Dosen Pengampu:
Dr. Widita Kurniasari, S.E.,M.E.
Dr. Zakik, S.E.,M.Si.
Disusun Oleh:
MA’RUF EPENDI
NIM. 210231100143
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju ke zaman terang benderang yakni
addinul islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Zakik, S.E., M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Iskam & Ekonomi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu proses penulisan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Content
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Konsep Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam............................................6
2.2 Jaminan Sosial pada masa Daulah Abassiyah...............................................7
2.3 Jaminan Sosial pada Masa Kini....................................................................10
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih
dikenal dengan Abdul Abbas As-Saffah. Latar belakang berdirinya
Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari berbagai masalah yang mewarnai
pemerintahan Bani Umayyah. Sejak awal berdirinya Dinasti Umayyah
(Sunni), kelompok Muslim Syiah telah memberontak karena merasa hak
mereka terhadap kekuasaan dirampok oleh Muawiyah (pendiri Bani
Umayyah) dan keturunannya. Begitu pula dengan kelompok Khawarij,
yang juga merasa bahwa hak politik tidak dapat dimonopoli oleh
keturunan tertentu, tetapi hak setiap Muslim. Masalah itu terus
memburuk hingga pada pertengahan abad ke-8, banyak umat yang tidak
lagi mendukung Bani Umayyah, yang dinilai korup, sekuler, dan
memihak sebagian kelompok. Kelompok lain yang sangat membenci
kekuasaan Dinasti Umayyah adalah Mawalli, yaitu orang-orang Muslim
non-Arab. Mereka yang kebanyakan dari Persia ini merasa tidak
diperlakukan setara dengan orang Arab karena diberi beban pajak lebih
tinggi. Keadaan pun semakin diperburuk oleh perang saudara antara
sesama Bani Umayyah, yang oleh masyarakat telah dicap bermoral
buruk.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan kepada
pembaca mengenai analisis jaminan sosial dalam perspektif islam pada masa
Daulah Abassiyah dan masa kini.
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 Konsep Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Jaminan sosial secara etimologis terdiri dari dua kata, yaitu jaminan dan
sosial. Dalam hal ini, jaminan adalah tanggungan atas pinjaman yang diterima
atau janji salah satu pihak untuk menanggung kewajiban pihak lain. Sedangkan
sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat atau rakyat. Kedua
makna tersebut, jika dianalogikan dengan salah satu pihak adalah negara dan
pihak lainnya adalah masyarakat (citizen), sehingga dapat diambil pemahaman
bahwa seseorang di suatu negara berkewajiban untuk menyetorkan iuran kepada
negara secara kolektif dan universal dalam rangka menanggung dan menjamin
kehidupan setiap warga negara yang membutuhkan (Syufa'at 2015).
Islam meninggalkan pesan melalui sejarah budaya yang terkait erat
dengan keadilan dan kesejahteraan. Keadilan sosial ini tentu bukan hanya untuk
negara Islam, tetapi konsep ini harus dimiliki oleh semua negara di dunia. Jika
Anda meninjau skema jaminan sosial yang mengarah pada kesejahteraan, maka
dalam prosesnya ada distribusi kekayaan dalam bentuk jaminan. Sedangkan
salah satu dana jaminan dalam hal ini diambil dari dana warganya, yaitu dalam
bentuk zakat, infak, dan sedekah (al-Qashim 2006).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jaminan sosial merupakan
bentuk perlindungan sosial yang diberikan kepada masyarakat, baik berupa
sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan keadilan
bagi kaum produktif dan lansia. Dengan tambahan penjelasan bahwa tunjangan
hari tua hanya akan diberikan setelah seseorang melewati batas usia produktif.
Sedangkan jaminan keamanan, keadilan, pemerataan ekonomi yang terangkum
dalam sandang, pangan, dan papan adalah hak masyarakat baik di usia produktif
maupun non produktif.
