Anda di halaman 1dari 22

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah: Ekonomi Makro Syariah

Dosen Pengampu: Dr. Ali Murtadho, M. Ag

Disusun oleh:

Deska Setya Nurromadhona (2105028012)

PASCASARJANA EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya Hukum Islam merupakan konsep yang baku, namun pada perjalanannya
tidak menutup kemungkinan dilakukan ijtihad - ijtihad di dalam bidang yang dibolehkan
selama tidak keluar dari bingkai Syari`ah Islamiyah. Sehingga Islam memang betul-betul
mampu menjawab seluruh perkembangan zaman. Demikian juga halnya dengan sistem
ekonomi Islam yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem Islam, juga tidak
luput dari aktivitas ijtihad. Dengan demikian sistem ekonomi Islam diharapkan mampu
menjawab dan menyelesaikan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh umat manusia,
tanpa keluar dan melanggar ketentuan hukum Allah SWT. Sistem ini memiliki pengawasan
yang melekat pada diri setiap individu pelaku ekonomi yang berakar pada keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT. Sistem ini pula menyelaraskan antara kemashlahatan individu
dengan kemashlahatan orang banyak.
Prinsip keadilan Islam dalam bidang ekonomi (khususnya dalam distribusi pendapatan)
menghendaki seluruh element dalam faktor produksi mendapatkan imbalan sesuai dengan
kontribusinya masing-masing. Faktor modal, tenaga kerja, material asset, dan
entrepreneurship, harus dihargai secara adil. Dalam pandangan Islam modal (uang) dengan
sendirinya tidak memiliki banyak makna, modal baru bermakna jika ada faktor lain semisal
tenaga kerja. Uang dengan sendirinya tidak akan menghasilkan sesuatu, tetapi jika ingin
menghasilkan maka uang harus diinvestasikan pada sektor riil.
Agama Islam menjadi sistem yang memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk
menjalankan kehidupan ini dengan baik dan benar. Baik yang berkaitan dengan hal yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah), maupun hal yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia yang lainnya (mu'amalah). Ibadah diperlukan dengan
tujuan untuk menjaga ketaataan dan keharmonisan hubungan antara makhluq dan Khaliq,
serta untuk mengingatkan secara terus menerus tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini. Ketentuan-ketentuan muamalah diturunkan untuk menjadi rules of game dalam
keberadaan manusia sebagai makhluk sosial.
Seorang muslim diperintahkan untuk berprasangka baik terhadap sistem Islam. Kita
harus yakin bahwa Islam (termasuk sistem ekonominya) akan mampu menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Keyakinan ini harus terus dipupuk dan

2
disuburkan khususnya dalam diri ummat Islam. Dengan cara membuka dan menampilkan
tatanan teoretis ke dalam tatanan praktis. Jika riba dengan segala modusnya diharamkan,
tentunya harus ada jalan keluar yang dapat menggantikan posisinya. Jika lembaga keuangan
yang ada masih menjalankan praktek riba, tentunya harus disediakan satu lembaga keuangan
yang jauh dari riba. Ketika Allah mengharamkan sesuatu, sesungguhnya Allah menghalalkan
yang lain yang jumlahnya jauh lebih banyak dan lebih baik untuk umatNya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang, maka terlihat pentingnya pemahaman
mengenai:
1. Apakah yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Syariah?
2. Bagaimana Struktur Lembaga Keuangan Syariah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Secara umum, pngertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha lembaga
keuangan dapat berupa penghimpunan dana dan/atau penyaluran dana.1 Lembaga
keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan Syariah.2
Lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan yaitu
penyerapan dana dari unit surplus ekonomi baik individu, pemerintah maupun
sektor usaha untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi deficit. Dengan adanya
lembaga keuangan maka dapat meminimalkan biaya pengadaan atau pengolahan
informasi tentang investasi, oleh karena itu investasi lebih efesien untuk kedua
belah pihak baik dari unit surplus maupun unit defisit.3
Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk
menunaikan perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta
membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama
Islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta menyelesaikan masalah yang
memerangkap umat Islam hari ini, bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau
sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim.
Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat
diperlukan untuk mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial yang
dihadapi oleh masyarakat. Dalam operasionalnya lembaga keuangan Islam harus
menghindar dari riba, gharar dan maisir.
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor-
koridor prinsip-prinsip:

1
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 29.
2
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010), hlm. 51.
3
Abdul Ghafar Ismail and Ismail Ahmad, “Does the Islamic financial sistem design matter?,”
Humanomics Emerald Group Publishing Limited 22 No. 1(2006), 5-16, www.emeraldinsight.com/0828-
8666.htm (diakses 21 Juni 2012).

