Anda di halaman 1dari 57

Modul 8

Manajemen Asuransi, Dana Pensiun,


dan Pegadaian
Dra. Ana Partina, M.Si.

PE N D A HU L UA N

M odul 8 terdiri dari 3 kegiatan belajar yang meliputi pembahasan


tentang manajemen asuransi, dana pensiun, dan pegadaian. Dalam
modul ini, diharapkan Anda akan mampu memahami salah satu produk atau
layanan yang disediakan oleh lembaga keuangan di luar bank yang meliputi
asuransi, dana pensiun, dan pegadaian.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian asuransi dan perkembangan asuransi di
Indonesia;
2. menjelaskan prinsip-prinsip dasar asuransi serta manfaat dan tujuan
asuransi;
3. menjelaskan asuransi dan investasi, serta tren asuransi internasional;
4. menjelaskan pengertian dana pensiun, asas, fungsi dan norma, peserta
dan usia, unsur-unsur pokok dana pensiun, jenis program dana pensiun,
cara pembayaran iuran, metode pembiayaan program dana pensiun,
pengelolaan dana pensiun;
5. menjelaskan tentang pengertian pegadaian, tujuan dan kegiatan usaha
pegadaian, cara menaksir barang jaminan dan kredit, sumber pendanaan
yang dimiliki Perum pegadaian serta prosedur pemberian dan pelunasan
pinjaman;
6. pengertian pegadaian dilihat dari sisi hukum, perkembangan pegadaian
di Indonesia, tujuan pegadaian, kegiatan usaha, barang jaminan,
penaksiran dan kredit yang disalurkan, sumber pendanaan, prosedur
peminjaman dan pelunasan.
8.2 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kegiatan Belajar 1

Asuransi

A. PENGERTIAN

Pengertian asuransi bisa dilihat dari berbagai sudut pandang seperti


berikut ini.
1. Bahasa, dilihat dari arti kata
a. Bahasa Belanda Assuradeur, artinya penanggung dan geassureende
artinya tertanggung.
b. Bahasa Latin Assecurare, artinya meyakinkan orang.
c. Bahasa Inggris Insurance, artinya menanggung sesuatu yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi dan Assurance artinya
menanggung sesuatu yang pasti terjadi (sehingga biasanya
assurance lebih dikaitkan dengan asuransi jiwa).
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak
tertentu.
3. Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
 EKSI4205/MODUL 8 8.3

B. PERKEMBANGAN ASURANSI DI INDONESIA

Lembaga perasuransian sama halnya dengan lembaga perbankan, akan


dipercaya apabila dapat memberikan jaminan kepercayaan kepada
masyarakat. Perusahaan asuransi harus benar-benar dapat memberikan
jaminan bahwa dana yang dikumpulkan akan dikembalikan di kemudian hari
sesuai dengan hak nasabah. Masyarakat harus dapat diyakinkan bahwa
perusahaan asuransi akan dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar
ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh masyarakat tertanggung.
Kasus-kasus dalam perasuransian dapat digunakan sebagai indikator
untuk mengukur kondisi perasuransian, baik pertumbuhannya maupun
perannya dalam perekonomian nasional. Semakin sedikit kasus yang muncul
mencerminkan bahwa industri asuransi dikelola dengan baik dan kondisi ini
akan menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat.
Jumlah pengaduan kasus-kasus asuransi berdasarkan data dari
Departemen Keuangan per Agustus 2003 adalah 243 kasus dan yang sudah
terselesaikan 115 kasus dan belum terselesaikan ada 128 kasus.
Menurut Indonesian Insurance 2002 terlihat perkembangan
perasuransian di Indonesia sebagai berikut.

Tabel 8.1.
Perkembangan Asuransi di Indonesia
Tahun 2001 – 2003

2001 2002 2003


Cabang Asuransi
1 2 3 1 2 3 1 2 3
A. Asuransi 70 10 60 82 19 43 87 55 32
Kerugian
Kebakaran 20 4 16 20 6 14 9 0 9
Pengangkutan 10 1 9 12 1 11 1 0 1
Rangka Kapal 2 0 2 3 1 2 5 0 5
Kendaraan 10 2 8 9 0 9 5 3 2
Bermotor
Surety Bond 8 2 6 11 4 7 11 3 8
Kesehatan 0 0 0 6 6 0 1 1 0
Custom Bond 2 0 2 2 0 2 56 50 6
Aneka 16 0 16 17 1 16 9 1 8
B. Asuransi 50 7 43 58 2 56 58 2 56
Jiwa
8.4 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

2001 2002 2003


Cabang Asuransi
1 2 3 1 2 3 1 2 3
C. Asuransi 1 0 1 3 2 1 1 0 1
Sosial
Jumlah 121 17 104 143 23 120 243 115 128
Keterangan:
1. Jumlah
2. Selesai
3. Belum selesai

Diindikasikan masih banyak masalah asuransi yang dihadapi oleh


masyarakat tertanggung yang tidak dilaporkan kepada Departemen Keuangan
karena alasan tertentu.

C. RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN

Sebelum membahas berbagai prinsip dasar asuransi, tidak akan lepas


dari dua faktor penting, yaitu risiko dan ketidakpastian sehingga keduanya
menjadi dasar persetujuan antardua pihak. Arti risiko jika dikaitkan dengan
asuransi adalah adanya ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut bisa berasal
dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya kerugian. Jadi, ada 2
unsur, yaitu “ketidakpastian” dan “kemungkinan kerugian” akibat hal yang
tidak dapat diprediksi sebelumnya. Beberapa penyebab timbulnya risiko dan
peluang kerugian dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Ketidakpastian ekonomis: ketidakpastian ini dapat ditimbulkan oleh
adanya kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi yang diambil oleh
pemerintah akan dapat mempengaruhi banyak hal, seperti pola
konsumsi, harga, perkembangan teknologi.
2. Ketidakpastian karena kondisi alam: ketidakpastian yang timbul karena
perubahan kondisi alam. Hal ini sangat sulit untuk diperkirakan.
Ketidakpastian itu dapat berupa: banjir, badai, bencana alam lainnya.
3. Ketidapastian manusiawi: ketidakpastian yang ditimbulkan oleh ulah
manusia, misalnya terjadinya perang, pembunuhan atau pencurian.
 EKSI4205/MODUL 8 8.5

Beberapa jenis risiko asuransi, yaitu sebagai berikut.

1. Risiko Murni (Pure Risk)


Artinya, ada ketidakpastian akan terjadinya kerugian, jadi hanya ada
peluang mengalami kerugian (merugi) dan tidak ada peluang untuk
memperoleh keuntungan. Jika kemungkinan hal yang buruk itu terjadi maka
akan menyebabkan kerugian, tetapi jika ternyata kemungkinan buruk itu
tidak terjadi maka juga tidak akan memberikan keuntungan. Sebagai contoh:
jika seseorang memiliki mobil dan kemudian mengasuransikan mobilnya
maka risiko yang mungkin timbul adalah kerusakan, kecelakaan atau
kehilangan mobilnya. Jika ternyata mobilnya tidak mengalami kecelakaan,
kerusakan atau kehilangan maka pemilik juga tidak mendapatkan
keuntungan. Risiko ini selalu ada dalam berbagai jenis asuransi dan
merupakan subjek asuransi.

2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)


Dalam hal ini ada dua kemungkinan risiko yang dihadapi, yaitu
kemungkinan mengalami kerugian dan peluang memperoleh keuntungan.
Ada kemungkinan rugi dan untung.

3. Risiko Individu (Individual Risk)


Risiko yang timbul dari kegiatan sehari-hari, dapat dikelompokkan
menjadi berikut ini.
a. Risiko Pribadi (Personal Risk)
Risiko yang mempengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang untuk
mendapat keuntungan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisik,
seperti mati muda, uzur, cacat fisik, dan kehilangan pekerjaan.
b. Risiko Harta ( Property Risk)
Risiko terjadinya kerugian secara finansial karena kehilangan atau
kerusakan harta yang dimiliki jenis risiko ini dapat dibedakan menjadi
berikut ini.
1) Kerugian langsung (direct loss) adalah kerugian yang timbul karena
hilang atau rusaknya harta yang dimiliki. Misal rumah yang terbakar
maka si pemiliknya kehilangan investasi yang sudah ditanamkan
untuk membeli atau merenovasi rumah tersebut
2) Kerugian tidak langsung (indirect loss) adalah kerugian yang timbul
dari kerugian yang disebabkan oleh kerugian langsung. Sebagai
8.6 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

contoh jika rumah rusak (terbakar) maka perlu untuk mencari tempat
tinggal, misalnya dengan cara menyewa rumah. Rumah rusak atau
terbakar merupakan kerugian langsung, konsekuensi untuk mencari
tempat tinggal baru. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa rumah
disebut dengan kerugian tidak langsung.
c. Risiko Tanggung Gugat (Liability Risk)
Risiko yang timbul sebagai suatu tanggung jawab karena menyebabkan
kerugian atau sakit pada pihak lain. Contoh jika seseorang memelihara
anjing dan anjing tersebut menggigit orang lain. Maka, kita harus
membayar biaya perawatan orang yang tergigit anjing. Hal inilah yang
disebut dengan risiko tanggung gugat.

Setidaknya ada 5 cara yang dapat dilakukan untuk menangani risiko,


yaitu sebagai berikut.
a. Menghindari risiko (risk avoidance). Berusaha untuk menghindari risiko
yang timbul, untuk itu seseorang tidak melakukan kegiatan apa pun yang
dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya peluang rugi. Cara ini
cenderung membuat orang tidak akan melakukan kegiatan apa pun.
Sebagai contoh kita tidak akan melakukan pembelian tanah yang masih
dalam sengketa.
b. Mengurangi risiko (risk reduction)
Berusaha sedapat mungkin meminimalkan atau mengurangi kerugian
yang mungkin timbul. Misalnya, penyediaan alat pemadam kebakaran
untuk meminimalkan kerugian jika mungkin terjadi kebakaran.
c. Menahan risiko (risk retention)
Cara ini yang umumnya banyak dilakukan di mana seseorang tahu akan
adanya risiko yang akan dihadapi, tetapi ia tidak melakukan apa pun
terhadap risiko yang mungkin timbul tersebut. Hal ini dilakukan apabila
seseorang sudah memperkirakan akan munculnya risiko, tetapi risiko
tersebut secara finansial nilainya sangat kecil.
d. Membagi risiko (risk sharing)
Jika sebuah risiko tidak dapat dihindari dan jika ditahan memberikan
kerugian secara finansial yang cukup tinggi maka dapat dipilih cara
untuk membagi risiko. Dengan membagikan risiko pada pihak lain maka
diharapkan potensi kerugian dapat dibagi atau dikurangi. Contoh:
seseorang yang akan membuka sebuah bisnis baru, meskipun ia mampu
 EKSI4205/MODUL 8 8.7

memenuhi seluruh kebutuhan modal, tetapi karena kekuatiran akan


kegagalan usaha, ia mengajak pihak lain bekerja sama.
e. Mentransfer risiko (risk transfer)
Seseorang dapat memindahkan risiko yang mungkin timbul pada pihak
lain, kondisi ini yang paling dekat dengan asuransi. Biasanya perusahaan
asuransi bersedia untuk mengambil alih atau memikul beban risiko
tersebut. Risiko yang dapat ditanggung oleh pihak asuransi, biasanya
memiliki ciri-ciri berikut ini.
1) Dapat dinilai dengan uang.
2) Jumlahnya secara finansial memadai.
3) Bersifat murni.
4) Kerugian yang muncul bukan hal yang direncanakan, tetapi hanya
berupa kebetulan.
5) Tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
6) Premi asuransi yang dikenakan cukup wajar.
7) Pihak yang mengasuransikan harus memiliki insurable interest.

