TEORI KONSUMSI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro Syariah
Disusun oleh
1. Alifia Artahayu Damayanti (2105026020)
2. A’yun Nisa Ardianti (2105026023)
3. Muhammad Furqan Alfani (2105026040)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sokhikhatul Mawadah, M.E.I selaku dosen
pegampu mata kuliah Ekonomi Mikro Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah dan
presentasi pada mata kuliah Ekonomi Mikro Syariah. Selain itu, makalah yang berjudul
“Teori Konsumsi” ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang berbagai pemikiran-
pemikiran dan perbedaan pendapat dari para ahli ekonomi mikro syariah bagi penulis serta
para pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapakan segala bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhinya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGNTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsumsi merupakan suatu bentuk perilaku ekonomi yang bersifat dasar atau
pokok dalam kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas
konsumsi terkhusus pada manusia. Pengertian konsumsi dalam ilmu ekonomi tidak
sama dengan istilah konsumsi dalam kehidupan sehari-hari yang diartikan seperti
perilaku makan dan minum. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi adalah suatu perilaku
seseorang dalam hal menggunakan dan memanfaatkan barang ataupun jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi perilaku konsumsi tidak hanya menyangkut
perilaku makan dan minum saja, melainkan juga perilaku ekonomi lainnya seperti
membeli dan memakai baju, membeli dan memakai kendaraan, membeli dan memakai
sepatu.
1
1.3. Tujuan
1. Dapat menjelaskan fungsi kesejahteraan menurut Imam Al-Ghazali
2. Dapat menjelaskan tentang fungsi utility
3. Dapat menjelaskan tentang konsumsi intertemporal konvensional
4. Mampu menjelaskan tentang teori konsumsi Keynes
5. Mampu menjelaskan tentang konsumsi konsumen muslim
6. Dapat menjelaskan tentang besarnya kemampuan konsumen
7. Dapat menjelaskan tentang dampak dari teori konsumsi terhadap perekonomian
Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mohammad Lutfi, Konsumsi dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Jurnal Madani Syari’ah, volume 2, Agustus
2019, hlm 68
2
Abu Hamid Ghazali, Ihya Ulumuddin, Beirut: Dar an-Nahdah, jilid2, hlm. 109.
3
Thohir, M. M. B. (2016). Pemikiran Imam Al -Ghazali Tentang Ekonomi Islam dalam Kitab Ihya’Ulumuddin.
IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam, 5(2), 76-93.
3
saat mengkonsumsi barang atau jasa. Teori ekonomi selalu mengalami perkembangan
untuk mengarah ke berbagai jenis penggunaan ekonomi. Disebutkan juga dalam teori
ekonomi, berdasarkan pilihan rasional, biasanya konsumen akan berusaha
meningkatkan dan memaksimalkan utilitasnya. Namun, secara praktek, sulit untuk
mengukur utilitas konsumen karena sifatnya sangat relatif. Dari penjelasan di atas,
maka bisa disimpulkan bahwa utilitas adalah kemampuan suatu produk atau komoditas
dalam memuaskan keinginan manusia. Sehingga, utilitas juga disebut sebagai segala
sesutu yang memuaskan komoditas produk atau layanan.
Sederhananya. Fungsi utilitas adalah mengukur seberapa besar manfaat atau
kepuasan yang dialami oleh konsumen ketika mereka menggunakan suatu barang atau
jasa. Dari situ, konsumen bisa memberikan penilaian terhadap produk tersebut dan
berbagai pengalaman mereka. Sehingga, jika nilai utilitas tinggi maka bisa dikatakan
bahwa nilai kepuasan konsumen akan suatu produk tinggi. Hal ini menjadikan value
yang dimiliki oleh perusahaan juga meningkat, dan sebaliknya.
Kenikmatan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsikan suatu barang tidak
dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan
mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dengan
jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary
yang menunjukan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva
indefferent. Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (Utility Fungtion) digambarkan oleh
kurva indeferen (Indefference Curve). Biasanya yang digambarkan adalah Utility
Fungtion antara dua barang (atau jasa) yang keduanya memang disukai oleh konsumen.
4
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: IIIT-Indonesia, 2002, hlm. 65.
4
Misalkan pendapatan, konsumsi, dan tabungan pada periode pertama adalah Y1 ,
C1 , S1 , dan pendapatan, konsumsi, dan tabungan paa periode kedua adalah Y2 , C2 , S2 .
Maka persamaan diatas dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
Pendapatan pada periode pertama adalah :
Y1 = C1 + S1
Pendapatan pada periode kedua adalah :
Y2 = C2 + S2
Apabila konsumsi di periode pertama lebih kecil daripada pendapatan, maka
tabungan dan konsumsi di periode kedua akan lebih besar.
