Anda di halaman 1dari 12

Materi inisasi 4

Manajemen Bank Umum , Manajemen Bank Syariah dan Bank


Perkreditan Rakyat

Manajemen Bank Umum

Bank Umum

Bank umum dapat melakukan kegiatan yang luas sejalan dengan perannya sebagai lembaga
perantara di bidang keuangan maupun untuk memberikan pelayanan di bidang lalu lintas
pembayaran.

1. Dalam rangka tugasnya sebagai lembaga perantara di bidang keuangan, bank umum
diperkenankan untuk:

i. Menghimpun dana dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
ii. Memberikan kredit. Dalam melakukan tugas ini, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan atas kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

2. Melakukan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan pasar uang seperti:

i. Menerbitkan surat pengakuan utang.

ii.Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya:

a. Surat–surat wesel.
b. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya.
c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
e. Obligasi.
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun.
g. Warkat surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 tahun.

iii.
Menempatkan dana pada, meminjam dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik
dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana
lainnya.

3. Memberikan pelayanan di bidang lalu lintas pembayaran dan pelayanan perbankan lainnya
seperti:
i. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

ii.Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan
atau antar pihak ketiga.

iii.
Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

iv. Menyediakan tempat untuk penyimpanan barang dan surat–surat berharga.

4. Melakukan beberapa jenis kegiatan lembaga keuangan seperti anjak piutang, usaha kartu kredit
dan kegiatan wali amanat.

5. Melakukan kegiatan–kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank, seperti:


i. Dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh pemilik agunan dalam hal debitur tidak
memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib
dicairkan secepatnya.
ii. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang–Undang No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang No.10
tahun 1998.

6. Bertindak sebagai dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan
perundang–undangan dana pensiun yang berlaku.

7. Apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, bank umum
diperkenankan:

i. Melakukan kegiatan dalam valuta asing.

ii.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan,
seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring,
penyelesaian dan penyimpanan.

iii.
Sementara menarik kembali penyertaan modalnya jika untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit.

8. Bank umum dilarang untuk melakukan:

i. Penyertaan modal kecuali dalam lembaga keuangan dan dalam rangka mengatasi akibat
kegagalan kredit (bersifat sementara).

ii. Usaha perasuransian.

iii. Usaha lain diluar yang ditetapkan seperti dimaksud di atas.


9. Dalam melakukan kegiatan usaha bank umum harus didasarkan kepada prinsip kehati–hatian
sebagaimana yang ditetapkan Bank Indonesia, antara lain mengenai batas maksimum pemberian
kredit, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, dll.

10. Pemerintahdapat menugaskan bank umum untuk melaksanakan program pemerintah guna
mengembangkan sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada
koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

11. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI, bank wajib memiliki dan menerapkan pedoman
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Ketentuan–ketentuan yang didasarkan kepada prinsip–prinsip kehati–hatian juga berlaku bagi
bank umum yang melakukan kegiatan dengan prinsip syariah.

Manajemen Bank Syariah

Khusus mengenai usaha bank syariah, baik itu bank umum atau bank perkreditan rakyat dapat
dilakukan hal–hal seperti berikut:

1. Dalam hal menghimpun dana, berlaku prinsip wadi’ah dan mudharabah.

i. Dalam prinsip wadi’ah bank sebagai penerima titipan tidak diperkenankan menggunakannya,
tetapi juga tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan uang tersebut sepanjang bukan
kesalahannya. Prinsip wadi’ah yang dapat diterapkan adalah wadi’ah ad dhamanah, yang berarti
bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana
tersebut dapat ditarik setiap saat oleh pemilik dana. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran
dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana mendapat jaminan
keamanan terhadap simpanannya serta fasilitas lain yang melekat pada jenis simpanan itu sendiri.
ii. Mudharabah merupakan perjanjian antara pemilik dana dengan bank sebagai pengelola untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Prinsip ini dapat dibedakan berdasarkan kewenangan
yang diberikan oleh pemilik dana yaitu:

a.Mudharabah Mutlaqah, yang dapat diterapkan bagi tabungan dan deposito, yaitu bank diberi
wewenang penuh untuk mengelola dana.

b.Mudharabah Muqayadah, yang merupakan simpanan khusus, karena pemilik dana


menerapkan syarat–syarat tertentu yang harus diikuti bank.