4. Prinsip Dasar Asuransi


Prinsip dasar yang digunakan sebagai doktrin asuransi biasanya, meliputi
hal-hal berikut ini.

a. Insurable Interest
Insurable interest merupakan hak berdasarkan hukum untuk
mempertanggungkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang
diakui dengan sah antara pihak tertanggung dengan sesuatu yang
dipertanggungkan. Prinsip ini menyangkut bentuk dan jenis pertanggungan
yang dijaminkan dalam suatu kontrak asuransi. Hal yang dipertanggungkan
dapat berupa benda, harta atau kejadian yang dapat menimbulkan hubungan
hak dan kewajiban keuangan secara hukum. Insurable interest akan timbul
hanya jika tertanggung menderita kerugian secara finansial, misalnya terjadi
kerusakan atau kerugian atas objek yang diasuransikan. Contohnya jika
seseorang mengasuransikan rumah yang dibangun, ternyata dalam proses
pembangunan tersebut terjadi kesalahan teknis sehingga di tengah proses
pembuatan rumah tersebut ambruk atau tidak jadi sehingga timbul kerugian
secara finansial, hal ini dapat diasuransikan. Beberapa unsur dalam prinsip
insurable interest, antara lain berikut ini.
1) Harus berupa hak, harta, kepentingan, jiwa atau tanggung gugat.
8.8 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

2) Kondisi pada butir 1, harus merupakan sesuatu yang dapat


dipertanggungkan (subject matter of insurance).
3) Tertanggung harus memiliki hubungan dengan sesuatu yang dapat
dipertanggungkan di mana pihak tertanggung memperoleh manfaat dari
tidak terjadinya peristiwa atau kerusakan dan menderita kerugian apabila
yang dipertanggungkan mengalami kerusakan.
4) Ada hubungan yang sah secara hukum antara pihak tertanggung dengan
sesuatu yang dipertanggungkan.

b. Utmost Good Faith


Dalam menetapkan persetujuan didasarkan pada itikad baik (utmost good
faith). Tidak ada fakta atau hal yang disembunyikan antara pihak tertanggung
dengan pihak penanggung. Oleh karena didasarkan pada itikad baik maka
masing-masing pihak harus memberikan semua informasi yang akan
mempengaruhi pengambilan keputusan. Kewajiban saling memberikan
informasi ini disebut dengan duty of disclosure. Sebagai contoh jika
seseorang mengasuransikan rumah yang sedang dibangun ternyata tanah
tersebut masih dalam sengketa maka informasi tentang tanah sengketa
tersebut tidak boleh disembunyikan.
Faktor-faktor yang melanggar duty of disclosure sekaligus prinsip utmost
good faith adalah:
1) nondisclosure; ada data-data penting yang tidak diungkapkan;
2) concealment; secara sengaja melakukan kebohongan dan tidak
mengungkapkan fakta penting;
3) fraudulent misrepresentation; sengaja memberikan gambaran yang tidak
cocok dengan kondisi riil;
4) innocent misrepresentation; secara tidak sengaja memberikan gambaran
atau keterangan yang salah yang memiliki pengaruh besar dalam proses
asuransi.

c. Indemnity
Indemnity, artinya mengembalikan posisi keuangan pihak tertanggung
setelah terjadinya kerugian seperti pada saat posisi keuangan sebelum
terjadinya kerugian. Prinsip ini merupakan prinsip ganti rugi oleh
penanggung kepada pihak tertanggung, tidak berlaku untuk asuransi jiwa atau
kecelakaaan karena prinsip ini berkaitan dengan kerugian yang bersifat
 EKSI4205/MODUL 8 8.9

finansial. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ganti rugi
ini, yaitu sebagai berikut.
1) Pembayaran tunai; yang merupakan pembayaran langsung pihak
penanggung kepada pihak tertanggung.
2) Penggantian; yang merupakan penggantian barang pihak tertanggung
dalam bentuk barang yang sama. Misalnya, mobil yang diasuransikan
hilang maka pihak asuransi mengganti mobil tersebut.
3) Perbaikan; pihak asuransi melakukan ganti rugi dengan cara melakukan
perbaikan atas kerugian yang timbul. Misalnya, apabila mobil yang
diasuransikan rusak maka pihak asuransi dapat memperbaiki kerusakan
tersebut.
4) Pembangunan kembali; ganti rugi ini biasanya banyak terdapat dalam
asuransi harta (property insurance). Misalnya, rumah yang dibangun
diasuransikan jika terjadi kerusakan pihak asuransi membangun kembali.

d. Proximate Cause
Proximate cause adalah suatu sebab aktif, efisien, yang mengakibatkan
peristiwa berantai tanpa intervensi kekuatan lain, yang diawali dan bekerja
dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen. Jika terjadi rentetan
kejadian dalam sebuah kejadian maka perlu dilihat apakah rentetan kejadian
tersebut dipengaruhi oleh intervensi pihak lain atau murni sebuah rentetan
kejadian yang menyebabkan kerugian. Dalam banyak kasus sulit untuk
melihat peristiwa awal sampai akhir sebuah kejadian tanpa melibatkan
intervensi pihak lain. Misal terjadi bencana alam berupa gempa bumi yang
menyebabkan rumah roboh dan memicu terjadinya kebakaran sehingga
rumah ludes terbakar maka perusahaan asuransi akan melihat peristiwa awal
yang menjadi penyebab sehingga dapat dicocokkan dengan polis asuransi
yang telah disetujui. Proximate cause dari kebakaran itu adalah gempa bumi.
Jika dalam polis asuransi kebakaran mengecualikan gempa bumi maka
asuransinya tidak dibayar.

e. Subrogation and Contribution


Prinsip subrogation pada dasarnya merupakan hak penanggung, yang
telah memberikan ganti rugi kepada pihak tertanggung, untuk menuntut pihak
lain yang mengakibatkan terjadinya kerugian. Hal ini didasarkan pada
kondisi di mana pihak tertanggung tidak menerima jumlah ganti rugi
melebihi apa yang telah dijanjikan dalam polis. Sebagai contoh jika seorang
8.10 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

mengasuransikan mobilnya dan ternyata mobil tersebut rusak akibat tertabrak


oleh pihak lain maka pihak penanggung akan menggantikan kerugian akibat
kerusakan tersebut. Kemudian, pihak penanggung menuntut pembayaran
ganti rugi dari pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya kerugian
(penabrak). Pihak tertanggung tidak boleh lagi meminta ganti rugi dari pihak
ketiga (penabrak). Prinsip kontribusi adalah suatu prinsip di mana
penanggung berhak untuk mengajak pihak penanggung yang lain (perusahaan
asuransi yang lain) yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut
membayar kerugian pada pihak tertanggung, meskipun jumlah masing-
masing pihak tidak sama besar. Hal ini bisa terjadi tertanggung dalam waktu
yang bersamaan mempertanggungkan suatu benda dari suatu risiko yang
sama kepada beberapa penanggung. Beberapa metode yang digunakan dalam
melakukan kontribusi adalah sebagai berikut.
1) Proporsional
Rumus sederhana yang digunakan adalah:
Jumlah pertanggungan polis tertentu
Kontibusi = × Jumlah kerugian
Jumlah pertanggungan semua polis
Sebagai contoh:
Jenis pertanggungan: Asuransi Kebakaran
Jumlah pertanggungan sebesar Rp600.000.000,00 yang ditutup oleh:
a) PT Asuransi A = Rp200.000.000,00
b) PT Asuransi B = Rp400.000.000,00
Jumlah kerugian karena terjadinya peristiwa kebakaran sebesar
Rp150.000.000,00,- maka besar kontribusi masing-masing perusahaan
asuransi adalah:
Rp200.000.000, 00
a) PT Asuransi A = × Rp150.000.000, 00
Rp600.000.000, 00

= Rp50.000,000,00
Rp400.000.000, 00
b) PT Asuransi B = × Rp150.000.000, 00
Rp600.000.000, 00
= Rp100.000,000,00
Setiap perusahaan asuransi akan membayar pertanggungan sesuai
dengan proporsi masing-masing.
 EKSI4205/MODUL 8 8.11

2) Independent Liability
Menurut metode ini kontribusi dilakukan dengan menggunakan rumus:
Jumlah yang dipertanggungkan
Kontribusi = x jumlah kerugian
Jumlah saat terjadi kerugian
Sebagai contoh:
Jika sebuah perusahaan mengasuransikan gedung yang dimiliki dengan
nilai pertanggungan sebesar Rp90.000.000,00 jika 6 bulan kemudian
terjadi kerusakan pada gedung tersebut tetapi ternyata nilai gedung saat
terjadi kerusakan tersebut nilainya telah meningkat menjadi
Rp135.000.000,00. Jumlah kerugian yang dialami sebesar
Rp13.500.000,00. Jumlah yang dipertanggungkan tersebut ditutup oleh
dua perusahaan asuransi dengan proporsi:
a) Perusahaan Asuransi A sebesar Rp60.000.000,00
b) Perusahaan Asuransi B sebesar Rp30.000.000,00
Maka, kontribusi masing-masing perusahaan Asuransi dapat dihitung
sebagai berikut :
60.000.000, 00
Perusahaan Asuransi A = x 13.500.000, 00
135.000.000, 00
= Rp6.000.000,00
30.000.000, 00
Perusahaan Asuransi B = x 13.500.000, 00
135.000.000, 00
= Rp3.000.000,00

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah yang akan diganti oleh


perusahaan asuransi sebesar Rp9.000.000,00, sedangkan kerugian yang
terjadi sebesar Rp13.500.000,00 maka selisihnya (Rp4.500.000,00) akan
ditanggung sendiri oleh pihak tertanggung.

5. Manfaat dan Tujuan Asuransi


Sebenarnya tujuan apa yang ingin dicapai oleh masyarakat apabila
mereka memilih untuk menjadi salah satu nasabah dari perusahaan asuransi?
Tujuan utama adalah untuk mengurangi risiko atau secara terperinci dapat
disebutkan seperti berikut ini.
a. Melakukan pencegahan kerugian yang diharapkan dapat memberikan
keuntungan tertentu. Bentuknya berupa pengurangan kerugian dan
pengurangan biaya yang berhubungan dengan pertanggungan tersebut.
8.12 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Jadi, dengan menjadi nasabah asuransi pihak tertanggung dapat


melakukan pencegahan terhadap kerugian yang mungkin timbul.
b. Pencegahan dan perlindungan untuk memperkecil kerugian yang terjadi.
Hal ini dapat berupa mengurangi, menghilangkan sebab-sebab yang
dapat menimbulkan kerugian, perlindungan terhadap produk atau orang
yang akan dirugikan, pengurangan kerugian dan perlindungan agar
produk yang telah terlanjur rusak tidak menjadi semakin rusak.
c. Melalui keikutsertaan masyarakat pada salah satu perusahaan asuransi
maka dapat mengetahui besarnya risiko yang mungkin terjadi dan besar
kerugian yang dapat dialami. Hal ini akan mendorong untuk berhati-hati.

Selain dari tujuan-tujuan di atas maka manfaat yang dapat diperoleh oleh
pihak tertanggung adalah sebagai berikut.
a. Rasa aman. Tertanggung akan memiliki perasaan aman dan terlindungi
karena apabila terjadi kerugian akibat peristiwa tertentu sudah ada pihak
yang akan ikut menanggung kerugian tersebut.
b. Pembagian biaya dan manfaat. Mengikuti asuransi maka ada pembagian
biaya dan manfaat secara adil antara pihak tertanggung dan pihak
penanggung. Nilai pertanggungan dan besarnya premi akan dihitung
dengan akurat, semakin besar nilai pertanggungan maka akan semakin
besar premi yang harus dibayar oleh pihak tertanggung
c. Polis asuransi dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh
pinjaman dari lembaga keuangan yang lain.
d. Berfungsi sebagai tabungan. Premi yang dibayarkan setiap periode
memiliki substansi yang sama dengan tabungan.
e. Alat penyebaran risiko. Pihak tertanggung dapat menyebarkan risiko
suatu kejadian pada pihak penanggung.
f. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Pada umumnya investor akan
menyukai jenis bidang usaha yang memiliki risiko minimal. Salah satu
cara meminimalkan risiko adalah melalui asuransi.

6. Jenis- jenis Asuransi


Jika dilihat pada Tabel 8.1 terlihat beberapa jenis asuransi dan usaha
asuransi yang merupakan kegiatan usaha yang bergerak di bidang usaha
asuransi dan usaha penunjang asuransi. Undang-undang No 2 Tahun 1992
mengatur tentang Usaha Perasuransian, bidang dan jenis usaha perasuransian.
Dalam undang-undang tersebut dijelaskan tentang berikut ini.
 EKSI4205/MODUL 8 8.13

a. Usaha Asuransi. Merupakan usaha jasa keuangan yang menghimpun


dana dari masyarakat melalui premi asuransi dengan memberikan
perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap
kemungkinan timbulnya kerugian karena sesuatu yang tidak pasti terjadi
terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.
b. Usaha penunjang Asuransi. Merupakan usaha yang menyelenggarakan
jasa perantara, penilaian kerugian asuransi, jasa aktuaria. Prinsipnya
adalah pendukung kegiatan usaha jasa perusahaan perasuransian dalam
melakukan kegiatannya.

