Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISLAM DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Mata Kuliah : Islam dan Keilmuan


Dosen Pengampu : Dr. Widodo, S. Pd.I., M. Pd

DISUSUN OLEH:

DIAH AYU SETYANINGRUM (NPM. 227310439)


ANDRE RYANTO (NPM. 227310514)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkah dan inayah-Nya penulisan

makalah dengan judul “Islam dan Kesejahteraan Sosial” ini dapat di selesaikan

dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan alam

Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan

sampai kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita

rasakan saat ini.

Penulisan dari makalah tentang Islam dan Kesejahteraan Sosial ini

merupakan tugas kelompok yang harus diselesaikan. Diharapkan dengan

selesainya makalah ini dapat mendorong dan membantu para mahasiswa/i dalam

memahami lebih dalam tentang materi pembahasan dalam makalah ini

Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini,

sehingga kami berharap adanya kritik dan saran yang akan membangun dari

pembaca demi adanya peningkatan dalam makalah kami selanjutnya.

Pekanbaru, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................2

C. Tujuan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam.......................................................................................3

B. Pengertian Kesejahteraan Sosial...............................................................3

C. Konsep Kesejahteraan Sosial Dalam Pandangan Islam............................4

D. Kesejahteraan Dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadist.........................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................11

B. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan merupakan impian dan harapan bagi setiap manusia yang

hidup di muka bumi ini, setiap orang tua pasti mengharapkan kesejahteraan bagi

anak-anak dan keluarganya, baik itu berupa kesejahteraan materi maupun

kesejahteraan spiritual, orang tua selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidup

keluarganya, mereka akan bekerja keras, membanting tulang, mengerjakan apa saja

demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mereka akan memberikan

perlindungan dan kenyamanan bagi keluarganya dari berbagai macam gangguan dan

bahaya yang menghadangnya.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak akan mampu

menyelesaikannya atau memperolehnya tanpa bantuan orang lain, sebagaimana

yang ditegaskan oleh Ibnu Khaldun (1994: 45) dalam bukunya Muqaddimah bahwa

“Manusia adalah makhluk sosial”, manusia akan membutuhkan orang lain dalam

rangka memenuhi kebutuhannya, seorang pedagang membutuhkan mitra dagang

untuk menjual barang-barangnya dan juga membutuhkan pekerja untuk

menyelesaikan atau memproduksi bahan baku menjadi barang yang bisa

dikonsumsi.

Allah sendiri telah menjamin kesejahteraan bagi hambanya dan makhluk

yang bernyawa sebagaimana yang tersebut dalam Surat Hud ayat 6 “Dan tidak ada

suatu binatang melata-pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya”

1
namun jaminan itu tidak diberikan dengan tanpa usaha, sebagaimana yang telah

dijelaskan Allah dalam Surat Ar Ra’d ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak merubah

keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri

mereka sendiri”.

Selain itu manusia juga membutuhkan lembaga atau institusi yang

memfasilitasi, melindungi dan mengatur berbagai norma-norma dan aturan-aturan

yang memudahkan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhannya, dalam istilah

modern lembaga tersebut dikenal dengan “Pemerintah”, Para pencetus kemerdekaan

bangsa Indonesia telah merumuskan kesejahteraan sebagai tujuan bangsa dalam

batang tubuh UUD 1945 dan telah menjabarkannya dalam Bab perekonomian

nasional dan kesejahteraan social dalam pasal 33 UUD 1945 dengan menegaskan

bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, sayangnya

harapan dan cita-cita tersebut masih jauh dari kenyataan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Islam?

2. Apa pengertian kesejahteraan sosial?

3. Bagaimana konsep kesejahteraan sosial dalam pandangan Islam?

4. Bagaimana kesejahteraan dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadist?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Islam

2. Untuk mengetahui pengertian kesejahteraan sosial

3. Untuk mengetahui konsep kesejahteraan sosial dalam pandangan Islam

2
4. Untuk mengetahui kesejahteraan dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadist

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam

Islam (bahasa Arab: ‫ٱِإْل ْس اَل م‬, translit. al-’Islām) adalah sebuah agama (Din,

bahasa Arab: ‫ )دين‬monoteisme Abrahamik yang berpusat terutama di sekitar Al-

Qur'an, sebuah teks agama yang diimani oleh umat Muslim sebagai kitab suci

(kitabullah) dan firman langsung dari Tuhan (muslim menyebutnya sebagai Allah)

seperti yang diwahyukan kepada Muhammad, nabi Islam yang utama dan terakhir.

[5] Pada 2020, Islam diperkirakan dianut oleh 1,9 miliar orang di seluruh dunia

sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kekristenan.

B. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan berasal dari kata sejahtera

yang berarti aman, sentosa, makmur dan selamat, (Poerwadarminta, 1999: 887) atau

dapat diartikan sebagai kata atau ungkapan yang menunjuk kepada keadaan yang

baik, atau suatu kondisi dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya berada dalam

keadaan sehat, damai dan makmur. Dalam arti yang lebih luas kesejahteraan adalah

terbebasnya seseorang dari jeratan kemiskinan, kebodohan dan rasa takut sehingga

dia memperoleh kehidupan yang aman dan tenteram secara lahiriah maupun

batiniah.

Dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan

bahwa kesejahteraan social adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

3
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan

penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan

berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga

negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan social (UU No. 11 Tahun 2009).

Di antara tujuan diselenggarakannya kesejahteraan social adalah Pertama,

meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup. Kedua,

memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. Ketiga,

meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani

masalah kesejahteraan social. Keempat, meningkatkan kemampuan, kepedulian dan

tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

secara melembaga dan berkelanjutan. Kelima, meningkatkan kemampuan dan

kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara

melembaga dan berkelanjutan. Keenam, meningkatkan kualitas manajemen

penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

C. Konsep Kesejahteraan Sosial Dalam Pandangan Islam

1. Pertama dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagai mana dikemukakan dalam

Kamus Besar Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur dan selamat

(terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya (Fadilah,

2020). Pengertian ini sejalam dengan pengertian Islam yang berarti selamat,

4
sentosa, aman dan damai (Wahidah, 2018). Dari pengertiannya ini dapat

diketahui bahwa masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan missi Islam itu

sendiri. Misi inilah yang sekaligus menjadi misi kerasulan Nabi Muhammad

SAW, sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang berbunyi : Artinya: Dan tidalah

kamu mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

(Q.S. al-anbiya’ 21:107).

2. Kedua dilihat dari segi kandungannya, terlihat bahwa seluruh aspek ajaran Islam

ternyata selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial (Kholis, 2015).

Hubungan dengan Allah misalnya harus dibarengi dengan hubungan dengan

sesama manusia (habl min Allah wa habl min al-Nas). Demikian pula anjuran

beriman selalu diiringi dengan ajuran melakukan amal salih yang didalamnya

termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya ajaran Islam yang

pokok yakni rukun Islam, seperti mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat,

puasa, zakat dan haji sangat berkaitan dengan kesejahteraan sosial (Tahkim,

2016). Orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat adalah orang yang

komitmen bahwa hidupnya hanya akan berpengan pada pentunjuk Allah dan

Rasul-Nya, karena tidak mungkin orang mau menciptakan ketenangan, jika tidak

ada komitmen iman dalam hati nya. Demikian pula ibadah shalat (khususnya

yang dilakukan secara berjama’ah) mengandung maksud agar mau

memperhatikan nasib orang lain (Suparman, 2015). Ucapan salam pada urutan

terakhir dalam tarnyam dan berupaya mewujudkan kedamaian. Selanjutnya

dalam ibadah puasa seseorang diharapakan dapat merasakan lapar sebagaimana

5
yang biasa dirasakan oleh orang lain yang berada dalamkekurangan (Mufaizin,

2018). Demikian pula dengan ibadah haji dan umrah, diharapkan agar ia

memiliki sikap merasa sederajat dengan manusia lainnya (Hajar, 2014).

Kemudian dalam zakat, tampak jelas unsur kesejahteraan sosialnya lebih kuat

lagi.

3. Ketiga, bahwa upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, merupakan missi

kekhalifahan yang dilakukan oleh Nabi Adam AS (Hafid, 2019). sebagian pakar,

sebagaimana dikemukakan H.M. Quraish Shihab dalambukunya Wawasan Al-

Quran (hal. 127), menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang didambakan al-

Quran tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan istirinya, sesaat sebelum

turunnya mereka melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti diketahuin,

bahwa sebelum Adam dan istirinya diperintahkan turun kebumi, mereka terlebih

dahulu ditempatkan di surga. Surga diharapkan menjadi arah pengabdian Adam

dan Hawa, sehingga bayang-bayang surga itu diwujudkan di bumi, serta kelak

dihuninya secara hakiki di akhirat. Masyarakat yang mewujudkan bayang-

bayang surga itu adalah masyarakat yang berkesejahteraan (Almahmudi, 2019).

Kesejateraan surgawi ini dilukiskan antara lain dalam firman-Nya yang berbunyi

: Artinya: hai adam sesungguhnya ini (iblis ) adalah musuh bagimu dan bagi

istirimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari

surga, yang akibatnya engkau akan bersusah payah. Sesungguhnya engkau

tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan telanjang, dan

sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun kepanasan. (Q.S.

