Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMMAT

DOSEN PENGAMPU : Eva Iryani , S.Pd.I.,M.Pd.I

Disusun oleh :
KELOMPOK 6
Windi Florinda (F1E221005)
Fajar Santoso (F1E221067)
Fauzan Akbar (F1E221023)
Dzaki Nizar Hanafi (F1E221039)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Islam dan Kesejahteraan Ummat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Dosen pengampu, Eva Iryani, S.Pd.I.,M.Pd.I pada mata kuliah agama islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep
dan peran ummat dalam mewujudkan masyarakat madani bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, penulisan dan aspek
lainnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Jambi, 17 Februari 2021

Kelompok D

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3. Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Masyarakat Madani ............................................................................ 6
2.2. Konsep Masyarakat Madani dalam Persepektif Islam .......................................... 8
2.3. Peran Ummat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani ............................. 12
2.4 Kesejahteraan dengan Menerapkan Sistem Ekonomi Islam ................................. 13
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
3.2. Saran ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesejahteraan merupakan suatu kondisi yang menjadi harapan
bagi setiap masyarakat. Namun pada kenyataannya tidak semua
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan kesejahteraannya.
Kesejahteraan manusia yang dikemukakan di dalam Al-Qur‟an
berhubungan dengan kenikmatan dan kesengsaraan manusia di akhirat,
dan kriteria obyektif sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan Ekonomi seperti
makanan, pendidikan perumahan, barang-barang dan jasa-jasa lainnya dan
komoditi-komoditi no-matrteil seperti kesenantiasaan, cinta dan kasih
sayang antara suami istri. Konsep ini mengutamakan pemuasan terhadap
“keinginan-keinginan yang bermanfaat”, menolak “keinginan-keinginan
yang tidak bermanfat, dan mendorong manusia untuk mengerahkan
sumber-sumber manusiawi dan materilnya untuk memenuhi “keinginan-
keinginan masyarakat”.
Al-Qur‟an mempersiapkan manusia untuk menghadapi gelombang
kehidupan dengan penderitaan psikis seminimal mungkin atau sama sekali
tanpa penderitaan karena kematian, kehilangan harapan. Jadi, kriteria
Islam mengenai kesejahteraan manusia bersifat fisik, material. Al-Qura‟an
menciptakan motif agar manusia dapat merasakan kenikmatan psikis
karena melakukan pengeluaran untuk kepentingan pribadi dan negara yang
bersifat altruistik, jadi bukan karena meyakini dan melaksanakan rumusan-
rumusan Ekonomi seperti pajak-pajak yang tidak merangsang dan sedikit
manfaatnya. Sains kesusilaan Ekonomi Islam berusaha memenuhi dan
memodifikasikan keinginan-keinginan, hasrat-hasrat dan kesukaan-
kesukaan manusia. Sebuah prinsip penting mengenai mentalitas kultural
Islam yang integral adalah bahwa kesejahteraan Ekonomi manusia
bukanlah merupakan alat penting agar ia dapat kesejahteraannya yang
total.
Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui
proses pengkajian ilmiah yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap
pesimis terkait eksistensi Ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat
ini. Hal ini terjadi karena di masyarakat telah terbentuk suatu pemikiran
bahwa harus terdapat dikotomi antara agama dengan keilmuan. Dalam hal
ini termasuk didalamnya Ilmu Ekonomi, namun sekarang hal ini sudah
mulai terkikis. Para Ekonom Barat pun mulai mengakui eksistensi
Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu Ekonomi yang memberi warna
kesejukan dalam perekonomian dunia dimana Ekonomi Islam dapat

4
menjadi sistem Ekonomi alternatif yang mampu mengingatkan
kesejahteraan umat, disamping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang
telah terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan umat. Ekonomi
Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian
tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama
Islam, Ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai
aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan (way of life), dimana Islam telah
menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagai kehidupan
manusia termasuk dalam bidang Ekonomi.
Dalam berbagai literatur Ilmu Ekonomi konvensional dapat
disimpulkan bahwa tujuan manusia memenuhi kebutuhannya atas barang
dan jasa adalah untuk mencapai kesejahteraan (well being). Manusia
menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya, dan untuk
inilah ia berjuang dengan segala cara untuk mencapainya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas antara lain, sebagai berikut.
1. Menjelaskan tentang pengertian masyarakat madani
2. Menjelaskan tentang konsep masyarakat madani
3. Menjelaskan peran ummat islam dalam mewujudkan masyarakat madani
4. Menjelaskan sistem ekonomi islam dan kesejahteraan ummat

