Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DAKWAH LINTAS AGAMA DAN BUDAYA

“ KONSEP DAKWAH LINTAS AGAMA DAN BUDAYA”

Dosen pengampu:
Dr.MAILIN, MA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 3

Ari Oldwin Sitorus (0101203034)

Arif Indra Hasan Haraha (0101203118)

Amran Syahputra Tanjung (0101203030)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN


PEMBAHASAN

1. Dakwah dan konsep dakwah

Dakwah sebagai usaha terwujudnya ajaran Islam pada semua segi kehidupan manusia,
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dakwah yang dilakukan oleh setiap muslim harus
berkesinambungan, yang bertujuan mengubah perilaku manusia berdasarkan pengetahuan
dan sikap yang benar, yakni untuk membawa manusia mengabdi kepada Allah secara total.
Perjalanan dakwah sangat panjang, bahkan lebih panjang dari umur da’i. Perjalanan itu
dimulai jauh sebelum kita lahir ke dunia, yakni saat Allah swt. mengutus Adam as. pembawa
risalah Allah yang mendakwahkan dan menegakkan kalimat tauhid (QS. 21: 25).

Ciri khas dakwah, pada hakekatnya, adalah bertujuan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Allah swt. Islam adalah agama dakwah. Islam tidak memusuhi, tidak
menindas unsur-unsur fitrah. Islam mengakui adanya hak dan wujud jasad, nafsu, akal dan
rasa dengan fungsinya masing-masing. Dakwah dalam pengertian amar ma’ruf nahi munkar
adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan
kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial (makhluk ijtima’i) (Natsir, 1977: 26).
Untuk mencapai tujuan ini, perlu direnungkan betapa pentingnya dakwah dalam kehidupan
seorang muslim.1

Konsep dakwah terdiri dari dua suku kata yaitu konsep dan dakwah. Konsep secara
etimologi berarti rancangan, ide, atau apapun yang digunakan akal budi untuk memahami
sesuatu. Dengan demikian konsep adalah suatu hal yang sangat mendasar yang dijadikan
patokan dalam melaksanakan sesuatu.

Secara etimologi dakwah berasal dari Bahasa Arab - ‫ دعا یدعو‬-‫ دعو‬yang berarti seruan,
ajakan, atau panggilan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dakwah merupakan suatu
usaha menyampaikan ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan
menggunakan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mengikuti apa
yang menjadi tujuan dakwah tersebut tanpa ada paksaan. Tentunya dakwah harus dilakukan
dengan cara yang elegan, terstruktur dan menarik agar orang yang menjadi target atau sasaran
dakwah memiliki rasa keingintahuannya tentang islam. Ini merupakan tugas yang berat bagi
seorang da’i, akan tetapi bukan merupakan suatu hal yang mustahil juga. Tentu dengan
pemahaman dan metode yang benar, maka tujuan dakwah akan tercapai dengan maksimal.
1
Alimuddin Nurwahidah.(2007).Konsep dakwah dalam islam.Vol 04.No 01.Hlm 01
Dakwah pasti memiliki tujuan, yaitu menegakkan amar ma’ruf dan mencegah nahi
mungkar. Tentunya semua itu bisa tercapai tidak terlepas dari banyak pihak yang saling
bekerjasama. Maka tugas da’i adalah mengajak semua pihak baik itu akademisi, kampus,
sekolah, pemerintah ataupun tokoh masyarakat untuk mau bahu-membahu dan saling
bekerjsama agar terlaksana dakwah yang efektif dan diterima masyarakat.

Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan
usaha untuk mengubah faham-faham, adatistiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya,
untuk disesuaikan dengann suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahauan
dan teknologi modern.

Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan modernisme dalam hidup
keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaranajaran yang terdapat
dalam agama Katholik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat modern. Aliran
ini akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat Barat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, terutama sesudah pembukaan
abad kesembilan belas, yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan periode
modern. Kontak dengan dunia Barat selanjutnya membawa ideide baru ke dunia Islam seperti
rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. Semua ini menimbulkan persoalan-
persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi
persoalan-persoalan baru itu.2

Sebagai halnya di Barat, menurut dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk
menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian, pemimpin-pemimpin
Islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk
selanjutnya dibawa kepada kemajuan.

