khusus didirakan untuk mengembangkan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha bersekala mikro kepada anggota masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan saja. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan
bentuk kerjasama dengan LKM pada umumnya tatapi menggunakan prinsip Syariah, yang teraplikasikan dalam sistem dan akad pelaksanaannya. LKMS adalah lembaga keuangan yang didirikan khususnya untuk menyediakan jasa keuangan kepada masyarat dengan tidak mencari keuntungan semata tetapi juga menggunakan prinsip syariah. Tujuan Lembaga Keuangan Mikro Syariah 1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan ekomoni umat Islam, terutama dari masyarakat golongan ekonomi lemah. 2. Membantu meningkatkan produktivitas masyarakat. 3. Menciptakan sumber pembiayaan dan modal bagi anggotanya dengan prinsip syariah. Fungsi Lembaga Mikro Syariah
Fungsi pelayanan, yaitu untuk memberikan
pelayanan yang prima, fungsi pelayanan ini bersifat universal. Fungsi pembangunan, artinya masyarat dapat membangun dan mengembangkan usahanya. Fungsi pemberdayaan, maksudnya masyarakat dapat mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) agar lebih baik untuk menciptakan masyarakat lebih sejahtera. Karakteristik LMS dibandingkan dengan Lembaga Bisnis lainnya. Dalam proses transaksinya, penjual dengan pembeli juga harus melakukan ijab qabul terlebih dahulu. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution (lembaga perantara), berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit oriented, tetapi juga falah oriented, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Karakteristik LMS dibandingkan dengan Lembaga Bisnis lainnya. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam. Larangan melakukan praktek riba atau bunga. Karakteristik ini melekat pada operasional lembaga keuangan mikro syariah (LKMS). Proses kegiatan jual beli juga dilakukan dengan seadil-adilnya, sehingga tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan maupun kelompok tertentu saja, namun bermanfaat bagi masyarakat. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Keuangan Syariah (Bank)
1. Bank umum syariah/perbankan syariah →badan usaha yang menjalankan fungsi menghimpun dana dari pihak yang surplus dana kemudian menyalurkan kepada pihak yang deficit dana dan menyediakan jasa keuangan lainnya berdasarkan prinsip syariah Islam. 2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)→adalah lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Keuangan Syariah (Non Bank)
1. BMT (Baitul Mal Wa Tamwil)→lembaga keuangan mikro yang operasionalisasinya berbasis syariah, khususnya yang menyangkut bidang akad transaksinya berpola syariah sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). 2. Asuransi Syariah →usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan tabarrru’ memberikan pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. 3. Pegadaian syariah 4. Reksa dana syariah→sebuah wadah dimana masyarakat dapat menginvestasikan dananya oleh pengurusnya, dana itu diinvestasikan ke portofolio efek menggunakan prinsip syariah. Profil Risiko dalam Lembaga Keuangan Mikro Syariah Lembaga keuangan mikro syariah sekarang ini semakin berkembang, baik dari segi jumlah kantor maupun jenis produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Perkembangan lembaga keuangan mikro syariah yang pesat mengharuskan lembaga keuangan mikro syariah untuk bisa menyesuaikan diri dengan pesaingnya dan mampu mengelola segala resiko yang timbul. Risiko yang dihadapi oleh bank syariah seperti risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional dan risiko likuiditas, tetapi bank syariah juga menghadapi risiko lain seperti risiko kepatuhan syariah, risiko pembiayaan, risiko imbal hasil, risiko investasi dan lain sebagainya.