1.3 Tujuan

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah:


a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian masyarakat
madani
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep masyarakat madani
c. Mahasiswa dapat mengetahui peran ummat islam dalam mewujudkan
masyarakat madani
d. Mahasiswa dapat mengetahui sistem ekonomi islam dan kesejahteraan
ummat

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apakah Masyarakat Madani itu?


Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakikat manusia mempunyai
kesamaan, yakni karena kemanusiaannya. Di dalam kesamaan manusia itu
dimungkinkan lahirnya kebudayaan. Dari situlah manusia dapat hidup
mempertahankan eksistensinya dan bahkan berkembang membangun
kehidupannya melalui kerjasama dengan sesama manusia lain.

Dalam bahasa Arab konsep masyarakat Madani dikenal dengan istilah


almujtama’ al-madani, dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah civil
society. Selain kedua istilah tersebut, ada dua istilah yang merupakan istilah
lain dari masyarakat madani yaitu masyarakat sipil dan masyarakat kewargaan.

Civil society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat. Cicero yang
memulai menggunakan istilah Societas Civilis dalam filsafat politiknya, yang
berarti komunitas politik yang beradap, dan didalamnya termasuk masyarakat
kota yang memiliki kode hukum tersendiri. Masyarakat madani merupakan
konsep yang merujuk pada masyarakat yang pernah berkembang di Madinah
pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu masyarakat yang mengacau pada
nilai-nilai kebijakan umum, yang disebut al-khair.

Berkenaan dengan pengertian masyarakat madani atau civil society,


beberapa ahli saling mengemukakan pandangannya yang tentunya berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya, diantaranya sebagai berikut: Hikam
(Supriatna) berpendapat bahwa civil society secara institusional diartikan
sebagai pengelompokan anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara
mandiri yang dapat dengan bebas bertindak aktif dalam wacana dan praktis
mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada
umumnya.

Gallner (Supriatna), menunjuk konsep civil society sebagai masyarakat


yang terdiri atas berbagai institusi non-pemerintah yang otonom dan cukup
kuat untuk mengimbangi negara. Victor Perez-Diaz, menyatakan bahwa civil
society lebih menekankan pada keadaan pada keadaan masyarakat yang telah
mengalami pemerintahan yang terbatas, memiliki kebebasan, mempunyai
sistem ekonomi pasar dan timbulnya asosiasiasosiasi masyarakat yang mandiri
serta satu sama lain saling menompang.

6
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara umum masyarakat
madani atau civil society dapat diartikan sebagai suatu corak kehidupan
masyarakat yang terorganisir, mempunyai sifat kesukarelaan, keswadayaan,
kemandirian, namun mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.

Untuk mewujudkan cita-cita ke arah masyarakat madani dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara, diperlukan berbagai prasyarat sebagaimana
diungkapkan oleh Han Sung-Jun:

1. Diakui dan dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan berserikat


serta mandiri dari negara.
2. Adanya ruang publik yang memberikan kebebasan bagi siapa saja dalam
mengartikulasikan isu-isu politik.
3. Terdapatnya gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai
budaya tertentu.
4. Terdapatnya kelompok inti di antara kelompok-kelompok menengah yang
mengakar dalam masyarakat dan mampu menggerakkan masyarakat dalam
melakukan modernisasi sosial ekonomi.

Masyarakat madani (civil society) sebagai sebuah tatanan masyarakat yang


mandiri dan menunjukkan kemajuan dalam hal peradaban, mempunyai ciri-ciri
atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan bentuk masyarakat
lainnya.

