Anda di halaman 1dari 10

Rangkuman Ngapalin Mega

Sistem Keuangan Syariah

 Sistem keuangan yang beroperasi sesuai dgn hukum dan prinsip Syariah
 Terdapat 3 pilar utama dalam ajaran Islam yaitu akidah, Syariah, dan akhlak.
 Keuangan Syariah diatur dalam pilar ajaran kedua yaitu Syariah. Pilar Syariah mengatur
tentang kehidupan seorang muslim baik dalam bidang hubungan dgn Allah SWT (ibadah)
maupun dalam bidang hubungan antar sesama manusia (muamalah).
 Terdapat 6 prinsip keuangan Syariah:
1. Prinsip Keadilan: setiap individu harus bersikap adil agar semua masyarakat dari semua
golongan merasa kenyamanan dan kesamaan.
2. Prinsip Keseimbangan: setiap individu harus menyeimbangkan setiap aspek dalam
kehidupan tidak condong pada duniawi maupun akhirat
3. Prinsip Maslahah: diterapkan untuk mencapai kebermanfaatan, kebaikan, dan
kedamaian umat manusia dalam segala urusan.
4. Prinsip Universalisme: Syariah ditujukan untuk semua umat, segenap ras dan bangsa
serta semua lapisan manusia
5. Prinsip Halal: Usaha harus memenuhi kaidah dalam Islam sehingga tidak mengandung
unsur yang dilarang seperti riba, maysir, gharar, haram, dan lain sebagainya.
6. Prinsip Al Amwal: Setiap individu harus memperhatikan bahwa harta yang berbentuk
apapun dan berapapun pada hakikatnya hanya milik Allah SWT dan itu hanya titipan
belaka.
 Sejarah berdirinya Industri Jasa Keuangan Syariah ditandai dengan adanya Mith Gramer di
Mesir tahun 1969 dan di Indonesia di tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat
 Adapun pasar modal Syariah yang pertama ditandai dengan hadirnya Muqaradah Bond yang
diterbitkan oleh Jordan Islamic Bank tahun 1978 sedangkan di Indonesia pada tahun 1997
dan 2002 dengan ditandai hadirnya danareksa Syariah berimbang dan sukuk korporasi
Indosat
 Asuransi Syariah yang pertama kali berdiri di dunia pada tahun 1979 di Arab Saudi yaitu
Islamic Insurance Co.Ltd dan di Indonesia pada tahun 1994 dengan berdirinya Asuransi
Takaful Keluarga.
Lembaga Keuangan Islam

