Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BROADCASTING RADIO
“ TALK PROGRAM”

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Winda Kustiawan, MA

Disusun oleh:
Mahadir Muhammad 0101203124
Zulhafiz 0101203028

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada Allah SWT. Bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw.


Penulis mengucapkan syukur atas pemberian nikmat sehat-Nya, yakni sehat akal, badan,
dan pikiran sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dari
mata kuliah “Praktikum Produksi Siaran Radio” yang berjudul “Talk Program ”. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada orang tua penulis
danIbu Dr. Winda Kustiawn, MA, selaku dosen Pengampu dari mata kuliah Praktikum
Produksi Siaran Radio yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini
hingga selesai.
Penulis memahami makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Penulis mengharapkan kritik
serta saran dari para pembaca untuk tulisan ini, supaya tulisan ini nantinya dapat menjadi
tulisan yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, 05 Oktober 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................I

Daftar Isi ................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... II

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah… ....................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan… ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Wawancara Radio ............................................................................................ 3

B. Memproduksi Wawancara............................................................................... 5

a. Persiapan Wawancara..................................................................... 11

b. Pelaksanaan Wawancara ................................................................ 13

c. Evaluasi Wawancara ...................................................................... 14

C. Struktur Wawancara ...................................................................................... 15

D. Etika Wawancara .......................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 18

A. Kesimpulan… ............................................................................................... 18

B. Saran… ......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA… .......................................................................................... 19

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia sebagai
mahluk sosial. Tanpa adanya komunikasi, manusia tidak akan dapat berinteraksi
dengan manusia lainnya. Secara sederhana komunikasi berarti penyampaian pesan dari
komunikator sebagai pengirim pesan kepada komunikan sebagai penerima pesan. Pada
era modern seperti sekarang ini, dimana perkembangan teknologi pada bidang
informasi sangat pesat. Komunikasi tidak lagi terbatas antara satu individu dengan
individu lainnya, ataupun satu individu dengan sekumpulan individu (kelompok).
Dengan memanfaatkan peralatan-peralatan canggih dan modern sebagai medianya,
manusia kini telah mampu menyasar khalayak luas, heterogen, dan anonim.
Komunikasi inilah yang disebut komunikasi massz.
Talk show melalui media radio memiliki peran penting dalam memberikan
informasi dan dalam membentuk perilaku pendengar. Dalam mengkaji dan memberi
pengajaran-pengajaran yang baik dalam masalah keagamaan, ini penting untuk
diketahui agar dapat terserap dengan baik dan tidak menggurui yang pada akhirnya
pendengar lebih bisa menerima pengajaran dengan pandangan yang lebih objektif dari
kajian-kajian pembelajaran yang dilakukan. Talk show interaktif adalah program acara
diradio yang memuat topik-topik menarik bersama narasumber dan diikuti respon lewat
interaksi dari pendengar.
Siaran interaktif merupakan siaran yang melibat kan pendengar sebagai
“penyiar” tamu melalui sambungan telepon kabel secara langsung (live). Tujuan
siaran interaktif adalah memperkaya kreatifitas teknik pelayanan pendengar,
memperkaya kreatifitas penyajian materi siaran, dan memperkaya kreatifitas teknik
audio siaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimakah Gambaran Umum dalam Wawancara Radio?
2. Bagaimanakah Mekanisme dalam memproduksi wawancara?
3. Bagaimanakah Struktur Wawancara?
4. Bagaimanakah Etika dalam Wawancara?

1
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Umum dalam Wawancara Radio


2. Untuk mengetahui bagaimana Mekanisme dalam Memproduk Wawancara
Radio
3. Untuk mengetahui Struktur dalam Wawancara
4. Untuk mengetahui Bagaimanakah Etika dalam Wawancara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Wawancara Radio

