PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sangat ketat baik produk pinjaman maupun bunga yang ditetapkan, bahkan
1
2
yang menjadi stake holder Bank Syariah. Bank Syariah bukan karena
pemerataan di masyarakat.”4
perbankan syari’ah yaitu kegiatan antara pihak bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
4
Darsono, Ali Sakti, Nas Carya, DKK, 2017, Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Rajawali
Perss, hal. 307.
5
Abd Hadi, 2018, Hukum Perbankan Syariah, Malang: Setara Press, hal. 1.
3
masyarakat contohnya antara lain BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). “BMT
BMT berbentuk koperasi sehingga modal dari para anggota koperasi dan
hasil dan tingkat bunga yang diterima debitur akan digantikan dengan
dimana hal ini para pihak melakukan kerjasama bagi hasil akan ikut aktif
6
Darsono, Ali Sakti ,Op.Cit, hal. 323.
7
Muhammad, 2004, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit margin pada Bank Syari’ah,
Yogyakarta: UII Press, hal. 21-26.
4
tersebut akan memberikan kerugian pada salah satu pihak yang melakukan
transaksi.
pasti kami akan melimpahkan kepada meraka berkah dari langit dan bumi,
mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan”. Ayat ini menunjukkan
iman dan taqwa. Hal ini berarti bahwa,” kehadiran ekonomi islam pada
bertaqwa”8
Allah SWT terhadap riba. Maka dalam upaya manusia agar hidup dan
dikerjakan.
B. Perumusan Masalah
pada nasabah?
3. Apa kendala dalam bagi hasil atas pembiayaan yang disalurkan oleh
BMT?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
6
manfaat, diantaranya:
1. Penulis
Pamoton.
2. Ilmu Pengetahuan
Pamoton.
3. Masyarakat
Pamoton.
E. Kerangka Pemikiran
7
pada hal firman Allah SWT melarang bagi orang-orang beriman untuk
Tak berkah
Lembaga Pinjaman/ Bunga
dilarang, tak
keuangan Kredit
melimpah
konvensional
reziqi, ketidak
seimbangan
Dana dari
masyarakat
Lembaga Berkah
Pinjaman/ Bagi hasil
keuangan Keridhoan
pembiayaan
Syariah Melimpah
reziqi
Keseimbangan
EKONOMI ISLAM
9
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
teori baru”.10 Dalam hal ini penulis ingin mengetahui dengan cara
3. Sumber Data
9
Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hal. 51.
10
Ibid, Hal.10
10
a. Data Primer
1) Lokasi Penelitian
2) Subyek Penelitian
ekonomi islam.
b. Data Sekunder
dan kajian adalah data secara kualitatif yaitu penelitian yang mengacu
menarik kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
penyajian atas hasil penelitian dapat diterapkan dalam 4 bab yang masing-
masing bab terdiri dari berbagai sub bab yang merupakan bagian pokok
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam hal ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tinjauan
sistematika penulisan.
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian, riba, bagi hasil ,
Bab ini penulis menguraikan atas hasil yang diperoleh dari BMT UAS
BAB IV PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian akad
baik setuju maupun tidak setuju, tidak berpengaruh kepada janjia yang
11
Nasrun Hraun, 2007, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, hal. 97.
12
M. Ali Hasan, 2003, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.
13.
14
15
dibuat oleh orang tersebut, seperti yang dijelaskan dalam Surah Ali-Imran:
oleh salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan
mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad
satu sama lain karena akad adalah keterkaitan kehendak kedua pihak yang
2. Unsur Akad
Setiap pembentuk aqad atau akad syarat yang ditentukan syara’ yang
a. Kedua orang yang melakukan aqad cakap bertindak (ahli). Tidak sah
akad orang gila, orang yang berada di bawah pengampuan (mahjur)
karena boros atau lainnya.
b. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai
hak melakukannya walaupun dia bukan aqid yang memiliki barang.
d. Aqad tidak dilarang oleh syara’.
e. Aqad dapat memberikan faedah.
f. Ijab tersebut berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul.
g. Ijab dan qabul bersambung jika berpisah sebelum adanya qabul maka
batal.
