Anda di halaman 1dari 18

TABUNGAN DAN INVESTASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dosen Pengampu: Ferri Alfadri, S.E.I., M.E.

DISUSUN OLEH: Kelompok 4

NUR CAHAYA SIREGAR (2240100062)

FITRI RIZKIAH (2240100035)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY


PADANGSIDIMPUAN

T. A. 2023/2024
PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang boleh diambil kapan saja dengan


menggunakan buku tabungan dan ATM. Menabung merupakan tindakan yang
dianjurkan oleh islam, karenan dengan menabung berarti seorang muslim
mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi
hal-hal yang tidak diinginkan.1

Berdasarkan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan


Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang dimaksudkan
dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan ini.

Berdasarkan undangan-undangan perbankan syariah nomor 21 tahun 2008,


tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat didtarik cek, bilyet giro dan alat
lainnya yang dipersamakan.2

A. Teori Tabungan Dalam Konvensional


Bank atau tabungan konvensional adalah bank yang melaksanakan
usahanya secara konvensional, memiliki sistem suku bunga serta sesuai
prosedur dan hukum formal negara. Martono menyatakan terdapat dua
metode dalam bank konvensional, yaitu sistem bunga dan sistem biaya.
Sistem bunga dalam tabungan konvensional adalah besaran bunga yang
diambil bank untuk produk-produk tertentu seperti tabungan, deposito, serta
produk pinjaman lain. Bank menetapkan bunga dengan besaran tertentu
1
Muhammad Syafii Antonio, Teori Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2010), hlm 153
2
Widiyanningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2005), hlm 104

1
sesuai jumlah tabungannya. Bunga ini berbeda dari setiap bank, dan sudah
ditetapkan sejak awal sesuai kesepakatan dengan nasabah.
Besaran bunga tabungan yang diberikan untuk nasabah merupakan
kebijakan dari bank penyelenggara. Namun, bunga tersebut bersifat tetap.
Sehingga nasabah akan terus menerima bunga tabungan setiap periodenya.
Selama menabung di bank konvensional, nasabah dapat menarik dana
kapan saja dan di mana saja. Dengan catatan dalam waktu tersebut nasabah
juga tidak menyalahi hukum atau aturan yang berlaku. Nantinya setiap
bulan terdapat biaya administrasi yang dikenakan atas tabungan sesuai
ketentuan dari pihak bank.
1) Ciri-ciri tabungan konvensional
Perbedaan yang menjadi salah satu ciri tabungan konvensional
adalah adanya sistem bunga yang digunakan, yaitu relasi antara pihak
bank dengan nasabah dalam memperoleh keuntungan. Tabungan yang
disimpan oleh nasabah dalam bank konvensional ditujukan untuk
mendapat keuntungan sebesar-besarnya.
Dalam hal ini, tabungan konvensional berbeda dengan tabungan
syariah yang tidak menerapkan bunga. Karena setiap transaksi dan
produk dalam tabungan syariah harus sesuai dengan prinsip syariah
Islam. Sementara sistem bunga pada tabungan konvensional adalah
termasuk riba dalam prinsip syariah.
Sejatinya banyak kesamaan di antara tabungan konvensional dan
tabungan syariah. Misalnya, keduanya sama-sama berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Namun, tabungan syariah menambahkan prinsip syariah yang tidak
terdapat pada bank konvensional.3
Selain itu, sebagai bank resmi yang beroperasi di Indonesia, baik
bank konvensional maupun bank syariah keduanya sama-sama
diawasi oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dalam aktivitasnya. Namun, bank syariah memiliki tambahan