4
a. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak
b. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan
pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra
usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan;
c. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya;
d. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan
dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Menurut teks hukum yang ada dalam ketentuan syariat Islam, akan
ditemukan beberapa lembaga dan instrumen keuangan yang secara garis besar
dapat dikelompokan sebagai berikut ini:
a. Kegiatan Non Perbankkan, antara lain : 1) Lembaga Zakat 2) Lembaga
Ijarah, 3) Kafalah4, 3) Salam, 4) Rahn5, 5) Akad, 6) Warits, 7) Qiradh6, dsb.
b. Kegiatan Perbankan, antara lain : 1) Wadiah7, 2) Al-Mudharabah8, 3) Al-
Musyarakah/Syirkah9, 4) Al-Bai’u Bithaman Ajil dan lain-lain.10
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal
sebagai berikut:
a. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus
sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
b. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga
Keuangan Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan,

4
Al-kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi
kewajibannya kepada pihak yang ditanggung. Dari pengertian ini, al-kafalah berarti mengalihkan tanggung
jawab seseorang yang dijamin kepada orang lain yang menjamin.
5
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam barang yang ditahan adalah barang-barang
yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan standar yang ditetapkan.
6
Qirardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali. Dengan kata lain al-
qardh adalah pemberian pinjaman tanpa mengharapkan imbalan tertentu
7
Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain baik individu maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. Lihat Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisa, 2003), hlm. 65.
8
Al-Mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal)
menyediakan seluruh modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
9
Al-Musyarakah atau bisa disebut dengan istilah syirkah adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
10
Al-Bai’u Bisthaman Ajil adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dan nasabah dan lazimnya dilakukan secara cicilan.

5
bukan hubungan debitur-kreditur; Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan
hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga falah orianted, yakni
kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat;
c. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi
komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial
d. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam

2. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah


Polarisasi ekonomi di dunia ditandai dengan hadirnya dua kekuatan sistem
ekonomi kapitalis dan sosialis. Sistem Ekonomi Kapitalis diwakili oleh Amerika,
sedangkan Sistem Ekonomi Sosialis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa Timur
serta negara China dan Indo China seperti Vietnam dan Kamboja. 11 Sistem
Kapitalis (yang berorientasi pada pasar) sempat hilang pamornya setelah terjadi
Hyper Inflation12 di Eropa tahun 1923 dan masa depresi 1929-1933 di Amerika
Serikat13 dan negara Eropa lainnya. Sistem Kapitalis dianggap gagal dalam
menciptakan kesejahteraan masyarakat dunia akibat dampak sistem yang
dikembangkannya.14
Momentum ini dimanfaatkan oleh Keynesian untuk menerapkan Sistem
Ekonomi Alternatif (telah berkembang ideologinya) yang dipelopori oleh Karl
Mark, sistem ini berupaya menghilangkan perbedaan Pemodal dari kaum buruh
dengan Sistem Ekonomi Terpusat, dimana negara memiliki otoritas penuh dalam
menjalankan roda perekonomian. Tetapi dalam perjalanannya sistem ini pun tidak
dapat mencarikan jalan keluar guna mensejahterakan masyarakat dunia sehingga

11
Dua Sistem ekonomi ini lahir dari dua muara ideologi yang berbeda sehingga persaingan dua Sistem
ekonomi tersebut, hakikatnya merupakan pertentangan dua ideologi politik dan pembangunan ekonomi. Posisi
negara muslim setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2 menjadi objek tarik menarik dua kekuatan ideologi
tersebut, hal ini disebabkan tidak adanya visi rekonstruksi pembangunan ekonomi yang dimiliki para pemimpin
negara muslim dari sumber islami orisinil pasca kemerdekaan sebagai akibat dari pengaruh penjajahan dan
kolonialisme Barat. Lihat M. Sulthon Abu Ali, Problematik Ekonomi Dunia Modern dan Solusi Islam, (Jeddah:
Malik Abdul Aziz Universitas Jeddah, 1981), hlm. 38.
12
Artinya adalah inflasi yang sangat tinggi. Jika inflasi tinggi maka pengangguran akan tinggi juga. Di
Eropa sendiri inflasi terjadi karena revolusi harga yang terjadi sepanjang beberapa abad. Kenaikan harga pada
saat itu begitu sangat cepat.
13
Depresi merupakan suatu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi dimana kegiatan produksi terhenti
akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi tingkat pengangguran yang tinggi pula.
14
Mengakibatkan jutaan pekerja menganggur, pailit bank-bank di dunia, terhentinya Sektor Produksi dan
terjadi depresi ekonomi dunia.