 Lembaga keuangan Islam menurut Dewan Syariah Nasional adalah lembaga keuangan yang
mengeluarkan produk keuangan Syariah dan mendapat izin operasional sebagai lembaga
keuangan Syariah
 Lembaga keuangan Islam adalah badan usaha yang kegiatannya berada di bidang keuangan
Syariah dengan melakukan penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada masyarakat. Hal
utama yang membedakan antara lembaga keuangan Islam dengan lembaga keuangan
konvensional terletak pada pemenuhan prinsip-prinsip Syariah Islam yang berpedoman utama
kepada Al Quran dan Hadits.
 Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1. Prinsip Keadilan: setiap individu harus bersikap adil agar semua masyarakat dari semua
golongan merasa kenyamanan dan kesamaan.
2. Prinsip Keseimbangan: setiap individu harus menyeimbangkan setiap aspek dalam kehidupan
tidak condong pada duniawi maupun akhirat
3. Prinsip Maslahah: diterapkan untuk mencapai kebermanfaatan, kebaikan, dan kedamaian
umat manusia dalam segala urusan.
4. Prinsip Universalisme: Syariah ditujukan untuk semua umat, segenap ras dan bangsa serta
semua lapisan manusia
5. Prinsip Halal: Usaha harus memenuhi kaidah dalam Islam sehingga tidak mengandung unsur
yang dilarang seperti riba, maysir, gharar, haram, dan lain sebagainya. Sehingga dapat
terhindar dari prinsip-prinsip yang dilarang seperti maysir, gharar, riba, dan hal hal haram.
Maisir: permainan yg membuat rugi salah satu pemain seperti perjudian; gharar:
ketidakpastian dalam transaksi; riba: tambahan dari harta pokok secara bathil.
6. Prinsip Al Amwal: Setiap individu harus memperhatikan bahwa harta yang berbentuk apapun
dan berapapun pada hakikatnya hanya milik Allah SWT dan itu hanya titipan belaka.
 Karakteristik lembaga keuangan Islam diantaranya adalah:
1. Operasionalisasinya harus sesuai dengan prinsip Syariah dan mengikuti ketentuan DSN-
MUI dan Undang-Undang dan fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama.
Misalnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengatur
tentang jenis usaha, ketentuan pelaksanaan, tata kelola, pembinaan dan pengawasan,
maupun penyelesaian jika terjadi sengketa.
Sedangkan fatwa DSN Syariah misalkan tentang fatwa pedoman penjaminan simpanan
nasabah bank Syariah, fatwa layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi berdasarkan
prinsip Syariah, maupun fatwa terkait produk pembiayaan ataupun tabungan di bank Syariah.
Untuk di luar negeri sendiri, operasionalisasi lembaga keuangan Islam juga selain harus sesuai
dengan prinsip Syariah tetapi juga harus mengikuti ketentuan perundang-undangan negara
dan juga bank sentral. Salah satu contohnya di Bahrain, disana terdapat Central Bank of
Bahrain atau CBB yang mengatur terkait operasionalisasi LKI disana.
2. Hubungan antara penyimpan dana, pengguna dana, dan lembaga keuangan Islam
berdasarkan kemitraan, bukan hubungan antara debitur maupun kreditur.
3. Bisnis lembaga keuangan Islam bukan hanya profit oriented atau berorientasi pada
keuntungan tetapi juga falah oriented atau berorientasi kepada kemakmuran di dunia serta
kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu, LKI sangat memperhatikan prinsip-prinsip
Syariah yang dijalankan.
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi di Lembaga Keuangan Islam berdasarkan prinsip
kemitraan bagi hasil.
5. Lembaga keuangan Islam hanya melakukan investasi maupun kegiatan bisnis yang halal
dan tidak menimbulkan kemudharatan. Misalkan pembiayaan yang dilakukan oleh bank
kepada nasabah untuk modal usaha adalah untuk pabrik miras, miras ini dapat merusak
tubuh bagi yang mengonsumsi dan dapat mendatangkan kemudharatan/keburukan yang lain
sehingga bank tidak boleh memberikan pembiayaan pada kegiatan bisnis tersebut.
 Adapun peran lembaga keuangan Islam sebagai lembaga intermediasi yaitu:
1. Berperan sebagai pengalihan asset atau asset transmutation
Bank Syariah dan lembaga keuangan Islam non bank akan memberi pinjaman pada pihak
yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
2. Likuiditas yang berhubungan dengan kemampuan memperoleh uang tunai pada saat
dibutuhkan. Lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank disini akan memudahkan
masyarakat yang telah menjadi nasabah dalam mendapatkan uang tunai dengan cara
melakukan penarikan di mesin ATM misalnya. Atau, lembaga keuangan Islam juga menjadi
lembaga yang memudahkan masyarakat yang sudah menjadi nasabah untuk mendapatkan
pinjaman.
3. Peran relokasi pendapatan yaitu lembaga keuangan Islam menjadi tempat penyimpanan
individu untuk menyisihkan atau memindahkan pendapatannya.
4. Peran transaksi yaitu lembaga keuangan Islam memberikan berbagai kemudahan bagi
masyarakat sebagai pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa
5. Peran efisiensi, lembaga keuangan Islam dapat menurunkan biaya transaksi dengan
jangkauan pelayanannya dan dapat mempertemukan pihak yang saling membutuhkan.
 Fungsi Lembaga Keuangan
1. Jika ditinjau dari sisi penyedia jasa keuangan, lembaga keuangan Islam memiliki beberapa
fungsi yakni:
- Fungsi Tabungan: lembaga keuangan Islam menyediakan instrument untuk tabungan