3
https://www.ocbc.id/id/article/2022/05/27/tabungan-konvensional-adalah

2
pengawas yaitu Dewan Pengawas Syariah (DSN) yang berfokus
memastikan prinsip syariah tersebut berjalan.
Secara umum, bank syariah maupun bank konvensional dengan
produknya yaitu tabungan konvensional dan tabungan syariah tidaklah
jauh berbeda. Namun keduanya memiliki sistem serta prinsip
pelaksanaannya tersendiri.
Lalu secara khusus, ciri tabungan konvensional adalah:
a. Memakai prinsip ekonomi perbankan
b. Terdapat keuntungan dalam bentuk bunga sebagai benefit
nasabah atas dana yang disimpan
c. Bunga sudah ditetapkan besarannya sejak awal, sesuai dengan
pilihan nasabah
d. Jumlah bunga yang didapat juga tidak terdampak dari keadaan
ekonomi pihak bank penyelenggara tabungan
2) Sarana Penarikan Dana
Sarana penarikan dana yang digunakan dalam tabungan
konvensional adalah:
a. Buku Tabungan
b. Slip penarikan
c. ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
d. Sarana lainnya (mobile banking, internet banking, formulir
transfer, dll)
3) Perhitungan Bunga Tabungan
Untuk menghitung besaran bunga tabungan yang nasabah terima
dalam tabungan konvensional dapat menggunakan tiga metode.
Berikut tiga metode perhitungan bunga tabungan konvensional
adalah:4

a. Metode Saldo Harian

4
Ibid

3
Pada metode ini, jumlah bunga akan dihitung dari saldo
harian. Bunga setiap harinya akan dihitung lalu dijumlahkan
untuk mendapat jumlah bunga tabungan per bulan.
b. Metode Saldo Rata-Rata
Dalam metode ini, bunga dalam satu bulan akan dihitung
berdasarkan saldo rata-rata dalam bulan berjalan. Saldo rata-rata
tersebut dihitung sesuai dengan jumlah saldo akhir tabungan
setiap harinya dalam bulan berjalan, lalu dibagi jumlah hari
dalam bulan itu.
c. Metode Saldo Terendah
Jumlah bunga tabungan dihitung dari jumlah saldo terendah
bulan tersebut, dikalikan dengan suku bunga per tahun lalu
dikalikan juga jumlah hari dalam sebulan dan dibagi jumlah hari
dalam satu tahun. Sebagai contoh untuk bunga tabungan bulan
Februari dapat dihitung:
Bunga tabungan = (Saldo terendah x Suku bunga per tahun
(%) x 28 hari) : 365 hari
4) Contoh Tabungan Konvensional
Contoh tabungan konvensional misalnya Bank OCBC NISP,
dengan produknya seperti Tabungan Individu, Tabungan Anak,
Tabungan Korporat, Tabungan UKM, dan lain-lain.

B. Teori Investasi Dalam Konvensional

Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (me- makai),
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment. Istilah hukum
investasi berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu investment of law.5

Sedangkan dalam bahasa Arab, ististmar, berarti investasi, berasal dari


kata ististmar yang artinya menjadikan berbuah (berkembang) dan
bertambah jumlahnya. Ististmar artinya menjadikan harta berubah

5
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm 149

4
(berkembang) dan bertambah jumlahnya. Investasi adalah merupakan
bagian penting dalam perekonomian. Investasi adalah kegiatan usaha yang
mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian.
Dengan demikian, perolehan kembaliannya (return) tidak pasti dan tidak
tetap. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pendapat
lainnya menyebutkan bahwa investasi diartikan sebagai komitmen atas
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.6

Teori konvensional (klasik) tentang investasi pada pokoknya didasarkan


atas teori produktivitas batas (marginal productive) dari faktor produksi
modal (capital). Berdasarkan teori ini besarnya modal yang akan di
investasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas
marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunga, sehinga investasi itu akan
terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi masih lebih
tinggi dari tingkat bunga yang akan diterima.

Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai bentuk kekayaan itu


memberikan hasil yang berbeda-beda, dan juga mengandung resiko yang
tidak sama, maka haruslah dipilih cara mana yang lebih baik, yang
menguntungkan dan memberikan kepuasan secara maksimal bagi seorang
yang memiliki kekayaan. Pemilik kekayaan harus memilih dan menentukan
putusan tentang manakan yang lebih menguntungkan antara membeli
saham, obligasi jangka panjang, obligasi jangka pendek, atau di investasikan
dalam perusahaan.

Berdasarkan teori produktivitas batas, maka soal investasi oleh ahli-ahli


ekonomi klasik dipecah atas prinsip-prinsip maksimisasi laba dari
perusahaan-perusahaan individual.

6
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm
1-2

5
Sebab suatu perusahaan akan memaksimir labanya dalam situasi
persaingan sempurna, bila mana perusahaan tersebut menggunakan
modalnya sampai dalam jumlah produk marginal dari modal itu sama
dengan harga modal, yaitu suku bunga.