13
Sohari, Ru’fah, Fiqh Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 42.
14
M. Ali Hasan, 2003, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Op.Cit, hal. 102.
15
Hendy Suhendi, 2005, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo, hal. 44.
16
berfungsi membentuk aqad. Syarat-syarat yang terkait dengan rukun aqad ini
a. Tamyiz;
b. Berbilang pihak atau pihak-pihak yang beraqad (at-ta‟adud);
c. Persesuaian ijab dan qabul (kesepakatan);
d. Kesatuan majlis aqad;
e. Objek aqad dapat diserahkan;
f. Objek aqad tertentu atau dapat ditentukan;
g. Objek aqad dapat ditransaksikan (artinya berupa benda bernilai dan
memiliki/ mutaqawwin dan mamluk);
h. Tujuan aqad tidak bertentangan dengan syara.
3. Jenis Akad
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa aqad itu bisa dibagi dari berbagai
a. Akad Sahih yaitu akad yang telah memenuhi rukun dan syarat. Hukum
dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang
ditimbulkan akad itu serta mengikat kedua belah pihak yang berakad.
Ulama Hanafiyah dan Malikiyah membagi akad shahih ini menjadi dua
macam yaitu:
1) Akad Nafis (sempurna untuk dilaksanakan), yaitu akad yang
dilangsungkan sesuai dengan rukun dan syaratnya dan tidak ada
penghalang untuk melaksanakannya.
2) Akad Mauquf yaitu akad yang dilaksanakan seseorang yang cakap
bertindak hukum, tetapi ia memiliki kekuasaan untuk melangsungkan
dan melaksanakan akad itu.
b. Dilihat dari segi mengikat atau tidaknya, para ulama fiqh membagi
16
Nasrun Haroen, 2007, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, hal. 108.
17
1) Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut
transaksi yang tidak mengejar keuntungan (non profit transaction).
Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam
rangka berbuat kebaikan, sehingga pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak
lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah, bukan dari
manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut
boleh meminta kepada rekan transaksinya untuk sekedar menutupi
biaya yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad, tanpa
mengambil laba dari tabarru’ tersebut.
2) Akad Tijarah
Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut
transaksi yang mengejar keuntungan (profit orientation). Akad ini
dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat
komersiil. Hal ini didasarkan atas kaidah bisnis bahwa bisnis adalah
suatu aktivitas untuk memperoleh keuntungan.
4. Riba
peningkatan atau surplus.17 Kata riba dalam bahasa Inggris disebut usury,
17
Marwini, Kontroversi Riba Dalam Perbankan Konvensional Dan Dampaknya Terhadap Perekonomian,
Az-Zarqa, Vol. 9, No. 1 Juni 2017.
18
masa pinjaman itu berlaku. Al-Maududi dan para Sarjana Muslim Arab
adalah riba utang piutang dan riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi
menjadi riba qardh dan jahiliyah. Adapun kelompok kedua, riba jual-beli,
Riba fadhl disebut juga riba buyu yaitu riba yang timbul akibat
ghoror yaitu ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai masing barang yang
terhadap salah satu pihak, kedua pihak dan pihak-pihak yang lain.
18
Ibid,.
19
Ibid,.
20
Heri Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi)¸Yogyakarta:
Ekonisia, hal. 15-16.
19
Riba nasiah juga disebut juga riba duyun yaitu riba yang timbul akibat
utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko
(al ghunmu bil ghumi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (kharaj bi
contoh, adanya unsur riba di dalam pertukaran satu ons emas dengan
b. Pertukaran barang yang sama jenis jumlahnya, tetapi berbeda nilai atau
Pertukaran semacam itu akan terbebas dari unsur riba apabila dijalankan
c. Pertukaran barang yang sama nilainya atau harganya tetapi berbeda jenis
Tetapi apabila pertukaran dengan cara dari tangan ketangan tunai, maka
pertukaran tersebut terbebas dari unsur riba. Contoh jika satu ons emas
mempunyai nilai sama dengan satu ons perak. Kemudian dinyatakan sah
21
Ibid,.
