Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Tafsir Ayat Tentang Konsep Jaminan Sosial”

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

“TAFSIR TEMATIK EONOMI”

Dosen Pengampuh : Amir syuhada, M.A

Disusun Oleh :

Arif (2133004)

Saila safira (2133011)

KELAS 1A

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW,berkat beliaulah kita bisa sampai ke alam yang
penuh dengan ilmu pendidikan.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amir Syuhada, M.A
selaku dosen pengampuh mata kuliah Tafsir Tematik Ekonomi yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul Tafsir Ayat Tentang
Konsep Jaminan Sosial.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... iii


A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................................ iii
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. iii
C. TUJUAN MASALAH ..................................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 1


A. DEFINISI JAMINAN SOSIAL...................................................................... 1
B. ASAS-ASAS JAMINAN SOSIAL.................................................................. 1
C. KONSEP JAMINAN SOSIAL DALAM EJONOMI ISLAM..................... 3
D. TAFSIR SURAH AL-MA’UN........................................................................ 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8


A. KESIMPULAN ................................................................................................ 8
B. SARAN ............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu ada pada setiap negara, baik
dalam bentuk kemiskinan yang sigatnya absolut maupun kemiskinan relative. Masalah
kemiskinan ini harus diupayakan penyelesaiannya, sebab jika tidak mampu
diselesaikan, maka akan menjadi permasalahan yang dapat menggangu aktivitas
perekonomian. Al-Qardhawi menjelaskan bahwa pandangan islam tidak membenarkan
seseorang yang hidup ditengah masyarakat islam sekalipun ahl al-dhimmah (warga
negara non-muslim) menderita lapar, tidak berpakaian, menggelandang (tidak
bertempat tinggal, dan ajaran islam menyatakan perang terhadap kemiskinan dan
berusaha keras untuk menimbulkannya (Al-Qardhawi 2002). Hal itu dilakukan dalam
rangka menyelamatksn akidah, akhlak, dan perbuatan, memelihara kehidupan rumah
tangga, melindungi kestabilan serta ketentraman masyarakat, di samping mewujudkan
jiwa persaudaraan antara sesame anggota masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan
kemiskinan sebagai ancaman bagi masa depan negara jika tidak ditangani serius oleh
pemerintah dan semua elemen masyarakat (Qadir 2001).

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
pokok sebagai berikut :
1) Apa itu jaminan sosial dalam islam dan asas-asasnya?
2) Bagaimana konsep jaminan sosial dalam islam?
3) Bagaimana tafsir surah Al-Ma’un mengenai jaminan sosial?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui definisi dan asas-asas jaminan sosial dalam islam
2. Untuk mengetahui konsep jaminan sosial dalam islam.
3. Untuk mengetahui Tafsir dari surah Al-Ma’un

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DAN ASAS-ASAS JAMINAN SOSIAL
Jaminan sosial secara etimologi terdiri atas dua kata, yaitu jaminan dan sosial.
Dalam hal ini, jaminan merupakan tanggungan atas pinjaman yang diterima atau janji
satu pihak untuk menanggung kewajiban pihak lain. Sedangkan sosial adalah sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat atau rakyat. Kedua arti tersebut, jika dianolgikan
pihak yang satu adalah negara serta pihak yang lain adalah masyarakat (warga negara),
sehingga dapat diambil sebuah pengertian bahwa seseoarang dalam suatu negara wajib
untuk menyetorkan iuran kepada negara secara kolektif dan universal guna menggung
dan menjamin kehidupan setiap warga negaranya yang membutuhkan (syufa’at 2015).
Islam meningggalkan pesan-pesan melalui sejarah kebudayaan yang erat
dengan keadilaan dan kesejahteraan. Keadilan sosial ini tentu saja bukan hanya untuk
negara islam, namun konsep ini harus dimiliki oleh semua negara di dunia. Jika
meninjau kembali skema jaminan sosial yang berujung pada kesejahteraan, maka
dalam prosesnya terdapat distribusi kekayaan dalam bentuk penjaminan. Sedangkan
dana jaminan dalam hal ini salah satunya adalah diambil dari dana warga negaranya,
yaitu berupa zakat, infaq, dan sedekah (Al-Qashim 1995).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jaminan sosial merupakan salah satu
bentuk perlindungan sosial yang diberikan kepada masyarakat, baik dalam bentuk
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendididkan, keamanan, dan keadilan bagi usia
produktif maupun usia lanjut.1
B. ASAS-ASAS JAMINAN SOSIAL
Asas jaminan sosial dirumuskan dalam tiga hal, yaitu asas kemanusiaan, asas
kemanfaatan, dan asas keadilan (Syufa’at 2015). Dalam hal ini, kemanusiaan
merupakan asas yang bersinggungan dengan martabat manusia. Sebagaimana yang