Adapun secara garis besar teori klasik tentang investasi adalah sebagai
berkut:

1) Investasi akan dijalankan bilamana pendapatan dari investasi itu


(prospected yield) lebih besar dari tingkat bunga. Bila hendak
membandingkan antara pendapatan dari investasi dengan suku bunga
maka tidak boleh dilupakan bahwa barang-barang modal umumnya
mempunyai penggunaan yang panjang dan tidak hanya sekali pakai,
sehingga pendapatan dari investasi (yang akan dibandingkan dengan
bunga) adalah terdiri dari jumlah-jumlah pendapatan yang akan
diterima setiap akhir tahun, selama penggunaan barang modal itu
dalam produksi (umur ekonomis), jumlah pendapatan tiap-tiap tahun
selanjutnya dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku
sekarang.
2) Investasi dalam suatu barang modal adalah menguntungkan
bilamana biaya (ongkos) plus bunga lebih kecil dari hasil pendapatan
yang diharapkan dari investasi itu. Dengan demikian unsur-unsur
yang diperhitungkan dalam penentuan investasi adalah:
a. tingkat ongkos (biaya) atas modal;
b. tingkat bunga; dan
c. tingginya hasil pendapatan yang diterima.7
Berubahnya salah satu dari ketiga faktor diatas, akan mengakibatkan
berubahnya perhitungan profitabilitas.

C. Teori Tabungan dan Investasi Dalam Islam

1) Tabungan dalam Islam


7
Priyono Teddy Chandra, Esensi Ekonomi Makro, (Taman Sidoarjo: Zifatama, 2016), hlm
64-65

6
Tabungan adalah selisih langsung antara pendapatan nasional
dengan konsumsi agregat (S = Y – C). Tingkat tabungan dari seorang
individu dalam teori Islam juga tidak terlepas dari pertimbangan
kemashlahatan umat secara keseluruhan. Pada kondisi tertentu
dimana masyarakat begitu membutuhkan harta atau dana, maka
individu yang memiliki dana lebih, akan mengurangi tingkat
tabungannya atau lebih tepatnya mengurangi tingkat kekayaannya
untuk membantu masyarakat yang kekurangan. Mekanisme ini dapat
berupa mekanisme sukarela atau mekanisme yang mengikat, artinya
negara memiliki wewenang dalam memaksa individu yang
berkecukupan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,
dengan mengenakan pajak khusus atau dikenal dengan nawaib pada
masyarakat golongan kaya. Dengan demikian tingkat tabungan
dalam Islam memiliki korelasi yang kuat dengan kondisi ekonomi.
Jadi, tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekwensi
atau respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang
menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak ber-
mewah-mewah karena Allah sangat mengutuk perbuatan israf
(pemborosan) dan tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa
guna), serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada
dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motifasi
utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup sederhana
(hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir.8

2) Investasi dalam Islam


Investasi pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
investasi pada aset keuangan dan investasi pada aset riil. Aset
keuangan diperoleh pada lembaga keuangan, misalnya perbankan
dan pasar modal. Contohnya deposito, saham dan sukuk. Sedangkan

8
Aqwa Naser Daulay, dkk, Ekonomi Makro Islam, ( Medan: FEBI UIN-SU Press, 2019), hlm
49-51

7
aset riil termasuk kedalam golongan benda-benda tidak bergerak atau
aset tetap. Contohnya tanah, properti, logam mulia, dan pabrik atau
perusahaan. Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang
dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Ada tiga bentuk
pengeluaran investasi, yaitu:
a. Investasi tetap bisnis (Business fixed Investment), yaitu
pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang
modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk
mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b. Investasi residensial (residential Investment), pengeluaran untuk
mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik, dan bangunan lainnya.
c. Investasi persediaan (Inventory Investment), yaitu pertambahan
nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan
barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
perhitungan pendapatan nasional.

Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang


perbankan syariah yang menyebutkan bahwa tabungan adalah simpanan
berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu
yang disepakati.9

Dalam islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat


dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi
produktif dan jhuga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Al- qur’an
dengan tegas melarang aktivitas penimbunan terhadap harta yang dimiliki.
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad saw bersabda: “Ketahuilah, barang

9
Pasal 1 Undang- Undang Perbankan Syariah

8
siapa yang memelihara anak yatim sedangkan anak yatim tersebut itu
memiliki harta, maka hendaklah ia menginvestasikan nya
(membisniskannya) janganlah ia membiarkan harta itu idle, sehingga harta
itu terus berkurang lantara zakat.10

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Menabung dan


Berinvestasi

1) Tabungan
a. Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Menabung
Beberapa ahli ekonomi Islam telah membuat kesimpulan
menarik tentang hubungan perilaku ekonomi dengan tingkat
keyakinan/keimanan. Perilaku ekonomi sangat ditentukan oleh
tingkat keimanan seseorang atau masyarakat. Perilaku ini
kemudian membentuk kecenderungan perilaku produksi dan
konsumen dipandangan tersebut juga berpengaruh terhadap
perilaku menabung.
Kesimpulan tersebut menjelaskan tiga karakteristik perilaku
ekonomi dengan tingkat keimanan sebagai berikut:
i. Ketika keimanan berada pada tingkat yang cukup baik, maka
motif berekonomi (konsumsi/menabung atau berproduksi)
akan didominasi oleh motif mashlahah (public interest),
kebutuhan (needs) dan kewajiban (obligation). Karakter ini
disebut sebagai muslim taat;
ii. Ketika keimanan berada pada tingkat yang kurang baik,
maka motif berekonomi tidak hanya didominasi oleh tiga hal
tersebut, tetapi juga akan dipengaruhi secara signifikan oleh
ego, rasionalisme (materialisme) dan keinginan yang bersifat
individualistis, Karakter ini disebut sebagai muslim yang
kurang taat; dan

10
Indah Yuliana, op.cit, hlm 14

9
iii. Ketika keimanan berada pada tingkat yang buruk, maka
motif berekonomi akan didominasi oleh nilai-nilai
individualistis (selfishness), ego, keinginan dan
rasionalisme. Karakter ini disebut sebagai muslim tidak taat.
b. Tabungan dan Modal Investasi
Tabungan merupakan keharusan dan perlu terus
dikembangkan dalam upaya pembentukan modal guna
memenuhi kebutuhan dasar kegiatan produksi. Khalifah Umar
bin Khathab berkata: "Kecukupan yang disertai kesederhanaan
adalah lebih mencukupi daripada kelonggaran yang disertai
pemborosan". Artinya, pendapatan yang sama dengan kadar
kecukupan disertai hemat dalam belanjanya adalah jauh lebih
mencukupi daripada pendapatan tinggi yang disertai dengan
tindakan boros. Tidak berlebih-lebihan dalam penggunaan harta
benda dengan tujuan untuk ditabung dan pembentukan modal
adalah metode ekonomi yang benar.

2) Investasi

Fungsi investasi dalam sistem ekonomi Islam berbeda dengan fungsi


investasi dalam sistem ekonomi kapitalis ataupun sosialis. Perbedaan
tersebut terutama terletak bahwa para pelaku bisnis Islam tidak
menggunakan suku bunga dalam menghitung kelayakan suatu investasi.11

a. Pengaruh Agama Terhadap Insentif Investasi

Di negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam investasi


dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

i. Terdapat sanksi bagi yang memegang aset atau harta benda


yang kurang tidak produktif
ii. Larangan melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala
macam perjudian; dan
11
Saefuddin Mubarok, Ekonomi Islam Penggertian Prinsip dan Fakta, (Bogor: IN
Media,2014), hlm 87-88

10
iii. Untuk berbagai pinjaman suku bunga adalah nol12

Dengan demikian, hal tersebut berpengaruh pada seorang


muslim yang memiliki harta benda atau aset dalam memilih
alternatif atas hartanya. Terdapat tiga pilihan alternatif yang
memungkinkan mereka untuk memilihnya yaitu

i. Memegang harta kekayaannya dalam bentuk uang kas (idle


cash);
ii. Memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi
seperti deposito bank, pinjaman, real estate, dan logam mulia
iii. Menginvestasikan tabungannya pada proyek yang menambah
persediaan kapital nasional.

E. Faktor Investasi dalam Konsep Ekonomi Konvensional

Secara umum, investasi didasari untuk memperoleh keuntungan dari


dana yang diinvestasikan karena adanya peluang untuk mendapatkan
keuntungan yang diinginkan, tingkat keuntungan dalam investasi biasanya
dipengaruhi oleh sikap investor dalam mengambil atau menanggapi risiko.
Berdasarkan sikapnya dalam menghadapi risiko, investor dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berikut ini.