Menurut A.S Hikam ada empat ciri utama dari masyarakat mandani, yaitu
sebagai berikut :

1. Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen


bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.
2. Keswasembadaan, setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi,
mandiri yang kuat tanpa menggantungkan pada negara atau lembaga-
lembaga negara atau organisasi lainnya.
3. Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara.
4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama. Masyarakat
madani adalah masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara
kekuasaan.

Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain mengemukakan


ciri-ciri masyarakat madani sebagai berikut:

1. Semangat egalitarianisme atau kesetaraan.


2. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti
keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain.

7
3. Keterbukaan.
4. Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
5. Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.

Sedangkan Hidayat Syarif berpandangan bahwa masyarakat madani mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut:

1) Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasila,


dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
2) Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
3) Masyarakat yang menghargai Hak Azazi Manusia (HAM).
4) Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
5) Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian.
6) Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal(pluralis).
Mayarakat madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Masyarakat
Madani akan terwujud apabila suatu masyarakat telah menerapkan prinsip-
prinsip demokrasi dengan baik. Di dalam Al qur’an sudah dijelaskan tentang
umat yang terbaik untuk membentuk peradaban manusia yang lebih humanis dan
toleran yaitu
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”. (QS Ali Imran [3]: 110)
Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep “civil society”. (Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini
adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.)
Pemaknaan civil society sebagai Masyarakat Madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad dengan
menerapkan Piagam Madinah. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi
historis pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.

2.2 . Konsep Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam

Hakikat Manusia Menurut Islam adalah untuk kebaikan termasuk pada


pengelompokkan masyarakat madani. Masyarakat Madani adalah sekumpulan
manusia yang berada dalam suatu wilayah atau daerah yang hidup dengan aman

8
serta patuh pada aturan atau ketentuan hukum tertentu dan segala bentuk tatanan
kemasyarakatan yang telah disepakati oleh suatu masyarakat di daerah tersebut.

Konsep umum menjelaskan bahwa masyarakat madani atau civil society atau al-
mujtama' al-madani berpedoman pada pola hidup masyarakat yang berkeadilan
dan berperadaban.

Di dalam Al-Quran kehidupan masyarakat Madani adalah baldatun thayyibatun


wa rabbun ghafur yang diartikan sebagai negeri yang baik di atas keridhaan Allah.
Hal ini sejalan dengan pengertian masyarakat ideal yaitu masyarakat di bawah
ampunan dan keridhaan Allah serta yang menjunjung tinggi Rukun Iman , Rukun
Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT dan hukum syariat lainnya.

Madani pertama kali berasal dari bahasa Arab dari terjemahan al-mujtama al-
madany. Kemudian dicetuskan oleh Naquib al-Attas, seorang guru besar sejarah
dan peradaban Islam dari Malaysia yang mengambil istilah tersebut dari
karakteristik masyarakat Islam yang diaktulisasikan Rasulullah di Madinah
dengan fenomena saat ini. istilah tersbeut kemudian dibawa oleh Anwar Ibrahim,
Deputi Perdana Menteri dalam Festival Istiqlal September 1995.

Beliau menjelaskan masyarakat madani pada kehidupan kontemporer seperti rasa


kesediaan untuk saling menghargai dan memahami. Kemudian muncul beberapa
karya-karya dari intelektual Muslim Indonesia, diantarnya Azyumardi Azra
dengan bukunya "Menuju Masyarakat Madani" tahun 1999 dan Lukman Soetrisno
dengan bukunya "Memberdayakan Rakyat dalam Masyarkat Madani" tahun 2000.

Konsep masyarakat madani menurut prespektif Islam sudah diatur dalam Al-
Quran yang dibagi menjadi 3 jenis yait masyarakat terbaik (khairah ummah),
masyarakat seimbang (ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah
muqtashidah). Berikut adalah kutipan ayat yang mengatur ketiga jenis istiilah
tersebut :