bagi masyarakat yang ingin menyimpan dananya setelah pemenuhan kebutuhan
(konsumsi)
- Fungsi penyimpan kekayaan: instrument keuangan yang diperjualbelikan dalam pasar
uang dan pasar modal seperti deposito, sukuk, reksadana, dan instrument lain
merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan dengan menahan nilai asset yang
dimiliki disamping menerima pendapatan dalam jumlah tertentu.
- Fungsi likuiditas: lembaga keuangan Islam berkaitan dengan kemampuan memperoleh
uang tunai pada saat dibutuhkan. Lembaga keuangan Islam sebagai tempat menyimpan
kekayaan, dapat dengan mudah mencairkan dana. Termasuk instrument keuangan
seperti sukuk atau reksadana dapat dicarikan dengan mudah.
- Fungsi pembiayaan: lembaga keuangan Islam juga berfungsi untuk memudahkan
masyarakat yang membutuhkan biaya untuk kebutuhan konsumsi maupun produksi
dalam kegiatan ekonomi
- Fungsi pembayaran: lembaga keuangan Islam menyediakan mekanisme pembayaran
atas transaksi barang dan jasa.
- Fungsi diversifikasi portofolio: pasar keuangan menawarkan kepada unit usaha dan
konsumen proteksi terhadap jiwa, kesehatan, dan risiko pendapatan dan kerugian.
- Fungsi Manajemen Portofolio: sebagai penyedia jasa keuangan yang dapat memberikan
kenyamanan, proteksi terhadap kecurangan, kualitas pilihan investasi, biaya transaksi
yang rendah dan pajak pendapatan
- Fungsi Kebijakan: pasar keuangan telah menjadi instrument yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk melakukan kebijakan guna menjaga stabilitas ekonomi dan
mempengaruhi inflasi melalui kebijakan moneter.
2. Jika ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam system perbankan
Berfungsi untuk melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, serta
menjalankan fungsi sosial karena lembaga keuangan Syariah juga menerima dana zakat,
infak, sedekah yang kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan maupun bekerjasama
dengan lembaga amil zakat.
3. Jika ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam system moneter berfungsi untuk
menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Stabilitas ekonomi dan moneter yang dimaksud
adalah kestabilan terhadap harga barang dan jasa, terkendalinya tingkat inflasi, nilai tukar,
dan suku bunga.
 Lembaga keuangan Islam terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Lembaga keuangan Islam bank, terdiri dari:
- Bank Umum Syariah (BUS) yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Unit Usaha Syariah (UUS) yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
dari kantor bank umum konvensional;
- Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
2. Lembaga keuangan Islam non-bank, terdiri dari:
- Baitul Maal Wa Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro non bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip Syariah dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana BMT bersifat
informal karena lambaga ini didirikan oleh sekelompok masyarakat. BMT juga menerima
titipan zakat, infaq, dan sedekah serta menyalurkannya sesuai aturan.
- Pembiayaan Syariah merupakan perusahaan pembiayaan yang dalam menjalankan
kegiatan usahanya hanya menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan
prinsip Syariah dan dalam struktur organisasi kepengurusan organisasinya memiliki
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berfungsi untuk memastikan prinsip Syariah yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut.
- Pasar Modal Syariah merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan
serta lembaga yang berkaitan dengan efek dan tidak bertentangan dengan prinsip
Syariah.
- Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian yang terdiri atas perjanjian antara
perusahaan asuransi Syariah dan pemegang polis serta perjanjian di antara para
pemegang polis dalam rangka pengelolaan kontrisbusi berdasarkan prinsip Syariah untuk
saling menolong dan melindungi.
- Pegadaian Syariah merupakan lembaga yang memiliki produk pinjaman atau pembiayaan
berbasis gadai (rahn).
- Modal ventura Syariah adalah badan usaha yang melakukan kegiatan usaha modal
ventura, pengelolaan dana ventura, dan kegiatan jasa berbasis fee. Usaha modal ventura
adalah usaha pembiayaan melalui penyertaan modal dan pembiayaan untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka pengembangan usaha Pasangan Usaha atau debitur.
- Dana Pensiun Syariah adalah layanan dari satu badan hukum yang bertujuan untuk
memberikan manfaat pension berdasarkan prinsip Syariah yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ebrlaku.
- Financial Technology Syariah adalah badan usaha yang memberikan layanan pembiayaan
secara langsung antara lender dan borrower yang menggunakan bantuan teknologi
informasi dalam setiap prosesnya.
Bank dalam menjalankan usahanya, bank menerapkan prinsip kepercayaan untuk itu produk dan
jasa yang ditawarkan kepada nasabah memberikan solusi dalam mengelola keangan nasabah seperti
simpanan, pinjaman, dan berbagai layanan jasa perbankan. Dgn berjalannya fungsi perbankan dgn
efektif dan efisien, tentunya akan memberi dampak positif bagi bangsa dan negara