2. Penyaluran dana dapat dilakukan berdasarkan beberapa prinsip yaitu:


i. Prinsip jual beli (Bai) yang dikembangkan berdasarkan perjanjian penyediaan pembiayaan
untuk jual beli barang dengan menerbitkan surat utang dagang atau surat berharga lain
berdasarkan harga yang telah disepakati. Prinsip ini mencakup:

a. Murabahah, perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah.

b. Salam, pembelian barang untuk penyerahan yang ditangguhkan dengan pembayaran dimuka.

c. Istishna, sama seperti salam, namun pembayarannya dapat dilakukan dimuka, dicicil atau
dibelakang.

ii.Prinsip sewa beli (ijarah) yang merupakan perjanjian sewa menyewa antara bank dengan
penyewa, dan setelah habis masa sewanya barang yang disewakan harus dikembalikan kepada
bank. Prinsip ini dikembangkan menjadi ijarah wa igtina / penyewa dapat membeli.

iii. Prinsip bagi hasil (syirkah), yang meliputi:

a. Musyarakah, perjanjian kerjasama usaha patungan antara 2 pihak atau lebih pemilik modal
untuk membiayai suatu jenis usaha, dengan ketentuan pendapatan atau keuntungannya akan
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama.

b. Mudharabah mutlaqah, yaitu perjanjian antara pemilik modal dengan pengelola (proyek atau
pekerjaan) untuk kemudian pendapatan atau keuntungannya dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.

c. Mudharabah muqayyahdah, yang pada dasarnya sama dengan mudharabah mutlaqah, tetapi
tujuan penyediaan modalnya telah ditetapkan untuk jenis kegiatan tertentu dan dengan syarat yang
sepenuhnya ditetapkan oleh bank.
iv. Prinsip lainnya, yaitu pemberian jasa perbankan yang pada dasarnya merupakan penyediaan
dana secara tidak langsung, seperti:

a. Qard, yaitu penyediaan dana oleh bank yang harus dikembalikan dalam jumlah yang sama
dengan memperoleh pinjaman tersebut.

b. Hawalah, yaitu perjanjian untuk memindahkan piutang nasabah kepada bank dengan meminta
pembayaran dahulu dari bank. Pada saat jatuh tempo, pihak debitur akan membayarkannya
kepada bank.

c. Rahn (gadai), merupakan perjanjian penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank
sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang.

3. Seperti halnya dengan bank–bank Konvensional, Bank Syariah dapat juga memberikan
berbagai pelayanan jasa perbankan seperti;
i. Wakalah, yaitu pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk melaksanakan pekerjaan atau
tugas tertentu seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang.

ii. Sharf, yaitu jual beli valuta asing.

iii.
Khafalah (garansi bank), yang dapat diberikan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
membayar tertentu, yang bila perlu bank dapat mempersyaratkan adanya penempatan dana untuk
memperoleh fasilitas ini.

iv.Ijarah (sewa), yaitu banj dapat menyewakan hartanya untuk memperoleh imbalan atas barang
yang disewakan tersebut.

v.Wadi’ah amanah, yaitu pelayanan titipan, seperti Safe Deposit Box dan
administrasi dokumen (custodian).

4. Disamping usaha–usaha tersebut, Bank Syariah lazimnya juga memberikan bantuan sosial
yang merupakan ciri khusus bank syariah. Dalam melaksanakan fungsi ini, bank berfungsi sebagai
penyalur dana kebajikan, dengan cara;

i. Qardul hasan, yang merupakan pinjaman untuk tujuan kesejahteraan, seperti pendidikan,
bantuan kepada pengusaha sangat kecil, atau kebutuhan darurat lainnya.

ii. Santunan kebaikan kepada para mustahiq.

Ketentuan–ketentuan yang membatasi tugas dan usaha bank perkreditan rakyat yang bekerja atas
dasar prinsip bunga/konvensional berlaku pula bagi bank
Perkreditan rakyat syariah, yaitu yang berkaitan dengan usaha di bidang lalu lintas pembayaran.