1. Khairah Ummah dalam QS Ali Imran 3:110, yaitu :


Artinya : "Kamu adalah umat terbaik untuk seluruh umat manusia. Kamu
menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah yang munkar untuk beriman
kepada Allah. Apabila Ahli kitab beriman, maka itu lebih baik bagi
mereka, ada yang beriman diantara mereka, dan kebanyakan mereka
adalah fasik."
2. Ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143, yaitu :
Artinya : "Dan demikian Kami menjadikan umat Islam sebagai umat yang
adil sebagai saksi perbuatan manusia dan Rasul adalah saksi perbuatan
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat sebagai kiblat mu keculai agar
Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan yang ingkat. Dan
sungguh memindahkan kiblat ke berat adalah orang yang mendapat

9
petunjuk dan Allah tidak akan menyiakan imanmu. Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang."
3. Ummah Muqtasidah dalam QS Al-Maidah 5:66, yaitu :
Artinya : "Dan mereka menjalankan Taurat, Injil dan Al-Quran yang
diturunkan Tuhannya, mereka mendapat makanan dari atas mereka dan
dari bawah. Diantara mereka ada golongan pertengaham. Dan alangkah
buruk yang dikerjakan mereka."

Penjelasan dari masing-masing ayat di atas adalah :


Konsep khairan ummah dalam QS Ali-Imran 3:110 adalah konsep masyarakat
yang ideal. Mereka ditugasi untuk mengembangkan beberapa fungsi diantaranya
menyerukan kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Selain itu, mereka
juga tidak boleh bercerai berai dan saling berselisih paham. Al Quran telah
memberikan Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa serta cara berdamai untuk
memecahkan masalah internal yaitu metode syurah atau musyawarah, ishlah atau
rekonsiliasi dan berdakwah dnegan cara al-hikmah wa al-mujadalah bi allatu hiya
ahsan yang berarto kebijaksanaan dan perundingan dengan cara baik.

Konsep ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143 menjelaskan bahwa


masyarakat seimbang adalah masyarakat yang berada di posisi tengah-tengah
yaitu menggabungkan yang baik dari yang bertentangan.

Konsep ummah muqtashidah dalam QS Al-Maidah 5:66 adalah masyarakat


moderat yakni entitas di kalangan ahli kitab dan posisi ummah yang minoritas.
Artinya bahwa kelompok tersebut meskipun kecil, tetap dapat melakukan
kebaikan dan perbaikan dan meminimalisir kerusakan. Hampir sama dengan
ummatan wasathan bahwa keduanya memelihara penerapan nilai-nilai utama di
tengah komunitas sekitar yang menyimpang. Yang membuat beda ummah
muqtashid adalah komunitas agama Yahudi atau Nashrani, dan ummah wasath
adalah komunitas agama sendiri yakni Islam.

Konsep-konsep yang sudah dijelaskan tersebut sungguh telah diterapkan di


Mdinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Diterapkan setelah

Nabi berhijrah dengan para sahabat dan dikeluarkannya Sahifah ay Watsiqah


Madinah atau Piagam Madinah atau Madinah Charter yang berisi hal-hal berikut
ini:

1) Asas kebebasan beragama yakni negara mengakui dan melindungi


kelompok yang beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing
2) Asas persamaan yakni semua orang yang mempunyai kedudukan sama
sebagai anggota masyarakat untuk saling membantu dan tidak boleh
memperlakukan orang lain dengan buruk

10
3) Asas kebersamaan yaitu anggota masyarakat memiliki hak dan
kewajiban sama kepada Negara
4) Asas keadilan yaitu setiap warga negara memiliki kedudukan sama di
hadapan hukum dimana hukum harus ditegakkan
5) Asas perdamaian yakni warga negara hidup berdaampingan tanpa
perbedaan suku, agama dan ras
6) Asas musyawarah yaitu semua permasalah yang terjadi di negara
tersebut diselesaikan melalui dewan syura

Karakteristik Keislaman Pembangunan Masyarakat Madani


Rasulullah mengajarkan tiga karakteristik keislaman yang menjadi akar
pembangunan masyarakat madani, diantaranya :

