Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan selalu kepada Tuhan YME atas rida dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Kepuasan
Konsumen”.
Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Ibu Putri Catur Ayu
Lestari, S.EI., M.A yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan
makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
membantu baik secara moral maupun materi sehingga makalah ini dapat terwujud.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah yang disusun. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik
dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis untuk meningkatkan kualitas tulisan
ke depannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................................5
1.4 Manfaat.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
2.1 Teori Fungsi Kesejahteraan, Maximizer, dan Utilitas oleh Imam Al Ghazali.............6
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................21
3.2 Saran...........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk memperoleh laba yang besar dan
menciptakan konsumen yang puas. Masalah kepuasan konsumen menjadi kompleks karena
perusahaan perlu memperhatikan aspek-aspek lain yang ada. Terciptanya kepuasan
konsumen memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antar perusahaan dan
konsumen menjadi harmonis, terciptanya loyalitas konsumen, dan juga membentuk suatu
rekomendasi.
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Fungsi Kesejahteraan, Maximizer, dan Utilitas oleh Imam Al Ghazali
Seorang ulama besar,Imam Al-Ghazali yang lahir pada tahun 450/1058,telar.
memberikan sumbangan yang besar dalam pengembangan dan pemikiran dalam. dunia
Islam. Salah satu yang patut untuk kita bahas dalam bab ini adalah fungsi kesejahteraan
sosial Islam begitu juga tentang pandangannya tentang perar.aktivitas ekonomi secara
umum.
Sebuah tema yang menjadi pangkal tolak sepanjang karya-karyanya adalah konsep
maslahat, atau kesejahteraan sosial atau utilitas ("kebaikan bersama"), sebuzh konsep
yang mencakup semua urusan manusia, baik urusan ekonomi maupun urusan lainnya. dan
yang membuat kaitan yang erat antara individu dengan masyarakat.Sesungguhnya
seorang penulis telah menyatakan bahwa Al-Ghazali telah menemukan "sebuah konsep
fungsi kesejahteraan sosial yang sulit diruntuhkan dan yang telah dirindukan oleh
ekonom-ekonom modern."1 Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial,Imam Al-Ghazali
mengelompokkan dan mengidentifikasi semua masalah baik yang berupa masalih
(utilitas,manfaat) maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial. Selanjutnya ia mendefinisikan fungsi sosial dalam kerangka hierarki
kebutuhan individu dan sosial.
Walaupun keselamatan merupakan tujuan akhir, Al-Ghazali tidak ingin bila pencarian
keselamatan ini sampai mengabaikan kewajiban-kewajiban duniawi seseorang. Bahkan
pencaharian kegiatan-kegiatan ekonomi bukan saja diinginkan, tetapi merupakan
keharusan bila ingin mencapai keselamatan. Ia menitikberatkan "jalan tengah" dan
"kebenaran" niat seseorang dalam setiap tindakan. Bila niarnya sesuai dengan aturan ilahi,
maka aktivitas ekonomi serupa dengan ibadah-bagian dari panggilan seseorang.
Ghazali mengkritik mereka yang usahanya hanya terbatas untuk memenuhi tingkatan
subsisten dalam hidupnya:
"Jika orang-orang tetap tinggal pada tingkatan subsisten (saddalramaq) dan menjadi
sangat lemah, angka kematian akan meningkat, semua pekerjaan dan kerajinan akan
berhenti, dan masyarakat akan binasa. Selanjutnya,agama akan hancur, karena
kehidupan dunia adalah persiapan bagi kehidupan akhirat."
7
Walaupun Ghazali memandang manusia sebagai "maximizers" dan selalu ingin lebih,
ia tidak melihat kecenderungan tersebut sebagai sesuatu yang harus dikutuk agama.
Kurva indiferensi digambarkan dengan bentuk yang cembung ter-hadap titik origin (0).
Kemiringannya menurun dari ķiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena aksioma
8
rasionalitas lebih banyak akan lebih baik. Semua kombinasi titik pada kurva indiferensi
yang sama memi-liki tingkat kepuasan yang sama.
Kurva indiferensi yang cembung ke arah titik origin (0, 0) men-jelaskan kadar
penggantian marginal. Tingkat penggantian marginal menggambarkan besarnya
pengorbanan atas konsumsi suatu barang. untuk menambah konsumsi barang lainnya
dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperoleh2.
Prefensi seseorang untuk semua kombinasi barang X dan barang Y dapat digambarkan
dengan seperangkat kurva indiferensi yang disebut pctaindiferensi (indifference map).