6
Thaha, 20:117-119). Dari ayat ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang

diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga telanjang dan kepanasan semuanya telah

terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan

utama kesejahteraan sosial.

4. Keempat, di dalam ajaran Islam terdapat pranat dan lembaga yang secara

langsung berhubungan dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial, seperti

wakaf dan sebagainya. Semua bentuk pranata sosial dan berupaya mencari

berbagai alternatuf untuk mewujudkan kesejahternaan sosial. Namun suatu hal

yang pelu dicatat, adalah bahwa berbagai bentuk pranat ini belum merata

dilakukan oleh umat Islam, dan belum pula efektif dalam mewujudkan

kesejahteraan sosial. kebutuhan air bersih menjadi sangat penting, dan menjadi

tolok ukur kesejahteraan, (Arsyam, M., Nurfatimah, N., Sainuddin, I. H., S,

Jusmiana, A., & Alam, S. (2020, July). Hal ini mungkin disebabkan belum

munculnya kesadaran yang merata serta pengelolaannya yang baik. Untuk itulah

saat ini pemerintah, melalui Departemen Agama, membentuk semacam

Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat Nasional. Berhasilkan konsep ini dalam

mewujudkan kesejahteraan sosial, amat bergantung kepada partisipasi kita.

5. Kelima, ajaran Islam mengenai perlunya mewujudkan kesehateraan sosial ini

selain dengan cara memberikan motivasi sebagaimana tersebut di atas, juga

disertai dengan petunjuk bagaimana seharusnya mewujudkannya. Di era sosial

media seperti sekarang ini dakwah menjadi salah satu kebutuhan kesejahteraan

(Sainuddin, 2020). Ajaran Islam menyatakan bahwa kesehateraan sosial dimulai

7
dari perjuangan mewujudkan dan menumbuh suburkan aspek-aspek akidah dan

etika pada diri pribadi, karena dari diri pribadi yang seimbang akan lahir

masyarakat yang seimbang. Dalam Pendidikan juga mempengaruhi kemampuan

kesejahteraan sosial (Arsyam, 2020). Masyarakat Islam pertama lahir dari Nabi

Muhammad SAW, melalui kepribadian beliau yang sangat mengagumkan.

Pribadi ini melahirkan keluarga yang seimbang seperti Khadijah, Ali bin Abi

Thalib, Fatimah Az-Zahra, dan lain-lain. Selain itu ajaran Islam menganjurkan

agar tidak memanjakan orang lain, atau kreatifitas orang lain, sehingga orang

tersebut tidak dapat menolong dirinya sendiri. Aktivitas dakwah mampu

mempengaruhi dalam konsep kehidupan dan makna kesejahteraan (Sainuddin,

2020). Bantuan keuangan baru boleh diberikan apabila seseorang ternyata tidak

dapat memenuhi kebutuhannya (Imran, 2003). Ketika seseorang datang kepada

Nabi SAW. mengadukan kemiskinannya, Nabi SAW tidak memberinya uang,

tetapi kapak agar digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan kayu.

Dengan demikian, ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial ini termasuk di

dalamnya ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial.

D. Kesejahteraan Dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadist

Islam datang sebagai agama terakhir yang bertujuan untuk mengantarkan

pemeluknya menuju kepada kebahagiaan hidup yang hakiki, oleh karena itu Islam

sangat memperhatikan kebahagiaan manusia baik itu kebahagiaan dunia maupun

akhirat, dengan kata lain Islam (dengan segala aturannya) sangat mengharapkan

umat manusia untuk memperoleh kesejahteraan materi dan spiritual.

8
Menurut Imam Al-Ghazali kegiatan ekonomi sudah menjadi bagian dari

kewajiban social masyarakat yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, jika hal itu tidak

dipenuhi, maka kehidupan dunia akan rusak dan kehidupan umat manusia akan

binasa. Selain itu, Al-Ghazali juga merumuskan tiga alasan mengapa seseorang

harus melakukan aktivitas ekonomi, yaitu: Pertama, Untuk memenuhi kebutuhan

hidup masing-masing. Kedua, Untuk menciptakan kesejahteraan bagi dirinya dan

keluarganya dan Ketiga, Untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan

(Al-Ghazali, 1991: 482).

Tiga criteria di atas menunjukkan bahwa kesejahteraan seseorang akan

terpenuhi jika kebutuhan mereka tercukupi, kesejahteraan sendiri mempunyai

beberapa aspek yang menjadi indikatornya, di mana salah satunya adalah

terpenuhinya kebutuhan seseorang yang bersifat materi, kesejahteraan yang oleh Al-

Ghazali dikenal dengan istilah (al-mashlahah) yang diharapkan oleh manusia tidak

bisa dipisahkan dengan unsur harta, karena harta merupakan salah satu unsur utama

dalam memenuhi kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan dan papan (Karim, 2008:

318).