Manajemen Bank Perkreditan Rakyat

3.1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR pada dasarnya dapat melakukan sebatas fungsinya sebagai lembaga perantara di bidang
keuangan yaitu:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2.Memberikan kredit. Dalam melakukan tugas ini, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan atas kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat
deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

5. Dalam melakukan usaha, BPR dilarang:

i. Menerima simpanan giro dan ikut serta dlam lalu lintas pembayaran.
ii. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
iii. Melakukan penyertaan modal.
iv. Melakukan usaha perasuransian.
v. Melakukan usaha lain diluar dari usaha yang diijinkan oleh Bank Indonesia sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya.

BPR dalam fungsi utamanya adalah memberikan kredit sehingga diperlukan analisis kredit yang
mantap sehingga ada yang namanya prinsip pemberian kredit dan analisa nya berikut ini:

1) Analisa kredit

Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan pemberian kredit
adalah. penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon debitur. Disini pihak bank dituntut
obyektif dan konsisten atas hasil analisis dengan berpegang pada prinsip-prinsip kelayakan kredit.
Yaitu:
a. TEKNIK ANALISA KREDIT 7P

1. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran,
pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak),
social standing (pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si
peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.

2. Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan digunakannya untuk
berdagang, atau untuk membeli rumah atauuntuk tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan
penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan
atau keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank dalam bidang pertanian.

3. Prospect

Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan
usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari perkembangan usaha peminjam selama beberapa
bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keaadaan ekonomi/perdagangan
sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari earning power
(kekuatan pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

4. Payment

Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini
dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek, kelancaran
penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman
ditinjau dari waktu serta jumlah pengambilannya

5. Profitability

Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah
makin lama makin besar atau sebaliknya

6. Protection

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah
dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.

7. Parti

Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya.


Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.
Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan lima unsur dalam 5C.
Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan,
prospek, dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur
perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral dalam konsep 5C.

b. Teknik analisa kredit 5C:

1) Character (Watak)

Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi
nasabah dan bank-bank lain tentang perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatannya memenuhi
pembayaran transaksi. Karakter yang baik jika ada keinginan untuk membayar kewajibannya.

2) Capacity (Kemampuan)

Kemampuan calon debitur perlu dianalisis apakah ia mampu memimpin perusahaan dengan baik
dan benar. Kalau ia mampu meminpin perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai
dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berdiri. Sedangkan untuk calon debitur perorangan,
bank harus menganalisa apkah pemohon memiliki sumber- sumber penghasilan yang memadai
untuk membayar kewajibannya sesuai jangka waktu yang telah disepakati.
3) Capital (Modal)

Modal dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan struktur modalnya yang terlihat dari
neraca lajur perusahaan calon debitur. dan pada umumnya bank tidak akan memberikan kredit
100% atau dengan kata lain bank tidak akan memberikan kredit jjika calon debitur tidak memiliki
modal sendiri.

4) Condition (Kondisi)

Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap variabel makro yang melingkupi perusahaan
baik variabel regiona1, nasional maupun internasional. Variabel yang diperhatikan terutama
adalah variabel ekonomi.

5) Collateral (Jaminan)

Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan sebagai pengaman kredit yang
diberikan bank. Penilaian tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminan dimasa depan dan tingkat
kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai (Marketability). Selain konsep atau prinsip
5C tersebut diatas,