Y1 = C1 + S1 , dan C1 < Y1
Y2 = C2 + S2
= (C2 + S1 ) + S2
Dari persamaan di atas dapat dijelskan bahwa tingkat konsumsi yang akan
dilakukan di masa datang sangat tergantung dari tingkat konsumsi yang dilakukan saat
ini. Apabila pada saat ini konsumsi yang dilakukan lebih kecil daripada pendapatan,
maka ada tabungan yang akan disimpan oleh konsumen. Sehingga konsumsi dan
tabungan di masa datang akan lebih besar dikarenakan masih adanya sisa pendapatan
yang tidak dibelanjakan pada periode pertama. Secara grafis dapat digambarkan
seperti pada gambar berikut ini.
C2
C1
5
Dalam keadaan terjadinya selisih pedapatan dengan jumlah uang yang dibelanjakan
untuk konsumsi, perilaku konsumen dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Lender, ketika jumlah konsumsi lebih kecil daripada pendapatan.
2. Borrower, ketika jumlah konsumsi lebih besar daripada pendaptan.
3. Polonius point, ketika jumlah konsumsi sama dengan jumlah pendapatan. 5
Dalam sistem perbankan yang menerapkan sistem bunga, tabungan yang disimpan
pada periode pertama akan memberikan nilai lebih sebesar bunga, sehingga
persamaan konsumsi pada periode kedua menjadi:
C2 = Y2 + S1 + r (S1 )
= Y2 + (Y1 – C1 ) + r (Y1 – C1 )
= Y2 + (1 + r) (Y1 – C1 )
5
Nur Rianto, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Konvensional, Jakarta:
Prenadamedia, 2010, hlm. 134
6
sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Fungsi persamaan 1
(teori konsumsi Keynes) :
C = C0 + bYd
Di mana:
C = Konsumsi
C0 = Konsumsi otonomus
b = Marginal Propensity to Consume (MPC)
Yd = Pendapatan Disposable
0≤b≥1
Keynes mengedepankan variabel utama dalam analisinya yaitu konsumsi
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan C= f(Y). Keynes mengajukan 3 asumsi pokok
secara makro dalam teorinya yaitu :
a. Kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) ialah
jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan
satu.
b. Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average
prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik.
c. Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang
penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting
2. Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume, disingkat
MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan
bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit.
Fungsi persamaan MPC :
MPC = C/ Y
Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan
disposable, Sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga
tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposable terus meningkat, konsumsi
terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup
di bawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1.
.
7
2.5.Konsumsi Konsumen Muslim
Sebelum membahas lebih lanjut tentang konsumsi konsumen muslim, maka perlu
adanya susunan suatu asumsi dasar yang menjadi acuan.
1. Sistem perekonomian yang ada telah mengaplikasikan aturan syariat Islam, dan
sebagian besar masyarakat meyakini dan menjadikan syariat Islam sebagai bagian
integral dalam setiap aktivitas kehidupannya.
2. Institusi zakat telah menjadi bagian dalam suatu sistem perekonomian dan
hukumnya wajib untuk dilaksankan bagi setiap individu yang mampu
3. Pelanggaran riba dalam setiap aktivitas ekonomi
4. Prinsip mudharabah dan kerja sama diaplikasikan dalam perekonomian
5. Tersedianya instrumen moneter Islam dalam perekonomian
6. Konsumen mempunyai perilaku untuk memaksimalkan kepuasannya.
Y = (C + Infak) + S
6
Nur Rianto, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Konvensional, Jakar ta:
Prenadamedia, 2010, hlm. 135-136
8
organisasi perusahaan atau pemerintah. Kendala anggaran ini di dalam ekonomi
konvensional dianggap sebagai salah satu kendala untuk memenuhi kepuasan
konsumen terhadap sesuatu. Namun dalam islam kendala anggaran ini tidak termasuk
pada batasan kegiatan konsumsi mereka. Keinginan untuk memaksimalkan tingkat
kepuasan tentu ada batasan, yaitu berupa dana yang tersedia untuk membeli kedua
jenis barang tersebut. Budget constraint (keterbatasan anggaran) secara matematis
dinotasikan sebagai berikut.
I = Px + Py Y
I : Pendapatan
Px : Harga barang X
Py : Harga barang Y
Tabel di bawah ini menunjukkan kombinasi jumlah barang X dan jumlah barang Y
yang dapat dikonsumsi, atau kombinasinya yang dapat dibeli dengan sejumlah $80.
Garis yang menghubungkan titik A, B, C, D dan E disebut dengan budget line (garis
anggaran). Lebih jelasnya lagi melihat tabel di bawah ini. 7
7
Asyika Ridolla. Analisis Motivasi, Budget Constrain, dan Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku
Konsumsi Ibu-Ibu PKK Gontor Pada Masa Pandemi. 2021: IAIN Ponorogo, hlm. 12-15.