Al-Qur’an telah menyinggung indikator kesejahteraan dalam Surat Quraisy

ayat 3-4, “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini

(Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan

lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut” berdasarkan ayat di atas, maka

kita dapat melihat bahwa indicator kesejahteraan dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu

9
menyembah Tuhan (pemilik) Ka’bah, menghilangkan lapar dan menghilangkan rasa

takut.

Ayat lain yang menjadi rujukan bagi kesejahteraan terdapat dalam Al-Qur’an

surat An-nisaa’ ayat 9 yang artinya adalah “Dan hendaklah takut kepada Allah

orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang

lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu

hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar”.

Ayat di atas juga didukung oleh sebuah hadits Rasulullah Saw. Yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda “Kaya

bukanlah karena kebanyakan harta, tetapi kaya adalah kaya jiwa” (HR. Muslim,

Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Kesejahteraan seseorang akan terpenuhi jika kebutuhan mereka tercukupi,

kesejahteraan sendiri mempunyai beberapa aspek yang menjadi indikatornya, di

mana salah satunya adalah terpenuhinya kebutuhan seseorang yang bersifat materi,

kesejahteraan yang oleh Al-Ghazali dikenal dengan istilah (al-mashlahah) yang

diharapkan oleh manusia tidak bisa dipisahkan dengan unsur harta, karena harta

merupakan salah satu unsur utama dalam memenuhi kebutuhan pokok, yaitu

sandang, pangan dan papan

B. Saran

Saya berharap dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat mengetahui

lebih banyak lagi tentang “Islam dan Kesejahteraan Sosial”. Semoga makalah ini

bermanfaat dan memudahkan kita dalam mempelajari semua hal terkait materi

pembahasan tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Almahmudi, N. M. T. (2019). Konsep Kesejahteraan dan Implementasinya dalam

Perspektif Hukum Islam. Khuluqiyya, 1(2), 1-19.

Arsyam, M. (2020, August 3). PENGARUH KEMAMPUAN SUPERVISIONAL

KEPALA SEKOLAH DAN PERAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP

KINERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA MAKASSAR.

Arsyam, M., Nurfatimah, N., Sainuddin, I. H., S, Jusmiana, A., & Alam, S. (2020, July

8). Changes in Community Attitudes and Their Participation in the Community-

Based Water Supply and Sanitation Program (PAMSIMAS) in Gowa Regency.

Fadilah, N. (2020). Konsep Kesejahteraan Sosial dalam Perspektif Ekonomi Islam.

Salimiya: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 1(1), 49-67.

Hafid, H. (2019). Money Politic di Tengah Dilema Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal

Kariman, 7(1), 97-108.

Hajar S, I. (2014). Sistem Pengelolaan Bimbingan Manasik Haji-Umrah pada PT. Al-

Bayan Permata Ujas (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar).

Imron, M. (2003). Kemiskinan dalam masyarakat nelayan. Jurnal Masyarakat dan

Budaya, 5(1), 63-82.

12
Kholis, N. (2015). Kesejahteraan Sosial Di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam.

AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 20(2), 243-260.

Mufaizin, M. (2018). Kearifan Syariat dan Hikmah dalam Puasa. Al-Insyiroh: Jurnal

Studi Keislaman, 2(1), 103-127.

Sainuddin, I. H., S. (2020, August 7). Aktivitas Dakwah di Masa New Normal.

Sainuddin, I. H., S. (2020, July 27). Dakwah di Era Sosial Media.

Sodiq, Amirus. (2015). KONSEP KESEJAHTERAAN DALAM ISLAM.

EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 2, Desember 2015. Hal. 380-405.

Suparman, D. (2015). Pembelajaran ibadah shalat dalam perpektif psikis dan medis.

JURNAL ISTEK, 9(2).

Takhim, M. (2016). Sistem Ekonomi Islam Dan Kesejahteraan Masyarakat. Al-Mabsut:

Jurnal Studi Islam dan Sosial, 10(2), 436-451.

Wahidah, S. B. (2018). DIMENSI EKONOMI DALAM KEHIDUPAN NABI ADAM

(TAFSIR SURAT THAHA AYAT 117-119 dan SURAT AL-BAQARAH

AYAT 36). EKSISBANK: Ekonomi Syariah dan Bisnis Perbankan, 2(2), 31-35.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam

13
14

Anda mungkin juga menyukai