20
d. Pertukaran barang yang berbeda jenis, nilai dan kuantitasnya, baik secara
e. Jika barang itu campuran yang mengubah jenis dan nilainya, pertukaran
dengan kuantitas yang berbeda baik secara kridit maupun dari tangan ke
tangan, terbebas dari unsure riba sehingga sah. Contoh, perhiasan emas
barang yang sama dengan kuantitas berbeda, baik secara kridit maupun
gandum ini dapat ditukarkan dengan kuantitas yang tidak sama tanpa
tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
prinsip dalam islam. Bank syariah merupakan bank yang diimpikan oleh
Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana
24
Mulawarman, Dedi Aji, 2006, Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi Akuntansi Syariah
dan Wacana Ke Aksi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, hal. 26.
25
Ibid,.
23
pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima
dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah,
prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.26
Perbankan Syariah dilakukan oleh bank dengan menerima dana dari nasabah
jangka waktu yang bervariasi. Kemudian dana yang terkumpul dari nasabah
besar, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan
3. Jenis Pembiayaan
a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari
pemilik dana (shahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib)
untuk melakukan usaha tertentu sesuai syariah, dengan pembagian
hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
disepakati sebelumnya.30
b) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari
dua atau lebih pemilik dana atau barang untuk menjalankan usaha
tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak sesuai nisbah yang telah disepakati, sedangkan
29
Ibid,.
30
A. Wangsawidjaja Z, 2012, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 192.
26
adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui
31
Ibid, hal. 196.
27
investasi dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap pada bank Islam.
masyarakat umum.
32
Veithzal Rivai, 2010, Islamic Banking, Jakarta: PT. Bmui Aksara, Loc.Cit, hal. 800.
33
Ibid,.
34
Muhammad Syafi’i Antonio, 2001, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
hal. 95.
28
Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan
tersebut.
35
Ibid,.
29
Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari
dibagi hasilkan adalah laba dari sebuah usaha /proyek. Contoh: sebuah
digunakan adalah profit and loss sharing, di mana ini dapat diartikan
pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas
hasil usaha yang dilakukan. Jika mendapat keuntungan maka akan dibagi
kedua pihak sesuai kesepakan akad diawal begitu pula dengan kerugian
Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari
total pendapatan pengelola dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat
syariah. Bagi hasil bruto adalah bagi hasil yang di dasarkan pada
menerapkan sistem profit sharing maka bagi hasil yang akan diterima
oleh para shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil yang
berdampak apabila secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi.
dananya pada bank syariah. Berbeda dengan sistem revenue sharing bagi
hasil dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya
bank, maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih
penyediaan barang berdasarkan jual beli di mana bank syariah membiayai atau
a. Bagi nasabah
1) Merubah bentuk atau kontruksi rumah yang dijaminkan (dalam
pembiayaan murabahah dengan objek rumah, yang dijadikan objek
jaminan utama adalah rumah itu sendiri);
36
Dewi Nurul Musjtari, 2012, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah, Yogyakarta:
Parama Publishing, 144.
31
b. Bagi Bank
1) Dalam pembiayaan murabahah tanpa perwakilan, jadi bank sendiri yang
mencarikan barang pesanan, dapat terjadi nasabah melakukan komplain
kepada pihak bank karena ternyata objek murabahah atau barang tersebut
tidak sesuai dengan spesifikasinya (pesanan nasabah).
2) Nasabah komplain ternyata objek tidak sesuai dengan penawaran.
3) Nasabah komplain karena tidak sesuai dengan waktunya atau lambatnya
proses kerja.
1. Non Litigasi
berikut:37
2. Litigasi
berikut: “
maka telah ada suatu dasar hukum bagi para pihak, termasuk dalam
antara Bank Syariah dengan nasabahnya. Dalam akad tersebut dimuat suatu
38
Faturrahman Djamil, 2012, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalaha Di Bank Syariah, Jakarta:Sinar
Grafika, hal. 33.