Asuransi berdasarkan jenis usaha perasuransian dapat dibedakan menjadi


berikut ini.
a. Usaha Asuransi Kerugian
Usaha asuransi kerugian akan memberikan jasa berupa penanggulangan
risiko terhadap kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Perusahaan
asuransi kerugian dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang kerugian
termasuk reasuransi. Jenis usaha asuransi kerugian dapat berupa: asuransi
kebakaran, asuransi pengangkutan (marine insurance), asuransi aneka
(berupa asuransi untuk hal yang tidak berkaitan dengan bentuk kerugian
akibat kebakaran atau pengangkutan, misalnya kecelakaan diri, pencurian,
kendaraan bermotor). Untuk Indonesia kasus yang berkenaan dengan
asuransi kerugian menduduki peringkat pertama. Asuransi kerugian ini juga
disebut general insurance karena lingkup usahanya sangat luas.

b. Usaha Asuransi Jiwa


Usaha asuransi jiwa akan memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan. Jenis asuransi jiwa mungkin menjadi jenis asuransi yang
paling banyak dikenal oleh masyarakat karena dalam perkembangannya jenis
asuransi ini yang lebih dahulu dikenalkan di Indonesia. Pada dasarnya
manusia menghadapi risiko berkurang atau hilangnya produktivitas ekonomi
yang disebabkan oleh kematian, cacat, pemutusan hubungan kerja, dan
pengangguran.
Asuransi jiwa memberikan:
1) dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan;
2) santunan bagi tertanggung yang meninggal;
8.14 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

3) bantuan usaha atas kerugian yang disebabkan meninggalnya pejabat


kunci perusahaan;
4) penghimpunan dana untuk persiapan pensiun, keperluan penting, dan
untuk bisnis;
5) menunda atau menghindari pajak pendapatan.

c. Usaha Reasuransi
Usaha reasuransi akan memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan
asuransi jiwa atau sering disebut asuransi dari asuransi. Dalam mekanisme
reasuransi, pihak tertanggung biasa disebut sebagai ceding company dan
pihak penanggung disebut reinsurer atau reasurader. Ketika menjalankan
usahanya, terdapat kemungkinan perusahaan asuransi menanggung risiko
yang lebih besar daripada kemampuan finansialnya. Oleh karena itu,
perusahaan asuransi dapat membagi/menyebarkan risiko kepada pihak lain.
Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan melalui:
1) koasuransi: pertanggungan yang dilakukan bersama atas suatu objek
asuransi;
2) reasuransi: proses untuk mengasuransikan kembali pertanggungan pada
pihak tertanggung.

Kedua cara tersebut sering digunakan bersamaan. Suatu perusahaan


asuransi melakukan penutupan risiko dalam jumlah besar melebihi
kemampuan keuangannya maka dapat melakukan koasuransi yang
dilanjutkan dengan reasuransi.
Fungsi reasuransi antara lain sebagai berikut.
1) Meningkatkan kapasitas akseptasi
Dengan reasuransi, penanggung dapat meningkatkan akseptasi sehingga
pemasukan asuransi tersebut dapat memperbesar jumlah nilai
pertanggungan melebihi batas kemampuan finansialnya.
2) Alat penyebaran risiko
3) Meningkatkan stabilitas usaha
Dengan reasuransi, kekuatiran kegagalan usaha perusahaan asuransi
semakin kecil.
4) Meningkatkan kepercayaan
Dengan reasuransi, kepercayaan tertanggung semakin bertambah karena
adanya jaminan atas kemungkinan risiko yang akan dialami.
 EKSI4205/MODUL 8 8.15

Usaha penunjang asuransi atau lebih dikenal dengan agen, dibagi


menjadi berikut ini.
1) Usaha pialang asuransi
Pialang asuransi memberikan jasa berupa perantara dalam hal penutupan
asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi dengan bertindak bagi
kepentingan pihak tertanggung.
2) Usaha pialang reasuransi
Untuk usaha ini pialang asuransi akan memberikan jasa keperantaraan
dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
3) Usaha penilaian kerugian asuransi (reasuransi)
Usaha ini membantu untuk melakukan jasa penilaian jika terjadi
kerugian pada objek asuransi yang dipertanggung jawabkan. Karena
rumitnya menilai kerugian asuransi yang sebenarnya maka perusahaan
asuransi dapat meminta tolong perusahaan penunjang untuk melakukan
penilaian kerugian.
4) Usaha konsultan aktuaria
Perusahaan perantara memberikan jasa konsultasi aktuaria.
5) Usaha agen asuransi
Perusahaan perantara memberikan jasa keperantaraan (agen) dalam
memasarkan jasa asuransi untuk atau atas nama penanggung (pihak
perusahaan asuransi).

7. Polis Asuransi dan Premi Asuransi


Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Polis berperan penting dalam
menjaga konsistensi pertanggungjawaban pihak penanggung maupun
tertanggung.
Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut.
a. Nomor polis.
b. Nama dan alamat tertanggung.
c. Uraian risiko.
d. Jumlah pertanggungan.
e. Jangka waktu pertanggungan.
f. Besar premi, bea meterai.
g. Bahaya-bahaya yang dijaminkan.
8.16 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

h. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan


nama polis, nomor rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan.

Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak


penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara
periodik. Jumlah premi tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan
tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan.

8. Asuransi dan Investasi


Perusahaan asuransi adalah sebuah lembaga keuangan yang kegiatannya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk premi yang dibayarkan oleh
pihak tertanggung dan memberikan perlindungan kepada pihak tertanggung
terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Dana yang berhasil dihimpun
tersebut sebagian akan disimpan dalam bentuk cash untuk memberikan ganti
rugi jika terjadi kerugian pada pihak tertanggung. Sebagian lagi dapat
ditanamkan dalam bentuk investasi yang lain. Dalam penentuan investasi
mana yang akan dipilih maka pihak perusahaan asuransi seperti halnya
perusahaan-perusahaan lain perlu melakukan analisis investasi agar dapat
memilih bentuk investasi yang tepat. Bentuk investasi itu dapat berupa :
deposito berjangka; sertifikat deposito, pembelian saham, obligasi, surat
berharga di pasar uang atau sertifikat Bank Indonesia, pinjaman hipotik,
penyertaan langsung atau investasi dalam bentuk pembelian aktiva tetap
(bangunan atau tanah).
Sebagai contoh di bawah ini adalah distribusi aset perusahaan-
perusahaan asuransi:

Jenis Aset
1 Saham pemerintah
2 Saham perusahaan (Obligasi, saham preferen, saham biasa)
3 Total saham
4 Hipotik
5 Real Estat
6 Pinjaman Polis
7 Kas
8 Investasi jangka pendek
9 Lain-lain
 EKSI4205/MODUL 8 8.17

9. Tren Asuransi Internasional


Oleh karena usaha asuransi telah terdapat pada berbagai negara di dunia
maka kerja sama perusahaan asuransi antarnegara telah menjadi hal yang
wajar. Perkembangan teknologi informasi dan globalisasi memberikan
kemudahan bagi perusahaan–perusahaan asuransi untuk beroperasi pada
berbagai negara di dunia. Ada beberapa kecenderungan perubahan yang
terjadi pada perusahaan-perusahaan asuransi secara umum di dunia, yaitu
sebagai berikut.

a. Bancassurance
Bancassurance terjadi apabila bank bekerja sama atau membentuk anak
perusahaan asuransi yang memiliki wilayah kerja operasionalnya sampai
keluar negeri. Perkembangan penting dalam dunia asuransi di dunia adalah
hilangnya garis pemisah antara bank dengan perusahaan asuransi jiwa. Di
beberapa negara ditandai dengan munculnya berbagai deregulasi dan
liberalisasi berkaitan dengan kegiatan operasional. Ada beberapa bentuk
Bancassurance, yaitu sebagai berikut.
1) Cross Sectoral Investing, di mana bank memperluas operasinya dengan
menawarkan jasa asuransi kepada nasabah atau perusahaan asuransi
dengan memberikan jenis deposito atau tabungan kepada para pemegang
polis. Oleh karena peraturan tidak mengizinkan bank untuk melakukan
aktivitas lain maka biasanya dilakukan dengan cara membuat anak
perusahaan berupa perusahaan asuransi. Sebagai contoh, yang dilakukan
oleh PT Bank Tabungan Negara, yang memberikan asuransi jiwa kepada
nasabah dan membentuk perusahaan asuransi yang mengurus asuransi
bagi nasabah yang mengambil kredit kepemilikan perumahan (KPR).
2) Interpenetration Market, di mana perusahaan asuransi dan bank
melakukan merger atau mereka bisa melakukan akuisisi terhadap saham
suatu perusahaan dari industri yang lain, hal ini banyak terjadi di Eropa.
3) Cooperative Arrangement, bentuk ini didasarkan pada cooperative
arrangement antara bank dengan perusahaan asuransi, tetapi keduanya
tetap independen. Bentuk yang sering ditemui adalah usaha joint venture
di mana perusahaan asuransi membantu menjualkan jasa-jasa yang
dimiliki bank begitu pula bank akan membantu menjualkan produk yang
dimiliki perusahaan asuransi.
8.18 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

b. Aktivitas Perusahaan Asuransi di Luar Negeri


Semakin tipisnya batas antarnegara dan ketatnya persaingan, terjadi
kecenderungan perusahaan-perusahaan asuransi untuk melakukan merger dan
akuisisi antarperusahaan-perusahaan asuransi di berbagai negara. Di
Indonesia telah muncul perusahaan-perusahaan asuransi asing yang melayani
pasar lokal. Mereka bekerja sama dengan perusahaan asuransi lokal atau
mendirikan perusahaan asuransi dengan kantor pusat tetap di luar negeri.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Pada metode Independent Liability maka pihak tertanggung akan
memiliki kemungkinan untuk membayar sebagian kerugian yang timbul
jika jumlah pertanggungannya tidak mencukupi. Jika sebuah perusahaan
mempertanggungkan gedung sebesar Rp650.000.000,00 dan saat terjadi
kebakaran gedung nilai gedung tersebut Rp800.000.000,00 dengan
jumlah kerugian sebesar Rp150.000.000,00. Jika ada dua perusahaan
asuransi yang menanggung yaitu perusahaan asuransi A sebesar
Rp400.000.000,00 dan perusahaan asuransi B sebesar Rp250.000.000,00
Hitung jumlah yang ditanggung oleh klien asuransi!
2) Pihak mana saja yang terkait dalam perhitungan nilai kerugian?
3) Bagaimana cara perusahaan asuransi mengelola asetnya?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pada metode Independent Liability digunakan rumus:


Jumlah yang dipertanggungkan
Kontribusi = × jumlah kerugian
Jumlah saat terjadi kerugian

Maka, kontribusi masing-masing perusahaan asuransi dapat dihitung


sebagai berikut:
400.000.000, 00
Perusahaan Asuransi A = × 150.000.000, 00
800.000.000, 00
= 75.000.000,00
 EKSI4205/MODUL 8 8.19

250.000.000, 00
Perusahaan Asuransi B = × 150.000.000, 00
800.000.000, 00
= 46.875.000,00
Maka, jumlah yang ditanggung pihak tertanggung adalah
Rp28.125.000,00.

2) Banyak pihak terkait dengan penilaian kerugian, seperti berikut ini.


a) Tertanggung, untuk bekerja sama memahami kronologis kejadian
kerugian.
b) Pihak berwajib, berdasarkan data hasil penyelidikan dapat
digunakan untuk menentukan besar nilai kerugian dan penyebab
kerugian yang seharusnya ditanggung oleh pihak asuransi .
c) Jika kesulitan perusahaan asuransi dapat menggunakan pihak
penilaian kerugian asuransi (reasuransi) untuk melakukan penilaian
kerugian.

3) Sebagai lembaga keuangan maka perusahaan asuransi harus mampu


mengalokasikan sumber dana yang dimiliki pada berbagai alternatif
investasi. Perusahaan asuransi dapat menanamkan dana yang dimiliki
dalam bentuk: deposito berjangka, sertifikat deposito, pembelian saham,
obligasi, surat berharga di pasar uang atau sertifikat bank Indonesia;
pinjaman hipotik; penyertaan langsung atau investasi dalam bentuk
pembelian aktiva tetap (bangunan atau tanah). Pemilihan alternatif
investasi yang tepat harus memperhatikan berbagai kriteria investasi agar
dapat memiliki portofolio yang optimal.