1
Naerul Edwin kiky aprianto, kontruksi sistem jaminan sosial dalm prespektif ekonomi islam, ekonomi
islam, volume 8, No.2, 2017, 240-241

1
terdapat dalam Al-Qur’an bahwa adanya persamaan antar manusia di hadapan Allah
SWT, hanya saja yang membedakan adalah ketakwaannya sebagaimana firman Allah
SWT. dalam QS. Al-Hujurat [49]:13:
ْ ُ َ َ َ َ ۤ َ َ َّ ْ ُ ُ ْ ُ ٰ ْ َ َ َ ٰ ْ ُ َّ َ َ ْ ِّ ْ ُ ٰ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ
ۚ ‫ايها الناس ِانا خلقنكم من ذك ٍر وانثى وجعلنكم شعوبا وقبا ِٕىل ِلتعارفوا‬
ٌ ْ َ ٌ ْ َ َ ّٰ َّ ْ ُ ٰ ْ َ ّٰ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َّ
ٌ‫ِان اك َرمكم ِعند الل ِه اتقىكم ِۗان الله ع ِليم خ ِبير‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seseorang laki-laki dan
perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantaramu disisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantaramu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui
lahi maha mengenal.” [QS. Al-Hujurat (49) : 13.
Asas manfaat tercermin dengan pemberian nilai tunai dan pelayana kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pokok bagi kehidupan seseorang yang layak, seperti sandang,
pangan, papan, penjaminan pension, tabungan hari tua, sebagaimana firman Allah
SWT. dalam QS.al-Nisa [4]:36:
ٰ َْٰ َ ٰ ُْْ َّ َ ْ ْ َ َ ْ َّ ًٔ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ َ َ ّٰ ُ ْ َ
‫اع ُبدوا الله وَل تش ِركوا ِب ٖه شيـا و ِبالو ِالدي ِن ِاحسانا و ِب ِذى القربى واليتمى‬ ‫و‬
ْ َ ْْۢ َ ْ َّ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ٰ ُ ْ َ ْ َ ْ ٰ َْ َ
‫اح ِب ِبالجن ِب واب ِن‬ ِ ‫والمس ِكي ِن والج ِار ِذى الق ْربى والج ِار الجن ِب والص‬
ِۙ ُ َ ‫َ َ ْ َ ا‬ َ َ ّٰ َّ ُُ َ ْ َ َ ِۙ َّ
‫الس ِب ْي ِل َو َما َملكت ا ْي َمانك ْم ۗ ِان الله َل ُي ِح ُّب َم ْن كان ُمختاَل فخ ْورا‬
“Sembahlah Allah SWT. dan janganlah kalian mempersekutunya-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kalian pada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahanyamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri.”[QS. Al-Nisa (4):36].
Asas keadilan berarti jaminan yang didistribusikan adalah merata kepada
seluruh warga negara dengan tidak memandang status, pangkat, jabatan, kaya, hampir

2
miskin, dan bahkan miskin sekalipn akan mendapatkan perlakuan dan hak yang sama,
sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-Maidah [15]:8: 2

C. KONSEP JAMINAN SOSIAL DALAM EKONOMI ISLAM

Islam telah menegaskan negara untuk menyediakan jaminan sosial guna


memelihara standar hidup seluruh individu dalam masyarakat islam. Islam membagi
kebutuhan dasar (al-hajat al-asasyiah) menjadi dua, pertama kenutuhan dasar individu,
yaitu sandang, pangan, papan. Kedua kebutuhan dasar seluruh rakyat, yaitu keamanan,
kesehatan dan pendidikan. Dalam pemenuhan dasar individu, negara pada dasarnya
berperan secara tidak langsung. Disebut tidak langsung karena negara tidak langsung
memeberikan sandang, pangan, papan secara gratis pada rakyat. Dalam hal ini negara
memberi individu kesempatan yang luas untuk melakukan kerja produktif dan negara
memastikan penerapan hukum nafkah (ahkam an-nafaqat) atas individu-individu
rakyat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar individunya.3