9
Y Perubahan Budget Line (B)
BL 2 BL1 BL 3 X
Garis Anggaran Konsumsi Barang X dan Y
8
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004, hlm. 131-132
10
diantaranya yaitu konsumsi menjadi tolok ukur dalam memberikan cara pandang yang
cenderung mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu dalam hal perilaku, gaya hidup,
9
selera, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya, serta ekologi.
Besar dan luasnya negara Indonesia dengan berbagai suku bangsa menyebabkan
berbeda pula cara konsumsi di setiap daerahnya yang pastinya juga memiliki selera
konsumsi yang berbeda dari setiap individunya. Banyaknya barang atau jasa yang
dijual di pasar membuat konsumen lebih leluasa memilih apa yang ingin
dikonsumsinya. Bukan hanya barang atau jasa yang mereka butuhkan saja, melainkan
juga yang mereka inginkan atau dalam artian untuk menuruti nafsu gengsi dalam diri.
Salah satu hal yang penting bagi konsumen dalam mengonsumsi suatu barang atau
jasa yaitu selera. Selera merupakan salah satu variabel yang berpengaruh dalam
pengeluaran konsumsi, salah satunya yaitu di negara Indonesia. Adanya selera
masyarakat yang lebih menyukai barang-barang import atau buatan luar negeri dari
pada buatan negeri sendiri juga menjadi salah satu dampak teori konsumsi dalam
perekonomian Indonesia. Selera juga terkadang dipengaruhi oleh gaya hidup
seseorang yang menjadi pandangan oarang lain dalam konsumsi, seperti contoh
meniru artis idola dan juga bermewah-mewahan. Konsumsi yang dilakukan dengan
meniru tingkat konsumsi orang lain hanya akan membebani budget jika pendapatan
tidak sesuai atau tidak mencukupi dari oucome yang dilakukan. Jika terjadi seperti itu,
maka orang tersebut biasanya memilih untuk hutang di bank ataupun penyedia
pinjaman lainnya atau dengan pilihan kedua yaitu membeli produk yang hampir mirip
(produk kw) sehingga dengan seperti itu tidak terlalu memaksakan budget yang ada.
9
Mohammad Luthfi, Konsumsi dalam Perspekif Ilmu Ekonomi Isla m, Jurnal Madani Syari’ah: vol 2, Agustus
2019, hlm. 67
11
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi
nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai
Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin
berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. ”
Kandungan dari surah ini adalah :
1. Larangan untuk memakan atau mengonsumsi makanan berupa bangkai, darah,
daging babi, daging hewan yang disembelih untuk berhala, yang tidak disembelih
dengan cara yang sesuai syariat, karena makana yagn seperti ini banyak mudhorotnya
bgai tubuh dan hati manusia.
2. Larangan untuk berjudi, yaitu mengundi nasib dengan anak panah
3. Jangan takut kepada orang-orang kafir karena telah ALLAH sempurnakan agama
islam untuk umat islam hingga akhir zaman
4. Allah juga menyampaikan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha penyayang ,
dan ia pula yang paling mamahami apa yang ada dihati hambanya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
konsumsi adalah suatu perilaku seseorang dalam hal menggunakan dan
memanfaatkan barang ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi
perilaku konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku makan dan minum saja.
Terdapat beberapa teori konsumsi yang masih digunakan dan relevan di era
modern kali ini, salah satunya yaitu Teori konsumsi Keynes yang menjelaskan
adanya hubungan antara pendapatan yang diterima saat ini (pendapatan
disposable) dengan konsumsi yang dilakukan saat ini juga. Terdapat juga
pemikiran Al-Ghazali tentang kemaslahatan atau kesejahteraan sosial. Dalam
konsumsi muslim prinsip dan tujuan yang paling depan yaitu kemaslahatan
konsumen atau masyarakat daripada kepuasan konsumen (utility). Seperti yang
telah Allah firmankan utuk memakan atau mengonsumsi makanan yang halal dan
thoyib untuk mencapai suatu kemaslahatan.
3.2.Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika dalam penyususnan makalah diatas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Tentunya penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Lutfi, Konsumsi dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Jurnal Madani Syari’ah,
volume 2, Agustus 2019, hlm 68
Abu Hamid Ghazali, Ihya Ulumuddin, Beirut: Dar an-Nahdah, jilid2, hlm. 109.
Thohir, M. M. B. (2016). Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Ekonomi Islam dalam Kitab
Ihya’Ulumuddin. IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam, 5(2), 76-93.
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: IIIT-Indonesia, 2002, hlm. 65.
Nur Rianto, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Konvensional, Jakarta: Prenadamedia, 2010, hlm. 134
Nur Rianto, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Konvensional, Jakarta: Prenadamedia, 2010, hlm. 135-136
Mohammad Luthfi, Konsumsi dalam Perspekif Ilmu Ekonomi Islam, Jurnal Madani Syari’ah:
vol 2, Agustus 2019, hlm. 67
14