1) Islam humanis
Islam yang humanis berarti bahwa ajaran Islam yang diberikan oleh
Rasulullah adalah kompatibel dengan fitrah manusia. Allah berfirman
dalam QS Al-Rum ayat 30 yang artinya : "Maka hadapkan wajah dengan
lurus pada agama Allah, tetap berada pada fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya.
Tidak ada yang berubah pada fitrah Allah, tetapi manusia tidak
mengetahuinya." Oleh karena itu, ajaran Islam yang disampaikan oleh
Rasulullah mudah diterima oleh nalar dan naluri umat manusia.
2) Islam Moderat
Islam moderat adalah keseimbangan ajaran Islam yang diterapkan dalam
berbagai kehidupan manusia baik secara vertikal maupun horizontal.
Kemoderatan inin yang membuat ajaran Islam berbeda dengan ajaran
lainnya.Dalam sejarahnya, karakteristik ini diaplikasikan sempurna dalam
diri manusia. Jadi, kemoderatan adalah salah satu karakteristik
fundamental agama Islam sebagai agama yang sangat kompatibel dengan
naluri dan fitrah manusia.Dari asas kemoderatan inilah, konsepsi
kemasyarakatn menjadi konsep yang utuh untuk membangun masyarakat
yang memegang teguh nilai-nilai dan kemormaan dalam Islam.
3) Islam Toleran
Kata toleran di dalam ajaran Islam berkaitan dengan penganut agama
Islam sendri dan penganut agama lain. Apabila dikaitkan dengan kaum
muslimin, maka toleran berarti kelonggaran, kemudahan dan fleksibilitas
Islam. Sebab pada hakikatnya ajaran Islam mudah sekali untuk
disampaikan dan diaktulisasikan kepada umat manusia.

Ada pendapat lain bahwa karakteristik Masyarakat Madani adalah sebagai


berikut:

11
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi . Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar- pilar
demokrasi yang meliputi: Lembaga swadaya masyarakat (LSM), pers yang
bebas, supremasi hukum, perguruan tinggi, dan partai politik.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap
saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang
dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai
nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih
dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain,
sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

2.3 Peran Ummat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam


harus berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali Imron:110).
Oleh karena itu maka Umat Islam harus menunjukan perannya dalam
mewujudkan Masyarakat Madani yaitu antara lain;
1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus
kemiskinan.
2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi
yang adil.

12
5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan
pendapatan dan pendidikan rakyat.
6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena
pengangguran, kelompok buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK
secara sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh majikannya dan lain-
lain).
7. Sebagai kontrol terhadap negara .
8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan
(pressure group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia berusaha untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang


pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokratis dan agamis/religius.
Dalam kaitannya pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia, maka warga
negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas,
demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq, kritis argumentatif, dan kreatif,
berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat
Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih
calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan
objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis, berani dan
mampu menjadi saksi, memiliki wawasan yang luas, memiliki semangat
toleransi mengerti cita-cita nasional bangsa Indonesia yang demokratis, aman,
adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia

2.4 Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Ummat

2.4.1 Sistem Ekonomi Islam

Sistem merupakan serangkaian komponen-konponen yang saling


berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu Sedangkan menurut
Jogiyanto sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan-tujuan. Sistem seringkali juga disebut cara melakukan
sesuatu. Sistem pula yang membedakan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Sedangkan ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam

Sistem ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari


masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Jadi sistem ekonomi
islam merupakan ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek (penerapan
ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat,
maupun pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasi faktor produksi,
distribusi, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam
peraturan/perundangundangan islam (sunnatullah).

13
Salah satu aspek penting yang terkait dengan hubungan antara manusia
adalah ekonomi. Ekonomi Islam memiliki prinsip yang bersumber dari Al-quran
dan Al-hadits. Prinsip tersebut bersifat abadi seperti prinsip tauhid, adil, maslahat,
kebebasan dan tangung jawab, persaudaraan, dan sebagainya. Prinsip ini menjadi
landasan kegiatan ekonomi islam yang secara teknis operasional selalu
berkembang dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan
peradaban yang dihadapi manusia.

