Anda di halaman 1dari 5

Azfa Nur Jaisy (J0314211134)

AKN D P2
BLK TM 2
1. Salah satu tugas dari Otoritas Jasa Keuangan adalah ....
a. Mengatur dan mengawasi jasa keuangan pada Lembaga Keuangan Bukan Bank, kh
ususnya yang berhubungan dengan pembayaran kegiatan ekspor impor
b. Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
c. Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan dalam peredaran alat-alat pemba
yaran luar negeri
d. Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan pada lembaga keuangan bukan b
ank dan bank
e. Mengatur dan mengawasi jasa keuangan di sektor nonbank
2. Fungsi utama bank sebagai lembaga keuangan adalah .....
a. Menciptakan rung giral
b. Menjadi perantara kredit
c. Melancarkan transaksi
d. Menghimpun dana masyarakat
e. Melancarkan pembayaran utang
3. Kebilakan bank sentral untuk membeli dan menjual surat-surat berharga kepada masya
rakat sebagai usaha untuk mengatur kesinambungan arus uang dan arus barang disebut
politik ....
a. Pasar terbuka
b. Diskonto
c. Kredit ketat/ selektif
d. Cadangan kas
e. Sanering
4. Kebijakan yang dapat dijalankan pemerintah untuk mengurangi infasi adalah
a. Mempermudah syarat kredit
b. Membeli obligasi dan mencetak uang baru
c. Menurunkan cadangan kas
d. Menurunkan tingkat suku bunga bank
e. Menjual saham kepada masyarakat
5. UU yang membahas mengenai OJK adalah ....
a. UU Nomor 21 tahun 2008
b. UU Nomor 8 tahun 2008
c. UU Nomor 12 tahun 2000
d. UU Nomor 23 tahun 1999
e. UU Nomor 21 tahun 2011
6. Berikut ini bukan merupakan tugas yang dilakukan OJK menurut UU No.21 tahun 201
1 adalah ....
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor riil
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
d. Kegiatan jasa keuangan di sektor dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga
jasa keuangan
e. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian
7. Kebijakan pemerintah melalui bank sentral dengan menaikkan dan menurunkan suku b
unga dinamakan ....
a. Pengawasan kredit ketat
b. Perubahan cadangan kas
c. Kebijakan diskonto
d. Politik pasar tertutup
e. operasi pasar terbuka
8. Berdasarkan kepemilikannya, maka bank-bank dapat dikelompokkan ke dalam bebera
pa ienis. Jenis-jenis bank tersebut adalah ...
a. Bank milik negara, bank milik swasta dan bank asing
b. Bank umum, bank pembangunan, dan bank tabungan
c. Bank tabungan dan bank pembangunan
d. Bank umum dan bank pembangunan
e. Bank tabungan, bank asing, dan bank nasional
9. Berikut ini adalah fungsi bank.
1) Menghimpun dana dari masyarakat
2) Memberikan pinjaman kepada masyarakat
3) Mengatur dan mengawasi bank
4) Memberikan jasa lalu lintas pembayaran
5) Menjaga kestabilan nilai rupiah
Yang termasuk fungsi Bank Perkreditan Rakyat adalah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 1 dan 5
e. 4 dan 5
10. Bank yang menciptakan uang melalui masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk gir
o disebut ....
a. Bank pelaksana
b. Bank sentral
c. Bank tabungan
d. Bank umum
e. Bank pembangunan
Essay
1. Jelaskan tugas OJK pengawasan mengenai terhadap lembaga keuangan, tugas OJK?
a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pe
mbiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
d. perizinan untuk mendirikan bank, peresmian kantor bank, anggaran awal, r
encana kerja, kepemilikan serta kepengurusan dan sumber daya manusia, k
onsolidasi serta akuisisi bank, dan pencabutan izin atas usaha bank
e. kegiatan usaha bank, seperti: sumber dana, penyediaan dana serta aktivitas
di bidang jasa
f. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yaitu, likuiditas,
rentabilitas, rasio kecukupan modal minimum serta batas maksimum
pemberian kredit, solvabilitas, kualitas aset, pencadangan bank dan rasio
pinjaman terhadap simpanan

2. Jelaskan Perbedaan antara BI dan OJK?


Kedudukan BI adalah sebagai bank sentral negara Republik Indonesia, yang dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya bersfat independen sehingga tidak bisa diinte
rvensi oleh pihak manapun termasuk pemerintah, kecuali dalam hal-hal tertentu se
bagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Ind
onesia (“UU BI”) dan perubahannya.
Otoritas Jasa Keuangan, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur t
angan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, peng
awasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
BI mengatur Perbankan secara makro melalui berbagai peraturan BI, SE (Surat
Edaran) dan Undang-Undang yang berdampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kestabilan moneter. OJK akan mengatur Perbankan secara
langsung (mikro) melalui kegiatan pengawasan, peraturan OJK, SE dan Undang-
undang yang berdampak terhadap Perbankan.