D. TAFSIR SURAH AL-MA’UN


Pada penulisan tafsir surah al-maun ini penulisan ingin menekankanbahwa
agama islam mengajarkan keseimbangan antara hubungan dengan Allah SWT juga
hubungan dengan sesama manusia, sebab Allah juga tidak akan menerima ibadah
seorang hamba-Nya ketika hamabaNya itu bersikap buruk terhadap hambaNya yang
lain, apalagi sampai menyakiti hati orang lain sudah barang tentu akan mempengaruhi
hubungannya dengan Allah SWT.
Banyak orang hanya melakukan ibadah yang ritual saja tanpa memperhatikan
ibadah yang bersifat sosial, mereka merasa dosa ketika meninggalkan ibadah ritual

2
Naerul Edwin kiky aprianto, kontruksi sistem jaminan sosial dalm prespektif ekonomi islam, ekonomi
islam, volume 8, No.2, 2017, 242
3
http://www.globalmuslim.web.id/2011/07jaminan-sosial-dalam-islam.html?m=1

3
seperti shalat dan ibadah yang lainnya, akan tetapi tidak merasa berdosa ketika
meninggalkan ibadah yang berkaitan dengan masalah sosial sehingga dengan
mudahnya menyakiti orang lain dan menganggap orang lain itu hina, padahal pada
hakikatnya dia menghina dirinya sendiri.

‫الدي ِْن‬ ْ ‫ْت الَّذ‬


ُ ‫ِي يُ َكذ‬
ِ ‫ِب ِب‬ َ ‫ا َ َر َءي‬
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
‫ع ْاليَ ِتي َْم‬ ْ ‫فَ ٰذ ِل َك الَّ ِذ‬
ُّ ُ ‫ي َيد‬
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
َ ‫ض َع ٰلى‬
‫ط َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِْن‬ ُّ ‫َو ََل َي ُح‬
dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ‫ص ِليْن‬
Maka celakalah orang yang salat,
َ ‫الَّ ِذيْنَ ُه ْم َع ْن‬
َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬
َ‫سا ُه ْون‬
(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,
َ‫الَّ ِذيْنَ ُه ْم يُ َر ۤا ُء ْون‬
yang berbuat ria,
ُ ‫َويَ ْمنَعُ ْونَ ْال َما‬
َ‫ع ْون‬
dan enggan (memberikan) bantuan.

Penjelasan :
‫الدي ِْن‬ ْ ‫ْت الَّذ‬
ُ ‫ِي يُ َكذ‬
ِ ‫ِب ِب‬ َ ‫ا َ َر َءي‬
1.Apakah kamu melihat orang yang mendustakan agama.
Surat ini diawali dengan hamzah istifham (pertanyaan) yang ditujukan kepada
Rasulullah saw. Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad tentang orang-orang
yang mengingkari hari pembalasan (kiamat). Di dalam tafsir Ar-Razi dijelaskan bahwa
walaupun ayat ini diawali dengan istifham, akan tetapi bertjuan untuk lilmubalaghah
sehingga lebih terkesan, seperti kerika seseorang berkata: “Apakah kamu tahu apa yang
dikerjakan si fulan dan kenapa dirinya mengerjakan hal itu?”. Dan dikatakan ini
ditujukan kepada Rasulullah saw, akan tetapi ditujukan bagi setiap orang yang berakal,

4
yaitu apakah engkau mlihat wahai orang yang berakal tentang orang yang mendustakan
hari pembalasan setelah dalil dan penjelasannya? Apakah dia mengerjakan hal itu tanpa
ada tujuan ? Bagaimana mungkin bagi orang yang banyak berakal menjual sesuatu
yang banyak dan kekal dengan sesuatu yang sedikit dan fana?.

‫ع ْاليَتِي َْم‬ ْ ‫فَ ٰذ ِل َك الَّ ِذ‬


ُّ ُ ‫ي يَد‬
2.Itulah orang yang menghardik anak yatim.
َ ‫ض َع ٰلى‬
‫ط َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِْن‬ ُّ ‫َو ََل يَ ُح‬
3.Dan tidak menganjurkan (orang lain) untuk memberi makan kepada orang
miskin.
Yang dimaksud dengan menghardik anak yatim yaitu menolak mereka dengan
penolakan yang sangat dan mengusirnya dengan cara yang kasar. Adapun kata
“yahudlu” adalah memerintahkan orang lain agar menyukai terhadap sesuatu, kata
yahudlu juga berarti yahutsu yang artinya menganjurkan kata yahudlu dan yadu’uu
menggunakan kalimat mudhari, hal ini menunjukan mereka melakukan hal ini secara
terus menerus di dalam sikap kasar dan tidak peduli terhadapa anak-anak yang yatim
dan fakir miskin. Kedua ayat diatas (ayat ke 2 dan ke 3) menunjukkan bahwa islam
bukan hanya memerintahkan ibadah yang ritual saja akan tetapi ibadah yang sosial juga
sangat dianjurkan di dalam islam, artinya antara ibadah keduanya seimbang. Imam Ali
berkata : “membantu orang yang terkena kesukaran dan menghibur orang yang dalam
kesusahan berarti menebus dosa-dosa”.

َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ‫ص ِليْن‬
4.Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat

َ ‫الَّ ِذيْنَ ُه ْم َع ْن‬


َ ‫ص ََل ِت ِه ْم‬
َ‫سا ُه ْون‬
5.Yang lalai dari shalatnya

5
Yaitu mereka yang lalai dan tidak memperhatikan hal yang terlewatkan baik
waktu secara keseluruhan atau sebagiannya dan mereka yang mengakhirkan dari waktu
padhilahnya sahalat itu. Di dalam ayat ini adanya hubungan orang yang mendustakan
hari pembalasan dengan orang yang lalai di dalam shalatnya, yaitu dengan adanya
huruf fa yang menunjukkan keterkaitan dengan ayat sebelumnya. Mereka dikatakan
orang yang munafik Karena mereka membohongkan hari pemebalasan secara
perbuatan, walaupun mereka mengaku sebagai orang yang beriman (Tafsir al-Mizan,
368)

َ‫الَّ ِذيْنَ ُه ْم يُ َر ۤا ُء ْون‬


6.Yang berbuat ria
Mereka yang melaksanakan ibadah karena ingin dilihat oleh orang lain. Mereka
ibadah karena manusia bukan karena Allah Ta’la.
Di riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata : “orang-orang munafik adalah
orang yang tidak mengharap pahala ketika mereka shalat dan tidak takut akan siksa
ketika mereka lalai akan waktu sholat sampai habis waktunya, apabila mereka
bersama orang-orang mu’min mereka melaksanakan sholat karena ria (ingin dilihat
orang lain), akan tetapi apabila mereka tidak bersama orang-orang beriman maka
mereka meninggalkan shalat itu”.
Menurut syaikh Makarim syirazi merupakan salah satu sifat orang yang
mendustakan hari kebangkitan adalah orang yang di dalam melakukan amalnya karena
ingin dilihat oleh orang lain dan tidak mengharapkan pahala dari Allah karena amal
mereka karena manusia bukan karena Allah SWT (Al-amtsal fi tafsiri kitabillah, 489).

ُ ‫َو َي ْمنَعُ ْونَ ْال َما‬


َ‫ع ْون‬
7.Dan enggan memberikan kebutuhan hidup kepada orang lain.
Sayyid Thaba thabai mengatakan bahwa Al-Ma’un yaitu membantu orang lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sperti memberikan pinjaman kepada orang yang
meminjam sesuatu atau meminjamkan alat-alat rumah kepada orang lain. Beliau juga

6
mengutip hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Qoni’ dari Ali bin Abi Thalib, dia
berkata: “Muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, maka apabila bertemu
maka sambutlah dengan salam dan berikan sesuatu yang terbaik baginya, janganlah
enggan memberikan kebutuhan hidupnya (al-ma’un), kemudian aku bertanya: ‘ya
Rasulullah apakah Al-Ma’un itu?, kemudian Rasulullah menjawab: ‘batu, besi. Air dan
yang lainnya yang menyerupai hal itu”. (Tafsir Al-Mizan, 369)4

4
Maulana, tafsir surat Al-Ma’un, Alwatzikhoebillah, vol.4 No. 1 januari-juni 2018, 72-77

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Surat Al-Ma’un ini menjelaskan tentang orang-orang yang berbohong tentang
hari pembalasan (Ad-Din), orang yang tidak melaksanakan ibadah, baik itu ibadah
shalat maupun ibadah sosial, suka menghardik anak yatim, tidak menyantuni fakir
miskin dan tidak mau membantu orang lain yang membutuhkan. Begitu juga
meninggalkan dan merusak ibadah ritual seperti melak (Maulana, 2018)sanakan
ibadah-ibadah dengan harapan pujian dan sanjungan dari orang lain (riya).

B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
ini masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bias membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

aprianto, N. e. (2017). kontruksi sistem jaminan sosial dalam prespektif islam.


purwokerto: economica.

Maulana. (2018). tafsir surat al-ma'un. sambas: iais.

Anda mungkin juga menyukai