R A NG KU M AN

Bisnis asuransi adalah bisnis kepercayaan. Semakin sedikit kasus


pengaduan semakin baik bisnis ini dikelola. Di Indonesia masih terdapat
banyak kasus yang berkaitan dengan asuransi tidak dilaporkan pada
Departemen Keuangan sehingga sulit untuk mengukur kinerja asuransi
di Indonesia.
Ada 2 faktor yang tidak bisa lepas dari kegiatan asuransi, yaitu
risiko dan ketidakpastian. Kedua hal tersebut menjadi dasar persetujuan
antarpihak yang terkait dengan asuransi.
8.20 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Berbagai prinsip yang digunakan, membantu untuk menentukan


penyelesaian berbagai kasus yang terjadi. Prinsip-prinsip ini akan
membantu menentukan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Asuransi memberikan manfaat kepada masyarakat dalam bentuk
pencegahan kerugian, pencegahan, dan perlindungan untuk memperkecil
kerugian yang terjadi serta bisa memperkirakan besarnya risiko yang
mungkin terjadi dan besar kerugian yang dapat dialami.
Secara garis besar bisnis asuransi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
usaha asuransi dan usaha penunjang asuransi. Keduanya saling
mendukung dalam kegiatannya untuk dapat menciptakan kepercayaan
masyarakat terhadap bisnis asuransi.

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Di bawah ini adalah beberapa bentuk operasi perusahaan asuransi


internasional, kecuali ….
A. cross sectoral investing
B. interpenetration market
C. koalisi
D. cooperative arrangement

2) Di bawah ini adalah bentuk usaha bagi perusahaan penunjang asuransi,


kecuali ….
A. Pialang asuransi
B. Asuransi kerugian
C. Penilaian kerugian asuransi
D. Agen asuransi

3) Salah satu prinsip asuransi adalah indemnity, yaitu mengembalikan


posisi keuangan pihak tertanggung setelah terjadinya kerugian seperti
pada saat posisi keuangan sebelum terjadinya kerugian. Prinsip ini tidak
berlaku pada jenis asuransi ….
A. Asuransi kebakaran
B. Asuransi jiwa
C. Asuransi aneka
D. Asuransi kerugian
 EKSI4205/MODUL 8 8.21

4) Salah satu prinsip asuransi adalah subrogation and contribution jika


jumlah nilai pertanggungan sebesar Rp500.000.000,00 serta besar
kerugian adalah Rp50.000.000,00, sedangkan perusahaan asuransi A
memiliki nilai pertanggungan yang harus ditutup sebesar
Rp300.000.000,00 maka besar kontribusi perusahaan asuransi A
adalah ….
A. Rp300.000.000,00
B. Rp50.000.000,00
C. Rp30.000.000,00
D. Rp20.000.000,00

5) Dari soal di atas jika sisa pertanggungan sebesar Rp200.000.000,00


ditanggung oleh perusahaan asuransi B maka jumlah yang harus dibayar
B adalah ….
A. Rp300.000.000,00
B. Rp50.000.000,00
C. Rp30.000.000,00
D. Rp20.000.000,00

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.22 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kegiatan Belajar 2

Dana Pensiun

M asa pensiun bisa menjadi masa yang menakutkan apabila karyawan


belum siap. Kesiapan secara mental dan finansial memegang arti
penting bagi tahap kelanjutan kehidupan berikutnya. Oleh karena masa
setelah tidak bekerja berarti secara finansial karyawan sudah seharusnya
tidak lagi menerima pendapatan maka kesejahteraan hidupnya dan
keluarganya menjadi sebuah pertanyaan besar. Banyak orang mengalami
tekanan berat setelah mereka masuk pada masa pensiun karena perbedaan
pendapatan yang diperoleh dan munculnya rasa khawatir karena tidak
mampu lagi memenuhi tuntutan kebutuhan hidup. Agar kehidupan setelah
masa kerja berakhir masih tetap terjamin maka perlu dana yang menjamin
kesejahteraan setelah masa kerja berakhir (pensiun). Jaminan kesejahteraan
tersebut dalam bentuk manfaat pensiun yang diberikan kepada karyawan dan
keluarga yang dibayarkan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

1. Pengertian
Berdasarkan Undang-undang No 11/1992 tentang dana pensiun yang
dimaksud dengan dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya.

2. Perkembangan Dana Pensiun di Indonesia


Dana pensiun mengalami berbagai kemajuan terutama setelah
dikenalkan perlunya asuransi kerja dan pensiun bukan hanya untuk pegawai
negeri, tetapi juga untuk semua pekerja. Berdasarkan data dari
http://www.djlk.depkeu.go.id ditunjukkan perkembangan dana pensiun dari
1995 – 2000 sebagai berikut.
 EKSI4205/MODUL 8 8.23

Tabel 8.2.
Perkembangan Jumlah Dana Pensiun
Tahun 1995 – 2000

Tahun Jumlah Dana Pensiun (dalam jutaan)


1995 232
1996 274
1997 319
1998 333
1999 333
200 333

3. Tujuan Penyelenggaraan Dana Pensiun


Untuk melihat tujuan penyelenggaraan dana pensiun dapat dilihat dari
sisi pemberi kerja maupun bagi karyawan/peserta, yaitu sebagai berikut.

a. Pemberi kerja
Dari sisi pemberi kerja ada tujuan yang ingin dicapai dengan adanya
dana pensiun, yaitu sebagai berikut.
1) Kewajiban moral
Ada sebuah kewajiban moral bagi pemberi kerja atau perusahaan untuk
memberikan perasaan aman bagi karyawan/peserta yang telah memasuki
masa pensiun. Oleh karena setelah mengabdikan diri pada perusahaan
selama jangka waktu tertentu pasti terjadi hubungan timbal balik antara
karyawan dan perusahaan, tentunya perusahaan tidak ingin memiliki
karyawan yang telah lama mengabdikan diri pada perusahaan mengalami
masa sulit dan tidak memiliki kepastian kesejahteraan setelah memasuki
masa pensiun.
2) Loyalitas
Program pensiun diharapkan akan menumbuhkan loyalitas dan dedikasi
yang tinggi terhadap perusahaan. Pekerja memiliki rasa aman karena
mereka tidak perlu lagi mencemaskan kesejahteraannya setelah
memasuki masa pensiun karena adanya program pensiun.
3) Kompetisi pasar tenaga kerja
Perusahaan yang memiliki program dana pensiun memiliki daya saing
yang lebih dibandingkan dengan perusahaan yang belum memiliki
program dana pensiun. Banyak orang lebih memilih perusahaan-
perusahaan yang memiliki program dana pensiun dibandingkan
perusahaan yang belum memiliki. Perusahaan yang memiliki manfaat
8.24 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

dana pensiun diharapkan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam
usaha memperoleh dan mempertahankan karyawan yang profesional di
pasar tenaga kerja. Salah satu alat pengikat bagi karyawan yang
profesional adalah jaminan hidup masa tua.

b. Peserta
Manfaat yang akan diterima oleh peserta program dana pensiun adalah
sebagai berikut.
1) Program dana pensiun diharapkan akan menimbulkan perasaan aman
bagi karyawan tentang kehidupan di masa depan. Mereka masih
memiliki penghasilan pada saat memasuki masa pensiun. Perasaan aman
ini akan memberikan pengaruh pada karyawan selama masih bekerja dan
dengan munculnya rasa aman akan menimbulkan loyalitas dan
komitmen yang tinggi terhadap perusahaan.
2) Karyawan/peserta akan mempunyai tambahan kompensasi meskipun
mereka baru akan menikmatinya setelah memasuki masa pensiun.

4. Asas, Fungsi, dan Norma Dana Pensiun

a. Asas
Asas adalah landasan pengarahan untuk mencapai tujuan tertentu,
menjadi arah untuk mencapai tujuan. Dalam Undang-undang No. 11
Tahun 1992 tentang dana pensiun, ada beberapa asas yang dianut pemerintah,
yaitu sebagai berikut.
1) Penyelenggaraan dilakukan dengan sistem pendanaan
Penyelenggaraan dana pensiun harus dilakukan dengan cara pemupukan
dana sehingga dana yang terkumpul akan cukup untuk memenuhi
pembayaran yang menjadi hak bagi peserta. Pemupukan dana tersebut
berasal dari iuran yang biasanya berasal dari pemotongan persentase
tertentu dari gaji karyawan/peserta maupun dari hasil pengembangannya.
2) Pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan pendiri
Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri
(perusahaan). Dengan begitu tidak diperkenankan adanya pembentukan
cadangan pensiun dalam pembukuan pendiri perusahaan. Pemisahan
pengelolaan ini didasarkan pada ketentuan undang-undang. Pemisahan
kekayaan juga akan memberikan kepastian tentang pengumpulan dana
pensiun tanpa terganggu oleh aktivitas pendiri.
 EKSI4205/MODUL 8 8.25

3) Kesempatan untuk mendirikan dana pensiun


Setiap perusahaan atau pemberi kerja memperoleh kesempatan untuk
mendirikan dana pensiun bagi karyawannya. Pembentukan dana pensiun
memberikan konsekuensi dari sisi pendanaan bagi pihak perusahaan
untuk membayar iuran. Jadi, keputusan untuk melakukan program dana
pensiun merupakan sebuah komitmen perusahaan dengan konsekuensi
pembiayaan.
4) Penundaan manfaat
Pembayaran dana pensiun hanya dapat dilakukan setelah
karyawan/peserta memasuki masa pensiun. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa penghimpunan dana dalam penyelenggaraan
program ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban pembayaran hak
peserta yang telah pensiun.
5) Pembinaan dan pengawasan
Pengelolaan dan penggunaan kekayaan yang berasal dari dana pensiun
harus dihindarkan dari pengaruh kepentingan-kepentingan yang dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan utama dari pemupukan dana,
yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta. Oleh karena itu,
perlu pengawasan yang ketat. Pengawasan dilakukan oleh Direktorat
Dana Pensiun Departemen Keuangan dan pelaksanaan sistem pelaporan,
pengawasan dilakukan pula melalui kewajiban para pengelola dana
pensiun untuk memberikan informasi kepada para pesertanya.

b. Fungsi
Fungsi program dana pensiun adalah sebagai berikut.
1) Asuransi
Dana pensiun dapat berfungsi sebagai asuransi apabila peserta
meninggal atau cacat sebelum mencapai usia pensiun. Peserta dapat
memperoleh uang pertanggungan atas beban bersama dari dana pensiun.
2) Tabungan
Iuran dana yang berasal dari para karyawan dan iuran yang berasal dari
pemberi kerja/perusahaan merupakan tabungan untuk dan atas nama
peserta sendiri.
3) Pensiun
Seluruh dana yang terkumpul melalui iuran baik karyawan maupun
perusahaan serta hasil pengelolaannya akan diberikan dalam bentuk
manfaat pensiun sejak bulan pertama karyawan tersebut memasuki usia
8.26 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

pensiun sampai seumur hidup karyawan. Bahkan apabila karyawan telah


meninggal, dana akan tetap diberikan kepada pihak pasangan (suami
atau istri) karyawan seumur hidup.

c. Norma
Norma adalah aturan-aturan yang ditentukan dalam pelaksanaan program
dana pensiun. Norma perhitungan manfaat pensiun, uang pertanggungan dan
nilai tunai serta tata cara pembayarannya ditetapkan sebagai berikut.
1) Manfaat pensiun. Manfaat dana pensiun bagi karyawan dan keluarganya
didasarkan atas kumpulan iuran dalam cadangan wajib (CW) dari masa
kepesertaan, ditambahkan dengan bonus yang berasal dari cadangan
bonus (CB) untuk dan atas nama peserta.
2) Uang pertanggungan. Uang pertanggungan diberikan kepada keluarga
karyawan atau peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum
memasuki usia pensiun. Dihitung dengan asumsi jumlah iuran yang
seharusnya dikumpulkan karyawan/peserta sampai memasuki usia
pensiun dan sejumlah bonus dari CB (cadangan bonus) atas nama
peserta. Pembayarannya dapat dilakukan secara berkala setiap bulan.
3) Nilai tunai. Nilai tunai akan diberikan kepada karyawan yang
memutuskan untuk berhenti bekerja sebelum masa pensiun. Untuk
karyawan yang berhenti sebelum memasuki masa kepesertaan selama
3 tahun, mereka memperoleh himpunan iuran sendiri ditambah dengan
bonus dari CB. Bagi peserta yang berhenti setelah masa kepesertaan
lebih dari 3 tahun maka perhitungan nilai tunai dihitung atas dasar
himpunan iuran sendiri ditambah dengan iuran dari pemberi
kerja/perusahaan serta tambahan bonus. Pembayaran manfaat pensiun,
uang pertanggungan dan nilai tunai ditujukan kepada peserta ataupun
ahli warisnya ditunjukkan dalam sertifikat dana pensiun.