34
BAB III
c. Keterangan
b. Kerjasama usaha antara BMT dan anggota dengan penggabungan modal dari
kesepakatan
d. Keterangan
usaha
masing
perbankannya, hal ini dikarenakan bunga merupakan bagian daripada riba dan
berdasarkan Hukum Islam yang dijelaskan oleh ulama atau para pakarnya dalam
bidang ekonomi merupakan hukumnya adalah haram. Prinsip bagi hasil atau nisbah
yang diterapkan oleh perbankan syari’ah atau dalam hal ini BMT UAS Pamotan
39
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
36
hasil menurut ekonmi Islam idealnya dengan 2 (dua) macam, diantaranya yaitu;40
Sistem bagi hasil yaitu total pendapatan usaha dikurangi biaya operasional
yang wajar. Pendapatan yang wajar berdasatkan BMT UAS Pamotan misalnya
Jika kerugian yang dialami oleh nasabah diluar daripada kehendaknya maka
BMT UAS Pamotan akan menanggung kerugian yang dialami oleh nasabah dengan
perhitungan saat bagi hasil. Hal ini merupakan ketentuan yang diterapkan pada
40
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
37
PSAK Momor 105 paragraf 5 dimana jika sebagian investasi mudharabah hilang
setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau keslaahan pengelola dana
Bila telah jatuh tempo untuk melakukan pembayaran dan tidak membayar
maka BMT UAS Pamotan akan menganggapnya sebagai piutang, hal ini
dikenakan denda. Hal ini merupakan perlakuan akuntansi atas pembagian hasil
usaha yang dibayarkan oleh nasabah sebagaimana dijelaskan pada PSAK nomor
105 paragraf 24 bahwa bagianhasil usaha yang belum dibayarkan oleh pengelola
dilakukan dengan bagi hasil maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto
(gross profit) bukan pada total pendapat (omset). Bila menggunakan prinsip ;aba
maka dasar yang digunakan adalah neto (net profit) yaitu pada laba bruto dikurangi
dan pengungkapan pada transaksi mudharabah yaitu berupa transaksi khusus yang
terkait dengan aktivitas kpoerasi syari’ah/ PSAK diterapkan terhadap entitas saat
41
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
42
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
43
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
38
Bagi hasil atas pembiyaan yang diberikan pada nasabah oleh BMT UAS
e. Prinsip Keadilan (adl), yaitu menempatkan sesuat yang hanya pada tempatnya
dan memberikan sesuatu hanya pada bank yang berhak serta memperlakukan
material dan spiritual , aspek privat dan publik, sektor keuangan, dan sektor riil,
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual serta individual dan
bermanfaat dan membawa kebaikan dalam semua aspek secara keseluruhan dan
oleh, dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa
44
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
45
Mulawarman, Dedi Aji, 2006, Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi Akuntansi Syariah dan
Wacana Ke Aksi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, hal. 26.
39
Bagi hasil atas pembiyaan yang diberikan pada nasabah oleh BMT UAS
Perbankan Syariah dilakukan oleh bank dengan menerima dana dari nasabah
penyimpan yang dapat berbentuk tabungan atau simpanan deposito dengan jangka
waktu yang bervariasi. Kemudian dana yang terkumpul dari nasabah penyimpan ini
kepada mitra usahanya. Bank disini dapat berperan ganda selaku pihak dalam akad
Konsep bagi hasil yang diterapkan pada BMT UAS Pamotan diantaranya
meliputi Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup
Metode bagi hasil BMT UAS Pamotan terdiri dari 2 sistem, diantaranya adalah
sebagai berikut :
46
Anshori, Abdul Ghofur, 2008, Kapita Selekta Perbankan Dyariah Di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, hal.
99.
