KELAS E.X-5
DISUSUN OLEH:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini telah merambah ke berbagai sektor, termasuk salah
satunya bidang ekonomi dan perbankan. Perkembangan digitalisasi dalam semua bidang
tampaknya tidak dapat dihindari lagi. Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi ini
dimanfaatkan oleh pelaku sektor ekonomi untuk mengembangkan pelayanan. Salah satunya
yaitu sebuah inovasi pada sistem uang dan perbankan yang ditandai dengan hadirnya uang
elektronik atau e-money.
E-money atau uang elektronik adalah suatu alat pembayaran yang di mana
mekanismenya menggunakan teknologi guna melancarkan kegiatan jual beli menjadi lebih
cepat, tepat, dan efisien. Penggunaan e-money hampir sama dengan kartu kredit dan kartu
debit, namun pada penggunaan e-money masyarakat tidak memerlukan rekening. Kehadiran
e-money tentunya menjadi bantuan untuk meringankan kehidupan manusia masa kini dengan
penggunaannya yang sederhana dan efisien.
Teknologi perbankan non-tunai ini memiliki banyak manfaat. Sistem ini dapat
memperkecil resiko kehilangan uang, masyarakat tidak perlu khawatir uangna dicuri karena
uang tersebut sudah tercatat dalam sebuah kartu dan terintegrasi dengan jumlah saldo yang
dapat dicek melalui ponsel sekalipun. Selain itu, dengan sistem ini Bank Indonesia dapat
mengontrol jumlah perputaran uang di masyarakat sehingga inflasi dapat dikontrol dengan
baik. Selain itu, Bank Indonesia dapat menghemat biaya operasional untuk memproduksi
uang, baik uang kertas ataupun logam. Bank Indonesia setidaknya menganggarkan Rp 3,5
triliun untuk pencetakan uang tiap tahunnya. Penggunaan alat pembayaran non-tunai juga
dapat mencegah uang rusak ataupun basah.
Namun, menanggapi kemajuan teknologi tersebut, muncul banyak pertanyaan mengenai
teknologi e-money itu sendiri. Termasuk salah satunya mengenai kehalalan dan riba dalam
menggunakannya.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui kekurangaan penggunaan e-money termasuk riba
2. Mengetahui perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi biasa
3. Mengetahui perbedaan Bank Syariah dengan Bank biasa
4. Mengetahui perbedaan Koperasi Syariah dengan Koperasi biasa
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah memiliki keunggulan
atau kekurangan masing-masing sehingga pemilihan produk asuransi dikembalikan kepada
konsumen sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.
Tujuan asuransi syariah adalah untuk melindungi peserta asuransi dari kemungkinan
terjadinya risiko yang tidak bisa diprediksi. Dalam hal ini, perusahaan jasa asuransi adalah
perusahaan yang menjalankan amanah yang dipercayakan oleh peserta asuransi syariah,
untuk mengelola amanah dalam rangka tolong menolong meringankan musibah yang dialami
peserta lain. Prinsip dasar asuransi syariah adalah:
a) Tauhid
b) Keadilan
c) Ta’awun (tolong menolong)
d) Kerjasama
e) Amanah
f) Kerelaan (ridla)
g) Larangan praktik riba
h) Larangan praktik gharar
i) Larangan praktik judi (maisir)
Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau
prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram,
sebagaimana yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia.
Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah juga memberi amanah kepada bank
syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus menjalankan fungsi seperti lembaga
baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga yang menerima dana berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip syariah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Prinsip operasional perbankan syariah harus
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Keadilan
b) Kemitraan
c) Transparasi
d) Universal
Konsep operasional bank syariah meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana, dan
produk jasa lainnya.
a) Penghimpunan dana, dapat dilakukan dengan prinsip wadi’ah (titipan uang berupa
surat berharga atau deposito) atau prinsip mudharabah (kerjasama antara pemilik
modal dengan pelaksana atas dasar perjanjian profit).
b) Penyaluran dana, dibagi menjadi empat kategori: pembiayaan dengan prinsip jual-
beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan
pembiayaan dengan akad pelengkap.
c) Produk jasa perbankan lainnya, berupa wakalah (perwakilan, penyerahan,
pendelegasian, atau pemberian mandat), kafalah (jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua), sharf
(layanan jasa perbankan jual beli valuta asing), qardh (pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali), rahn (menahan salah satu harta milik
peminjam sebagai gadai), dan lain sebagainya.
Koperasi syariah atau koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) adalah koperasi yang
dijalankan yang kegiatan usahanya bergerak dalam bidang pembiayaan, investasi dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan begitu semua koperasi jasa keuangan
syariah telah memiliki payung hukum dan diakui dengan catatan memenuhi ketentuan dalam
perundang-undangan yang berlaku.
Sedangakan koperasi jasa keuangan syariah banyak dikenal dengan nama Baitul Maal
Wa Tamwil (BMT) ialah usaha balai mandiri terpadu dimana kegiatan usahanya
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi untuk meningkatkan kualitas usaha
ekonomi pengusaha kecil, bawah dan menengah dengan mendorong kegiatan menabung
serta menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. BMT banyak tumbuh kembang di
kalangan yayasan umat Islam, masjid, organisasi keagamaan dan kominitas muslim lainnya
yang menaruh perhatian kepada ekonomi umat Islam.
Dengan begitu dapat disimpulkan Koperasi Jasa KeuaNgan Syariah (Koperasi
Syari’ah) maupun Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan yang bersifat
sosial keagamaan sekaligus komersial yang di dalam operasionalnya menerapkan prinsif
prinsif syari’ah.
Tujuan koperasi syariah adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat umumnya, serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam. Adapun fungsi koperasi syariah yaitu:
2.4 PERBEDAAN