6
pada akhir dasawarsa 1980-an dan awal dekade 1990an hancurlah Sistem
ekonomi tersebut dengan ditandai runtuhnya tembok Berlin dan terpecahnya
Negara Uni Soviet menjadi beberapa bagian.
Pada awal tahun 1970-an dunia seakan hanya memiliki satu Sistem
ekonomi yaitu Ekonomi Orientasi Pasar dengan perangkat bunga sebagai
penopang utama, negara-negara Sosialis pun bergerak searah dengan trend yang
ada sehingga muncullah istilah Neososialis yang sesungguhnya adalah modifikasi
Sistem Sosialis dan perubahannya kearah Sistem “Mekanisme Pasar”.15
Walaupun modifikasi Sistem Ekonomi Pasar dan Neososialis yang
dijalankan pasca Perang Dunia ke-2 menuju kearah dualisme Sistem ekonomi,
tetapi hal ini belum mampu untuk mencari solusi dari krisis dan problematika
ekonomi dunia16 diantaranya inflasi, krisis moneter internasional, problematika
pangan, problematika hutang negara berkembang dan lain sebagainya. Disaat
yang sama negara-negara dunia mengalami masalah keterbelakangan dan
ketertinggalan dalam seluruh aspek, penyebab utamanya adalah model
pembangunan negara barat yang tidak selalu sesuai dengan kondisi ekonomi,
sosial dan politik negara lain, sehingga tidak akan pernah mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada.17 Bersama dengan problematika tersebut, adanya suara
nyaring untuk menemukan Sistem ekonomi dunia baru yang dapat
mensejahterakan masyarakat dunia atas dasar keadilan,dan persamaan hak.18
Pada tahun 1970-an itu muncul sosok ekonomi Islam dan Lembaga
Keuangan Islam dalam tatanan dunia internasional. Kajian ilmiah mengenai
Sistem ekonomi Islam ini marak didiskusikan oleh kalangan akademisi di
berbagai Universitas Islam, hasil kajian tersebut dalam tataran aplikatif mulai
menuai hasil dengan berdirinya Islamic Development Bank (IDB) di Jeddah tahun
1974 yang diikuti dengan berdirinya bank-bank Islam di kawasan Timur
Tengah.19 Hal ini bahkan banyak menggiring asumsi masyarakat bahwa Sistem
ekonomi Islam adalah Bank Islam, padahal Sistem ekonomi Islam mencakup

15
Artikel M. Roem Syibli, S.AG, Filosofi dan Rasional Ekonomi Islam dalam Menjawab Keraguan
Berekonomi Syariah, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2008), hlm. 25.
16
M. Sulthon Abu Ali, Op.Cit, hlm. 40.
17
Michael P. Todaro, Economic Development In The Third World, (London: Long Man, 1977), hlm. 5.
18
Achmad Rizal Purnama, Menuju Sistem Ekonomi Islam, Makalah Seminar “Membuka Peluang
Kewirausahaan Dalam Sistem Ekonomi Islam” Desember 2000, UI Depok.
19
Seperti Dubai Islamic Bank didirikan pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta
Bahrain Islamic Bank (1979).

7
ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, Public Finance,
model pembangunan ekonomi dan instrumen-instrumennya.20
Sistem ekonomi Islam tidak terlepas dari seluruh Sistem ajaran Islam secara
integral maupun komprehensif. Sehingga prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam
mengacu pada saripati ajaran Islam. Kesesuaian sistem tersebut dengan fitrah
manusia tidak ditinggalkan, keselarasan inilah yang membuat tidak terjadinya
benturan-benturan dalam implementasinya, kebebasan berekonomi menjadi
terkendali dengan ciri dan prinsip sistem ekonomi Islam. Kebebasan memiliki
unsur produksi dalam menjalankan roda perekonomian merupakan bagian penting
dengan tidak merugikan kepentingan kolektif.21
Kepentingan individu dibuka lebar, dengan tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dengan
segala potensi yang dimilikinya, kecenderungan manusia untuk terus menerus
memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya
kewajiban setiap indivudu terhadap masyarakatnya, keseimbangan antara
kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya
roda perekonomian tanpa merusak Sistem Sosial yang ada.22 Di Indonesia,
Lembaga Keuangan Syariah sendiri bermula dari pendirian Koperasi Ridha Gusti
di Jakarta dan Baitut Tamwil-Salman di Bandung pada tahun 1980-an23.
Sementara Perbankan Islam yang pertama adalah Bank Muamalat Indonesia yang
berdiri pada tahun 1992.24
3. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Syariah
a. Menurut Ketentuan Hukum Islam