5. Peserta dan Usia Pensiun

a. Peserta
Menurut Undang-undang No. 12 Tahun 1992 Pasal 19 tentang Dana
Pensiun, yang berhak menjadi peserta dana pensiun adalah setiap orang yang
memenuhi persyaratan sesuai peraturan undang-undang, yaitu setiap
karyawan yang memenuhi syarat kepesertaan dalam dana pensiun yang
didirikan oleh pemberi kerja, berhak menjadi peserta, berusia sekurang-
 EKSI4205/MODUL 8 8.27

kurangnya 18 tahun atau telah menikah dan memiliki masa kerja sekurang-
kurangnya 1 tahun.

b. Usia Pensiun
Maksud dari usia pensiun adalah usia di mana peserta berhak untuk
mengajukan pensiun dan memanfaatkan pensiun. Usia pensiun dapat
dibedakan dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut.
1) Pensiun normal (Normal Retirement)
Usia paling rendah di mana seorang karyawan berhak untuk pensiun
tanpa perlu persetujuan dari pemberi kerja/perusahaan dan memperoleh
manfaat pensiun penuh. Sebagai contoh, apabila usia paling rendah
untuk pensiun adalah 55 tahun maka saat karyawan memasuki usia
tersebut dapat memperoleh haknya untuk pensiun dan memperoleh dana
pensiun.
2) Pensiun dipercepat (Early Retirement)
Dalam undang-undang diatur bahwa seorang karyawan dapat
dikategorikan untuk memperoleh pensiun dipercepat apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
a) Telah mencapai usia 50 tahun atau 10 tahun sebelum usia pensiun
normal.
b) Memiliki masa kerja minimum 10,15 atau 20 tahun.
c) Mendapat persetujuan dari pemberi kerja/perusahaan.
d) Karyawan tersebut mengalami cacat tetap.

c. Pensiun ditunda (Differed Retirement)


Karyawan yang secara mental maupun fisik masih sehat dan dapat terus
bekerja meskipun mereka telah melampaui masa pensiun normal. Ketentuan
yang berlaku adalah pembayaran pensiun dimulai pada tanggal pensiun
normal atau seharusnya meskipun yang bersangkutan masih tetap bekerja dan
memperoleh gaji dari perusahaan.

d. Pensiun cacat
Jika seorang karyawan mengalami cacat tetap dan dianggap tidak
mampu lagi untuk melaksanakan pekerjaannya, berhak untuk memperoleh
manfaat pensiun. Manfaat pensiun akan dihitung dari manfaat yang akan
diperoleh karyawan jika karyawan pensiun normal dan penghasilan dasar
8.28 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

pensiun ditentukan pada saat yang bersangkutan dinyatakan mengalami cacat


tetap.
Berdasarkan data dari http://www.djlk.depkeu.go.id maka penerimaan
manfaat pensiun dana pensiun pemberi kerja per 31 Desember 2000 adalah:

Keterangan Jumlah Dana Pensiun (orang)


Pensiun Peserta:
Pensiun Normal 184.359
Pensiun Dipercepat 44.387
Pensiun Ditunda 11.472
Jumlah 240.218

Pihak yang berhak menerima:


Pensiun/Janda/Duda 64.926
Pensiun Anak 2.409
Jumlah 67.335

Penerima manfaat pensiun sebagian besar adalah pekerja yang pensiun


normal artinya mereka telah memasuki masa pensiun, sedangkan yang berhak
menerima pensiun sebagian besar adalah peserta pensiun itu sendiri atau
pasangan suami/istri.

6. Unsur-unsur Pokok Dana Pensiun

a. Lembaga Pensiun
1) Pengertian dan Fungsi
Lembaga pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun.
Lembaga pensiun berfungsi sebagai sarana penghimpun dan pengelola
dana untuk memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua dalam
rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Jenis Kelembagaan Dana Pensiun


Berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 1992 Pasal 2 tentang Dana
Pensiun, jenis kelembagaan dana pensiun dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
sebagai berikut.
a) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Dana pensiun pemberi kerja adalah dana pensiun yang dibentuk oleh
orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri
 EKSI4205/MODUL 8 8.29

perusahaan, untuk menyelenggarakan program pensiun, manfaat


pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian
atau seluruh karyawan. Berdasarkan PP No. 76 Tahun 1992 tentang
dana pensiun, dana pensiun pemberi kerja (DPPK) memuat
ketentuan-ketentuan, antara lain berikut ini.
1) Nama dana pensiun yang bersangkutan.
2) Nama karyawan atau kelompok karyawan yang berhak menjadi
peserta.
3) Nama mitra pendiri (jika ada).
4) Tanggal pembentukan dana pensiun.
5) Maksud dan tujuan pembentukan dana pensiun.
6) Pembentukan kekayaan dana pensiun yang terpisah dari
kekayaan pemberi kerja/perusahaan.
7) Tata cara penunjukan, penggantian dan penunjukan kembali
pengurus dan dewan pengawas.
8) Dll.
Selain hal-hal di atas dalam PP tersebut juga diatur mengenai
pembentukan dana pensiun pemberi kerja (DPPK),
kepengurusan, dewan pengawas, penggabungan atau pemisahan
DPPK, pengalihan kepesertaan DPPK.
b) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun, dana pensiun
lembaga keuangan (financial institutions pension fund) adalah dana
pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa
yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti (PPIP), yaitu
program yang memberikan formula tertentu atas manfaat yang akan
diterima karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Sesuai undang-
undang penyelenggaraan program Dana Pensiun Lembaga
Keuangan/DPLK (baik bank maupun perusahaan Asuransi) maka
kekayaan, pengelolaan dana maupun program-program harus
terlepas dari perusahaan atau bank penyelenggara. Tujuannya agar
kelangsungan hidup DPLK benar-benar terjamin. Dana yang
terkumpul benar-benar untuk tujuan pemberian pensiun bagi peserta.
Peserta bisa perorangan, karyawan atau perusahaan. Di Indonesia
telah banyak bank atau perusahaan asuransi yang memiliki dana
pensiun, seperti BNI’46, Bank Bumi Putera.
8.30 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

b. Program Pensiun
1) Jenis program
Ada 3 golongan program dana pensiun, yaitu sebagai berikut.
a) Program Manfaat Pasti (Defined Benefit Plan)
Program Pensiun Manfaat Pasti adalah program pensiun yang
manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program
pensiun lain yang bukan merupakan program pensiun iuran pasti.
Untuk menentukan besar manfaat yang diterima maka ada beberapa
formula perhitungan, yaitu sebagai berikut.
(1) Final Earning Pension Plan
Manfaat pensiun yang diterima dengan formula ini
menggunakan perhitungan berdasarkan persentase tertentu dari
gaji terakhir peserta pada saat mencapai usia pensiun, biasanya
ditetapkan masa kerja maksimal (past service). Formula
perhitungan manfaat pensiun adalah:

2,5 % × Masa Kerja Maksimal × Besar Gaji Terakhir

Sebagai contoh, apabila seorang karyawan bekerja pada


perusahaan selama 20 tahun dengan gaji terakhir sebesar
Rp3.000.000,00 tiap bulan maka besar manfaat pensiun yang
diperoleh adalah:
Manfaat pensiun = 2.5 % × 20 × Rp3.000.000,00
= Rp1.500.000,00 per bulan

(2) Final Average Earning


Dengan formula final average earning, perhitungan manfaat
didasarkan rata-rata gaji pada beberapa tahun terakhir saja,
misalnya 3 atau 5 tahun terakhir. Formulanya adalah:

2,5 % × Masa Kerja Maksimal × Besar Rata-Rata


Gaji Beberapa Tahun Terakhir

Sebagai contoh, apabila seorang karyawan bekerja selama


30 tahun dengan rata-rata gaji selama 3 tahun terakhir sebesar
Rp1.000.000,00 maka besar manfaat yang diperoleh adalah :
 EKSI4205/MODUL 8 8.31

Manfaat pensiun = 2,5 % × 30 × Rp1.000.000,00


= Rp750.000,00

(3) Career Average Earnings


Formula ini sebenarnya jarang digunakan terutama pada
industri menengah dan lembaga-lembaga keuangan besar
karena memberikan hasil akhir yang kurang memuaskan.
Biasanya jumlah akhir manfaat pensiun menjadi lebih kecil
karena di awal masa kerja biasanya karyawan akan memiliki
jumlah gaji yang kecil. Cara perhitungannya didasarkan pada
persentase masa kerja dan gaji rata-rata selama masa kerja:

2.5 % × Masa Kerja Maksimal × Besar Gaji Rata-


Rata Selama Masa Kerja

(4) Flat Benefit


Flat benefit dihitung berdasarkan atas jumlah uang tertentu
untuk setiap tahun masa kerja atau telah memenuhi masa kerja
minimum. Sebagai contoh jika besar pensiun per bulan untuk
setiap karyawan adalah Rp30.000,00 untuk setiap tahun masa
kerja dengan ketentuan minimum memiliki masa kerja selama
10 tahun. Jika seorang karyawan memiliki masa kerja 30 tahun
maka besar manfaat pensiun yang diperoleh adalah:
Manfaat pensiun = Rp30.000,00 × 30
= Rp900.000,00 per bulan

b) Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution Plan)


Program ini menetapkan besarnya iuran karyawan dan perusahaan
(pemberi kerja). Manfaat pensiun yang akan diterima oleh karyawan
dihitung berdasarkan hasil akumulasi iuran ditambah dengan hasil
pengembangan atau investasi yang jumlahnya dibukukan pada
rekening masing-masing peserta. Untuk program pensiun ini
dihitung berdasarkan rumus:
(1) Money Purchase Plan
Program ini menentukan jumlah iuran yang harus dibayar oleh
perusahaan maupun karyawannya. Iuran masing-masing pihak
dibukukan dalam rekening masing-masing termasuk di
8.32 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

dalamnya akumulasi hasil pengembangannya. Akumulasi hasil


tersebut akan menjadi manfaat pensiun yang diterima oleh
peserta dana pensiun. Cara ini menguntungkan bagi pemberi
kerja karena iuran untuk masing-masing karyawan diambil dari
gaji masing-masing.
(2) Saving Plan
Untuk program ini jumlah iuran yang harus dibayarkan
ditentukan oleh karyawan. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah iuran, antara lain
berikut ini.
(a) besarnya nilai manfaat;
(b) usia rata-rata karyawan;
(c) skala gaji perusahaan yang bersangkutan;
(d) jumlah masa kerja.

c) Program Pensiun Berdasarkan Keuntungan (Profit Sharing Pension


Plan)
Untuk program pensiun ini jumlah iuran berasal dari persentase
tertentu dari jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum
pajak (Earnings Before Tax). Oleh karena iuran yang dibayar
pemberi kerja diambil dari laba perusahaan maka jumlahnya akan
berubah-ubah sesuai laba perusahaan. Jumlah iuran tahunan pemberi
kerja dihitung dengan cara:

25 % × Laba Kotor setelah dipotong cadangan 10 % dari


total modal

Oleh karena jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak


selalu sama setiap tahun maka jumlah iuran untuk dana pensiun juga
akan selalu berubah-ubah.

c. Jenis Dana Pensiun dan Program Pensiun


Seperti telah dijelaskan di muka bahwa menurut UU No. 11 Tahun 1992,
dana pensiun digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), yang menyelenggarakan program
pensiun manfaat pasti atau iuran pasti.
 EKSI4205/MODUL 8 8.33

2) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), yang menyelenggarakan


program pensiun iuran pasti.

Selain itu, apabila DPPK yang menyelenggarakan Program Pensiun


Iuran Pasti yang iurannya hanya dari pemberi kerja dengan berdasarkan
keuntungan/laba yang diperoleh maka disebut DPPK berdasarkan
keuntungan.
Pihak-pihak yang akan menyelenggarakan program pensiun dapat
memilih alternatif berikut.
1) Mendirikan sendiri DPPK bagi karyawan.
2) Membentuk DPPK bersama-sama dengan pemberi kerja lain.
3) Bergabung pada DPPK yang telah didirikan oleh pemberi kerja lain.
4) Mengikuti program pensiun yang diselenggarakan oleh DPLK.

Program pensiun yang diizinkan menurut ketentuan ini adalah sebagai


berikut.
1) Program Pensiun Manfaat Pasti.
2) Program Pensiun Iuran Pasti.

1) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)


Penghitungan Iuran Peserta dalam DPPK untuk berbagai jenis program
pensiun adalah sebagai berikut.
a) Program Pensiun Manfaat Pasti
Untuk yang menggunakan rumus bulanan maka perhitungannya
adalah:

Iuran Pensiun = 3 × Faktor Penghargaan per tahun ×


Penghasilan Dasar pensiun per tahun

Jadi, iuran pensiun per tahun dihitung dengan cara = 3 kali faktor
penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam
persentase dikalikan dengan penghasilan dasar pensiun per tahun.
Faktor penghargaan ditentukan oleh berapa lama seseorang bekerja.
Pemberi kerja dapat mengelompokkan pada interval tertentu dan
memberi faktor penghargaan pada tiap interval. Penghasilan dasar
pensiun adalah penghasilan bulan terakhir (final earning) atau
penghasilan rata-rata beberapa terakhir (average final earnings).
8.34 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Perhitungan rumus sekaligus, iuran peserta per tahun adalah:

Iuran Pensiun = 3 × Faktor Penghargaan per tahun ×


Penghasilan Dasar Pensiun per tahun

Jadi, manfaat dihitung dengan cara = 3 kali faktor penghargaan per


tahun masa kerja yang dinyatakan dalam bentuk desimal dikalikan
dengan penghasilan dasar pensiun per tahun.
Penentuan faktor penghargaan per tahun masa kerja menurut
Keputusan Menteri Keuangan No 230/KMK.017/1993 dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti masa kerja peserta. Kenaikan
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh naik lebih dari 25%
dari sebelumnya, maksimum perbedaan antara faktor per tahun masa
kerja tertinggi dan terendah adalah 250% dan penetapan faktor
penghargaan tersebut tidak boleh lebih dari 2,5% atau
mengakibatkan manfaat pensiun melebihi batas maksimal yaitu 80%
dari penghasilan dasar pensiun per bulan. Sebagai contoh:

Masa Kerja (tahun) Faktor Penghargaan


24 – 32 2,5 %
16 – 24 2,0 %
8 – 16 1,6 %
0–8 1,28 %

b) Program Pensiun Iuran Pasti


Jumlah iuran per tahun yang dibutuhkan atas nama tiap-tiap peserta
maksimal 20% dari penghasilan dasar pensiun per tahun. Jika
peserta ikut membayar iuran maka iuran peserta maksimal 60% dari
iuran yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

2) Penghitungan pembayaran manfaat pensiun untuk dana pensiun pemberi


kerja (DPPK) untuk program pensiun manfaat pasti dan iuran pasti.

a) Program Pensiun Manfaat Pasti


Untuk program ini sesuai Keputusan Menteri Keuangan
No.343/KMK.017/1998 dapat dilakukan pembayaran manfaat
dengan 2 cara, yaitu rumus bulanan maupun rumus sekaligus, tetapi
meski menggunakan rumus bulanan maupun sekaligus, pembayaran
 EKSI4205/MODUL 8 8.35

manfaat pensiun harus dilakukan secara bulanan. Berdasarkan


ketentuannya:
(1) Apabila jumlah yang akan dibayarkan tiap bulan untuk
penyelenggaraan program dana pensiun manfaat pasti dengan
menggunakan rumus bulanan kurang dari Rp300.000,00 maka
manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
(2) Jika menggunakan rumus sekaligus dalam program pensiun
manfaat pasti ternyata jumlahnya lebih kecil dari
Rp36.000.000,00 maka manfaat pensiun tersebut dapat
dibayarkan sekaligus.
Rumus Bulanan, rumus yang digunakan:

Manfaat pensiun = Faktor Penghargaan x Masa Kerja x


Penghasilan Dasar Pensiun

Untuk faktor penghargaan dinyatakan dalam bentuk persentase


dengan jumlah tidak boleh lebih dari 2,5% dan manfaat pensiun
per bulan tidak boleh lebih dari 80% dari penghasilan dasar
pensiun. Penghasilan dasar pensiun adalah penghasilan bulan
terakhir atau penghasilan rata-rata beberapa bulan terakhir.
Rumus Sekaligus, dihitung dengan rumus:

Manfaat Pensiun = Faktor Penghargaan x Masa Kerja


x Penghasilan Dasar Pensiun

Untuk faktor penghargaan dinyatakan dalam bentuk desimal


dengan jumlah tidak boleh lebih dari 2,5% dan total manfaat
pensiun tidak boleh lebih dari 80% dari penghasilan dasar
pensiun.

b) Program Pensiun Iuran Pasti


Untuk program iuran pasti yang jumlah akumulasi iuran dan hasil
pengembangannya lebih kecil dari Rp36.000.000,00 dapat
dibayarkan sekaligus.
8.36 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

3) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)


Bank umum dan perusahaan asuransi jiwa adalah badan-badan yang
diperkenankan mendirikan dana pensiun menurut UU Nomor 11
Tahun 1992.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi masing-masing pihak adalah
sebagai berikut.
1) Perusahaan asuransi jiwa
(a) Memenuhi tingkat solvabilitas sesuai peraturan perundangan
bidang asuransi sekurang-kurangnya dalam 8 bulan terakhir.
(b) Memiliki kesiapan dalam bidang organisasi, personel, dan
sistem informasi untuk menyelenggarakan DPLK.
(c) Memiliki kinerja investasi yang sehat.
(d) Memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat
sekurang-kurangnya dalam 2 tahun terakhir.
(e) Sanggup menyampaikan laporan hasil penilaian solvabilitas dan
laporan investasi perusahaan.
(f) Telah menjalankan usaha sekurang-kurangnya 5 tahun.
2) Bank umum
(a) Memenuhi tingkat kesehatan bank.
(b) Memiliki kesiapan menyelenggarakan dana pensiun.
(c) Sanggup menyampaikan laporan terakhir kesehatan bank, baik
secara keseluruhan maupun aspek permodalan kualitas aktiva
produktif.

4) Metode Pembiayaan Program Pensiun


Hal yang terpenting dalam memperhitungkan biaya untuk
penyelenggaraan program pensiun adalah menentukan berapakah jumlah
iuran yang tepat. Untuk itu perlu memperhatikan beberapa hal, seperti
besarnya nilai manfaat yang akan diterima oleh karyawan, usia rata-rata
karyawan, skala gaji perusahaan, jumlah masa kerja.
Oleh karena berbagai faktor yang harus diperhatikan secara saksama
tersebut maka berdasarkan pengalaman beberapa perusahaan biasanya
menentukan besar total biaya untuk program dana pensiun sekitar
10–15% dari total biaya penggajian. Dalam perhitungan besarnya iuran
maka semua pengeluaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk
persentase tertentu dari iuran. Persentase tersebut dinamakan beban atau
loading (biaya penyelenggaraan) yang dikenakan terhadap setiap peserta
 EKSI4205/MODUL 8 8.37

program, kemudian dirinci secara terpisah sesuai jumlahnya. Ada 2 cara


dalam pelaksanaan pembiayaan program dana pensiun, yaitu sebagai
berikut.
a) Pay As You Go (Current Cost Method)
Dalam metode ini pemberi kerja hanya akan membiayai manfaat
pensiun seorang karyawan begitu diperlukan, di luar gaji terakhir.
Jadi, apabila seorang karyawan pada bulan depan akan pensiun
maka perusahaan membayarkan sejumlah manfaat tertentu. Tidak
ada pemupukan dana terlebih dahulu yang berasal dari sejumlah
iuran tertentu. Metode ini kurang populer dan bahkan di Indonesia
tidak diperkenankan untuk menggunakan metode ini.
b) Funding System
Metode pemupukan dana untuk program dana pensiun dilakukan
dengan mengumpulkan iuran baik oleh peserta maupun pemberi
kerja. Penghimpunan dana dilakukan agar dapat digunakan untuk
pembayaran manfaat pada masa yang akan datang. Metode
pendanaannya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut.
(1) Single Premium Funding
Single premium funding disebut juga dengan unit benefit
method, yaitu biaya setiap peserta program untuk tahun tertentu
ditentukan dengan menggunakan faktor anuitas, dengan cara
menghitung terlebih dahulu nilai sekarang (present value) dari
pensiun tahunan peserta setelah memperhitungkan masa kerja.
Jadi jika seorang diperkirakan akan bekerja sampai dengan
umur pensiun adalah 30 tahun maka perusahaan menghitungkan
besar iuran berdasarkan nilai sekarang dari pensiun yang akan
diterima 30 tahun kemudian. Pembayaran pensiun untuk satu
tahun merupakan satu unit manfaat (benefit unit), yang
besarnya, misalnya 2% dari gaji tahun tersebut (career average)
atau 2% dari rata-rata gaji terakhir yang diperkirakan (final
average) atau sebesar Rp300.000,00 per bulan (jika
menggunakan flat benefit).
(2) Level Premium Funding
Metode ini dirancang untuk menghindari kenaikan biaya
pensiun jika ada kenaikan gaji atau karena masa kerja yang
telah lama maka jumlah gaji yang dibayar biasanya semakin
tinggi. Untuk itu penetapan premi tahunan (bisanya dinyatakan
8.38 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

dalam rupiah per karyawan atau dalam persentase tertentu) jika


dibayarkan setiap tahun maka nantinya akan memberikan
sejumlah manfaat tertentu pada masa yang akan datang. Oleh
karenanya biasanya untuk karyawan dengan masa kerja yang
baru (usia muda) akan membayar lebih banyak dari pada
karyawan yang memiliki masa kerja yang lebih lama.

7. Pengelolaan Dana Pensiun

a. Manajemen kekayaan dana pensiun


Program dana pensiun akan menyebabkan terjadinya akumulasi dana
yang nantinya dapat digunakan untuk melakukan pembayaran manfaat
pensiun dan biaya administrasi yang timbul. Jika dana yang terakumulasi
sebelum digunakan untuk melakukan pembayaran manfaat pensiun itu
dikelola dengan baik maka akan mengurangi biaya-biaya langsung program
pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat pensiun yang dapat
dibayarkan. Jika dana iuran yang terkumpul dapat diinvestasikan dengan
menghasilkan tingkat pengembalian tertentu maka akan meningkatkan
manfaat pensiun. Manajemen kekayaan terhadap dana pensiun merupakan
masalah penting bagi setiap pihak.

b. Strategi dan kebijakan investasi


Lembaga dana pensiun yang besar, biasanya mengembangkan kebijakan
investasi secara tertulis dalam melakukan pengelolaan keuangannya. Secara
periodik kebijakan investasi tersebut akan dievaluasi bersama manajer
investasi dengan pemilik dana pensiun.
1) Pokok Kebijakan Investasi
Ada beberapa komponen dalam kebijakan investasi dana pensiun, antara
lain berikut ini.
a) Tingkat keuntungan
Penentuan tingkat keuntungan (rate of return) dapat dinyatakan
secara umum tanpa menyebutkan jumlah tertentu, tetapi dinyatakan
dengan cara menyebutkan usaha untuk memaksimalkan keuntungan
dengan memperhatikan keamanan dana dan kebutuhan likuiditas.
Tetapi ada juga yang secara langsung dinyatakan dalam persentase
tertentu, misalnya 20% dari total investasi. Pendekatan yang paling
sederhana adalah menyatakan tingkat bunga keuntungan terhadap
 EKSI4205/MODUL 8 8.39

jumlah agregat portofolio, yaitu dengan menghitung jumlah


keseluruhan dari berbagai investasi yang dimiliki.
b) Risiko
Berkaitan dengan bagaimana menentukan jumlah risiko portofolio.
Risiko di sini adalah risiko yang berkaitan dengan portofolio saham
biasa sebagai suatu variasi dari keuntungan sebenarnya dengan
keuntungan yang diperkirakan. Risiko yang mungkin dihadapi
adalah credit risk atau default risk , yaitu risiko tidak dibayarnya
pokok dan bunga dari portofolio surat berharga yang dimiliki. Selain
itu, risiko yang muncul dari perubahan tingkat bunga yang akan
mempengaruhi harga pasar surat-surat berharga berpenghasilan tetap
dan pada akhirnya juga mempengaruhi arus dana yang dapat
diinvestasikan kembali.
c) Kebutuhan likuiditas
Program dana pensiun memerlukan jumlah likuiditas yang relatif
kecil yang biasanya dapat dipenuhi dari pengelolaan kas dana
pensiun. Jika ada jumlah kebutuhan khusus dalam jumlah lebih
besar maka manajer pengelola harus berjaga-jaga untuk memenuhi
kebutuhan tersebut karena itu perlu dinyatakan dalam kebijakan
investasi tentang penjagaan likuiditas.
d) Diversifikasi
Diversifikasi bertujuan untuk tetap menjaga portofolio dana agar
tetap dapat mencapai tingkat keuntungan yang diharapkan,
mengelola tingkat risiko dan memenuhi kebutuhan likuiditas.
Diversifikasi portofolio dapat dilakukan dengan menggunakan jenis
kekayaan, sektor dan kualitas aset yang dijadikan sebagai instrumen
investasi