Islam telah menugaskan negara untuk memberikan jaminan sosial untuk
menjaga standar hidup semua individu dalam masyarakat Islam. Biasanya,
negara memenuhi kewajiban ini dalam dua bentuk. Pertama, negara memberi
individu banyak kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif,
sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan dari pekerjaan dan usahanya sendiri.
Namun, ketika seorang individu tidak mampu melakukan pekerjaan yang
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari usahanya sendiri atau ketika
ada keadaan khusus di mana negara tidak dapat memberikan kesempatan kerja
6
baginya, maka bentuk kedua berlaku. Dalam hal ini, bentuk kedua adalah agar
negara menerapkan prinsip jaminan sosial dengan menyediakan jumlah uang
yang cukup untuk membiayai kebutuhan individu dan untuk meningkatkan
standar hidupnya.
Dengan demikian, jaminan sosial merupakan instrumen yang sangat
penting dalam ekonomi syariah. Oleh karena itu, melaksanakan jaminan sosial
adalah upaya manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
sehingga menjadikan harta benda mereka bersih dan berkembang
menghilangkan ketamakan dan kerakusan, serta keegoisan. Namun, jelas bahwa
kebutuhan dasar rakyat, berupa kebutuhan dasar, keamanan, kesehatan, dan
pendidikan, harus disediakan oleh negara secara gratis bagi seluruh rakyatnya,
baik kaya maupun miskin, tanpa diskriminasi sedikit pun.
Mengutip dari buku Menggagas Kesehatan Islam yang ditulis oleh KH.
Hafidz Abdurrahman, MA dkk, perhatian di bidang kesehatan seperti ini
tidak hanya terbatas di kota-kota besar, bahkan di seluruh wilayah
Islam, hingga sampai ke pelosok, bahkan di dalam penjara-penjara
sekalipun. Pada era itu, sudah ada kebijakan Khilafah dengan rumah
7
sakit keliling. Rumah sakit seperti ini masuk dari desa ke desa. Perlu
dicatat di sini, Khilafah saat itu benar-benar memberikan perhatian di
bidang kesehatan dengan layanan nomor satu, tanpa membedakan
lingkungan, strata sosial dan tingkat ekonomi.
Di sisi lain, Wazir Ali bin Isa al-Jarrah, yang menjadi wazir di masa
Khalifah al-Muqtadir (908-932 M) dan al-Qahir (932-934 M), dan dikenal
sebagai wazir yang adil dan ahli hadits yang jujur, juga penulis yang
produktif, pernah mengirim surat kepada kepala dokter di
Baghdad, “Aku berpikir tentang orang-orang yang berada dalam
tahanan. Jumlah mereka banyak, dan tempatnya pun tidak layak.
Mereka bisa diserang penyakit. Maka, kamu harus menyediakan dokter-
dokter yang akan memeriksa mereka setiap hari, membawa obat-obatan
dan minuman untuk mereka, berkeliling ke seluruh bagian penjara dan
mengobati mereka yang sakit.” (Ibn Qifthi, Tarikh al-Hukama’, hal. 148)
8
dikenakan pada harta individu ditujukan kepada masyarakat dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan mengentaskan kemiskinan. Pada dimensi moral, zakat
mengikis keserakahan dan keserakahan orang kaya. Sementara dalam dimensi
ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan pada segelintir orang tertentu
(Mannan 1993).
Zakat sebagai jaminan sosial dalam masyarakat bertujuan untuk
menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih berkeadilan. Zakat sejalan
dengan prinsip utama distribusi dalam ajaran Islam, yaitu agar kekayaan tidak
hanya beredar di kalangan orang kaya (Noor 2013). Prinsip ini merupakan rule
of the game yang harus dijalankan. Jika diabaikan, itu akan menciptakan jurang
yang dalam antara si miskin dan si kaya, dan tidak akan ada keadilan ekonomi di
masyarakat.