20
Keraguan banyak pihak tentang eksistensi Sistem ekonomi Islam sebagai model alternatif sebuah
Sistem tak terelakkan, pandangan beberapa pakar mengatakan Sistem ekonomi Islam hanyalah akomodasi dari
Sistem Kapitalis dan Sosialis nyaring disuarakan, tetapi hal tersebut terbantahkan baik melalui pendekatan
historis dan faktual karena dalam kenyataanya, terlepas dari beberapa kesamaan dengan sistem ekonomi lainnya
terdapat karakteristis khusus bagi Sistem ekonomi Islam sebagai landasan bagi terbentuknya suatu Sistem yang
berorientasi terhadap kesejahteraan masyarakat.
21
Achmad Rizal Purnama, Ibid.
22
Ibid.
23
Pelaksanaan keinginan untuk menerapkan prinsip syariah dibidang lembaga keuangan di tanah air
dimulai dengan berdirinya lembaga keuangan Baitut-Tamwil Jasa Keahlian Teknosa pada tanggal 30 desember
1980 dengan akta perubahan tertanggal 21 Desember 1982, kemudian di Jakarta didirikan Baitut-Tamwil kedua
dengan nama koperasi simpan-pinjam Ridha Gusti yang didirikan tanggal 25 September 1988.
24
PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan pada bulan Mei 1992, yang gagasan pendiriannya
muncul dalam lokakarya bank tanpa bunga yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia. Lihat Edy Wibowo,
Untung Hendy, Mengapa Memilih Bank Syariah?, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 35.

8
Setiap lembaga keuangan syariah, mempunyai falsafah dasar mencari
keridhaan Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan di akhirat. Oleh
karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan
menyimpang dari tuntunan agama harus dihindari. Di dalam al-Qur’an tidak
menyebutkan lembaga keuangan secara eksplisit. Namun penekanan
tentang konsep organisasi sebagaimana organisasi keuangan telah terdapat
dalam al-Qur’an. Konsep dasar kerjasama muamalah dengan berbagai
cabang-cabang kegiatannya mendapat perhatian yang cukup banyak dalam
al-Qur’an.
Pedoman lembaga keuangan syari’ah dalam beroperasi adalah al-
Qur’an surat al-Baqarah ayat 275 tentang Sistem menjauhkan diri dari
unsur riba dan menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.

ۚ ‫ان ِمن ْالم ِس‬ ُ ‫الربا ل يقُو ُمون ِإ َّل كما يقُو ُم الَّذِي يتخ َّب‬
َّ ‫طهُ ال‬
ُ ‫شيْط‬ ِ ‫الَّذِين يأ ْ ُكلُون‬
ُ‫…ه‬. ۗ ‫الربا‬ِ ‫َٰذ ِلك ِبأ َّن ُه ْم قالُوا إِ َّنما ْالب ْي ُع ِم ْث ُل‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba ….” (QS. Al-Baqarah: 275).25

Dalam hal jual beli ada hal-hal yang menghendaki halalnya, sedang
dalam riba terdapat mafsadat yang menghendaki haramnya.26 Syaikh
Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar mengungkapkan, Tidak
termasuk riba, jika seseorang yang memberikan kepada orang lain harta
(uang) untuk diinvestasikan sambil menetapkan baginya dari hasil usaha
tersebut kadar. Karena transaksi ini menguntungkan bagi pengelola dan
bagi pemilik harta, sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah satu
pihak tanpa satu dosa (sebab) kecuali keterpaksaannya, serta
menguntungkan pihak lain tanpa usaha kecuali penganiayaan dan kelobaan.
Dengan demikian, tidak mungkin ketetapan hukumnya menjadi sama dalam

25
Departemen Agama Republik Indonesia, Ibid. AL-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI,
1997), hlm. 63
26
Teuku Hasbi ash-Shiddieqy dalam An-Nur memberikan tafsiran terhadap ayat tersebut: Tuhan
mengharamkan riba adalah karena tak ada padanya pertukaran dan tambahan pembayaran, bukan karena
timbangan, hanya semata-mata karena penundaan waktu. Lihat Teuku Hasbi ashShiddieqy, Tafsir al-Qur’anul
Madjied “An-Nur”, Jakarta: Bulan Bintang, 1965, hlm. 68.