Islam selamanya akan revelan dengan perkembangan zaman karena islam hadir untuk
melurukan yang bengkok dari kemajuan zaman tersebut. Di era modern sekarang banyak
orang yang melakukan penyimpangan, mulai dari pakaian, minuman, makanan, bahkan
sampai kepada pemikiran yang radikal sebagai bentuk dari kemajuan zaman yang
menghasilkan pemikiran yang radikal dan ekstrem. Maka islam hadir untuk melurukan itu
dengan cara memberikan pemahaman bahwa pemikiran yang menyimpang itu alangkah lebih

2
Zulkarnaini.(2015).Dakwah islam di era modern.Vol 26.No 03.Hlm 152
baiknya disesuaikan dengan ajaran islam maka akan menghasilkan suatu strategi yang bagus
dan berguna di masyarakat luas.

Kemajuan dalam modernitas ditandai dengan megahnya ilmu pengetahuan dan


teknologi. Dampak rasionalitas secara langsung adalah maraknya penemuan-penemuan baru
dalam ilmu penegetahuan dan teknologi. Sainspositivistik, sebagai dampak dari semangat
rasionalitas, telah menjadi pedoman hidup baru masyarakat modern. Di era modern, Sains
telah menjadi ―agama‖ baru yang dijadikan sebagai standar utama untuk mengukur absah
tidaknya kebenaran. Bahwa sebuah kebenaran baru bisa dianggap sebagai kebenaran
manakala ia memenuhi kualifikasi yang digariskan oleh sains. Maka saintisme dan
positivisme berarti bahwa metode ilmu pengetahuan alam modern yang membatasi dari
hanya sampai menetapkan fakta-fakta (bukannya nilai-nilai) adalah satusatunya cara untuk
menentukan kebenaran.

Oleh karena itu, misi utama modernisme adalah mendobrak teradisi lama yang penuh
mitologi dan takhyul tersebut untuk digantikan dengan tradisi baru yang berbasis rasionalitas
dan ilmu penegetaahuan ilmiah, mengganatikan mitos dengan logos. Dalam rangka
demitologisasi inilah, akal secara penuh difungsikan sebagai panglima untuk mendobrak
paham lama yang berada di bawah agama dan mencoba bereksperimen menemukan tradisi-
tradisi baru lewat metode ilmiah.

Hakekat yang paling penting adalah adalah adanya keyakinan atau kepercayaan
bahwa Allah hanya satu dan tiada satu pun yang dapat menyamaiNya, sehinga mau
melaksanakan perintah-Nya.

Berdakwah perlu menggunakan metode, yaitu cara dakwah yang teratur dan
terprogram secara baik agar maksud mengajak melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna. Metode dakwahnya dengan Hikmah, Maw’izhah Hasanah,
Berdiskusi atau Tukar Fikiran Dengan Cara Yang Baik, menyampaikan sautu kisah,
perumpamaan, tanya jawab, dan keteladanan yang baik.3

Maka diperlukan ketekunan dari seorang da’i yang mampu mengelola itu semua, baik
dari segi manajemen dakwah, komunikasi dakwah maupun pengembangan dakwah. Dengan
hal itu akan menjadi senjata yang ampuh dalam mencapai tujuan dari dakwah.

3
Budihardjo.(2007).Konsep dakwah dalam islam.Vol 19.No 02.Hlm 111
2. Budaya dan konsep budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-
orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka,
sehingga membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia
Konsep awal kebudayaan yang bersumber dari studi tentang masyarakat-masyarakat
primitif tersebut mengandung sisi praktis, sebagai sumber kekuatan yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi rangkaian gagasan-gagasan dan tindakan-tindakan moderen. Menyusun suatu
hubungan antara apa yang manusia-manusia purbakala tak-berbudaya pikirkan dan lakukan,
dan apa yang manusia-manusia moderen berbudaya pikirkan dan lakukan, bukanlah masalah
ilmu pengetahuan teoretik yang tak-dapat-diterapkan, karena persoalan ini mengangkat
masalah, seberapa jauh pandangan dan tingkah-laku moderen berdasarkan atas landasan kuat
ilmu pengetahuan moderen yang paling masuk akal.4

Tentunya jika membahas tentang budaya maka akan timbul dalam pikiran kita tentang
adat istiadat. Memang keduanya tidak bisa kita pisahkan karena keduanya memamng dalam
rumpun yang sama dengan objeknya masyarakat.