Dalam kurva indiferensi semakin tinggi tingkat kepuasan seseorang maka sęmakin tinggi
pula kurva indiferensinya. Secara grafis tingkat kepuasannya yang lebih tinggi
digambarkan dengan tingkat kepuasan yang letaknya di sebelah kanan atas. Kumpulan
kurva indiferensi pada gambar hanya dapat mengatakan bahwa semakin ke kanan atas
maka semakin tinggi tingkat kepuasannya, tetapi tidak dapat mengatakan seberapa kali
lipat peningkatan kepuasannya tersebut. Misalnya, walaupun U 3 jaraknya terhadap titik
origin (0, 0) adalah tiga kali U 1, tidak berarti tingkat kepuasan U3 adalah tiga kali lipat U1.
Yang dapat dikatakan hanya U3 memberi tingkat kepuasan yang lebih besar dari U1.
2
Al-Arif, M. Nur Rianto. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensional. Jakarta: Kencana.
9
Selain itu kurva indiferensi sifatnya tidak boleh berpotongans antar kurva indiferensi
yang satu dan kurva indiferensi yang lain. Jika kurva tersebut berpotongan maka terjadi
pelanggaran terhadap ak-sioma kepuasan yaitu tidak adanya konsistensi.
1. Substitusi Sempurna
Untuk kasus pertama ini akan memperlihatkan preferensi seorang konsumen-
sebut saja namanya Amir--dalam mengonsumsi bubur ayam atau lontong sayur
untuk sarapannya. Kedua barang ini merupakan substitusi yang sempurna untuk
Amir,karęna ia sama sekali tidak peduli apakah makan bubur ayam atau lontong
sayur. Sebab akan sama saja kepuasan yang didapat dari mengonsumsi dua produk
tersebut, yaitu sama-sama memberikan rasa kenyang dan energi untuk
beraktivitas. Dalam hal ini, tingkat substitusi marginal dari bubur ayam dan
lonting sayur yaitu. Amir selalu bersedia mempertukarkan yang satu dengan yang
lainnya.
Dengan kata lain, dua barang tersebut merupakan substitusi sęmpurna bila
tingkat substitusi marginal satu, barang untuk yang lainnya adalah konstan, yaitu
kurva indiferensi yang menggambarkan pilihan situasi tukar antara konsumsi
barang-barang tersebut merupakan garis lurus. Hal ini digambarkan secara grafis
pada Gambar.
2. Komplemen Sempurna
10
ini, tingkat substitusi marginal dari sepatu kiri untuk sepatu kanan adalah nol biar
pun tersedia lebih banyak sepatu kanan daripada sepatu kiri, karena Ahmad tidak
akan menyerahkan satu pun sepatu kiri untuk mendapatkan sepatu kanan
tambahan. Dua barang tersebut adalah komplemen sempurna apabila kurva
indiferensi untuk barang-barang itu berbentuk siku-siku. Hal ini, digambarkan
secara grafis pada Gambar.
3
Ibid, hlm. 111-115
11
1) Selera konsumen terhadap barang tertentu dianggap konsisten, akibat dari asumsi
iniadalah kurva indeference tidak pernah bersinggungan berpotongan
(intersection)satu sama lain.
2) Individu atau konsumen lebih menyukai barang dengan jumlah yang lebih
banyakdari pada jumlah yang lebih sedikit, sehingga akibat dari asumsi ini adalah
kurva indeference berslope negatif, yang merfleksikan prinsip umum dimana
individu akanmengorbankan baraang untuk mendapatkan barang yang mempunyai
tingkatkepuasan yang lebih tinggi.
Ada dua kasus solusi optimal yang berbeda yang harus dipecahkan oleh setiap
konsumen4, yaitu :
Pada kasus pertama konsumen dihadapkan pada suatu garis anggaran tertentu dimana
individu tersebut hanya memiliki sejumlah uang. Dan dia harus mampu memutuskan
tingkat konsumsi yang optimal dalam memaksimalkan kepuasannya. Sebagai contoh,
konsumen dihadapkan pada alternatif pilihan barang :
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa tingkat pengeluaran tertentu yaitu sebesar Rp
20.000, maka kombinasi barang C lebih baik daripada kombinasi barang A dan B.