9
pandangan keadilan Tuhan dan tidak pula kemudian dalam pandangan
seorang yang berakal atau berlaku adil.27

b. Menurut Ketentuan Hukum Positif di Indonesia


Lembaga keuangan di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu formal dan informal. Lembaga yang bersifat formal ada
yang berbentuk bank dan ada yang berbentuk non bank. Sedangkan
lembaga keuangan bersifat informal biasanya berbentuk lembaga swadaya,
Baitul Mal wat Tamwil (BMT), serta berbagai institusi yang
pengelolaannya ditangani secara langsung oleh masyarakat.28
Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam satu
dasawarsa belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti
perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, reksadana
syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah, BMT. Demikian pula di sektor
riil, seperti Hotel Syariah, Multi Level Marketing Syariah, dsb.
Perkembangan perbankan menurut data Bank Indonesia mengalami
kemajuan yang spektakuler. Jika sebelum tahun 1999, jumlah bank syariah
sangat terbatas di mana hanya ada sebuah bank syariah, yaitu Bank
Muamalat Indonesia dengan beberapa kantor cabang, kini ada 21 bank
syariah dengan jumlah pelayanan kantor bank syariah sebanyak 611 (data
Mei 2006). Demikian pula lembaga asuransi syariah perkembangannya di
Indonesia merupakan yang paling cepat di dunia. Hanya Indonesia satu-
satunya negara yang memiliki 34 lembaga asuransi syariah, sedangkan
Malaysia cuma ada 4 lembaga asuransi syariah. Dan hanya Indonesia yang
memiliki 3 lembaga reasuransi syariah. Di negara manapun biasanya hanya
ada satu lembaga reasuransi syariah. Jumlah Lembaga Keuangan Syariah
juga telah melebihi dari 3.800 lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia.29
4. Lembaga-lembaga fasilitator sistem keuangan syariah di Indonesia30
a. Bank Indonesia

27
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Mesir: Dar al-Manar, 1376 H, Jilid III, hlm. 113-114.
28
Majalah Himmah, Membangun Institusi dan Komunitas Ekonomi Islam, Edisi X/Rajab 1425 H, hlm.
14
29
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), hlm. 67
30
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), 40-44.

10
Bank Indonesia adalah pelaksana bank sentral di Indonesia yang
memiliki tujuan utama mancapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem devisa serta mengatur dan mengawasi bank. Bank sentral
berfungsi sebagai pengawas sistem moneter, penciptaan uang primer
terutama uang kertas dan uang logam, dan memelihara cadangan emas dan
devisa.31

b. Departemen keuangan

Departemen Keuangan adalah lembaga yang berupaya


mengembangkan pasar keuangan syariah. Pada pasar modal dan lembaga
keuangan non bank syariah, lembaga yang membinanya adalah Bapepam-
LK (gabungan Badan Pengawas Pasar Modal dan Direktorat Jenderal
Keuangan Departemen Keuangan). Bapepam LK berada dibawah
Departemen Keuangan yang bertugas membina, mengatur dan mengawasi
sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis dibidang lembaga keuangan.32

Departemen Keuangan membentuk dewan pembiayaan syariah yang


bertugas melaksanaan perencanaaan dan kebijakan portofolio serta
melakukan pengembangan instrument pembiayaan syariah, melakukan
analisis keuangan, dan pasar keuangan syariah, melakukan koordinasi
dengan instansi terkait dan pihak-pihak di dalam maupun di luar negeri
dalam rangka pengembangan infrastruktur dan kebijakan pembiayaan
syariah, melakukan pengkajian peraturan dan produk standar, dalam rangka
kebijakan pembiayaan syariah berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan Direktur Jendral.33

c. Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah

31
Bank Indonesia, “Tentang Bank Indonesia,” http://www.bi.go.id/web/id/ (diakses 21 Juni 2012).
32
Organisasi BAPEPAM-LK, “Penggabungan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK),” BAPEPAM LK,
http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/organisasi/index.htm (diakses 21 Juni 2012).
33
Deparemen Keuangan, “Tugas Dan Fungsi Kementerian Keuangan Indonesia,” Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, http://www.depkeu.go.id/Ind/Organization/?prof=tupoksi (diakses 21 Juni
2012).