1) Pengambil Risiko (Risk Seeker)


Investor ini merupakan investor yang apabila dihadapkan pada
dua alternatif investasi dengan pengembalian yang diharapkan sama,
maka ia cenderung akan memilih investasi yang berisiko. Investor
yang termasuk pada kelompok risk seeker merupakan investor yang
berani menanggung risikodan optimis dalam melihat masa depan.
Portofolio saham pemodal ini sebagian ada yang memberikan hasil
yang tinggi dengan risiko yang tinggi dan risiko kecil dengan hasil

12
Ibid, hlm 90

11
yang tidak begitu tinggi. Para pemodal ini biasanya berasal dari
golongan kalangan muda yang penuh perhitungan.13
2) Penghindar Risiko (Risk Averter)
Investor ini merupakan investor yang apabila dihadapkan pada
dua alternatif investasi dengan pengembalian yang diharapkan sama,
maka ia cenderung akan memilih investasi yang kurang berisiko.
Investor yang termasuk ke dalam kelompok risk averter merupakan
investor yang cenderung untuk menghindari risiko dan berinvestasi
pada aset yang memberikan pendapatan tetap, seperti deposito,
obligasi, ataupun saham yang tergolong ke dalam blue chips.
Investor ini menyadari tidak mengharapkan keuntungan investasi
yang optimal. Biasanya kalangan investor dalam kategori ini
mayoritas berasal dari kalangan pensiunan yang berkeinginan untuk
mendapatkan keuntungan walaupun sedikit namun pasti.
3) Acuh terhadap Risiko (Risk Indifference)
Investor ini merupakan investor yang cenderung tidak peduli
tersebut jenis investasi mana yang akan diambilnya. Investor yang
tergolong ke dalam risk indiference ini merupakan tipe investor yang
hanya cenderung ikut-ikutan dalam melakukan pembelian atau
penjualan efek sesuai dengan gejolak pasar.

F. Faktor Investasi dalam Islam

Faktor utama lain yang ikut memengaruhi tingkah laku investasi dalam
perekonomian Islami adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam
melarang pem- bayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi,
komersial, pertanian, industri, dan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini
dilakukan untuk teman, perusahaan swasta maupun publik, pemerintah atau
entitas lainnya.14

13
Made Adnyana, Manajemen Investasi dan Portofolio, ( Jakarta Selatan: LPU-UNAS, 2020),
hlm 3-4
14
Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm 297

12
Analisis di atas mengindikasikan bahwa dalam perekonomian Islami,
tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya
kesempatan (opportunity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan
untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana
ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada
investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu.

Beberapa alasan yang dikemukakan oleh orang ketika mereka melakukan


investasi adalah sebagai berikut.

1). Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa depan. Se-


seorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pedapatannya yang seka- rang agar tidak
berkurang di masa datang.

2). Mengurangi risiko inflasi. Dengan melakukan investasi dalam


kepemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat
menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak
milik akibat adanya pengaruh inflasi.

3). Adanya dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat


mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha
tertentu. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan di masa
sekarang ataupun masa depan. Manfaat dari dilaksanakannya investasi adalah
sebagai berikut:

1) Menambah pendapatan nasional.


2) Meningkatkan stabilitas penerimaan, melalui diversifikasi ekspor,
memroduksi barang-barang substitusi, dan lain-lain.
3) Menambah lapangan kerja.

13
4) Memanfaatkan bahan baku lokal.15

Investasi dalam islam bukan hanya dipengaruhi faktor keuntungan materi,


tapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor syariah ( kepatuhan pada ketentuan
syariah) dan faktor sosial (kemaslahatan umat). Harta yang dimiliki seorang
muslim tidak boleh dimanfaatkan dan dikembangkan dengan cara yang
bertentangan dengan syariat islam. Islam telah melarang aktivitas perjudian,
riba, penipuan, serta investasi disektor-sektor maksiat. Sebab aktivitas
semacam ini justru akan menghambat produktivitas manusia.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi Kamaruddin


Ahmad, mengemukakan tiga alasan sehingga banyak orang melakukan
investasi, yaitu:

1) Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak di masa yang akan


datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara
meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak
tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang
akan datang.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghin-
darkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya
karena digerogoti oleh inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia ba-
nyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang- bidang
usaha tertentu.