Kombinasi C lebih baik daripada A karena lebih banyak mengonsumsi barang X dan pada
kombinasi A dan B terdapat adanya pendapatan yang belum termanfaatkan untuk
dikonsumsi. Pada kombinasi barang A terdapat selisih Rp 10.000, yang belum digunakan
untuk konsumsi, sedangkan dikonsumsi barang B terdapat selisih Rp 5.000, yang belum
termanfaatkan untuk konsumsi. Dalam grafik, hal ini bisa digambarkan dengan kurva
indiferensi yang semakin meningkat dari kurva A menuju kurva B dan pada akhirnya
kepuasan mencapai titik optimum di kurva C, dimana semua pendapatan yang dimiliki
sudah dibelanjakan.
4
Ibid, hlm. 119-121.
13
z Minimalisasi garis anggaran pada tingkat kepuasan tertentu
Kasus yang kedua diasumsikan bahwa seorang konsumen telah merasa puas apabila ia
mengonsumsi sejumlah barang tertentu. Dimisalkan bahwa konsumen tersebut puas
apabila ia mengonsumsi 20 unit barang X dan 30 unit barang Y.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa kombinasi C lebih baik daripada kombinasi
A dan B, karena kombinasi C mampu memberikan kepuasan yang sama dengan yang
diberikan pada kombinasi A dan B, namun dengan jumlah pengeluaran yang jauh lebih
rendah. Jika konsumen memilih kombinasi A atau B maka ia harus membayar lebih
mahal untuk jumlah barang yang sama. Hal ini bisa digambarkan secara grafis dengan
garis anggaran yang semakin menurun dari BLA menuju BLb dan mencapai titik optimum
di BLc.
Dalam konsep Islam sangat penting adanya pembagian jenis barang dan jasa
antara yang haram dan halal. Oleh karena itu, penting untuk menggambarkan dalam
suatu fungsi maslahah. Tingkat maslahah untuk dua barang di mana salah satunya
merupakan barang yang tidak diperkenankan dalam syariat Islam atau suatu jenis
barang yang tidak disukai digambarkan dengan kepuasan yang terbalik seakan
diletakkan cermin. Semakin sedikit barang yang tidak disukai atau diperkenankan
akan memberikan tingkat maslahah yang lebih tinggi.
Hal ini digambarkan dengan fungsi maslahah yang semakin ke kiri atas tingkat
maslahah-nya, di mana barang yang haram (barang yang tidak disukai) berada di
sumbu X dan barang yang halal berada di sumbu Y. Dalam grafik, pergerakan tingkat
kepuasan ke kiri atas menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi
dan se- makin sedikit barang haram yang dikonsumsi. Semakin banyak barang halal
berarti akan menambah maslahah, sedangkan semakin sedikit barang yang haram
berarti akan mengurangi dis-maslahah. Keadaan yang menambah barang yang halal
dan mengurangi konsumsi barang yang haram akan mampu memberikan tingkat
maslahah yang lebih tinggi.
15
Bila letak barang yang haram dan yang halal ini diubah sumbunya, maka bentuk
tingkat maslahah-nya pun akan berubah. Bila sumbu X menunjukkan barang halal,
sedangkan sumbu Y menunjukkan barang haram, maka bentuk tingkat maslahah akan
berputar 180° dari terbuka menghadap ke kiri atas menjadi menghadap ke kanan
bawah. Dalam grafik ini, pergerakan tingkat maslahah ke kanan bawah menunjukkan
semakin banyak barang halal yang dikonsumsi dan semakin sedikit ba- rang haram
yang dikonsumsi, yang akan mampu memberikan tingkat maslahah yang lebih tinggi.
2. Budget & Syariah Line (Garis Anggaran dan Syariah)
Kemudian bagaimanakah perilaku konsumen muslim bila digam- barkan secara
grafis dengan menggunakan alat analisis kurva indife- rensi. Ada lima hal yang
menjadi perilaku seorang konsumen muslim seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya tentang perilaku konsumsi muslim, oleh karenanya dalam analisis grafis
terhadap perilaku konsumen muslim perlu dilakukan suatu modifikasi di mana batasan
yang membatasi konsumsi seorang konsumen muslim bu- kanlah hanya garis
anggaran semata, namun ada pula batasan yang lain yaitu dengan adanya tambahan
batasan berupa batasan syariah. Sehinggga batasan seorang konsumen muslim secara
grafis dibatasi oleh garis anggaran dan syariah (budget and syariah Line (BSL).
Pada garis anggaran dan syariah ini secara posisi, letaknya be- rada lebih rendah
dibandingkan pada garis anggaran. Karena adanya batasan dalam syariat Islam, seperti
larangan untuk mengonsumsi ba- rang yang haram, larangan riba, larangan untuk
konsumsi yang ber- lebihan dan kewajiban berzakat. Secara grafis hal ini dapat dilihat
pada Gambar.
