Anda di halaman 1dari 13

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA DAULAH ISLAMIYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”
Dosen Pengempu: Suprihantosa Sugiharto, M.H

Disusun Oleh :

1) Alaina Fadlilatul Muna (934123019)


2) Binti Nuri Lailin Najah (934122319)
3) Adinda Dewi Nawa Malini (934122919)

Program Studi Ekonomi Syariah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Kediri
Tahun 2020

i
KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT.Hanya kepada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami meminta
pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi Agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Pemikiran Islam Pada Masa Daulah Islamiyah”
dengan lancar.Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada
makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya.Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Kediri,09 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. LATAR BELAKANG..................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Bani Umayyah.................................3
1. Khalifah Muawiyah bin Abi sofyan..........................................................3
2. Khalifah Abdul Malik bin Marwan....................................................................3
2. Khalifah Umar bin Abdul Aziz...........................................................................4
A. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Bani Abbasiyah................................4
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur..............................................................5
1. Khalifah Harun Ar-Rasyid........................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................6
A. KESIMPULAN.............................................................................................6
B. SARAN.........................................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi islam saat ini tidak bias dipisahkan dari sejarah
pemikiran muslim tentang ekonomi dimasa lalu. Suatu keniscayaan bila pemikir muslim
berupaya untuk membuat solusi atas segala persoalan hidup dimasanya dalam perspektif
yang dimiliki. Keterlibatan pemikir muslim dalam kehidupan masyarakat yang kompleks
dan belum adanya pemisahan disiplin keilmuan menjadikan pemikir muslim melihat
masyarakat dalam konteks yang lebih integrative.
Banyak ekonommi muslim lahir dimasa Dinasti Abbasiyah ataupun Dinasti
Umayyah daripada dimasa sebelumnya hal ini bias dijadikan alas an bahwa tumbuhnya
pemikir muslim tentang ekonomi tidak bebas dari kenyataan yang tumbuh dizaman yang
melahirkannya menjadi pemikir yang ahli di bidang-bidang tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman pemikiran ekonomi islam pada masa Bani Umayyah?
2. Bagaiman pemikiran ekonomi islam pada masa Bani Abbasiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam pada masa Bani Umayyah
2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam pada masa Bani Abbasiyah

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Islam pada Masa Bani Umayyah (611-750 M)


Nama Bani Umayyah dalam bahasa arab anak turun Umayyah, yaitu Umayyah
bin Abdul Syams. Ia adalah salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy. Abdul
Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf. Dari Bani
Umayyah inilah lahir nabi Muhammdad Saw.
Suksensi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika muawiyah
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid.
Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap
menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu
untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam
pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah. 1
Diantara para khalifah Bani Umayyah yang termassyhur dan memberikan banyak
pemikirannya dibidan ekonomi adalah
1. Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan
Pada masa pemerintahannya, beliau mendirikan dinas pos beserta dengan
berbagai fasilitasnya, menerbitkan angkatan perang, mencetak uang, dan
mengembangkan jabatan hakim sebagai jabatan professional. Selain itu, beliau juga
menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para tentara, pembentukan tentara
professional, serta pengembangan birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan
administrasi.
Selain terjadi perubahan dalam system pemerintahan, terdapat juga perubahan
lain, misalnya masalah baitul maal. Pada masa pemerintahan khulafaur rasyidin,
baitul maal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat, dimana setiap warga Negara
memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi, sejak pemerintahan
Muawiyah bin Abi Sofyan, baitul maal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan

1
Naila Farah, Perkembangan Ekonomi dan Admistrasi pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, (Diakses
pada tanggal 9 jam 11.20)

v
keluarga saja. Seluruh penguasa Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz
memperlakukan baitul maal sebagai harta kekayaan pribadi yang boleh dipergunakan
untuk apa saja oleh sang penguasa Bani Umayyah.
2. Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Pemikiran yang serius terhadap penerbitan dan pengaturan uang dalam
masyarakat islam muncul dimasa pemerintah beliau. Beliau mengubah mata uang
Bizantium dan Persia yang dipakai daerah-daerah yang dikuasai islam. Untuk itu, dia
mencetak uang tersendiri dengan memakai kata-kata dan tulisan arab serta tetap
mencantumkan kalimat bismillahirrohmanirrohim pada tahun 74 H. pembuatan mata
uang masa itu didasarkan pemikiran bahwa mata uang selain memiliki nilai ekonomi
juga sebagai pernyataan kedaulatan dinasti islam. Disamping itu, mata uang juga
berfungsi sebagai sarana pengumuman keabsahan pemerintahan pada masa itu yang
namanya terpatri pada mata uang tersebut.
Khalifah Abdul Malik memerintahkan arabisasi mata uang sebagian dari politik
aparatur Negara masa pemerintahannya. Selain itu, khalifah Abdul Malik dalam hal
pajak dan zakat memeberikan kebijakan dengan memberlakukan kewajiban bagi umat
islam untuk membayar zakat dan bebas dari pajak lainnya. Hal ini mendorong umat
non muslim memeluk islam. Dengan cara ini, mereka terbebas dari pembayaran
pajak. Setelah itu mereka meninggalkan tanah pertaniannya guna mencari nafkah
dikota-kota besar seperti tantara. Kenyataan ini menimbulkan masalah bagi
perekonomian Negara. Karena pada satu sisi perpindahan agama mengakibatkan
berkurangnya sumber pendapatan disektor pajak. Untuk mengatasi masalah ini,
khalifah Abdul Malik mengembalikan beberapa militer islam pada profesinya semula,
yakni menjadi seorang petani, dan menetapkan kepadanya untuk membayar sejumlah
pajak sebagaimana kewajiban mereka sebelum masuk islam.
Khlifah Abdul Malik juga berhasil melakukan pembenahan administrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi admistrasi
pemerintahan islam. keberhasilan Abdul Malik diikuti oleh putranya Al-Walid bin
Abdul Malik, seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan
pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cact. Dia juga membangun

vi
jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lainnya, pabrik-
pabrik, gedung-gedung, pemerintahan dan masjid-masjid megah.
3. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Selama masa pemerintahannya, beliau menerapkan kembali ajaran islam secara
utuh menyeluruh. Ketika diangkat sebagai khalifah, beliau mengumpulkan rakyatnya
dan mengumumkan serta menyerahkan seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya
yang tidak wajar kepada kaum muslimin melalui baitul maal. Salah satu buktinya
adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah membelanjakan seluruh kekayaan baitul
maal di Irak untuk membayar ganti rugi pada orang-orang yang diperlukan oleh para
penguasa sebelumnya. Karena tidak mencukupi, ia mengambil dari kekayaan baitul
maal di Syam. Umar berupaya untuk membersihkan baitul maal dari pemasukan harta
yang tidak halal dan berusaha mendistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
Dalam melakukan berbagai kebijakan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz melindungi
dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Ia
mengurangi pajak yang dipungut dari kaum nasrani, menghapus pajak, terhadap kaum
muslim, membuat takaran dan timbangan, membasmi cukai, dan kerja paksa dan lain-
lain.
Khalifah Umar juga menerapkan kebijakan otonomi daerah. Setiap wilayah islam
memilki wewenang untuk mengelola zakat dan pajak sendiri-sendiri dan tidak
diharuskan menyerahkan upeti ke pemerintah pusat, bahkan sebaliknya pemerintah
pusat akan memberikan bantuan subsidi kepada setiap wilayah islam yang minim
pendapatan pajak dan zakatnya.
Akan tetapi, kodisi baitul maal yang telah dikembalikan oleh khalifah Umar
kepada posisi sebenarnya itu tidak dapat bertahan lama. Keserakahan para penguasa
telah meruntuhkan sendi-sendi baitul maal, dan keadaan demikian berkepanjangan
sampai pada masa Bani Abbasiyah. 2
B. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Bani Abbasiyah (750-847 M atau 132-232 H)
Khalifah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khalifah Umayyah, dimana
pendiri dari khalifah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman nabi Muhammad SAW, yaitu
Abdullah Al-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dimana pola

2
Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 65-67

vii
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai perubahan politik, social dan budaya.
Dalam bidang administrasi Negara, masa Daulah Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan
masa Umayyah. Hanya saja, pada masa ini telah mengalami kemajuan, penyempurnaan,
dan perbaikan. 3
Beberapa khalifah yang menjadi pemimpin pemerintahan saat Dinasti Abbasiyah
yaitu:
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur
Dalam mengendalikan harga-harga, khalifah Al-Mansyur memerintahkan jawatan
pos untuk melaporkan harga pasaran dari setiap bahan makanan dan barang lainnya.
Disamping itu, khalifah Al-Mansyur sangat hemat dalam membelanjakan harta baitul
maal. Ketika ia meninggal, kekayaan Negara telah mencapai 810 juta dirham.
Khalifah Mansyur betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi
dan keuangan Negara. Keutamaan Mansyur dalam menguatkan dasar Daulah
Abbasiyah dengan ketajaman pikiran, disiplin dan adil adalah sama halnya dengan
Umar bin Khattab dalam menguatkan islam.
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman khalifah Harun Al-
Rasyid dan putranya Al-Makmun. Kesejahtaraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusatraan berada pada zaman keemasannya.
Sumber-sumber pemikiran ekonomi pada masa itu diperoleh dari berbagai sector
yang beragam seperti pertanian, industry, perdagangan, jasa transportasi, kerajinan,
dan pertambangan. Adalah:
a. Perdagangan dan Industri
Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan dengan cara
memudahkan jalan-jalannya, umpamanya:
1. Dibangunkan sumur dan tempat-tempat istirahat dijalan-jalan yang dilewati
kafilah dagang.
2. Dibangunkan armada-armada dagang.
3. Dibangunkan armada-armada untuk melindungi pantai-pantai Negara dari
serangan bajak laut.
3
Naila Farah, Perkembangan Ekonomi dan Admistrasi pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, (Diakses
pada tanggal 9 jam 11.20)

viii
Ada pula beberapa kota yang terkenal dengan industry-industrinya:

1. Basrah, terkenal dengan industry sabun dan gelas


2. Kuffah, terkenal dengan industry sutranya.
3. Khuzastan, terkenal dengan industry tekstil sutra yang tersulam.
4. Damaskus, terkenal dengan industry kemeja sutera yang termasyhur sampai
sekarang dengan Ad-Damaskus.
5. Khurasan, terkenal dengan industry selendang dan wolnya.
6. Mesir, terkenal dengan tekstil aneka ragam.
7. Syam, terkenal dengan industry keramik dan gelas, bahkan gelas berwarna.
8. Andalusia, terkenal dengan industry kapal, kulit, dan senjata.
9. Baghdad, terkenal dengan industry khusus barang-barang mewah, baik tekstil,
gelas, keramik, dan sebagainya.
b. Pertanian dan Perkebunan
Kota-kota administrative dan tantara muslim menjadi pusat usaha-usaha
pengembangan pertanian. Bahkan rawa-rawa disekitar kuffah dikeringkan dan
dikembangkan menjadi kawasan pertanian yang subur. Wilayah-wilayah yang ada
disekitar kota-kota ini dengan segera dikembangkan menjadi daerah pertanian.
Pada masa ini hasil pertanian yang dihasilkan berupa sayuran, buah-buahan, biji-
bijian, minyak zaitun, coklat dan tanaman industry seperti kayu dan hasil hutan.
c. Pengembangan Ilmu Pertanian
Segala usaha untuk mendorong kaum tani agar maju, ditempuh dan
dilakukannya, antara lain sebgai berikut
1. Memperlakukan ahli zimmah dan mawali dengan perlakuan yang baik dan
adil, serta menjamin hak milik dan jiwa mereka, hingga kembalilah bertani
diseluruh penjuru negeri.
2. Mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku kejam pada
para petani.
3. Memperluas daerah pertanian disegenap wilayah Negara.
4. Membangun bendungan dan kanal-kanal, baik besar ataupun kecil sehingga
tidak ada daerah pertanian yang tidak ada irigasi.
d. Pendapatan Negara

ix
Pada masa Harun Ar-Rasyid pendapatan Negara juga berasal dari pajak.
Pemasukan dari sector ini mencapai 272 juta dirham dan 4,5 juta dinar.
Pendapatan dari jizyah juga merupakan masukan bagi Negara. Jizyah adalah
pajak kepala yang dipungut dari penduduk non muslim kepada pemerintahan
islam sebagai wujud loyalitas mereka kepada pemerintah dan konsekuensi dari
perlindungan yang diberikan pemerintah islam kepada mereka. Sumber
pendapatan lain dari zakat, pajak perdagangan, dan pajak tanah.
e. System Moneter
Sebagai alat tukar, para pelaku ekonomi menggunakan mata uang dinar
dan dirham. Penggunaan mata uang secara ekstensif mendorong tumbuhnya
perbankan. Mata uang, baik dinar maupun dirham tidak bias dibawa dalam jumlah
banyak jika menempuh jarak jauh. Karena bisa melibatkan resiko yang besar.
Oleh karena itu, para pedagang dan orang-orang yang mengadakan perjalanan
jauh memerlukan system cek. Bahkan bisa dipastikan bahwa cek yang dikenal
dalam system perbankan modern berasal dari istilah Arab, shakk. Dengan system
cek, pembiayaan bisa lebih fleksibel. 4
f. Larangan Riba
Larangan riba muncul dalam al-qur’an pada dua kali penurunan wahyu
yang berbeda-beda. Yang pertama (Ar-Ruum:39), diturunkan di Mekah,
menegaskan bahwa bunga akan menjauhkan keberkahan Allah dalam kekayaan,
sedangkan akan meningkatkannya berlipat ganda. Yang kedua (An-Nisa’:161),
diturunkan pada masa permulaan periode Madinah, mengutuk dengan keras
praktik riba, seirama dengan larangannya pada kitab-kitab terdahulu.
g. System Kapitalisme
Ciri-ciri menonjol pada kapitalisme ialah sebagai berikut:
1. Ia menganggap ekspansi kekayaan yang dipercepat dan diproduksi yang
maksimal serta pemenuhan “keinginan” menurut frekuensi individual
sebagian sangat esensial bagi kesejahteraan manusia.
2. Ia menganggap bahwa kebebasan individu yang tak terlambat dalam
mengaktualisasikan kepentingan diri sendiri dan kepemilikan atau

4
Nur Chalim, Jejak Lngkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 31-33

x
pengelolaan kekayaan pribadi sebagai suatu hal yang sangat penting bagi
inisiatif individu.
3. Berasumsi bahwa inisiatif individu ditambah dengan pembuatan keputusan
yang terdesentralisasi dalam suatu dasar kompetitif sebagai syarat utama
untuk mewujudkan efisiensi optimum dalam alokasi sumber daya. 5

BAB III

5
H.Fakhry Zamzam dan Hanks Aganlk, Perekonomian Islam Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: kencana, 2019), hal.
42-43

xi
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Para ekonomi muslim banyak yang lahir pada Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah. Dan lebih banyak dari masa sebelumnya. Peningkatan ekonomi yang pada
gilirannya akan membawa kemakmuran pada dinasti ini, pada dasarnya tidak terlepas dari
kebijaksanaan yang diterapkan oleh para khalifah, disamping partisipasi dan dukungan
masyarakat terhadap kebijaksaan tersebut.
Perkembangan dalam bidang administrasi pada Dinasti Umayyah sudah semakin
kompleks. Namun secara prinsip perkembangan penyempurnaan administrasi yang
pernah dikelola oleh khalifah Umar bin Khattab. Adapun Dinasti Abbasiyah bisa menjadi
dinasti besar karena tidak terlepas dari rakyatnya dan kemampuan dalam mengantisipasi
kecenderungan dimasa depan.
B. Saran
Demikian lah makalah sederhana ini kami buat, semoga bermanfaat. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, harap dimaklumi karena kami juga
masih dalam proses belajar. dimohon saran dan kritik demi sempurnanya makalah-
makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

xii
Naila Farah, Perkembangan Ekonomi dan Admistrasi pada Masa Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah, (Diakses pada tanggal 9 jam 11.20)

Nur Chalim.2010. Jejak Lngkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

H.Fakhry Zamzam dan Hanks Aganlk.2019.Perekonomian Islam Sejarah dan Pemikiran.Jakarta:


kencana.

Nurul Huda.2015.Ekonomi Pembangunan Islam.Jakarta: Prenadamedia Group

xiii

Anda mungkin juga menyukai