2) Jenis-jenis investasi
Pada dasarnya ada berbagai jenis investasi yang dapat dipilih. Biasanya
portofolio investasi dana pensiun didominasi dengan saham, obligasi
jangka menengah dan jangka panjang, instrumen pasar uang, dan
beberapa bentuk investasi umum lainnya. Ada juga sebagian kecil
memilih investasi dalam real estat, mortgage, surat berharga milik
perusahaan asing.
Berdasarkan data Republika 2 September 2004; dana pensiun akan
meningkatkan nilai investasinya di saham dan mulai bergeser ke obligasi
8.40 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

dari yang sebelumnya ke deposito. Diperkirakan tahun 2004 total


investasi dana pensiun mencapai Rp57 triliun. Apabila tahun 1988
sebanyak 70,72% investasi pada deposito maka tahun 2002 menurun
menjadi 68,87% dan investasi pada obligasi dari 5,3 persen menjadi
12%.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Pengelolaan dana pensiun menjadi penting karena adanya akumulasi
dana dalam jumlah yang cukup besar. Hal apa saja yang harus
diperhatikan oleh seorang manajer investasi dalam pengelolaan dana
pensiun?
2) Jelaskan tujuan penyelenggaraan dana pensiun, baik dari sisi pemberi
kerja dan peserta dana pensiun!
3) Jelaskan 3 fungsi dana pensiun!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.


a) Tingkat keuntungan, penentuan investasi yang memberikan tingkat
rate of return yang paling menguntungkanlah yang seharusnya
dipilih dari berbagai alternatif investasi yang ada.
b) Risiko, tingkat keuntungan yang tinggi akan diikuti oleh tingkat
risiko yang tinggi pula karenanya pemilihan jenis investasi yang
tepat merupakan tanggung jawab besar bagi manajer investasi.
Kesadaran bahwa jumlah dana tersebut akan menjadi manfaat bagi
kehidupan di masa yang akan datang bagi peserta dana pensiun
harus selalu diingat tanpa harus mengorbankan pemilihan investasi
yang memiliki tingkat keuntungan tinggi, tetapi juga berarti tingkat
kebutuhan risiko yang tinggi.
c) Likuiditas, pengelolaan dana yang tepat tidak akan membuat
program dana pensiun kesulitan dana untuk memenuhi kewajiban
memberikan manfaat bagi peserta program dana pensiun.
 EKSI4205/MODUL 8 8.41

d) Diversifikasi, pilihan jenis investasi sebagai sebuah portofolio yang


akan memberikan keuntungan yang optimal.
2) Tujuan penyelenggaraan dana pensiun (dari sisi pemberi kerja):
a. kewajiban moral
b. loyalitas
c. kompetisi pasar tenaga kerja
Adapun tujuan penyelenggaraan dana pensiun (dari aspek peserta)
adalah:
a. menimbulkan perasaan aman bagi karyawan di masa depan;
b. peserta (karyawan) akan mempunyai tambahan kompensasi kendati
baru akan dinikmati setelah pensiun.
Untuk memahami lebih rinci masalah di atas, silakan baca kembali
masalah tujuan penyelenggaraan dana pensiun pada halaman 8.23.
3) Fungsi dana pensiun:
a. berfungsi sebagai asuransi apabila peserta meninggal/cacat sebelum
mencapai usia pensiun;
b. berfungsi sebagai tambahan;
c. sebagai jaminan pada masa pensiun.
Untuk memahami fungsi dana pensiun, coba baca kembali halaman 8.25
– 8.26.

R A NG KU M AN

Jaminan kesejahteraan setelah masa kerja berakhir menjadi salah


satu faktor yang mempengaruhi komitmen kerja seseorang. Dana
pensiun bermanfaat baik bagi pemberi kerja sebagai wujud kewajiban
moral, loyalitas dan daya saing pada dunia kerja. Bagi peserta sendiri
dana pensiun akan memberikan rasa aman di saat memasuki masa
pensiun.
Program pensiun dapat dikelompokkan berdasarkan manfaat pasti,
iuran pasti, keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semuanya itu
bertujuan untuk membentuk dana bagi karyawan mereka agar tetap
memperoleh penghasilan ketika memasuki masa pensiun.
8.42 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Di bawah ini jenis program dana pensiun, kecuali ….


A. Program manfaat pasti.
B. Program pensiun iuran pasti.
C. Program pensiun berdasarkan keuntungan.
D. Program pensiun bulanan.

2) Program dana pensiun iuran pasti di mana jumlah iuran dibayar oleh
pemberi kerja maupun peserta dan memiliki rekening masing-masing
disebut dengan ….
A. Saving Plan
B. Money Purchase Plan
C. Flat Benefit
D. Career Average Earning

3) Metode pembiayaan program pensiun yang mempertimbangkan nilai


anuitas, yaitu memperhitungkan nilai sekarang dari jumlah manfaat yang
akan diterima pada masa yang akan datang disebut ….
A. Funding system
B. Pay As You Go
C. Single premium funding
D. Level premium funding

4) Alokasi pengelolaan dan dari program dana pensiun dapat berupa usaha
berikut, kecuali ….
A. Membeli obligasi
B. Disimpan tunai
C. Membeli saham di luar negeri
D. Investasi dalam bidang Realestate

5) Program pensiun manfaat tetap adalah ....


A. program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan
pada rekening masing-masing peserta.
B. program pensiun yang menetapkan besar iuran karyawan dan
perusahaan (pemberi kerja), sedangkan manfaat pensiun yang
diterima oleh karyawan berdasarkan hasil akumulasi iuran ditambah
dengan hasil pengembangan atau investasi.
 EKSI4205/MODUL 8 8.43

C. program pensiun yang dikelola oleh pemberi kerja dengan


memberikan manfaat bagi peserta pada masa yang akan datang.
D. program pensiun yang dikelola oleh lembaga keuangan.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.44 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kegiatan Belajar 3

Pegadaian

P ada masa tertentu kata “pegadaian” menjadi salah satu alternatif bagi
pemenuhan kebutuhan dana. Siapa saja, dari status sosial manapun dapat
datang ke kantor Perum. Pegadaian untuk memenuhi kebutuhan dana baik
yang bersifat mendadak maupun direncanakan. Saat tahun ajaran baru
sekolah, banyak orang datang ke pegadaian untuk mencari dana sekolah yang
mereka butuhkan. Di daerah-daerah tertentu pada saat musim tanam,
sebagian petani di sebuah daerah akan datang untuk menggadaikan barang
tertentu dan nanti pada saat masa panen mereka akan mengambil kembali
barang yang telah mereka gadaikan. Pada masa libur sekolah pun banyak
orang datang ke pegadaian untuk “menitipkan” barang berharga mereka dan
kemudian pulang ke kampung halaman untuk menikmati liburan. Saat
mereka kembali sekolah atau kuliah barang yang sudah “dititipkan” ke
pegadaian itu diambil. Ada begitu banyak fenomena, alasan dan faktor yang
mendorong seseorang berhubungan dengan pegadaian. Pada Kegiatan
Belajar 3 ini akan dibahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
manajemen pegadaian.

1. Pengertian
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150: “Gadai
adalah hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut daripada
orang yang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.

2. Perkembangan Pegadaian di Indonesia


Secara umum pegadaian adalah sebuah lembaga dengan sistem gadai.
Awalnya berkembang di Italia dan wilayah-wilayah lain di Eropa. Sistem
gadai masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda (VOC).
Bentuk awal usaha pegadaian di Indonesia berawal dari Bank Van
Lening (saat VOC) yang mempunyai tugas untuk memberikan pinjaman uang
 EKSI4205/MODUL 8 8.45

kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak masa itu pegadaian telah
mengalami banyak perubahan sampai saat ini.
Awalnya berbentuk Dinas Pegadaian berdasarkan UU No. 19 PP 1960
jo. PP RI No 178 Tahun 1961 diubah menjadi Perusahaan Negara (PN).
Berdasarkan PP RI No. 7 Tahun 1969 berubah menjadi Perusahaan Jawatan
(PERJAN). Untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas bentuk perjan
diganti menjadi Perusahaan Umum (PERUM), berdasarkan PP No 10 Tahun
1990.
Perum Pegadaian sampai saat ini masih merupakan satu-satunya
lembaga formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan
melakukan pembiayaan dengan bentuk pelayanan kredit atas dasar hukum
gadai.
Hingga semester satu tahun 2003 (Januari – Juni) omzet pegadaian telah
mencapai Rp4,5 triliun dari target yang ditetapkan untuk tahun 2003 sebesar
Rp9 triliun. Jumlah nasabah semester satu (Januari – Juni) mencapai 7 juta
nasabah.

3. Tujuan
Ada 2 tujuan yang dimiliki oleh pegadaian, yaitu sebagai berikut.
a. Ikut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Mencegah adanya praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak
wajar lainnya.

Dari tujuan usaha di atas maka Perum Pegadaian adalah lembaga kredit
yang melayani hampir semua jenis kredit untuk kebutuhan konsumsi maupun
produksi. Pinjaman bersifat jangka pendek antara 3 – 6 bulan.

4. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh pegadaian adalah sebagai berikut.
a. Menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum
gadai. Gadai merupakan kredit jangka pendek guna memenuhi
kebutuhan dana yang harus dipenuhi saat itu juga.
b. Menerima jasa taksiran
Jasa ini diberikan kepada masyarakat yang ingin mengetahui tentang
nilai riil barang yang dimiliki, misalnya emas, berlian, intan, dan barang
8.46 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

berharga lainnya. Tarif biaya penaksiran yang berlaku sejak tahun 1993
adalah 0,1% dari taksiran harga barang, minimal Rp500,00 dan
maksimal Rp5.000,00 Sebagai contoh jika seorang datang ke pegadaian
dan meminta untuk ditaksirkan perhiasan emas yang dimilikinya. Jika
ternyata setelah ditaksir harga perhiasan tersebut Rp1.500.000,00 maka
besar jasa taksiran adalah:
Jasa taksiran = 0,1 % × Rp1.500.000,00
= Rp1.500,00
c. Menerima jasa titipan
Jasa titipan terhadap barang berharga yang dijamin keamanan dan
pemeliharaannya.
d. Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset perusahaan
dalam bidang bisnis properti, seperti dalam pembangunan gedung kantor
atau pertokoan dengan sistem BOT (Build, Operate and Transfer).
e. Kredit pegawai.
f. Galeri 24 Toko Emas Pegadaian
g. Tabungan Emas ONH

5. Barang Jaminan, Penaksiran, dan Kredit yang Disalurkan


Jenis barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan pada
prinsipnya adalah barang bergerak, antara lain berikut ini.
a. Barang perhiasan (yang terbuat dari emas, perak, platinum, intan,
mutiara).
b. Barang-barang elektronik.
c. Kendaraan.
d. Barang-barang rumah tangga.
e. Mesin (mesin jahit, mesin motor kapal).
f. Tekstil.
g. Barang lain yang dianggap bernilai.