Maka ekonomi Islam menempati kedudukan yang istimewa karena Islam


yakin bahwa stabilitas universal tergantung pada kesejahteraan material dan
spiritual manusia. Kedua aspek ini terpadu dalam satu bentuk tindakan dan
kebutuhan manusia. Aktivitas antar manusia termasuk aktivitas ekonomi terjadi
melalui apa yang di istilahkan oleh ulama dengan muamalah (interaksi). Dalam
aktivitas ekonomi Al-Quran dalam surat Al-baqarah ayat 188 memberi pesan :

Artinya: “Dan janganlah kamu sekalian makan atau melakukan interaksi ekonomi
di antara kamu dengan jalan yang bathil ”.

Sistem ekonomi Islam didasarkan pada 3 pondasi utama yaitu tauhid,


syariah dan akhlak. Pengamalan syariah dan akhlak merupakan refleksi dari
tauhid. Landasan tauhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi
syariah dan akhlak terganggu. Dasar syariah adalah membimbing aktivitas
ekonomi sehingga sesuai dengan kaidahkaidah syariah. Sedangkan akhlak
membimbing aktivitas ekonomi manusia agar senantiasa mengedepankan
moralitas dan etika untuk mencapai tujuan. Akhlak yang terpancar dari iman akan
membentuk integritas yang membentuk good corporate governance dan market
disiplin yang baik. Dari pondasi ini muncul 6 prinsip ekonomi Islam.

a) Tauhid
Tauhid merupakan pondasi utama seluruh ajaran Islam, dengan demikian
tauhid menjadi dasar seluruh konsep dan aktivitas umat Islam, baik di bidang
ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Tauhid menekankan bahwa:
 Harta benda yang kita miliki adalah sebagai amanah dari Allah sebagai
pemilik hakiki. Kita harus memperoleh dan mengelolanya dengan baik
(at-thayyiba) dan mencari karunia Allah (ibtigha min fadhlilla).
 Manusia dapat berhubungan langsung dengan Allah. Ekonomi Islam
adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak

14
dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana
yang tidak lepas dari syari’at Allah
b) Keadilan
Prinsip keadilan merupakan pilar penting dalam ekonomi Islam,
penegakkan keadilan telah ditekankan oleh Al-Qur’an sebagai misi utama
para nabi yang diutus oleh Allah. Tujuan keadilan sosiol ekonomi dan
pemerataan pendapatan atau kesejahteraan, dianggap sebagai bagian tak
terpisahkan dari moral Islam.

c) Kebebasan dan Tanggung Jawab


Islam menjunjung tinggi hak-hak individu, namun tidak dalam pengertian
yang sebebas-bebasnya. Kebebasam individu diatur oleh syariat islam, dimana
ia memiliki batasan-batasan yang harus ditaati. Kebebasan individu akan
ditempatkan dalam kerangka harmoni sosial, dan inilah salah satu dari
pengertian keadilan. Kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia akan
dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Jadi, kebebasan membawa
implikasi kepada pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban meliputi beragam
aspek, yakni: pertanggungjawaban antara individu dengan individu (mas’uliyah
al-afrad), pertanggungjawaban dengan masyarakat (mas’uliyah al-mujtama’).
Manusia dalam masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajibannya demi
terciptanya kesejahteraan anggota masyarakat secara keseluruhan serta
tanggung jawab pemerintah (mas’uliyah ad-daulah). Tanggung jawab ini
berkaitan dengan baitul mal
d) Maslahah
Maslahah adalah tujuan syariah Islam dan menjadi inti utama syariah
Islam itu sendiri. Secara umum maslahah diartikan sebagai kebaikan
(kesejahtraan) dunia dan akhirat. Para ahli ushul fiqh mendefinisikannya
sebagai segala sesuatu yang mengandung manfaat, kegunaan, kebaikan dan
menghindarkan mudharat, kerusakan dan mafsadah. Al-Ghazali menyimpukan
bahwa maslahah adalah upaya mewujudkan dan memelihara lima kebutuhan
dasar, yakni agama (hifdzu ad-ddin), jiwa (hifdzu an-nafs), akal (hifdzu al-aql),
keturunan (hifdzu an-nasl) dan harta (hifdzu al-mal).
e) Keseimbangan
Syariat Islam mengakui hak pribadi dengan batas-batas tertentu. Syari’at
menentukan keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Hal ini tampak dari beberapa firman Allah:

15
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu
dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela
dan menyesal” (Qs. Al-isra: 29).

