua belah
pihak. Apabila terjadi kerugian tersebut akan ditanggung bersama sesuai
dengan pangsa pembiayaan masing-masing

3. Al Murabahah
Bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan
sistem pembayaran kemudian. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara
bank membeli atau memberi kuasa kepada nasabah untuk membelikan
barang yang diperlukannya atas nama bank. Selanjutnya, pada saat yang
bersamaan bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sebesar harga pokok ditambah dengan sejumlah keuntungan atau mark-up
untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan
kesepakatan antarbank dengan nasabah.

4. Al Bai Bithman Ajil


Bank membiayai pembelian suatu barang dengan sistem pembayaran
angsuran. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau
memberi kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang
diperlukannya atas nama bank. Selanjutnya, pada saat yang bersamaan bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sebesar harga pokok
ditambah dengan sejumlah keuntungan atau mark-up yang jangka waktu serta
besarnya cicilan berdasarkan kesepakatan bersama antara bank dengan
nasabah.
 EKSI4205/MODUL 3 3.39

5. Al Ijarah dan Al Bai Al Ta’jiri


Pembiayaan atas prinsip ini biasanya digunakan dalam usaha leasing,
baik secara sewa atau operating lease maupun secara sewa beli atau finance
lease. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, kegiatan ini tidak
dapat dilakukan secara langsung oleh bank, tetapi harus melalui anak
perusahaan bank.

6. Al Bai Dayn
Bank membeli dengan cara diskonto atas piutang atau tagihan yang
berasal dari transaksi jual beli barang dan atau jasa.
Dalam pelaksanaannya prinsip ini dilakukan, antara lain untuk
pembelian:
a. Wesel dagang,
b. Wesel ekspor, dan
c. Tagihan dalam rangka anjak piutang (factoring).

7. Al Qard ul Hasan
Bank menyediakan fasilitas dana kepada nasabah tanpa mengharapkan
imbalan dari nasabah. Fasilitas ini biasanya diberikan kepada nasabah dalam
rangka pelaksanaan kewajiban sosial terhadap nasabah yang betul-betul
membutuhkan dan berhak menerimanya.

E. PEMBERIAN JASA PERBANKAN LAINNYA

Bank bagi hasil dapat memberikan jasa perbankan lainnya atas dasar
prinsip syariah dalam bentuk sebagai berikut.

1. Bank Garansi dengan Prinsip Al Kafalah


Bank dapat memberikan garansi atas permintaan nasabah, antara lain
untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu oleh
pihak yang dijamin. Dalam hal ini, bank dapat meminta kepada pihak yang
dijamin untuk menyetorkan sejumlah dana sebagai setoran jaminan Al
Wadiah. Atas pemberian bank garansi ini, bank memperoleh sejumlah fee
tertentu sebagai imbalan.
3.40 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

2. Transfer dengan Prinsip Al Hiwalah


Bank dapat melakukan kegiatan transfer (kiriman uang) dengan prinsip
Al Hiwalah. Untuk pemberian jasa transfer tersebut, bank memperoleh fee
sebagai imbalan.
Penitipan barang dan surat berharga atas dasar prinsip berikut ini.
a. Al Wadiah. Bank menerima titipan uang, barang dan surat-surat
berharga tujuannya untuk disimpan (safe deposit box) dan bank
memperoleh fee sebagai imbalan.
b. Al Wakalah. Bank menerima titipan uang atau surat berharga dan
mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelola uang atau surat
berharga tersebut. Atas pemberian jasa ini bank menerima fee sebagai
imbalan.

3. Jual Beli Mata Uang Asing atas Dasar Prinsip Al Sharf


Bagi bank yang mendapat izin sebagai pedagang valuta asing atau bank
devisa dapat melakukan jual beli mata uang asing dengan syarat bahwa mata
uang asing yang diperjualbelikan berbeda dan penyerahan pada saat transaksi
jual beli terjadi. Bank memperoleh keuntungan dari perbedaan nilai mata
uang yang diperjualbelikan.
Pembukaan L/C dapat dilakukan untuk perdagangan dalam negeri dan
atau perdagangan luar negeri.
Khusus untuk pembukaan L/C dalam valuta asing hanya dapat dilakukan
oleh bank devisa. Pembukuan L/C dapat dilakukan atas dasar prinsip sebagai
berikut.
a. Al Wakalah. Atas dasar prinsip Al Wakalah, bank membuka L/C atas
permintaan nasabah dengan meminta nasabah untuk menyetorkan dana
yang cukup (100%) dari besarnya L/C yang dibuka. Setoran dana
tersebut disimpan oleh bank dengan prinsip Al Wadiah dan bank
memungut fee atau komisi sebagai imbalan.
b. Al Musyarakah. Atas dasar prinsip Al Musyarakah, bank bersama
nasabah sepakat untuk membuka L/C untuk membeli barang. Bank
meminta kepada nasabah untuk menyetorkan sebagian dana dari harga
barang yang dibeli atas dasar prinsip Al Wadiah. Selanjutnya, bank
membayar kepada bank koresponden dengan menggunakan dana yang
diterima dari nasabah dan bank sendiri yang merupakan bagian
pembiayaan masing-masing. Apabila barang tersebut sudah dijual, bank
dan nasabah memperoleh keuntungan sesuai dengan perjanjian yang
 EKSI4205/MODUL 3 3.41

disepakati sebelumnya. Di samping itu, bank juga dapat memungut fee


atau komisi atas penyediaan fasilitas tersebut.
c. Al Mubarahah. Atas dasar prinsip Al Mubarahah, bank memberikan
fasilitas kepada nasabah untuk membuka L/C yang membelikan barang
yang diperlukan. Dalam pembelian barang tersebut, nasabah tidak wajib
menyediakan dana sehingga seluruhnya dibiayai terlebih dahulu oleh
bank. Nasabah berjanji akan membeli barang tersebut dengan harga
sebesar harga pokok ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan
bersama. Di samping itu, bank juga dapat memungut fee atau membeli
komisi atas penyediaan fasilitas pembukaan L/C tersebut.