40
Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Pola ini digunakan untuk
keperluan disttribusi hasil usaha. Secara sederhana bahwa yang dibagi hasilkan
adalah laba dari sebuah usaha /proyek. Contoh: sebuah usaha atau proyek
1.000.000,00, maka yang dibagi hasilkan adalah sebesar Rp. 2.000.000,00. Pada
perbankan syariah istilah yang sering digunakan adalah profit and loss sharing,
di mana ini dapat diartikan pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan
yang diterima atas hasil usaha yang dilakukan. Jika mendapat keuntungan maka
akan dibagi kedua pihak sesuai kesepakan akad diawal begitu pula dengan
Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total
pendapatan pengelola dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan
untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah. Bagi hasil
bruto adalah bagi hasil yang di dasarkan pada pendapatan usaha atau proyek
yang tidak dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul. Contoh: sebuah usaha
menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing. Jika suatu bank
menerapkan sistem profit sharing maka bagi hasil yang akan diterima oleh para
shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil yang berdampak apabila
secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
Berbeda dengan sistem revenue sharing bagi hasil dihitung dari total pendapatan
bank sebelum dikurangi dengan biaya bank, maka tingkat bagi hasil yang
diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku
(Zakat, Infak, Sedekah) sebagai bagian berfokus pada aspek sosial. Sementara itu,
BMT adalah agen komersial dengan pendanaan dari pihak ketiga, dapat berupa
47
Erwanda Nurhaya, SMEs-Fintech: Support Increas Of BMT Trought Financing And Ewcruitment Member
Based Of Technology, Review of Islamic and Finance (RIEF), Volume 1, Number 2, December 2018.
42
produk layanan dan pembiayaan. Beberapa jenis barang/jasa yang dapat disewa
termasuk 1) barang modal: aset tetap seperti gedung, kantor, toko rumah, dll; 2)
barang produksi seperti mesin, berat peralatan, dll. Penerapan kontrak Ijarah untuk
digunakan adalah kontrak Ijarah. Ini berarti bahwa debitur yang menyewa
ditentukan periode waktu misalnya satu semester (6 bulan). Itu Kontrak Ijarah yang
digunakan adalah kontrak sewa Ijarah, yang merupakan BMT menyewakan fasilitas
dengan membayar jumlah uang yang ingin disewa. Selanjutnya, BMT sewa kembali
dengan dibayar tunai atau dicicil sesuai dengan perjanjian dengan BMT.
jaminan. Harga ini diperoleh dari biaya sewa yang ditambahkan dengan margin
keuntungan dari kontrak paralel ijarah (muwazi) untuk BMT. Jika kontrak murni
48
Eva Fauziah, Ifa Hanifiah, et.all, Application Of The Ijarah Contract On Eduvational Financing Trough
Empowerment Of Laboratory Of Mini Sharia Bank In Higher Education, Advances In Social Science,
Education and Humanities Rsearch, Volume 307, 2018.
43
Ijarah digunakan maka debitur harus membayar harga sewa dasar ditambah gaji
untuk pembayaran oleh BMT dengan Jumlah upah harus disepakati di awal sesuai
sewa, yaitu model Contingent to Performances. Jadi, itu manfaat tidak diukur
Ketiga, siswa yang mendaftar untuk pendanaan harus lengkap dengan surat
Nasabah
a. Pegawail Karyawan
pengajuan pembiayaan;
7) FC SK pengangkatan pegawai;
b. Wiraswasta
pengajuan pembiayaan;
bulan terakhir.
maksimal 6 bulan.49
pembiayaan, hal ini merupakan proses survey dengan pihak BMT UAS Pamotan
pembiayaan, hal ini terdiri dari data yang didapatkan pada tahap pra survey dan
survyey yang dilakukan. Selanjutnya hasil survey akan diberikan kepada komite
pengajuan pembiayaan yang telah dilakukan analisis oleh komite atau berupa
mengajukan pembiayaan.51
maka langkah selanjutnya adalah dilakukan proses input terhadap data calon
nasabah dan pencetakan akad daripada perjanjian. Pada proses ini data dan
49
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
50
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
51
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
46
nasabah akan ke kantor BMT UAS Pamotan untuk melakukan akad. Pada
oleh BMT UAS Pamotan untuk terus menjalin hubungan baik terhadap setiap
nasabah dalam memberikan fasilitas produk pembiayaan yang ada dengan tujuan
pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.
52
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
53
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
54
Rivai Veithzal dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic Banking, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hal. 682.