3. Jelaskan Perbedaan antara Bank Umum Syariah dan Konvesional?


a. Bank konvesional diawasi oleh dewan komisaris didalam aktivitasnya, pen
gawasan bank syariah terdiri dari beberapa lembaga diantaranya dewan pen
gawas syariah, dewan syariah nasional, dan dewan komisaris bank.
b. Hubungan antara nasabah dan lembaga perbankan yaitu debitur dan
kreditur. Pada Bank Syariah hubungan antara nasabah dan bank terbagi
menjadi 4 jenis, meliputi penjual-pembeli, kemitraan, sewa dan penyewa.
Dalam penggunaan akad murabahah, istishna, dan salam, pihak bank
berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Sementara akad
musyarakah dan mudharabah memperlakukan hubungan kemitraan. Akad
ijarah memposisikan bank sebagai pemberi sewa dan nasabah sebagai
penyewa.
c. Pada bank konvensional, sistem operasionalnya memberlakukan penerapan
suku bunga dan perjanjian secara umum berdasarkan aturan nasional Akad
antara bank dan rasabah bank banyak dilakukan berdasarkan kesepakatan
jumlah suku bunga. Dan Bank syariah tidak menerapkan bunga dalam
transaksinya
d. Bank Konvensional memiliki orientasi keuntungan dengan bebas nilai atau
menganut prinsip dimiiki oleh masyarakat umum. Berbeda dengan bank
syariah, tujuan pendiriannya tidak hanya berorientasi pada profit saja,
namun penyebaran dan penerapan nilai syariah.
e. Bank umum menggunakan suku bunga sebagai acuan dasar dan
keuntungan. Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga tetapi imbal
hasil atau nisbah Bagi hasil diperoleh dari pembagian keuntungan antara
bank dan nasabah.
f. Keterlambatan pembayaran nasabah dalam bank konvensional, terdapat
denda yang dibebankan kepada nasabah. Bahkan besaran bunga bisa
semakin meningkat, bila nasabah tidak membayar hingga batas waktu
ditetapkan. Bank syariah tidak memiliki aturan beban denda bagi nasabah
saat terlambat atau tidak bisa membayar. Sebagai gantinya, bank akan
melakukan perundingan dan kesepakatan bersama. Meskipun beberapa
bank syariah ada yang menetapkan denda pada Kasus tertentu, tetapi uang
denda dari nasabah tidak dinikmati oleh pihak bank melainkan dianggarkan
sebagai dana sosial.

4. Jelaskan Perbedaan antara Bank Umum dan BPR?


Usaha yang dapat dilaksanakan di Bank Umum
a. Menerima jenis simpanan berupa giro dan ikut serta dalam melakukan lalu l
intas pembayaran.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pelaku pedag
ang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).
c. Melakukan penyertaan modal.
d. Melakukan usaha perasuransian.
Usaha yang dapat dilaksanakan di BPR
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposit
o berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan i
tu.
b. Memberikan kredit.
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sepe
rti deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada Bank lain.
Layanan BPR lebih menyasar pada masyarakat di pedesaan atau setidaknya
tingkat kecamatan dan atau kabupaten. Oleh sebab itu, jangkauan layanan BPR
cenderung lebih sempit dibandingkan bank umum yang bisa menjangkau nasabah
dalam lingkup yang lebih luas baik nasional maupun internasional.

Regulasi besaran modal disetor untuk bank umum mengacu pada Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/15/PBI/2015 tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank
Umum. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa bank umum yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional harus memiliki modal minimum Rp 3 trilyun
dan untuk prinsip syariah sebesar Rp 1 trilyun. Sementara permodalan BPR
mengacu pada Peraturan OJK Nomor 20/POJK.03/2014 tentang BPR. Dari
peraturan tersebut, besaran modal disetor untuk mendirikan BPR dikelompokkan
menjadi empat kategori berdasarkan zona, yaitu:

 Zona 1 minimum Rp 14 miliar, meliputi wilayah Daerah Khusus Ibukota


Jakarta
 Zona 2 minimum Rp 8 miliar, meliputi wilayah provinsi di pulau Jawa dan
Bali, kabupaten atau kota Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
 Zona 3 minimum Rp 6 miliar, meliputi wilayah provinsi di luar pulau Jawa dan
Bali
 Zona 4 minimum Rp 4 miliar, meliputi wilayah lain seperti Papua.
Pembagian besaran modal disetor menjadi empat kategori tersebut merujuk pada
potensi ekonomi di setiap wilayah dan juga tingkat persaingan antar-lembaga
bank di wilayah-wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai