Dosen Pengampu :
SUHAIRI, ST,.MM
Disusun Oleh:
MAULIDA JAM’AH
NIM : 0503192060
2022
TUGAS I
INDONESIA
1. Tabungan Wadiah
Wadiah berasal dari wada’asy sya-i yaitu meninggalkan sesuatu pada orang lain agar
dijaga dan yang ditinggali sanggup menjaganya. Al wadiah dapat diartikan sebagai titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Dalam wadiah, tidak ada
bunga yang ditawarkan dan diakadkan di muka, sehingga murni sebagai titipan. Al
wadiah adalah titipan / simpanan yang dalam Lembaga Keuangan Syariah/ Bank Syariah
merujuk pada perjanjian, dimana nasabah menyimpan uang di LKS termasuk dengan
bank tujuan agar LKS/Bank Syariah bertanggung jawab menjaga uang yang disimpannya
dan menjamin pengembalian uang tersebut bila nantinya akan diminta kembali.
1) Wadiah Yad Amanah adalah wadiah dimana penerima titipan tidak bertanggung jawab
atas kehilangan atau kerusakan barang yang dititipkan selama bukan akibat dari kelalaian
yang dititipi. Pihak yang menerima titipan pada wadiah yad amanah, tidak boleh
menggunakan dan memanfaatkan, uang atau barang yang dititipkan tetapi harus benar-
benar menjaganya sesuai kelaziman.
2) Wadiah Yad Dhamanah adalah wadiah dimana penerima titipan memanfaatkan barang
titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan
tersebut secara utuh setiap saat kala pemiliknya menghendakinya. Akad penitipan
tersebut, pihak yang diberi kepercayaan dapat memanfaatkan barang titipan dan
bertanggung jawab atas titipan tersebut bila terjadi kerusakan atau kelalaian dalam
menjaganya, dan keuntungan dan pemanfaatan barang titipan tersebut menjadi hak
penerima titipan.
Kelebihan dari tabungan dengan akad wadiah adalah nasabah tidak dibebankan dengan
biaya administrasi tiap bulannya. Terlebih apabila untuk simpanan dalam jangka pendek
sangat menguntungkan karena jumlah tabungan tidak akan berkurang karna potongan.
Untuk kekurangannya, jika simpanan tabungan wadiah dalam jangka panjang, akad
wadiah akan merugikan nasabah karena uang yang disimpan tidak bertambah sama
sekali. Karena, meskipun jumlah uang tetap sama, namun nilai uang akan mengalami
penurunan dari waktu ke waktu. Kekurangan yang lainnya, tabungan wadiah tidak
mendapat bagi hasil seperti tabungan mudharabah. Karena pada prinsipnya wadiah
adalah titipan. Sehingga nasabah hanya menitipkan sejumlah uang dan tidak mendapat
bagi hasil dari bank syariah.
2. Tabungan Mudharabah
Mudharabah adalah kerja sama Antara dua atau lebih dari pihak pemilik modal (shahibul
maal) yang mempercayakan sejumlah modal dengan kontribusi seratus persen modal dari
pemilik modal kepada penerima (mudharib). Mudharabah adalah perjanjian di awal
Antara penyedia modal dengan pengusaha bahwa setiap keuntungan yang diraih, akan
dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh
pihak penyedia modal, kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan,
kelalaian, dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan.
1) Mudharabah Mutlaqah merupakan akad bentuk kerjasama Antara shahibul maal dan
mudharib yang mutlak tanpa batasan apapun dari shahibul maal kepada mudharib dalam
pengelolaan dana/ dana yang diserahkan selama tidak bertentangan dengan ketentuan
syariah
2) Mudharabah Muqqayadah dalam akad ini, shahibul maal membatasi mudharib dalam
hal pengelolaan dana/modal yang telah diserahkan. Shahibul maal menentukan jenis
usaha, waktu dan wilayah bisnis.
B. Bank Syariah
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam
bentuk pembiayaan. Dengan kata lain melaksanakan fungsi intemediasi keuangan. Dalam sistem
perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional
dan bank syariah. Pengertian bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Sesuai UU No. 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah, pengertian Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa
Majelis Ulama Indonesia. Prinsip syariah misalnya prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa
tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),serta tidak mengandung gharar,
maysir, riba, zalim, obyek yang haram. Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
b) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang
dipercayakan kepadanya.
c) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-
kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai cirri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank islam
juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan memgelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Adapun perbedaan bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:
b) Berdasarkan tujuan. Bank konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan bebas nilai atau
dengan prinsip yang dianut oleh masyarakat umum. Sedangkan bank syariah tidak hanya
berorientasi pada profit saja, tapi juga pada penerapan nilai syariahnya. Sehingga, aktivitas
perbankan yang mereka jalankan juga memperhatikan aspek akhirat.
c) Berdasarkan system operasional. Pada bank konvensional, menerapkan suku bunga dan perjanjian
secara umum yang didasarkan pada aturan nasional. Akad antara bank dan nasabah dilakukan
berdasarkan kesepakatan jumlah suku bunga. Sedangkan bank syariah tidak menerapkan bunga
dalam transaksinya, karena menganggap bunga sebagai bagian dalam riba. Oleh karena itu, sistem
operasional pada bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah, di mana nasabah dan pihak
bank melakukan kesepakatan berdasarkan pembagian keuntungan dan melibatkan kegiatan jual beli.
d) Berdasarkan pengelola dana. Bank konvensional dapat melakukan pengelolaan dana di dalam
seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang. Sedangkan, bank syariah
menggunakan aturan Islam dalam mengelola uang nasabahnya. Bank syariah akan mengelola dana
nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam. Jadi, uang nasabah tidak boleh
diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha yang bertentangan dengan nilai Islam.