11
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia atau disingkat
DSN MUI adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI pada tahun 1999 yang
beranggotakan para ahli hukum Islam. Fungsi dari DSN MUI adalah
melakasanakan tugas-tugas MUI dalam memajukan ekonomi umat,
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga
keuangan syariah. Salah satu tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali
dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam dalam bentuk fatwa
untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga keuangan
syariah.34

Sebagai wakil DSN pada lembaga keuangan syariah dibentuklah


Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi kegiatan usaha
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip
syariah yang telah difawakan oleh DSN. Fungsi utama DPS adalah sebagai
penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usha syariah dan
pimpinan kantor cabang syariah dan sebagai mediator antara LKS dengan
DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari LKS yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.35

d. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

BASYARNAS adalah lembaga yang menengahi perselisihan antara


LKS dan nasabahnya sesuai dengan tata cara hukum syariah. Tujuan
didirikannya BASYARNAS adalah menyelesaikan kemungkinan terjadinya
sengketa muamalat yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri
keuangan, jasa dan lainlain dikalangan umat Islam.36

5. Struktur Lembaga Keuangan Syari’ah Di Indonesia37

Struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia terdiri dari lembaga keuangan


bank dan lembaga keuangan non bank.38

34
Dewan Syariah Nasional, “Tentang Dewan Syariah Nasional,” Majelis Ulama Indonesia,
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=category&id=39&layout=blog&Itemid=58
(diakses 21 Juni 2012).
35
Ahmad Rodoni Dan Abdul hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), 202.
36
Majelis Ulama Indonesia, “Sejarah Basyarnas”
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content &view=article&id=57&Itemid=83 (diakses 21 Juni 2012)
37
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 45-51.
38
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, hlm.
117

12
a. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan bank merupakan lembaga yang memberikan jasa


keuangan dalam menyalurkan dana maupun menghimpun dana dari masyarakat
luas dalam bentuk simpanan. Lembaga keuangan bank terdiri dari:
1) Bank Umum Syariah (BUS)
Bank umum menurut UU Perbankan No 7 tahun 1992 adalah bank
yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.39 Bank umum
merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan
melayani segenap masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun
lembaga-lembaga lainnya.
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah telah diatur dalam Pasal 19 UU
Perbankan Syariah, yaitu meliputi:
a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
b) Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
c) Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah,
akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
d) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam,
akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Dan lain sebagainya.
2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
BPR menurut UU Perbankan No 7 tahun 1992 adalah lembaga
keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPRS berfungsi sebagai

39
Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: Grasindo, 2005),
hlm. 1.

13
pelaksana sebagian fungsi bank umum, tetapi ditingkat regional dengan
berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah.40
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) diatur
dalam Pasal 21 UU Perbankan Syariah, yaitu meliputi :
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
• Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, dan
• Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
• Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau
musyarakah;
• Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna;
• Pembiayaan berdasarkan akad qardh;
• Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittmlik; dan
• Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
c) Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad
mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
d) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum
Konvensional, dan UUS.
e) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah
lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.

40
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2008), hlm. 90.

14
b. Lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga Keuangan Non Bank adalah semua badan yang melakukan
kegiatan dibidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat, terutama guna membiayai investasi
perusahaan-perusahaan.41 Lembaga-lembaga ini berbentuk menengah dengan
basis modal yang mencukupi dan merata untuk menjaga agar tidak terjadi
konsentrasi kekayaan dan kekuasaan. Ciri umum lembaga ini yaitu mereka
menggunakan sebagian dananya dari pemegang saham, bank komersial, dan
dana-dana khusus yang ditempatkan untuk jangka waktu pendek, menengah, dan
panjang.42 Adapun lembaga keuangan non bank ini diantaranya:
1) Pasar Modal Syariah
Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan
transaksi antara para pencari dana dengan para penanam modal. Dalam
pasar modal yang diperjualbelikan adalah efek-efek seperti saham, obligasi
dimana jika diukur dari waktunya modal yang diperjualbelikan merupakan
modal jangka panjang. Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad,
pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-
prinsip syariah. Diantara bank-bank islam yang ada, terdapat dua pendapat
yang berbeda dalam menyikapi surat berharga. Pertama, mayoritas bank
islam menolak perdagangan surat berharga. Kedua, bank islam di Malaysia,
dalam beberapa kondisi termasuk juga bank islam di Indonesia, menerima
transaksi surat berharga.
2) Pasar Uang (money market)

Pasar uang hampir sama dengan pasar modal bedanya jangka waktu
pasar uang pendek. Dalam pasar uang transaksi lebih banyak dilakukan
melalui media elektronik, sehingga nasabah tidak perlu datang secara
langsung.

3) Asuransi Syariah

41
Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 2007),hlm. 13.
42
Umar Chapra, Sistem Moneter Islam, ( Jakarta: Gema insane Press, 2000), hlm. 124.

15
Perusahaan asuransi syariah adalah lembaga yang kegiatan usahanya
saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk asset/tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai
syariah.
Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tersebut, telah juga
memuat
mengenai Asuransi Syariah, dimana devenisi asuransi syariah menurut
undang-undang ini adalah: Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian,
yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan
pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam
rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara:
a) memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b) memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan
pada hasil pengelolaan dana.
Secara lebih jauh, jika ditinjau dalam pandangan syariat Islam,
Asuransi lebih dipandang sebagai akad yang bersifat tolong menolong dan
saling menanggung (ta’awun dan ta`min), sehingga pertanggungan yang
dimaksudkan dalam asuransi ini bukanlah kegiatan usaha yang bersifat
komersil.
4) Dana pensiun
merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pensiun suatu
perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri. Penghimpunan dana
pensiun melalui iuran yang dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana
yang telah terkumpul oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan
menginvestasikannya ke berbagai sector yang menguntungkan.

16
5) Perusahaan Pegadaian Syariah
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan
fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Gadai syariah mencakup
kepada dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Melalui akad rahn,
nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian penggadaian
menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediahkan oleh
penggadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah
timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat
penyimpanan,biaya perawatan,dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas
dasar ini di benarkan bagi pegadaian mengenakan biaya sewa kepada
nasabah sesuai jumlah yang di sepakati oleh kedua belah pihak.
Pegadaian Islam akan memperoleh keuntungan hanya dari biaya sewa
tempat yang di pungut secara wajar sesuai dengan jenis benda yang
digadaikan dan bukan mengambil tambahan berupa bunga atau sewa modal
yang di perhitungkan dari uang pinjaman.
6) Lembaga keuanga syariah mikro, diantaranya:
a) Lembaga pengelola zakat (BAZ atau LAZ),
Badan Amil Zakat disingkat BAZ atau Lembaga Amil Zakat
disingkat LAZ lembaga formal yang berfungsi mengelola zakat,
lembaga yang sebelumnya eksis di tengah-tengah masyarakat secara
informal. Oleh karena itu, tidak semua yang secara kelembagaan
maupun perorangan melakukan kegiatan mengumpulkan, mengelola,
dan mendistribusikan zakat dinamakan Lembaga Amil Zakat seperti
diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.43
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memenuhi persyaratan,
dan kemudian dilakukan pengukuhan pemerintah, memiliki
kewajiban yang harus dilakukan oleh LAZ, yaitu:
• Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang
telah dibuat.
• Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.
• Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui
media massa.

43
AndriSoemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada.2009), hlm. 422

17
• Menyerahkan laporan kepada pemerintah.

b) Lembaga Pengelola Wakaf


Lembaga Pengelola Wakaf sebagai lembaga independen untuk
mengembangkan perwakafan selain bertujuan menyediakan berbagai
sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memilki kekuatan ekonomi yang
berpotensi antara lain, memajukan kesejahteraan umum.
c) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal Wat Tamwil atau
dapat ditulis dengan Baitul Maal Wa Baitul Tamwil, secara harfiyah
atau lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti
rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan
perkembangannya, yakni dari masa Nabi sampai abad pertengahan
perkembangan islam. Dimana baitul maal berfungsi untuk
mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan
baitul tamwil merupakan lembaga bisnis bermotif laba.44
Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatau pengertian
bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial.
Peran sosial BMT terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran
bisnis BMT terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga
sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan
Lembaga Amil Zakat (LAZ). Oleh karena itu, baitul maal ini harus
didorong agar mampu berperan secara professional menjadi LAZ
yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya
pengumpulan dana zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan sumber dana-
dana sosial yang lain.45
Secara umum profil BMT dapat dirangkum dalam butir-butir
berikut :46

44
Muhammad Ridwan, manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 126
45
Muhammad Ridwan, manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 126
46
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 452