Pemahaman terhadap kebudayaan meliputi pengertian ―sempit‖ dan ―luas.‖ Dalam


pengertian ―sempit,‖ kebudayaan dipahami sebagai ―kesenian,‖ sehingga seniman dianggap
sebagai budayawan, pementasan kesenian sering disebut sebagai acara budaya, misi kesenian
yang melawat ke luar negeri sering dikatakan sebagai misi kebudayaan. Pandangan dan
praktek demikian tentu mempersempit pengertian kebudayaan, terutama ditinjau dari
unsurunsur atau isi kebudayaan sebagai strategi perluasan kebudayaan. Pengertian demikian
tidak sepenuhnya keliru karena kesenian pun merupakan unsur kebudayaan yang penting.

Unsur-unsur kebudayaan tersebut bersifat universal, yakni terdapat dalam semua


masyarakat di mana pun di dunia, baik masyarakat ―primitif‖ (underdeveloped society) dan
terpencil (isolated), masyarakat sederhana (less developed society) atau prapertanian

4
Kistanto harry nurdien.(2012).Konsep kebudayaan.Vol 01.No 01.Hlm 05
(preagricultural society), maupun masyarakat berkembang (developing society) atau
mengindustri (industrializing society) dan masyarakat maju (developed society) atau
masyarakat industri (industrial society) dan pascaindustri (postindustrial society) yang sangat
rumit dan canggih (highly complicated society). Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan
jenisjenis atau kategori-kategori kegiatan manusia untuk ―mengisi‖ atau ―mengerjakan,‖ atau
―menciptakan‖ kebudayaan sebagai tugas manusia diturunkan ke dunia sebagai ―utusan‖ atau
khalifah untuk mengelola dunia dan seisinya, memayu hayuning bawana – tidak hanya
melestarikan isi alam semesta melainkan juga merawat, melestarikan dan membuatnya indah.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari dengan kategori-kategori
subunsur dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam suatu sistem budaya dan sistem
social, yang meliputi :

(1) Sistem dan organisasi kemasyarakatan

(2) Sistem religi dan upacara keagamaan

(3) Sistem mata pencaharian

(4) Sistem (ilmu) pengetahuan

(5) Sistem teknologi dan peralatan

(6) Bahasa

(7) Kesenian

Dengan konsep-konsep tentang kebudayaan dan latar belakang dan pengalaman


multietnik, multi-suku, atau secara keseluruhan, multi-budaya, memperhatikan gagasan-
gagasan tentang sistem sosial-budaya dalam masyarakat-bangsa Indonesia dapat tersusun
sistem sosial-budaya nasional; sistem sosial-budaya suku bangsa dan etnik bangsa; sistem
sosial-budaya agama sistem sosial-budaya asing; dan sistem sosialbudaya campuran. Dari
masyarakat-bangsa yang besar ini dapat disusun pula sistem-sistem sosial-budaya yang lain,
seperti sistem sosial-budaya maritim sistem sosialbudaya pertanian sistem sosial-budaya
industri dan pasca-industri sistem sosial-budaya perkotaan dan sistem sosial-budaya
pedesaan, dan sistem sosial-budaya adiluhung dan sistem sosial-budaya rakyat jelata, dan lain
sebagainya.
Pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat terjadi seiring pengaruh dari
globalisasi dan pengaruh budaya lain. Perkembangan cyber space, internet, informasi
elektronik dan digital, ditemui dalam kenyataan sering terlepas dari sistim nilai dan budaya.
Perkembangan ini sangat cepat terkesan oleh generasi muda yang cenderung cepat
dipengaruhi oleh elemenelemen baru yang merangsang.

Hal ini disebabkan kebudayaan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan
adanya kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satupun
masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Pergeseran dan perubahan nilai-nilai ini
sebagaimana terungkap dalam fenomena diatas sebagai perubahan - perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi Pergeseran nilai budaya merupakan perubahan Nilai-nilai dalam
suatu budaya yang nampak dari perilaku para anggota budaya yang dianut oleh kebudayaan
tertentu.

Pergeseran nilai budaya yang secara umum merupakan pengertian dari Perubahan
sosial yang tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan, saat budaya suatu masyarakat
berubah, secara tidak langsung akan memberikan dampak bagi perubahan sosial masyarakat.
Pergeseran dan perubahan nilai-nilai ini sebagaimana terungkap dalam fenomena di
masyarakat.