Selanjutnya di titik manakah tingkat maslahah konsumen muslim yang optimum
dapat tercapai? Yang perlu diingat dalam pembahasan mengenai kepuasan konsumen
16
adalah, seorang konsumen diarahkan untuk mencapai tingkat maslahah yang optimum
dan bukan maksi- mum. Karena salah satu prinsip dalam rasionalitas Islam adalah
lebih banyak tidak selalu lebih baik (the more isn't always the better). Tingkat
maslahah konsumen muslim optimum dapat tercapai pada persing- gungan antara
kurva indiferensi dan garis anggaran dan syariah.
Berdasarkan Gambar tingkat maslahah konsumen muslim paling optimum
adalah pada titik Q" yaitu pada kurva iso-maslahah IM, Karena pada titik inilah terjadi
persinggungan antara kurva iso- maslahah dan garis anggaran dan syariah. Pada kurva
IM,, tingkat maslahah konsumen belum optimum karena adanya pendapatan yang
tidak digunakan untuk konsumsi, sehingga tingkat maslahah konsumen yang optimal
belum tercapai. Sementara pada kurva IM,,meskipun kurva iso-maslahah lebih besar
dibandingkan pada kurva IM, dan terjadi persinggungan dengan garis anggaran,
namun tingkat kepuasan konsumen muslim tidak optimum karena adanya batasan
syariah yang belum dipenuhi, seperti belum dikeluarkannya zakat dari pendapatan
yang diterima atau adanya barang-barang yang tidak boleh dikonsumsi, hal ini
menyebabkan kurva IM, tidak optimum bagi seorang konsumen muslim.
3. Corner Solution
Pilihan antara barang halal dan haram dapat digambarkan dengan tingkat
maslahah yang menghadap ke kiri atas apabila sumbu X digam- barkan sebagai
barang haram, dan sumbu Y sebagai barang halal. Dalam Gambar pergerakan tingkat
kepuasan ke kiri atas menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi
dan semakin sedikit barang haram yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang
halal berarti menambah maslahah, sedangkan semakin sedikit barang yang haram
berarti mengurangi dis-maslahah, keadaan ini akan memberikan tingkat maslahah
yang lebih tinggi. Ada dua hal yang menjadi corner solution (solusi pojok) bila
dikaitkan dengan solusi optimal:
Maksimalisasi Tingkat Maslahah pada Garis Anggaran Tertentu
Pada kasus ini, bila konsumen dihadapkan pada dua pilihan an- tara barang
haram X dan barang halal Y pada garis anggaran dan syariah tertentu. Maka akan
17
didapat suatu solusi pojok seperti pada gam- bar, yaitu konsumen akan semakin
memperbanyak konsumsinya atas barang halal dan mengurangi atau meninggalkan
konsumsinya atas barang haram, sehingga tingkat maslahah akan semakin meningkat.
Begitu pula sebaliknya apabila sumbu X diganti dengan barang halal dan sumbu Y
menjadi barang haram, maka maslahah yang semakin tinggi didapat apabila terjadi
pergeseran kurva ke arah kanan bawah.
19
IM, optimal, pada IM, tidak ada permintaan terhadap barang haram Y. Darurat dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang dapat mengancam keselamatan jiwa. Oleh
karenanya, sifat darurat itu sendiri adalah sementara, maka permintaan barang haram
pun hanya bersifat insidental. Secara matematis keadaan ini digambarkan dengan
fungsi yang diskrit dan bukan fungsi yang kontinu.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dalam ilmu ekonomi
Islam, kepuasan seorang muslim disebut dengan qona’ah. Kepuasan dalam Islam
(qona’ah) merupakan cerminan kepuasan seseorang baik secara batiniah maupun
lahiriah. Kepuasan menurut Islam harus mempertimbangkan beberapa hal berikut:
Barang atau jasa yang dikonsumsi harus halal, dalam mengonsumsi barang atau jasa
tidak berlebih-lebihan dan Tidak mengandung riba.
Garis anggaran (budget line), yaitu garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi
barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan tertentu.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami menyadari makalah yang kami susun ini jauh
dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca demi lebih baiknya penulisan makalah-makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
A. Karim, Adiwarman. (2017). Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Pers, edisi 3.
Al-Arif, M. Nur Rianto. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional. Jakarta: Kencana.
22