47
produksinya.
hasil usahanya.
sumber daya manusia yang ada, dan sumber daya modal tidak ada.
dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus)
dana.
Bagi hasil atas pembiyaan yang diberikan pada nasabah oleh BMT UAS
Pamotan sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank islam memiliki
sampai 1 tahun;
dari 5 tahun.
8) Pembiayaan Mudharabah
tertentu sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
C. Kendala Dalam Bagi Hasil Atas Pembiayaan Yang Disalurkan Oleh Bmt
Seringkali masalah yang muncul adalah calon anggota tidak jujur siapa yang
mengenai telat pembayaran angsuran, langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
pembiayaan, apabila dalam langkah awal ini tidak membuahkan hasil langkah ke
dua yaitu melakukan penagihan melalui telephon, apabila dengan penagihan lewat
telephon ini sudah mendapatkan hasil , maka penagihan dikatakan lancar. Dan
kunjungan ulang ke rumah anggota dengan menyertakan berkas surat tagihan atau
somasi. Apabila riwayat pembayarannya masuk ke data merah / macet, maka perlu
penanganan khusus dari petugas remedial yaitu dengan cara kunjungan berkala
56
A. Wangsawidjaja Z, 2012, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 192.
50
secara lebih insentif dan diharapkan pembayarannya menjadi lancar kembali. Atau
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh oleh penulis pada BMT UAS
perpanjangan jangka waktu pembiayaan atau angsuran baik seluruh atau sebagian
kewajiban daripada nasabah. Tujuan pemberian ini agar nasabah yang mengalami
kesulitan melakukan pembayaran akan merasa mudah atau ringan dalam melakukan
perjanjian pembiayaan.58
Seangkan nisbah bagi hasil atau keuntungan diberikan kelonggaran oleh BMT UAS
adalah; a) mengenai kapitalisasi bagi hasil yaitu dimana bagi hasil dijadikan
kewajiban pokok; b) melakukan penundaan bagi hasil sampai pada waktu tertentu
57
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
58
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
51
yang ditetapkan oleh pihak BMT UAS Pamotan, akan tetapi pokok pinjaman tetap
dibayarkan seperti biasanaya; c) penurunan bagi hasil, hal ini ertujuan agar
dilakukan oleh BMT UAS Pamotan dengan cara menambahkan modal nasabah
pertimbangan daripada nasabah yang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang
dibiayai jika memiliki kelayakkan karena tujuan daripada hal ini adalah unutuk
selektif agar tidak salah dalam memberikan dimana prospek terhadap usaha yang
dimana cara ini diambil oleh BMT UAS Pamotan jika nasabah masih tidak bisa
59
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
52
benar-benar tidak punya i’tikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk
kepada lembaga keuangan untuk keamanan dana supaya apabila nanti terjadi
pembiayaan bermasalah, lembaga keuangan langsung berhak atas tanah yang sudah
dijaminkan oleh nasabah kepada pihak BMT UAS Pamotan. Namun sampai saat
ini, kasus seperti itu belum pernah terjadi di BMT UAS Pamotan karena itu hanya
merupakan strategi atau cara BMT UAS Pamotan untuk mengatasi pembiayaan
kendaran bermotor ini mudah mengurusnya, karena cukup mudah dijual kalau suatu
saat nanti terjadi pembiayaan bermasalah. Batas minimal agunan BPKB kendaraan
bermotor di BMT UAS Pamotan adalah tahun pembuataan 2000. Jika sudah
Penarikan BPKB dilakukan saat pencairan dana pinjaman, dan akan dikembalikan
60
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
53
pada saat nasabah sudah melunasi hutangnya. Namun jika sudah jatuh tempo untuk
perpanjangan dan tidak mempunyai i’tikad baik untuk membayar, maka pihak
kepunyaan nasabah.61
barang berdasarkan jual beli di mana BMT UAS Pamotan membiayai atau
membelikan kebutuhan barang atau investasi nasabah dan menjual kembali kepada
dapat berupa:62
c. Bagi nasabah
pembebanan lain apapun juga untuk keuntungan pihak lain kecuali bank.