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara


syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Qs.Al-Isra:
27).
f) Kejujuran dan Kebenaran
Prinsip ini merupakan sendi akhlakul karimah

2.4.2 Kesejahteraan dengan Menerapkan Sistem Ekonomi Islam

Kesejahteraan dengan menerapkan sistem ekonomi islam adalah sistem


yang menganut dan memasukkan nilai-nilai, dogma, norma, dan ajaran islam
(variable keimanan) sebagai unsur yang fundamental dalam mencapai
kesejahteraan. Variabel keimanan tersebut sebagai tolak ukur untuk menentukan
tindakan ekonomi dalam mengelola faktor produksi, konsumsi dan distribusi
barang dan jasa sebelum memasukkan dalam sirkulasi hukum pasar. Sehingga
terjalin keselarasan dan keseimbangan antara kepentingan individu, kelompok
dengan hukum pasar yang di formulasikan melalui berbagai hasil kebijakan
lembaga sosial ekonomi masyarakat dan negara dalam bentuk kebijakan yang
berasaskan nilai-nilai keimanan. Sehingga terjalin suatu stimulasi dan sosialisasi
ekonomi yang komprehensif yang dapat mengantarkan Individu dan masyarakat
untuk mewujudkan kesejahteraan yang baik dan terhormat (hayatan toyyibah)
dunia dan akhirat.
Penerapan beberapa sistem ekonomi baik sistem ekonomi kapitalis
maupun sosialis, seyogyanya bisa mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakat serta mewujudkan ketentraman bagi manusia. Bahkan
mainstream sistem ekonomi kapitalis dan sosialis tersebut mendominasi
perekonomian dunia. Akan tetapi sejarah mencatat terjadi banyak kegagalan atas
sistem ekonomi yang diterapkan bahkan menimbulkan banyak permasalahan di
tengah masyarakat bahkan negara.

Sistem ekonomi yang lain seperti negara Uni Soviet mencoba menerapkan
sistem ekonomi sosialis, pemerintahannya mengusahakan pemerataan ekonomi
penduduk dengan menguasai dan mengontrol semua sumber daya alam,
industriindustri penting, perbankan, dan sarana publik. Tujuan akhir dari sistem
ini adalah kesejahteraan yang merata dalam masyarakat tanpa ada hirarki kelas
sosial. Namun, sebelum cita-cita tersebut tercapai, sistem sosialis runtuh karena

16
perselisihan antar pimpinan dan korupsi di dalam tubuh pemerintah itu sendiri.
Dengan kata lain, sistem ini belum berhasil memeratakan kesejahteraan rakyat
malah memperburuk rakyat ke dalam kemiskinan, hal ini dapat terjadi karena
dominasi pemerintah yang berlebihan yang membuat roda perekonomian tidak
berkembang.

Di sinilah sistem ekonomi Islam tampil, sebagaimana Islam, memiliki


sikap yang moderat (al-wasathiyyah). Sistem ekonomi Islam tidak menzalimi
kaum lemah sebagaimana terjadi pada masyarakat sistem kapitalis, tetapi juga
tidak menzalimi hak individu dan kelompok kaya sebagaimana ada pada sistem
sosialis komunisme. Sistem ekonomi islam berada pada posisi tengah dan
seimbang antara keduanya. Sistem ekonomi Islam memiliki peluang untuk
kembali tampil memberikan solusi terhadap permasalahan ekonomi yang ada
untuk mensejahterakan masyarakat.

Kegiatan ekonomi telah menjadi sarana pencapaian kesejahteraan atau


kemakmuran. Nabi Muhammad Saw memperkenalkan sistem ekonomi Islam. Hal
ini berawal dari kerja sama antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sistem ekonomi
Islam yang diperkenalkan, antara lain, syirkah, qirad, dan khiyar dalam
perdagangan. Selain itu, juga diperkenalkan sistem musaqah, mukhabarah, dan
muzara’ah dalam bidang pertanian dan perkebunan. Para sahabat juga melakukan
perdagangan dengan penuh kejujuran. Mereka tidak mengurangi timbangan dalam
berdagang.