Untuk barang yang dijadikan jaminan atau agunan ditaksir terlebih


dahulu dengan cara berikut ini.
a. Untuk barang kantong (emas dan permata) dengan cara berikut ini.
1) Untuk emas dengan cara melihat harga pasar pusat dan standar
taksiran logam, melakukan pengujian karatase dan diukur beratnya,
menaksir dan memberi uang pinjaman berdasarkan golongannya.
 EKSI4205/MODUL 8 8.47

2) Untuk permata dengan cara melihat standar taksiran permata,


melakukan pengujian dengan jarum penguji dan mengukur besarnya
berlian, menaksir dan memberi uang pinjaman berdasarkan
penggolongannya.
b. Untuk barang gudang (barang agunan selain emas dan permata) dengan
cara berikut ini.
1) Melihat harga pasar setempat (HPS) barang tersebut.
2) Melakukan penaksiran dan dilanjutkan dengan perhitungan
pemberian pinjaman berdasarkan golongannya.
Penaksiran hanya boleh dilakukan oleh pejabat penaksir yang
ditunjuk dan dididik khusus. Persentase taksiran barang agunan
adalah sebagai berikut:

Tabel 8.3.
Persentase Taksiran Barang Agunan

Persentase terhadap
No. Jenis Barang Bergerak
HPS
1. Berlian 45%
2. Logam Mulia (Emas) 88%
3. Tekstil 83%
4. Jam dan arloji 73%
5. Kendaraan bermotor/sepeda 93%
6. Elektronika 73%
7. Lain-lain 63% - 83%

Dari hasil penaksiran tersebut, besarnya uang dapat dipinjam (UP)


yang diberikan dikalikan dengan persentase tertentu berdasarkan
golongannya sebagai berikut:

Tabel 8.4.
Persentase UP terhadap Taksiran

Golongan Persentase
A 91%
B 89%
C 89%
D 89%
8.48 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Penggolongan dari A−D maka rincian daftar jasa gadai, golongan


pinjaman dan tarif jasa gadai adalah sebagai berikut (berlaku mulai
1 September 2004):

Tabel 8.5.
Daftar Jasa Gadai, Golongan Pinjaman, dan Tarif Jasa Gadai

Jangka Sewa
Biaya Simpanan
Golongan UP Waktu Modal per
dan Asuransi
Pelunasan 15 hari
Akn 20.000 – 150.000 120 hari 1,125% 500
AK 20.000 – 150.000 120 hari 1,25% 500
AG 20.000 – 150.000 120 hari 1,25% 500
BK 151.000 – 500.000 120 hari 1,25% 2.000
BG 151.000 – 500.000 120 hari 1,625% 3.500
CK1 505.000 – 1.000.000 120 hari 1,625% 3.000
CG1 505.000 – 1.000.000 120 hari 1,625% 5.000
CK2 1.010.000 – 20.000.000 120 hari 1,625% 0.5% x UP, min
Rp15.000,00
CG2 1.010.000 – 20.000.000 120 hari 1,625% 0.5% x UP, min
Rp 15.000,00
DK1 20.050.000 – 50.000.000 120 hari 1,625% 0.5% x UP, min
Rp15.000,00 BJ
Mobil min 50.000
DG1 20.050.000 – 50.000.000 120 hari 1,625% 0.5% x UP, min
Rp15.000,00 BJ
Mobil min 50.000
DK2 Diatas 50.000.000 120 hari 1,625% 0.5% x UP, min
Rp15.000, 00 BJ
Mobil min 50.000
DG2 Diatas 50.000.000 120 hari 1,625% 0.5% x UP, min
Rp15.000,00 BJ
Mobil min 50.000
Penjelasan:
AKn = Golongan A, barang agunan kain.
AK = Golongan A, barang agunan kantong (perhiasan).
AG = Golongan A, barang agunan gudang.
*) = Sewa modal 1 hari dihitung 15 hari dan 16 hari dihitung 30 hari, dst.

Perum pegadaian tidak diperbolehkan untuk memberikan kredit dengan


jaminan efek, dokumen pengangkutan, dokumen penyimpanan atau
sejenisnya.
 EKSI4205/MODUL 8 8.49

Sebagai contoh, apabila seorang nasabah akan meminjam uang dengan


barang jaminan berupa televisi. Berdasarkan harga pasar setempat (HPS)
adalah Rp3.000.000,00 maka nilai taksirannya adalah :
Nilai taksiran = 73% × Rp3.000.000,00
= Rp2.190.000,00

Berdasarkan penaksiran tersebut maka jumlah uang pinjaman berada


dalam golongan C2. Uang pinjaman yang akan diperoleh adalah:
Besar uang pinjaman = 89% × Taksiran
= 89% × Rp2.190.000,00
= Rp1.949.100,00

Nasabah boleh meminjam kurang dari perhitungan besar uang pinjaman.


Cara menghitung sewa modal, misalnya tanggal 2 Desember 2004 Pak A
menggadaikan barangnya (Gol C) dan memperoleh pinjaman sebesar
Rp1.000.000,00 dan akan dilunasi tanggal 2 Desember 2004 (hari itu
juga) atau 16 Desember 2004 maka jumlah yang harus dibayar Pak A
adalah penjumlahan antara uang pinjaman dan sewa modal:
Uang pinjaman = Rp1.000.000,00
Sewa modal = (1,625% × Rp1.000.000,00) = Rp16.250,00
Jumlah = Rp1.016.250,00

Jika dilunasi tanggal 19 Desember 2004 maka jumlah yang harus dibayar
Uang pinjaman = Rp1.000.000,00
Sewa modal = (3,250 % × Rp1.000.000,00)
= Rp32.500,00 (tarif sewa modal menjadi
2 × 1,625%)
Jumlah = Rp1.032.500,00

6. Sumber Pendanaan
Sebagai lembaga keuangan, Perum Pegadaian tidak diperkenankan untuk
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan
seperti yang dilakukan dalam praktik perbankan konvensional. Untuk
memenuhi kebutuhan dananya pegadaian memiliki sumber-sumber dana
sebagai berikut.
a. Penyertaan modal pemerintah. Melalui kekayaan negara yang dipisahkan
dari APBN dan tidak terbagi atas saham-saham.
8.50 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

b. Usaha pemupukan modal intern dilakukan antara lain dengan


menerbitkan obligasi atau alat-alat sah lainnya, menyisihkan sejumlah
tertentu laba bersih.
c. Sumber dana lain, seperti pinjaman dari Bank Indonesia atau pinjaman
jangka panjang dari KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia).

Laba usaha yang diperoleh Perum Pegadaian adalah penghasilan bunga


pinjaman yang diberikan ditambah dengan penghasilan yang berasal dari
produk jasa lainnya. Alokasi keuntungan menurut Pasal 52 PP No 10 Tahun
1990, tentang Perum Pegadaian adalah sebagai berikut.
a. Dana pembangunan semesta sebesar 55%.
b. Cadangan umum sebesar 20% hingga cadangan umum tersebut
mencapai jumlah 2 kali modal perusahaan.
c. Cadangan tujuan 5%.
d. Sisanya 20% digunakan untuk dana sosial, pendidikan, jasa produksi,
sumbangan dana pensiun yang perinciannya ditetapkan oleh Menteri.

7. Prosedur Pemberian dan Pelunasan Pinjaman


Prosedur untuk memperoleh uang pinjaman dari Perum Pegadaian bagi
masyarakat yang membutuhkan dana diproses secara sederhana, mudah dan
cepat. Prosedur pinjaman adalah sebagai berikut.
a. Calon datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan barang yang
akan dijaminkan dengan menunjukkan KTP atau surat kuasa apabila
pemilik barang tidak bisa datang sendiri.
b. Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan
menetapkan harganya. Berdasarkan taksiran ditetapkan jumlah uang
pinjaman.
c. Pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa adanya potongan
biaya apa pun, kecuali potongan premi asuransi.

Untuk lebih jelas dalam memahami prosedur di atas, silakan perhatikan


Gambar 8.1 berikut.
 EKSI4205/MODUL 8 8.51

Penaksir

Nasabah
Barang jaminan

Uang pinjaman

Kasir
c

Gambar 8.1
Prosedur Memperoleh Pinjaman dari Pegadaian

Sedangkan prosedur pelunasan uang pinjaman adalah sebagai berikut.


a. Nasabah membayar kembali uang pinjaman dan sewa modal (bunga)
langsung kepada kasir disertai dengan bukti surat gadai.
b. Barang dikeluarkan dari gudang oleh petugas penyimpan barang
jaminan.
c. Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah.

Pada prinsipnya uang pinjaman dapat dilunasi kapan saja tanpa harus
menunggu selesainya jangka waktu. Untuk lebih jelas dalam memahami
prosedur pelunasan pinjaman pada pegadaian, silakan lihat Gambar 8.2.
8.52 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Pelunasan + Bunga Kasir


Nasabah

b
a Barang Jaminan

Pengeluaran Barang c
Jaminan

Gambar 8.2.
Prosedur Pelunasan Pinjaman pada Pegadaian

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Apa yang dimaksud dengan pemberian kredit berdasarkan hukum gadai?
2) Jelaskan kegiatan usaha yang dilakukan pegadaian!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Maksud dari pemberian kredit berdasarkan hukum gadai adalah di mana


seseorang yang menyerahkan harta sebagai agunan atau barang memiliki
hak untuk meminjam sejumlah uang sesuai dengan taksiran barang
jaminan dan pegadaian memiliki hak atas jasa berupa bunga pinjaman
dan hak untuk melakukan lelang apabila jangka waktunya telah melebihi
perjanjian/habis.
 EKSI4205/MODUL 8 8.53

2) Kegiatan usaha yang dilakukan oleh pegadaian:


a. menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum
gadai;
b. menerima jasa taksiran;
c. menerima jasa titipan;
d. bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset
perusahaan dalam bisnis properti;
e. kredit pegawai;
f. galeri 24 Toko Emas Pegadaian;
g. tabungan emas ONH.

Untuk memahami lebih jelas tentang kegiatan usaha pegadaian, coba


baca kembali modul halaman 8.47 - 8.48.

R A NG KU M AN

Pegadaian menjadi salah satu alternatif sumber dana pada berbagai


lapisan masyarakat apabila membutuhkan dana yang bersifat mendesak.
Pegadaian memiliki berbagai kegiatan usaha, seperti penyaluran
uang, jasa taksiran, jasa titipan, pembangunan gedung, kredit pegawai,
tabungan ONH yang kesemuanya diharapkan memberi manfaat besar
pada berbagai pihak yang membutuhkan.
Perum pegadaian sebagai satu-satunya lembaga keuangan yang
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan hukum gadai tidak dapat
menghimpun dana langsung dari masyarakat.
Sumber dana pegadaian diperoleh dari:
1. penyertaan modal pemerintah;
2. pemupukan modal intern antara lain melalui penerbitan obligasi,
penyisihan jumlah tertentu dari laba bersih;
3. sumber dana lain seperti pinjaman dari Bank Indonesia.
8.54 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

TE S F OR M AT IF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Sumber dana Perum pegadaian berasal dari sumber berikut ini,


kecuali ....
A. penyertaan modal pemerintah
B. pinjaman berasal dari bank swasta
C. menerbitkan obligasi
D. pinjaman berasal dari bank Indonesia

2) Perum pegadaian adalah lembaga keuangan yang dalam kegiatannya


adalah ….
A. menerima tabungan
B. memberikan pinjaman uang tunai
C. menerima deposito
D. menerima giro

3) Penaksiran atas kredit yang diberikan oleh Perum Pegadaian dengan


agunan berupa emas, akan mempertimbangkan hal-hal berikut,
kecuali ….
A. pengujian karatase
B. melihat harga pasar pusat
C. melihat standar taksiran logam
D. melihat harga pasar setempat (HPS)

4) Laba yang diperoleh Perum Pegadaian baik dari bunga pinjaman maupun
produk jasa yang lain dialokasikan kepada hal-hal berikut, kecuali ....
A. dana pembangunan semesta
B. cadangan umum
C. cadangan usaha
D. cadangan tujuan

5) Di bawah ini adalah jenis barang bergerak yang dapat digunakan sebagai
barang jaminan, kecuali ....
A. ternak
B. televisi
C. jam dan arloji
D. sepeda motor
 EKSI4205/MODUL 8 8.55

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.56 Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3


1) C 1) D 1) B
2) B 2) B 2) B
3) B 3) B 3) D
4) C 4) C 4) C
5) D 5) A 5) A
 EKSI4205/MODUL 8 8.57

Daftar Pustaka

Brigham, Eugene F., Houston, Fundamental of Financial Management, 9th


Edition, Harcourt, 2003.

Hafidudin, Didin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah (Dala Praktik),


Cetakan Pertama, Gema Insani, 2003.

Kasmir, Manajemen Perbankan, Cetakan Pertama, Raja Garfindo, 2000.

Munawir, Slamet, Analisis Investasi Keuangan, Edisi Pertama, Liberty, 2002.

Juli Irmayanto, Zainal A Indradewa, H. Alimastijik, Tonny Hasibuan, Hera


Purnami, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Pertama, Media
Ekonomi Publishing Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta,
1997.

Saunders, Financial Markets and Institutions, 2nd Edition, Mc Graw Hill,


2003.

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga, Lembaga


Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 2001.

Sutojo, Siswanto, Manajemen Terapan Bank, PT. Pustaka Binaman


Pressindo, 1997.

Subagyo, Sri Fatmawati, Rudy Badrudin, Astuti Purnamawati, Algifari, Bank


dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Bagian Penerbitan STIE
YKPN, 2002.

Taswan, Manajemen Perbankan (Konsep, Teknis, Aplikasi), UPP STIM


YKPN, 2005.

Kembali ke Daftar Isi

Anda mungkin juga menyukai