Di samping hal tersebut, orang melakukan investasi karena dipicu oleh


kebutuhan akan masa depan. Tetapi sangat disayangkan, banyak orang belum

15
Indah yuliana, op.cit, hlm 4-5

14
memikirkan kebutuhan akan masa depannya. Padahal semakin ke depan, biaya
hidup seseorang pasti akan semakin bertam bah. Bila orang menyadari bahwa
kebutuhan masa depan akan lebih besar, mereka tentu akan menyempatkan diri
berhemat dalam menge lola keuangannya, mereka pasti akan melakukan
investasi guna me menuhi kebutuhan yang diperlukan itu.

Selain kebutuhan akan masa depan, orang melakukan investasi karena


dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal-hal lain yang tidak terduga
dalam hidup ini, misalnya keterbatasan dana, kondisi kesehatan, datangnya
musibah secara tiba-tiba, dan kondisi pasar investasi. Oleh karena masalah ini
tidak dapat diprediksi dengan tepat, maka diperlukan perencanaan yang baik
dalam menghadapi hidup ini. Dengan adanya alternatif instrumen investasi,
memungkinkan sese- orang bisa memenuhi kebutuhan masa depannya dengan
menentukan prioritas kebutuhan, menetapkan perencanaan yang baik, dan
implenmentasi secara disiplin.16

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tabungan adalah simpanan yang boleh diambil kapan saja dengan


menggunakan buku tabungan dan ATM. Menabung merupakan tindakan
yang dianjurkan oleh islam, karenan dengan menabung berarti seorang
16
Abdul Manan, op.cit, hlm 152-153

15
muslim mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang sekaligus untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.

Investasi adalah setiap penggunaan uang dengan maksud untuk


memperoleh penghasilan. Investasi merupakan sebuah bisnis yang tidak dapat
diprediksi dan beresiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan
yang sama dengan prodik nasional bruto (GNP) beda halnya dengan
pengeluaran konsumsi yang dapat mempengaruhi nilai produk nasional bruto
(GNP). Investasi merupakan aktivitas tersendiri dari sektor swasta dan sektor
pemerintah.

Pada dasarnya praktek investasi menurut prinsip syariah harus dilakukan


tanpa ada paksaan (ridha), adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan
produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh islam, termasuk bebas manupulasi
dan spekulasi. Hal inilah yang menjadi perbedaan antara investasi syariah
dengan investasi konvensional.

Dengan demikian maka investasi dan kekayaan seseorang itu dalam hal-
hal yang benar, dengan ungkapan lain investasi terbaik adalah jika ia dituju
untuk mencari keridhaan Allah. Karena pada dasarnya sistem islam bukan
sekedar memberi batasan semata, tetapi dengan konsep halal dan haramnya
mampu memberikan kondisi investasi yang lebih bailk. Pelarangan riba pun
tidak hanya pada bunga bank. Namun pada semua hal yang memungkinkan
tindakan sewenang-wenang dari pihak yang lebih kuat secara keuangan
terhadap pihak yang lebih lemah dalam transaksi keutamaan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan dalam transaksi non syariah adalah memegang asas
kegunaan (utilitas) sedangkan transaksi syariah berdasarkan asas manfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M. (2020). Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta Selatan : LPU-


UNAS.
Antonio, M. S. (2010). Teori bank Syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema
Insani.

16
Aqwa Naser Dulay, d. (2019). Ekonomi Makro Islam. Medan: FEBI UIN-SU.
Chandra, P. T. (2016). Esensi Ekonomi Makro. Taman Sidoarjo: Zifatama.
Karim, A. A. (2010). Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Manan, A. (2012). Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama. Jakarta: Predana Media Group.
Mubarok, S. (2014). Ekonomi Islam Pengertian Prinsip dan Fakta. Bogor: IN
Media.
Widiyanningsih. (2005). Bank dan Asuransi Islam diIndonesia . Jakarta: Kencana.
Yuliana, I. (2010). Investasi Produk Keuangan Syariah . Malang: UIN Maliki
Press.
https://www.ocbc.id/id/article/2022/05/27/tabungan-konvensional-adalah

17

Anda mungkin juga menyukai