Jaminan sosial lainnya di masyarakat, juga dapat diwujudkan melalui
infak dan sedekah. Dalam hal ini, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau penghasilan untuk kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat
memiliki ni ṣ ab, maka infak tidak memiliki niṣab. Selain tidak adanya
ketentuan niṣab dalam infak, ketentuan tentang delapan kelompok yang
menerima zakat juga tidak berlaku dalam infak. Jadi, infak bisa diberikan
kepada siapa saja (Riyadi 2015).
Sedangkan sedekah adalah hadiah dari seorang muslim secara sukarela
tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu, atau hadiah yang dibuat oleh seseorang
sebagai kebaikan yang mengharapkan berkah dan pahala Allah semata.
Berdasarkan pemahaman tersebut, infak masuk dalam kategori sedekah. Selain
itu, sedekah dalam konsep Islam memiliki makna yang lebih luas dan tidak
hanya sebatas memberikan sesuatu yang materiil. Namun lebih dari itu, sedekah
mencakup semua perbuatan baik, jasmani dan non fisik.
Penekanan pada infak dan sedekah merupakan sarana yang tepat untuk
membantu menciptakan masyarakat yang peduli dengan kondisi sosial, karena
pada dasarnya setiap manusia harus menyadari bahwa setiap individu tidak bisa
hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain.
Jaminan sosial lainnya di masyarakat juga bisa melalui wakaf. Dalam hal
ini, wakaf diartikan sebagai jenis pemberian yang dilakukan dengan cara
9
menahan (kepemilikan) untuk digunakan demi kepentingan umum (Noor 2013).
Wakaf pada dasarnya sejalan dengan tujuan ekonomi, yaitu menjadi cara yang
lebih baik dalam menyalurkan pendapatan di masyarakat dengan memberikan
solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Cizakca 1998).
Kesadaran untuk memahami dan mewakili sebagian hartanya
berkontribusi signifikan terhadap terciptanya keadilan distribusi di tengah-
tengah masyarakat. Pada dasarnya, keberadaan harta wakaf berkaitan dengan
kepentingan harta benda untuk kepentingan rakyat. Jika keberadaannya
terealisasi dengan baik, maka secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan
sosial di masyarakat. Dengan demikian, jaminan sosial di masyarakat bisa
melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Jika dilihat dari perspektif makro,
instrumen ini akan membentuk mekanisme jaminan sosial yang komprehensif.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khalifah abbasiyah atau kekuasaan dinasti bani abbas, sebagai
mana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani umayah.
Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang panjang . selama
dinasti bani abbasiyah berkuasa dimana pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuain dengan perubahan politik, sosial, dan
budaya.
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
memastikan seluruh masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kehidupan
yang layak. Bentuk jaminan sosial saat ini dilakukan melalui zakat, infaq &
sedekah, dan wakaf. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jaminan sosial
merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang diberikan kepada
masyarakat dalam rangka menjaga taraf hidup seluruh individu dalam
masyarakat Islam.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://mukisi.com/1312/beginilah-sistem-jaminan-kesehatan-di-masa-khilafah-
abbasiyah/
https://ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/isbank/article/view/54
https://www.google.com/search?
q=+Jaminan+Sosial+pada+masa+Daulah+Abassiyah&sxsrf=ALiCzsZ_FIVOo2
akvgFLEr_o6pCGBWFJTQ%3A1670382791891&ei=xwSQY-
WENqH1z7sPuuSOyAE&ved=0ahUKEwilhMznxOb7AhWh-
nMBHTqyAxkQ4dUDCA4&uact=5&oq=+Jaminan+Sosial+pada+masa+Daula
h+Abassiyah&gs_lcp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQAzIFCAAQogQyBQgAEKIE
OgoIABBHENYEELADSgQIQRgASgQIRhgAUNMGWIMKYL0WaAFwAH
gAgAG_AYgBwgOSAQMwLjOYAQCgAQHIAQjAAQE&sclient=gws-wiz-
serp
12