. Maka dpt disimpulkan bank memiliki 4 peran penting di masyarakat:

1. Lembaga kepercayaan
2. Agen pembangunan
3. Pemberi layanan
4. Lembaga intermediasi

Keempat peran ini dijalankan melalui 3 pokok kegiatan usaha bank:

1. Keg. Menghimpun dana masy melalui tabungan dan giro


2. Keg. Menyalurkan dana kpd masy melalui fasilitas kredit atau pembiayaan
3. Menyediakan layanan jasa perbankan melalui transaksi transfer, transaksi pembayaran
seperti listrik, air, sekolah, pulsa, kereta, pengiriman uang keluar negeri dll.

Terdapat 4 jenis bank di Indonesia:

1. BPR yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha yang tdk memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran tetapi melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana,
menempatkan dana pada bank Syariah lain dalam bentuk titipan, memindahkan uang, dan
menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank Syariah lainnya yang sesuai
dengan prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
2. Bank Umum
3. Bank Konvensional
4. Bank Syariah

Produk perbankan

1. Produk simpanan yg tidak hanya tabungan tetapi juga deposito dan giro
2. Produk pinjaman, dimulai dari produktif, konsumtif, dan multiguna

Pada bank Syariah produk pinjaman istilah nya dikenal dgn pembiayaan karena berbasis akad
dan akad yg digunakan dpt menyesuaikan dgn kebutuhan dan kemampuan nasabah misalnya
mudharabah, musyarakah, ijarah, dan qardh.

3. Selain itu, bank jg menyediakan alternatif produk investasi dgn imbal hasil yg relative lebih
tinggi. Reksadana dan SBN merupakan produk inves yg bisa dibeli melalui bank.

Pada bank Syariah terdapat produk investasi dgn akad mudharabah dan akad lain yg tdk
bertentangan dgn prinsip Syariah islam

1. Produk tabungan
a. Pengertian Perbankan Syariah
 Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi
keuangan.
 Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan,
yaitu bank konvensional dan bank syariah.
 Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam
yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),
serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
 Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan
fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana
yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf
(wakif).
 Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK
sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem
pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah.
 Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank syariah, karena
hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan produk yang sesuai dengan prinsip
syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat fundamental karena hal inilah
yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada prinsip
syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada norma
dasar dan prinsip syariah maka kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam
berkontrak dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.
 Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang menjadi isu
penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran
penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.
 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan
kepada MUI yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk
menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu produk bank.
 Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa seluruh
produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada masyarakat setelah bank
mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK.
 Pada tataran operasional pada setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang fungsinya ada dua, pertama fungsi pengawasan syariah
dan kedua fungsi advisory (penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan mengenai
apakah suatu aktivitasnya sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses melakukan
pengembangan produk yang akan disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa.
Selain fungsi-fungsi itu, dalam perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal
audit yang fokus pada pemantauan kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta dalam
pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah.
 Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran. Secara
kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-pledged)
dan terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum
konvensional.
 Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana halnya diatur
dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga mewajibkan setiap pihak yang
melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan atau
investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.
b. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah
 Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip Syariah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
 Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf (wakif). Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Struktur Perbankan Syariah
Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
1.) Bank Umum Syariah Bank
Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:
i. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
ii. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
iii. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah,
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan
berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna', atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
iv. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
v. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; melakukan
pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah;
vi. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;
membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti
Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
vii. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dan/atau Bank Indonesia; menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
viii. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad yang
berdasarkan Prinsip Syariah;
ix. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip
Syariah; memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
x. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
xi. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan
xii. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial
sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.) Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS,
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Kegiatan usaha UUS meliputi:
i. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
ii. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
iii. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
iv. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna',
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
v. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
vi. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
vii. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
viii. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;
ix. membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar
transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah,
musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
x. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dan/atau Bank Indonesia;
xi. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
xii. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan
Prinsip Syariah;
xiii. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
xiv. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;
dan
xv. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang
sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.) Bank Pembiayaan Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:
i. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: Simpanan berupa Tabungan atau
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan Investasi berupa Deposito atau Tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
ii. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: Pembiayaan bagi hasil
berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah; Pembiayaan berdasarkan Akad
murabahah, salam, atau istishna'; Pembiayaan berdasarkan Akad qardh; Pembiayaan
penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad
ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan pengambilalihan
utang berdasarkan Akad hawalah;
iii. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad
wadi'ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
iv. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank
Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan
v. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang
sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia (sekarang
OJK).

Anda mungkin juga menyukai