Dari penjelasan tersebut di atas maka sifat usaha bank bagi hasil, baik
dari kegiatannya dalam penghimpunan dana maupun penggunaan dana dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Giro berdasarkan prinsip
Al Wadiah
2. Tabungan berdasarkan prinsip
a. Al Wadiah
b. Al Mudharabah
3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip
Al Mudharabah
4. Antara Bank Bagi Hasil berdasarkan prinsip
a. Al Wadiah
b. Al Mudharabah
5. Penerimaan dana lainnya berdasarkan prinsip
Al Qard ul Hasanah
6. Modal

Penanaman Dana dan Pemberian Jasa Perbankan Lainnya


1. Pembiayaan berdasarkan berikut ini.
a. Al Mudharabah.
b. Al Musyarakah.
c. Al Murabahah.
d. Al Bai Bithman Ajil.
e. Al Ijarah dan Al Bai Bithman Ajil.
f. Al Bai Al Dayn.
g. Al Qard ul Hasanah.
3.42 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

2. Jasa Perbankan lainnya


a. Bank garansi berdasarkan prinsip Al Kafalah.
b. Transfer berdasarkan prinsip Al Hiwalah.
c. Penitipan barang dan surat-surat berharga dengan prinsip Al Wadiah
dan Al Wakalah.
d. Jual beli mata uang dengan prinsip Al Sharf.
e. Pembukuan L/C berdasarkan prinsip berikut ini.
1) Al Wakalah.
2) Al Musyarakah.
3) Al Murabahah.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil!


2) Jelaskan kegiatan usaha bank syariah!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pelajari halaman 3.33.


2) Silakan pelajari halaman 3.34 – 3.37.

R A NG KU M AN

 Bank syariah adalah lembaga keuangan bank yang berdasarkan


prinsip syariah.
 Kegiatan bank syariah dapat dikelompokkan menjadi:
a. penghimpunan dana;
b. penyaluran dana atau pembiayaan;
c. penyediaan jasa-jasa pelayanan perbankan.
 EKSI4205/MODUL 3 3.43

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Perjanjian antara pemilik barang dengan penyimpan di mana pihak


penyimpan bersedia untuk menjaga dan menyimpan keselamatan barang
yang dititipkan padanya, disebut dengan ….
A. Al Mudharabah
B. Al wadiah
C. Al Musyarakah
D. Al Murabahah

2) Perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu usaha, disebut ….
A. Al Mudharabah
B. Al wadiah
C. Al Musyarakah
D. Al Murabahah

3) Persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama, disebut ….
A. Al Mudharabah
B. Al wadiah
C. Al Bai Bithaman Ajil
D. Al Murabahah

4) Perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha disebut ….


A. Al Mudharabah
B. Al wadiah
C. Al Musyarakah
D. Al Murabahah

5) Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan


penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa
sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak, disebut ….
A. Al Ijarah
B. Al bai Bithaman Ajil
C. Al Sharf
D. Al Rahan
3.44 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
3.45 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) D 1) B
2) A 2) C
3) A 3) C
4) C 4) B
5) D 5) A
3.46 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Daftar Pustaka

Brigham, Eugene F., Houston. (2003). Fundamental of Financial


Management. 9th Edition. Harcourt.

Hafidudin, Didin, Hendri Tanjung. (2003). Manajemen Syariah (Dala


Praktik). Cetakan Pertama. Gema Insani.

Juli Irmayanto, Zainal A Indradewa, H. Alimastijik, Tonny Hasibuan, Hera


Purnami (1997). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Pertama.
Jakarta: Media Ekonomi Publishing Fakultas Ekonomi Universitas
Trisakti Jakarta.

Kasmir. (2000). Manajemen Perbankan. Cetakan Pertama. Raja Garfindo.

Munawir, Slamet. (2002). Analisis Investasi Keuangan. Edisi Pertama.


Liberty.

Saunders. (2003). Financial Markets and Institutions. 2nd Edition. Mc Graw


Hill.

Siamat, Dahlan. (2001). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Ketiga.


Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI.

Subagyo, Sri Fatmawati, Rudy Badrudin, Astuti Purnamawati, Algifari


(2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Kedua. Bagian
Penerbitan STIE YKPN.

Sutojo, Siswanto (1997). Manajemen Terapan Bank. Pustaka Binaman


Pressindo.

Taswan (2005). Manajemen Perbankan (Konsep, Teknis, Aplikasi). UPP


STIM YKPN.

Kembali ke Daftar Isi

Anda mungkin juga menyukai