Anda di halaman 1dari 14

MPK AGAMA ISLAM

Laporan Tugas Mandiri

DIMENSI SOSIAL DAN BUDAYA ISLAM


Lembaga Ekonomi Islam

Giovanni Cornelia
1806234773
BAB I
PENDAHULUAN

Islam sebagai agama universal memiliki pengaruh yang besar pada


aspek sosial dan budaya yang dimiliki oleh umatnya. Kehadirannya
diharapkan bias melindungi dan memberi keberagaman budaya
lokal. Dari sisi ini dipandang sebagai kewajaran apabila dalam
Islamisasi terdapat adaptasi yang dinamis dan akomodatif, saling
memberi, saling menerima, dan saling mengisi dengan budaya
lokal. Islam mempengaruhi sosial dan budaya masyarakat tentunya
dengan efek yang postif dan menuntun masyarakat menjadi lebih
terarah dan menerapkan perilaku yang terpuji. Tidak hanya social
dan budaya, tetapi juga ekonomi dan politik dipengaruhi oleh
Islam. Dengan adanya pedoman-pedoman Islam, masyarakat dapat
menjalankan kehidupan mereka sesuai dengan hukum-hukum
Islam menimbulkan rasa aman dan pasti.
BAB II
LEMBAGA EKONOMI ISLAM

1. Bank Syariah

Bank syariah merupakan sebuah lembaga keuangan berdasarkan


hokum Islam yang merupakan sebuah lembaga baru yang amat
penting dan strategis peranannya dalam mengatur perekonomian
dan mensejahterakan umat Islam.

Cara beroperasi bank syariah ini hakikatnya sama dengan bank


konvensional biasa, yang berbeda hanya dalam masalah bunga dan
praktik lainnya yang menurut syariat Islam tidak dibenarkan.

1.1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang


operasional produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran
dan Hadits Nabi yang memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam.
Dalam tata cara bermuamalah secara Islam harus dijauhi oleh hal-
hal dan praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur
riba untuk diisi dengan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan.

1.2. Falsafah Operasional Bank Syariah

Setiap kegiatan lembaga keuangan yang di khawatirkan


menyimpang dari tuntutan agama, harus dihindari.
a. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:
1. Menghindari penggunaan system yang menetapkan di
muka secara pasti keberhasilan suatu usaha (Q.S.
Luqman : 34)
2. Menghindari penggunaan system prosentasi untuk
pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian
imbalanterhadap simpanan. (Q.S Al Imron : 130)
3. Mengihndari penggunaan system perdagangan atau
penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi
lainnya dengan memperoleh kelebihan .
4. Menghindari penggunaan system yang menenetapkan di
mua tambhan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang
mempunyai hutan secara sukarela.

b. Menetapkan system bagi hasil dan perdagangan, dengan


mengacu pada Al Quran surat Al Baqarah ayat 257 dan An
Nisa ayat 29. Setiap transaksi kelembagaan syariah harus
dilandasi atas dasar system bagi hasil dan perdagangan atau
transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang
dengan barang.

1.3. Prinsip-prinsip Bank Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hokum


Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syariah.

Beberapa prinsip/hokum yang dianut oleh system perbankan


syariah antara lain :
- Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda
dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak
diperbolehkan.
- Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
- Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”.
Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan
komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsic
- Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak
diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan
baik hasil yang akan mareka peroleh dari sebuah transaksi,
diharamkan oleh Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak
boleh didanai oleh perbankan syariah.

1.4. Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia

Bank syariah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh


setelah adanya deregulasi sector perbankan pada tahun 1983.
- UU Perbankan Indonesia No. 7 tahun 1992
- PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil
- UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang membuka
kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan maupun
mengkonfersi dari sistem bank syariah
- Surat Keputusan direksi bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR
tgl. 12 Mei 1999
1.5. Produk-produk Bank Syariah

Pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat


dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
1. Produk Pengeluaran Dana
- Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
yang dilakukan dengan prinsip jual beli.
- Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan
jasa dilakukan dengan prinsip sewa
- Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang dituju
guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip
bagi hasil.