Masa Kekhalifahan kedua dalam kepemimpinan Islam Umar bin Khattab


juga telah membuktikan bahwa sistem ekonomi Islam mampu menciptakan
kesejahteraan. Pada masa ini angka kemiskinan berhasil ditekan sehingga sangat
sulit menjumpai orang yang berhak menerima zakat.

Sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan dalam tulisan ini hadir mencari
celah kemungkinan untuk mewujudkan kembali kesejahteraan masyarakat dengan
pengaplikasikan sistem ekonomi Islam dengan optimalisasi instrumen ekonomi
Islam. Kita akan segera mengetahui bagaimana kesejahteraan masyarakat dapat
meningkat, kesenjangan serta kecemburuan sosial dapat diredam. Sistem ekonomi
Islam akan membimbing masyarakat dan dunia menuju kemakmuran (hayatan
toyyibah) dunia dan akhirat.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep masyarakat madani menurut islam adalah bangunan politik
yang: demokratis, partisipatoris, menghormati dan menghargai publik
seperti: kebebasan hak asasi, partisipasi, keadilan sosial, menjunjung
tinggi etika dan moralitas. Ciri utama Masyarakat Madani Indonesia
adalah demokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
masyarakat yang mempunyai faham keagamaan yang berbeda-beda,penuh
toleransi, menegakkan hukum dan peraturan yang berlaku secara konsisten
dan berbudaya.
Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani
ialah terciptanya tatanan masyarakat yang lebih terbuka. Di samping itu,
dengan terwujudnya Masyarakat Madani, maka persoalan-persoalan besar
bangsa Indonesia seperti: konflik-konflik suku, agama, ras, etnik,
golongan, kesenjangan sosial, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan
pembagian "kue bangsa" antara pusat dan daerah, diharapkan dapat
mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat, sehingga
kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi bangsa dapat dicegah.
Strategi membangun masyarakat madani di Indonesia dapat
dilakukan dengan integrasi nasional dan politik, reformasi sistem politik
demokrasi, pendidikan dan penyadaran politik, melalui masyarakat sipil
yang mengejewantah dalam berbagai wadah sosial politik di masyarakat,
seperti organisasi keagamaan, organisasi profesi, organisasi komunitas,
media dan lembaga pendidikan, dan sejenisnya. Dalam konteks ini, maka
peran umat Islam amat menentukan dalam artian memberikan kontribusi
nyata bagi pembentukan tatanan yang kondusif.

3.2 Saran

Diperlukannya penerapan konsep mengenai masyarakat madani dan


kesejahteraan ummat dimana akan memperoleh manfaat dengan
terciptanya masyarakat yang lebih terbuka. Sistem ekonomi Islam
memiliki peluang untuk kembali tampil memberikan solusi terhadap
permasalahan ekonomi yang ada untuk mensejahterakan masyarakat.
Oleh sebab itu, kontribusi peran dari ummat islam sangat dibutuhkan agar
terbentuknya tatanan yang kondusif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Gellner, E. 1995. Membangun Masyarakat Sipil: Prasyarat Menuju Kebebasan


(Terjemahan Hasan, I) Bandung: Mizan.

Hamim, Thoha. 2000. Islam dan Civil society (Masyarakat Madani): Tinjauan
tentang Prinsip Human Rights, Pluralism dan Religious Tolerance.
Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam,
Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. Prenada Media: Jakarta.

Weeramantry, C.G. dan M. Hidayatullah. 1988. Islamic Jurisprudence: An


International Perspectives, vondon: The Mcmillan Press.

https://www.kompasiana.com/maghfirofatichatul1450/5ef52a56097f365f823dc51
2/konsep-masyarakat-madani-dalam-perspektif-islam?page=1\

https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/download/142/96#:~:tex
t=Sistem%20ekonomi%20Islam%20memberikan%20kesejahteraan,yaitu%20tauh
id%2C%20syariah%20dan%20akhlak.

19

Anda mungkin juga menyukai