61
BMT UAS Pamotan, Wawancara Pribadi, Pukul 13.00 Wib, 17 Februari 2020.
62
Dewi Nurul Musjtari, 2012, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah, Yogyakarta:
Parama Publishing, 144.
54
12) Menerima uang muka, sewa atau sesuatu pembayaran lainnya atau
penjualan atau sesuatu bentuk penguasaan lainnya atas rumah tersebut dari
pihak lain.
d. Bagi Bank
kepada pihak bank karena ternyata objek murabahah atau barang tersebut
proses kerja.
Langkah yang dapat ditempuh oleh BMT UAS Pamotan dan nasabah jika
1) Non Litigasi
berikut:63
perdamaian tersebut.
seperti tanah dan dapat juga berupa benda tidak berwujud seperti hak
dan pertikaian itu menyangkut hak manusia yang boleh diganti. Dengan
63
Faturrahman Djamil, 2014, Penyelesaian Pembiataan Bermasalah Di Bank Syariah, Jakarta: Sinar Grafika,
hal. 106.
56
h. Pelaksanaan Perdamaian
oleh mereka sendiri (kedua belah pihak yang bertikai) tanpa melibatkan
2) Litigasi
berikut: “
Pembiayaan Murabahah maka telah ada suatu dasar hukum bagi para pihak,
64
Faturrahman Djamil, 2012, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalaha Di Bank Syariah, Jakarta:Sinar
Grafika, hal. 33.
58
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menerapkan bagi hasil atas pembiyaan yang diberikan pada nasabah oleh
universalisme (alamiyah).
Bagi hasil atas pembiyaan yang diberikan pada nasabah oleh BMT UAS
Perbankan Syariah dilakukan oleh bank dengan menerima dana dari nasabah
jangka waktu yang bervariasi.. Bank disini dapat berperan ganda selaku pihak
Konsep bagi hasil yang diterapkan pada BMT UAS Pamotan diantaranya
meliputi Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup
Metode bagi hasil BMT UAS Pamotan terdiri dari 2 sistem, diantaranya adalah
Sharing).
survey terhadap pembiayaan, hal ini merupakan proses survey dengan pihak
BMT UAS Pamotan mendatangi lokasi usaha calon nasabah yang akan
terhadap hasil survey pembiayaan, hal ini terdiri dari data yang didapatkan pada
tahap pra survey dan survyey yang dilakukan. Selanjutnya hasil survey akan
calon nasabah yang mengajukan pembiayaan. Ketiga, setelah itu maka akan
adalah dilakukan proses input terhadap data calon nasabah dan pencetakan akad
daripada perjanjian. Pada proses ini data dan pencetakan akad perjanjian
60
pembiayaan akan dimasukkan sebagai dokumen yang harus dicatat pada BMT
selanjutnya calon nasabah akan ke kantor BMT UAS Pamotan untuk melakukan
UAS Pamotan untuk terus menjalin hubungan baik terhadap setiap nasabah
Bagi hasil atas pembiyaan yang diberikan pada nasabah oleh BMT UAS
Pamotan sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank islam memiliki
3. Kendala dalam bagi hasil atas pembiayaan yang disalurkan oleh BMT
Seringkali masalah yang muncul adalah calon anggota tidak jujur siapa yang
pembiayaan, apabila dalam langkah awal ini tidak membuahkan hasil langkah
lewat telephon ini sudah mendapatkan hasil , maka penagihan dikatakan lancar.
Dan apabila dari penagihan telephon tidak membuahkan hasil maka dilakukan
perlu penanganan khusus dari petugas remedial yaitu dengan cara kunjungan
dalam hal ini BMT UAS Pamotan melakukan perubahan atau sebagian daripada
diambil oleh BMT UAS Pamotan jika nasabah masih tidak bisa menjalankan
untuk mengurangi resiko oleh pihak BMT UAS Pamotan. Kelima, penyitaan
punya i’tikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua
hutang-hutangnya.
B. Saran
terhadap calon nasabah baik dari aspek internal maupun eksternal sehingga