18
• Tujuan BMT, yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya
• Sifat BMT, yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri, di
tumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara
professional secara berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan
masyarakat lingkungannya
• Visi BMT, yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat
dan kuat, yang kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian
rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah
memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat
manusia pada umumnya
• Misi BMT, yaitu mewujudkan gerakan pembahasan anggota dan
masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi
ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam
kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan
perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan
membangun struktur masyarakat madani yang adil dan
berkemakmuran berkemajuan
• Fungsi BMT, yaitu :
➢ Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong
dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi
anggota, kelompok usaha anggota muamalat(Pokusma) dan
kerjanya
➢ Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi
lebih professional dan islami sehingga semakin utuh dan
tangguh menghadapi tantangan global
➢ Menggalang dan mengorganisisr potensi masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan anggota

19
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk
keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan
Syariah. Lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan yaitu
penyerapan dana dari unit surplus ekonomi baik individu, pemerintah maupun sektor
usaha untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi deficit. Dengan adanya lembaga
keuangan maka dapat meminimalkan biaya pengadaan atau pengolahan informasi
tentang investasi, oleh karena itu investasi lebih efesien untuk kedua belah pihak baik
dari unit surplus maupun unit defisit.
Struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia terdiri dari lembaga keuangan
bank seperti Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) dan lembaga keuangan non bank seperti Pasar Modal Syariah, Pasar Uang,
Asuransi Syariah, dan lain sebagainya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Soemitra, Andri, 2010, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.

Ifham Sholihin, Ahmad, 2010, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Ghafar Ismail and Ismail Ahmad, Abdul, 2006, “Does the Islamic financial sistem design
matter?,” Humanomics Emerald Group Publishing Limited 22 No. 1(2006), 5-16,
www.emeraldinsight.com/0828-8666.html

Sudarsono, Heri 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisa.

Sulthon Abu Ali, Muhammad, 1981, Problematik Ekonomi Dunia Modern dan Solusi Islam,
Jeddah: Malik Abdul Aziz Universitas Jeddah.

Roem Syibli, S.AG, Muhammad, 2008, Filosofi dan Rasional Ekonomi Islam dalam
Menjawab Keraguan Berekonomi Syariah, Yogyakarta: Safiria Insani Press.

P. Todaro, Michael, 1977, Economic Development In The Third World, (London: Long Man,

Rizal Purnama, Achmad, 2000, Menuju Sistem Ekonomi Islam, Makalah Seminar “Membuka
Peluang Kewirausahaan Dalam Sistem Ekonomi Islam” Desember 2000, UI Depok.

Wibowo, Untung Hendy, Edy, 2005, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Departemen Agama Republik Indonesia, 1997, AL-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag
RI.

Hasbi ashShiddieqy, Teuku, 1965, Tafsir al-Qur’anul Madjied “An-Nur”, Jakarta: Bulan
Bintang.

Rasyid Ridha, Muhammad, 1376 H, Tafsir al-Manar, Mesir: Dar al-Manar, Jilid III.

Majalah Himmah,1425 H, .Membangun Institusi dan Komunitas Ekonomi Islam, Edisi


X/Rajab

Sudarsono, Heri, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia.

Soemitra, Andri, 2010, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.

Bank Indonesia, “Tentang Bank Indonesia,” http://www.bi.go.id/web/id/ (diakses 21 Juni


2012).

BAPEPAM LK, http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/organisasi/index.htm (diakses 21 Juni


2012).

21
Deparemen Keuangan, “Tugas Dan Fungsi Kementerian Keuangan Indonesia,” Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, http://www.depkeu.go.id/Ind/Organization/?prof=
tupoksi (diakses 21 Juni 2012).

Dewan Syariah Nasional, “Tentang Dewan Syariah Nasional,” Majelis Ulama Indonesia,
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=category&id=39&layout=
blog&Itemid=58 (diakses 21 Juni 2012).

Rodoni Dan Abdul hamid, Ahmad, 2008, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.

Majelis Ulama Indonesia, “Sejarah Basyarnas, http://www.mui.or.id/index.php?option


=com.content &view=article&id=57&Itemid=83 (diakses 21 Juni 2012)

Soemitra, Andri, 2010Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.

Wiroso, 2005, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta:
Grasindo.

Suyatno, Thomas, 2007, dkk, Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia pustaka Utama

Chapra, UmarSistem Moneter Islam, Jakarta: Gema insane Press..

Ridwan, Muhammad, 2004, manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press.

22

Anda mungkin juga menyukai