3. Konsep Dakwah Lintas Agama dan Budaya

Dalam kajian pemahaman lintas agama, pemaknaan komunikasi lebih tepat


menggunakan pengertian yang kedua, yakni proses yang menghubungkan semua
bagianbagian yang terputus. Mengapa demikian, karena tujuan utama membangun
komunikasi lintas agama adalah untuk membangun sebuah kesepahaman bersama
antarpemeluk agama dan meminamalisir pergesakan atau konflik antarpemeluk agama.
Komunikasi berarti merupakan proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada
komunikan. Dan proses berkomunikasi itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin tidak
dilakukan oleh seseorang karena setiap perilaku seseorang memiliki potensi komunikasi.
Proses komunikasi melibatkan unsur-unsur sumber (komunikator), pesan, media, penerima
dan efek. Disamping itu proses komunikasi juga merupakan sebuah proses yang sifatnya
dinamik, terus berlangsung dan selalu berubah, dan interaktif, yaitu terjadi antara sumber dan
penerima. Proses komunikasi juga terjadi dalam konteks fisik dan konteks sosial, karena
komunikasi bersifat interaktif sehingga tidak mungkin proses komunikasi terjadi dalam
kondisi terisolasi.

Memahami komunikasi lintas agama dalam cara pandang Islam berarti harus
mengambil dua sumber utama bagi agama Islam, yakni Al Quran dan Hadis. Al Quran wahyu
Allah yang diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad untuk menyempurnakan
akhlak di dunia. Sedangkan Hadis berarti semua perbuatan dan perkataan nabi. Para ulama
Ilmu Al-Quran membagi sejarah turunnya Al-Quran dalam dua periode: (1) Periode sebelum
hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai
ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat
Madaniyyah.8 Nabi Muhammad saw., pada awal turunnya wahyu pertama (iqra'), belum
dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang
tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah
beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya
firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan" (QS 74:1-2). Ayat-
ayat Al Quran yang berkaitan dengan komunikasi lintas agama yang ditandai dengan
ditekennya Memorandum of Understanding (MoU) lebih banyak turun pada periode kedua—
setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.5

Dakwah lintas budaya merupakan sebuah proses dakwah yang mempertimbangkan


keragaman budaya antara da’i dan mad’u. Dalam dakwah lintas budaya, keragaman
merupakan tantangan bagi da’i supaya mampu meramu pesan-pesan dakwah yang lebih
bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi positif budaya mad’u termasuk memperhatikan
media dan metode yang dianggap bisa mendekatkan antara da’i dan mad’u. Perbedaan
bahasa, budaya, dan Pada hakikatnya, dakwah lintas budaya merupakan cara bagaimana
berdakwah dengan menggunakan budaya tersebut sebagai media dan metode sehingga
dakwah bisa diterima dalam masyarakat. Setiap tempat, atau wilayah mempunyai kondisi
sosial budaya yang berbeda-beda. Maka dalam pendekatan dalam berdakwahpun
berbedabeda. Dakwah dengan budaya yang berbeda menjadi perhatian khusus bagi seorang
da’i. Misalnya dalam penyampaian da’i harus paham mad’u yang dihadapi.

Apabila diperhatikan secara seksama dan mendalam maka pengertian dakwah tidak
lain adalah komunikasi. Dakwah dapat dipahami sebagai sebuah ajakan untuk melakukan
tindakan positif dan meninggalkan tindakan yang negatif. Sebuah ajakan untuk melakukan

5
Ridwan Mujib.(2011).Komunikasi lintas agama dalam perspektif islam.Vol 01.No 01.Hlm 35
tindakan positif merupakan proses komunikasi. Tetapi dakwah merupakan komunikasi yang
khas, berbeda dengan komunikasi yang lain.

Masyarakat dipandang sebagai wahana pengaktualisasian nilai-nilai ilahiah sehingga


membentuk kultur agama. Sebaliknya kultur yang telah berkembang di tengah-tengah
masyarakat tersebut dibina dan dikembangkan serta diwarnai oleh nilai-nilai ilahiah. Islam
memiliki konsep strategis pada masyarakat yang menjadi harapannya dan hendak diwujudkan
dalam kehidupan antar budaya. Konsep masyarakat ideal dikenal dengan istilah masyarakat
marhamah, yaitu tatanan masyarakat yang memiliki hubungan erat antara anggota
masyarakatnya berdasarkan rasa kasih dan sayang antar budaya tersebut. Tatanan pada
konsep dakwah ini berupaya membangun strategi dakwah yang lebih ramah dan damai, hal
ini merupakan ijtihad yang sangat signifikan dengan tuntutan zaman.6