 Prinsip jual beli (Ba’i)


a. Pembiayaan Murabahah
b. Salam
c. Istishna
 Prinsip Sewa (Ijarah)
 Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
a. Musyarakah
b. Mudarabah
 Akad Pelengkap
a. Hiwalah (Akih Utang Piutang)
b. Rahn
c. Qardh
d. Wakalah
e. Kafalah

2. Produk Penghimpunan Dana


Produk penghimpunan dapat berupa giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan masyrakat, yaitu:
a. Wadiah
b. Mudarabah
o Mudarabah Mutlaqah
o Mudarabah Muqayah on Balance Sheet
c. Wakalah

3. Produk Jasa
a. Sharf (jual beli valuta asing)
b. Ijarah (Sewa)
1.6. Pandangan Ulama Mengenai Bank Syariah

1. Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah


Masalah keputusan Tarjih sebagai berikut :
1.) Hasil keputusan hukum harus ditaati namun
keputusan masalah sosial ekonomi, Majlis Tarjih
harus melibatkan pada para ekonom supaya hasilnya
bias membumi dan fatwa haramnya bunga bank tidak
perlu ditanfidh.
2.) Bank dibutuhkan dalam dunia perekonomian,
berfungsi sebagai intermediary tetapi setuju dengan
sistem bunga karena riba dan menimbulkan
eksploitasi. Sedangkan, adanya bank syariah sangat
ditunggu umat Islam untuk menghindari bunga.
3.) Masih dibolehkannya menjadi nasabah bank
konvensional selama bank syariah belum benar-benr
siap dan dengan dasar keterpaksaan/darurat.
2. Nahdlatul Ulama
Dalam musyawarah nasional alim ulama NU pada 1992 di
Lampung, para ulama NU tidak memutus hukum bunga
bank haram mutlak.
3. Majelis Ulama Indonesia
MUI mengharamkan bunga bank sejak tahun 2003,
menurut Kiai Ma’ruf, agar masyarakat terhindar dari
hukum haram bunga bank.

2. Asuransi Syariah

2.1. Pengertian Asuransi Syariah


Asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’
memberikan pada pengembalian resiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah.

2.2. Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah

Hukum-hukum muamalah adalah bersift terbuka artinya Allah


SWT dalam Al Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis
besarnya saja.

1. Surat Yusuf : 43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha


manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan
yang buruk di masa depan.”
2. Surat Al Baqarah : 188 firman Allah “…dan janganlah kalian
memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang
bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada
hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian
harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu.”
3. Al Hasyr : 18 “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan
bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang engkau kerjakan.”
Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih
mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian. Adapun peraturan perundangan-undangan
yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi
syariah, yaitu :
a.) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi.
b.) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c.) Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan Nomor
Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan
Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dengan Sistem Syariah.

2.3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta’wanu ‘ala al birr


wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan
dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman). Para pakar ekonomi Islam
mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi tafakul
ditegakan atas tiga prinsip utama, yaitu:

a. Saling bekerja sama atau tolong-menolong.


“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan) kebaikan
dan taqwa. Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
danpelanggaran.” (Q.S Al Maidah : 2)
b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu
sama lain.
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu
menghardiknya.” (Adh. Duiha : 9-10)

c. Sesama muslim saling bertanggung jawab


“Dan peganglah kamu Allah kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka, Allah mempersatuka hatimu, lalu menjadikankamu
karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikian Allahmenerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran :
103).

2.4. Manfaat Asuransi

Menurut Soemitra (255 : 2010), Asuransi pada dasarnya dapat


memberi manfaat bagi para peserta asuransi antar lain sebagai
berikut :

1) Rasa aman dan perlindungan.


2) Pendistriusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
3) Berfungsi sebagai tabungan.
4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi
bersama para peserta sebagai bentuk saling tolong menolong
dan membantu diantara mereka.
5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan
asuransi akan melakukan investasi sesuai dengan syariah atas
suatu bidang usaha tertentu.

2.5. Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah

Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke


waktu seiring dengan tingkat kebutuhan perusahaan untuk
menetapkan hak dan kewajiban keuagan, hasil operasi dan untuk
memberikan informasi mengenai posis keuangan pada waktu
tertentu.
Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila
telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Transaksinya tidakmengandung unsur kezaliman
- Transaki tidak mengandung unsur riba
- Transaksi tidak mengandung unsur judi
- Transaksi tidak mengandung unsur penipuan
- Transaksi tidak mengandung material yang diharamkan
- Transaksi tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain

Tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi


syariah maupun pada lembaga keuangan syariah lainnya adalah
sebagai berikut :

a. Menentukan hak dan kewajiaban pihak terkait termasuk hak


dengan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum
selesai dana tau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip
syariah yang berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan,
kebajikan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islam.

b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi


pemakai laporan untuk mengambil keputusan.

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua


transaksi dan kegiatan usaha.

2.6. Sistem-sistem Asuransi

1. Perusahaan Jasa Asuransi Niaga


2. Sistem Asuransi Jiwa
- Asuransi hidup
- Asuransi kecelakaan
- Asuransi Sosial
- Asuransi Sakit
3. Sistem Asuransi
- Asuransi dari kebekaran, pencurian, dan
pengrusakan/pemusnahan.
- Jaminan asuransi dari tanggung jawab sipil, pekerjaan, dan
kecelakaan kerja.
- Jaminan asuransi dari kemacetan pembayaran.
4. Sistem Asuransi Investasi

2.7. Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)


Jenis takaful keluarga meliputi:

1) Produk takaful individu dengan unsur tabungan, meliputi:


a. Takaful berencana/dana investasi
b. Takaful dana haji
c. Takaful pendidikan/dana siswa
d. Takaful dana jabatan
e. Takaful hasanah

2) Produk takaful individu tanpa unsur tabungan, meliputi:


a. Takaful kesehatan individu
b. Takaful kecelakaan diri individu
c. Takaful Al-Khairat individu

3) Produk takaful kumpulan


a. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan
b. Takaful Majelis Ta’lim
c. Takaful Al-Khairat
d. Takaful Al-Khairat + Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji)
e. Takaful Pembiayaan
f. Takaful Kecelakaan Siswa
g. Takaful Wisata dan Perjalanan
h. Takaful Medicare
i. Takaful Perjalanan Haji dan Umrah

3. Pegadaian Syariah
3.1. Pengertian Pegadaian Syariah

Gadai dalam fiqih disebut rahn yang menurut bahasa adalah


nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan.
Sedangkan menurut syara’ artinya kembali sebagai tebusan.

3.2. Landasan Hukum

Dasar hukum yang dipakai adalah QS Al Baqarah : 283. Adapun


mengenai prinsip Rahn (gadai) telah memiliki fatwa dari Dewan
Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan Rukun
dan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn dan Rukun dan Syarat Transaksi Gadai.

Pegadaian dalam hukum Islam berjalan di atas dua akad


transaksi syariah yaitu:
a. Akad Rahn
Rahn berarti menjadikan sesuatu barang yang berharga
sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa diambil kembali
oleh orang yang berhutang setelah dia mampu menebusnya.
b. Akad Ijarah
Akad pemindahan hak guna atas barang dana atau jasa
melaluin pembayaran upah sewa. Melalui akad ini
dimungkinkan bagi penggadai untuk menarik sewa atas
penyimpanan barang yang berharga milik nasabah yang telah
melakukan akad.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/30194016/Makalah_Bank_Syaria
h
 https://www.academia.edu/12190497/Makalah_Asuransi_S
yariah
 https://www.academia.edu/28637798/makalah_asuransi_Sy
ariah

Anda mungkin juga menyukai