JENIS-JENIS BUNGA KREDIT PADA BANK DAN CARA MENGHITUNGNYA


Saat Anda hendak melakukan kredit kepada bank, hal yang biasa diperhatikan adalah plafon yang
tersedia beserta angsuran yang mesti Anda bayarkan hingga akhirnya melunasi pinjaman tersebut.
Anda memang menyadari pelunasan kredit yang Anda bayarkan tersebut sebenarnya berasal dari
akumulasi jumlah pinjaman
nda ditambah bunga yang dikenakan untuk pinjaman tersebut. Namun untuk masalah bunga ini,
tidak banyak orang yang peduli.
Sebagian besar orang menganggap bunga akan terlihat dari total pembayaran dikurangi dengan
jumlah pinjaman Anda sebenarnya. Cukup sampai di sana dan Anda tidak mengacuhkan bahwa
jenis dan cara menghitung bunga dapat memengaruhi nilai total pinjaman Anda. Tiap kredit
sebenarnya memiliki tipe bunganya sendiri, atau antara yang satu dengan yang lain tidaklah
serupa. Jadi, ada baiknya Anda mengetahui cara hitung dan jenis bunga terlebih dahulu agar Anda
bisa mengecek benar atau tidaknya penghitungan bunga yang dibebankan kepada kredit Anda.
Dengan mengetahui mengenai cara hitung dari setiap jenis bunga, Anda dapat mulai menganalisis
seberapa banyak angsuran atau cicilan yang mesti Anda bayarkan serta seberapa lama pinjaman
tersebut dapat terlunasi. Dengan demikian, Anda dapat mengatur keuangan Anda secara lebih
baik. Pada dasarnya, tipe bunga yang diberlakukan oleh bank-bank pemberi pinjaman ada tiga
jenis. Ketiga jenis tersebut adalah bunga flat, bunga efektif, dan bunga anuitas. Cara penghitungan
bunga dari ketiga jenis ini tentu tidak sama satu sama lain. Berikut adalah cara hitung dari ketiga
jenis bunga tersebut.
1. Bunga Flat

Cara penghitungan bunga flat bisa dianggap paling mudah dibandingkan dua jenis tipe bunga
lainnya. Anda dapat menemukan contoh dari penggunaan cara hitung bunga ini umumnya pada
kredit kepemilikan kendaraan bermotor atau kredit tanpa agunan. Dalam brosur-brosur iklan
kredit kendaraan bermotor, Anda akan menemukan kolom-kolom yang menampilkan angsuran
yang mesti dibayar tiap bulannya. Angka dalam kolom-kolom tersebut berlaku sampai akhir
pinjaman Anda berakhir atau lunas.
Jika Anda menemukan jumlah angsuran yang tetap seperti itu, bisa dipastikan cara penghitungan
jenis bunga yang dipakai adalah flat atau rata. Di tipe ini, nilai plafon pinjaman beserta bunganya
akan dihitung secara proporsional sesuai dengan jangka waktu atau tenor pinjaman.
Untuk memudahkan Anda membayangkan penerapan cara hitung bunga flat tersebut, berikut
adalah contoh kasus yang bisa Anda pelajari.
Indra mengajukan kredit KTA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara flat. Berapakah angsuran per bulan
yang harus dibayar?
Data:

Pokok pinjaman: Rp120.000.000 Bunga per tahun: 10%


Tenor pinjaman: 12 bulan

Cicilan pokok:

Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan

Bunga:

(Rp120.000.000 x 10%) : 12 bulan = Rp1.000.000

Angsuran per bulan:

Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000

Jadi, dari pinjaman tersebut setelah dihitung dengan cara hitung bunga flat, angsuran yang harus
Anda bayarkan hingga pinjaman tersebut lunas adalah Rp11.000.000 tiap bulan. Nilai angsuran ini
tidak akan berubah-ubah sebab bunga yang dikenakan adalah jenis bunga flat.

2. Bunga Efektif

Nama lain dari jenis bunga yang satu ini adalah sliding rate. Jenis bunga ini biasa diterapkan pada
kredit dengan jangka waktu atau tenor yang panjang. Contohnya saat Anda mengajukan kredit
pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA).
Alasan bunga efektif lebih ditujukan kepada kredit jangka panjang karena tenor yang lama
membuat pinjaman tidak terburu-buru harus terlunasi, sementara suku bunganya tidak terlalu
besar. Ya, suku bunga efektif biasa lebih rendah dibandingkan bunga flat. Inilah yang
membuatnya cocok untuk digunakan dalam kredit jangka panjang.
Bunga yang lebih kecil itu didapatkan dari cara hitung bunga efektif yang melihat sisa pinjaman
pokok dari debitur. Jika bunga flat melakukan penghitungan dengan mematok nilai pokok
pinjaman dari awal pinjaman, berbeda dengan penerapan bunga efektif. Yang dihitung saat
kreditur menggunakan jenis bunga ini adalah jumlah utang yang belum terbayarkan tiap bulannya.
Jadi kian lama, nilai bunga pinjaman Anda akan semakin rendah sebab sisa pinjaman Anda
semakin berkurang.
Dari nilai bunganya yang semakin kecil itu, angsuran yang mesti Anda pertanggungjawabkan tiap
bulannya juga semakin sedikit. Berikut adalah rumus untuk menghitung besaran bunga efektif dari
sebuah pinjaman.
Jika pada bunga flat, kreditur hanya menghitung pada awal pinjaman untuk menentukan angsuran,
pada pinjaman dengan bunga efektif penghitungan akan dilakukan setiap bulan. Ini karena sisa
pinjaman tentu akan semakin berkurang tiap bulannya sehingga perlu untuk melakukan
penghitungan ulang. Agar lebih memahami cara hitung bunga efektif, berikut adalah contoh kasus
yang menerapkan pemakaian jenis bunga yang satu ini.
Dani mengajukan kredit KPA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara efektif. Berapakah angsuran per bulan
yang harus dibayar?
Data:

Pokok pinjaman: Rp120.000.000 Bunga per tahun: 10%


Tenor pinjaman: 12 bulan

Cicilan pokok:

Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan

Bunga bulan 1:

((Rp120.000.000 - ((1-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp 1.000.000

Maka, cicilan bulan 1 = Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000

Bunga bulan 2:

((Rp120.000.000 - ((2-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp916.667

Maka, cicilan bulan 2 = Rp10.000.000 + Rp916.667 = Rp10.916.667


Bunga bulan 3:

((Rp120.000.000 - ((3-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp833.333

Maka, cicilan bulan 3 = Rp10.000.000 + Rp833.333 = Rp10.833.333

Dan seterusnya, hingga...

Bunga bulan 12:

((Rp120.000.000 - ((12-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp83.333

Maka, cicilan bulan 12 = Rp10.000.000 + Rp83.333 = Rp10.083.333

Terlihat ada pengurangan nilai total angsuran dari bulan pertama, bulan kedua, dan
seterusnya. Ini karena penerapan bunga efektif yang membuat bunga semakin kecil
bergantung sisa pokok pinjaman. Untuk bulan-bulan berikut dengan contoh kasus di atas,
hasil penghitungan bunga akan semakin kecil dan total angsuran akan semakin rendah.

3. Bunga Anuitas

Perhitungan bunga kredit yang satu ini merupakan modifikasi dari cara hitung bunga
efektif. Nilai pembayaran total angsuran bunga efektif yang tiap bulannya berbeda sering
kali membuat debitur menjadi bingung. Karena itu, pihak kreditur akhirnya membuat
cara penghitungan yang kurang lebih sama seperti penghitungan bunga
efektif tiap bulan, namun angsuran pokoknya yang berbeda. Jika pada penerapan bunga
efektif angsuran pokok didapatkan dari jumlah pinjaman dibagi dengan tenor kredit, hal
berbeda diaplikasikan di pinjaman yang menerapkan bunga anuitas. Angsuran pokok
didapatkan dari total angsuran yang Telah ditetapkan dikurangi dengan hasil
penghitungan bunga anuitas. Berikut adalah contoh kasusnya
Budi mengajukan kredit KPR sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan,
dan dikenai bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara anuitas. berapakah angsuran
per bulan yang harus dibayar?
Data:

Pokok pinjaman: Rp120.000.000 Bunga per tahun: 10%


Tenor pinjaman: 12 bulan

Cicilan Pokok:

Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan

Prinsip dari bunga anuitas yaitu angsuran per bulannya tetap, dan bunga dihitung berdasar
pokok yang belum dibayar.
Misal:

P = pokok pinjaman

i = suku bunga per tahun

t = lama kredit dalam bulan

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2014, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya edisi revisi, PT Raja Grafindo
Persada- Jakarta.
Kasmir,2002,Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya cetakan
ke-6,RajaGrafindoPersada:Jakarta
Kasmir,2002,Dasar-Dasar Perbankan,Rajagrafindo Peersada:JakartaKasmir. 2006.
Dasar-Dasar Perbankan. PT. RajaGrafindo ; Jakarta
Triandaru, Sigit. Budisantoso, Totok. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain.
Salembaempat ; Jakarta
www.bi.go.id
https://lps.go.id

Anda mungkin juga menyukai