Pada tradisi saling menghormati dan menghormati pada masyarakat, ucapan salam,
permisi, kulo nuwun, punten, campurrasun dan merendahkan badan terkadang dipraktikan
silih berganti dan saling mengisi satu sama lain, itu semua merupakan kearifan lokal yang
selama ini kita lakukan dalam kehidupan kita. Bentuk penghormatan tersebut dipandang
masyarakat yang mempunyai perilaku dan tatanan budaya yang luhur, dan dalam hal ini
Islam juga mengajarkan budaya yang saling menghormati, budaya toleransi, budaya saling
tegur sapa serta budaya silaturrahmi saling mengunjungi diantara kita. Dengan demikian
Islam juga memandang kehidupan yang baik ini selalu kita tingkatkan untuk menuju suatu
kehidupan yang baik, aman tentram dan selalu harmoni.

Hal serupa juga terjadi pada keluarga kita juga pada masyarakat pesantren dengan
mencium tangan bagi orang yang dianggap mulai atau yang lebih dewasa dari kita. Budaya
tersebut juga dilakukan oleh masyarakat belanda dengan mencium tangan orang yang
dianggap mulia bahkan orang Jepang juga melakukan hal yang sama yakni membungkukkan
badan seraya mengucapkan salam mereka. Karena sikap serupa tak dapat menghapuskan
makna di baliknya yakni penghormatan atau penghargaan. Sebagai makhluk yang berbudaya,
maka misi dakwah melalui pendekatan dakwah antar budaya manusia selalu hidup bersama
dan tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Sejak lahir manusia selalu
berinteraksi dengan orang lain. ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari, semua
kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain.

6
Ahmad Nur.(2015).Mewujudkan dakwah antar budaya dalam perspektif islam.Vol 03.no 01.Hlm 30
Kesimpulan

Dakwah sebagai usaha terwujudnya ajaran Islam pada semua segi kehidupan manusia,
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Ciri khas dakwah, pada hakekatnya, adalah
bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah swt. Modernisme dalam
masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah faham-
faham, adatistiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya.

Islam selamanya akan revelan dengan perkembangan zaman karena islam hadir untuk
melurukan yang bengkok dari kemajuan zaman tersebut. Tentunya jika membahas tentang
budaya maka akan timbul dalam pikiran kita tentang adat istiadat. Memang keduanya tidak
bisa kita pisahkan karena keduanya memamng dalam rumpun yang sama dengan objeknya
masyarakat. Pergeseran nilai budaya yang secara umum merupakan pengertian dari
Perubahan sosial yang tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan, saat budaya suatu
masyarakat berubah.

Dalam kajian pemahaman lintas agama, pemaknaan komunikasi lebih tepat


menggunakan pengertian yang kedua, yakni proses yang menghubungkan semua
bagianbagian yang terputus. Mengapa demikian, karena tujuan utama membangun
komunikasi lintas agama adalah untuk membangun sebuah kesepahaman bersama
antarpemeluk agama dan meminamalisir pergesakan atau konflik antarpemeluk agama.
Komunikasi berarti merupakan proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada
komunikan.

Dakwah lintas budaya merupakan sebuah proses dakwah yang mempertimbangkan


keragaman budaya antara da’i dan mad’u. Dalam dakwah lintas budaya, keragaman
merupakan tantangan bagi da’i supaya mampu meramu pesan-pesan dakwah yang lebih
bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi positif budaya mad’u termasuk memperhatikan
media dan metode yang dianggap bisa mendekatkan antara da’i dan mad’u. Perbedaan
bahasa, budaya, dan Pada hakikatnya, dakwah lintas budaya merupakan cara bagaimana
berdakwah dengan menggunakan budaya tersebut sebagai media dan metode sehingga
dakwah bisa diterima dalam masyarakat.
Daftar Pustaka

Alimuddin Nurwahidah.(2007).Konsep dakwah dalam islam.Vol 04.No 01.Hlm 01.

Budihardjo.(2007).Konsep dakwah dalam islam.Vol 19.No 02.Hlm 111.

Zulkarnaini.(2015).Dakwah islam di era modern.Vol 26.No 03.Hlm 152.

Kistanto harry nurdien.(2012).Konsep kebudayaan.Vol 01.No 01.Hlm 05.

Ridwan Mujib.(2011).Komunikasi lintas agama dalam perspektif islam.Vol 01.No


01.Hlm 35.

Ahmad Nur.(2015).Mewujudkan dakwah antar budaya dalam perspektif islam.Vol


03.no 01.Hlm 30.

Anda mungkin juga menyukai