Menurut sejarah, program talk merupakan program tertua. Obrolah formal mulai
dipopulerkan di Inggris, 27 wawancara dengan gaya modern muncul dari Amerika,
sedangkan forum diskusi-diskusi publik yang bersifat lokal dimulai di Kanada. Sekarang,
bentuk-bentuk talk program ini sudah diadopsi untuk kemudian dikreasikan dengan kultur
dan kebutuhan komunitas masing-masing di seluruh dunia.1
Radio, pada dasarnya adalah media komunikasi massa berbasis suara. Semua
informasi disampaikan melalui perantaraan suara. Maka, Talk Program atau program yang
berbasis suara menjadi andalan radio2. Ada dua program yang kerap muncul di radio
berkaitan dengan Talk Program, yakni; pertama Interview atau wawancara dan kedua
forum-forum diskusi. Baik wawancara atau forum diskusi bisa bersifat interaktif dengan
mengundang partisipasi pendengar untuk terlibat aktif. Namun program ini juga bisa
bersifat tertutup, pendengar hanya bisa menyimak dialog atau perbincangan yang terjadi di
studio. Meski dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, kegiatan wawancara
atau diskusi radio bisa dilakukan dimana saja. Narasumber tidak perlu hadir secara fisik di
studio, dengan menggunakan fasilitas teleconference dan mobile phone atau
handphone. Teknologi tersebut memungkinkan wawancara atau diskusi dilakukan dengan
jarak terpisah, tanpa mengganggu kualitas suara.
Wawancara dalam bahasa inggris disebut “interview”, yaitu dari kata inter (antara)
dan view (pandangan). Makna ini menunjukkan terjadi saling pandang atau kontak antara
pewawancara dan yang diwawancarai.3 Wawancara dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang akurat dari orang yang berhak memberikan keterangan (narasumber) atas
suatu gejala sosial atau suatu topik pembicaraan. Kegiatan wawancara dilakukan dengan
persiapan yang matang dan memiliki tujuan tertentu. Tujuan wawancara penting untuk
dirumuskan karena menentukan keberhasilan wawancara itu sendiri. Kegagalan suatu
wawancara sering didapati karena pewawancara tidak tau apa sebenarnya tujuan dari

1
Fatmawati , Amirullah, Ahmadin, 2019. Radio Suara Bersatu 2003-2018. Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Kesejarahan, volume 6 No. 1:1-13
2
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009.Hal 12
3
Riswandi.. Dasar-dasar Penyiaran. Yogyakarta. 2009: Graha Ilmu. Hal 43

3
wawancara yang dilakukan, apakah sekedar untuk konfirmasi, meminta opini, atau tujuan
lain.
Wawancara Radio/ Wawancara Interaktif adalah sebuah dialog atau perbincangan
atau percakapan yang dilakukan pada sebuah acara di radio antara pembawa acara dengan
pendengar melalui sambungan telepon. Dalam wawancara Interaktif, banyak pihak yang
ikut andil seperti pembawa acara sebagai moderator, narasumber, pemirsa sebagai orang
yang menyanya (penanya). Tema atau topik yang dibahas biasanya adalah tentang yang
sedang viral atau terkini. Namun, tidak jarang membahas tentang kuliner, hobi, gaya hidup,
fashion dan sport. 4
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dari orang yang
berhak memberikan keterangan (narasumber) atas suatu gejala sosial atau suatu topik
pembicaraan. Kegiatan wawancara dilakukan dengan persiapan yang matang dan memiliki
tujuan tertentu. Tujuan wawancara penting untuk dirumuskan karena menentukan
keberhasilan wawancara itu sendiri. Kegagalan suatu wawancara sering didapati karena
pewawancara tidak tau apa sebenarnya tujuan dari wawancara yang dilakukan, apakah
sekedar untuk konfirmasi, meminta opini, atau tujuan lain.
Talkshow adalah sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group
berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi
serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, Talkshow menghadirkan tamu
berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga, seorang
tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman. Acara Talkshow biasanya
diikuti dengan menerima telpon dari para pendengar/penonton yang berada di rumah,
mobil, ataupun ditempat lain.5
Acara talk show baik di radio selalu menghadirkan perbincangan yang menarik.
Perbincangan antara pembawa acara dengan narasumbernya inilah yang merupakan salah
satu contoh dialog interaktif. Sebelum acara dimulai, naskah dialog interaktif perlu disusun
agar pembicaraan menjadi menarik, sesuai topik yang diinginkan, dan mampu menjaring
banyak pendengar.
Wawancara merupakan salah satu format siaran radio yang lebih murah dibandingkan
dengan format acara lainnya, dan punya daya tarik tersendiri. Wawancara juga merupakan

4
Morissan. 2008. Manajemen MediaPenyiaran Strategi Mengelola Radio dan
Televisi.Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup.
5
Rusnawati, Ummi, TALKSHOW RADIO SEBAGAI PROGAM FAVORIT PENDENGAR (STUDY
TERHADAP PROGAM “FRIDAY TALKSHOW” PADA RADIO SIARAN RUMOH PMI). Jurnal Al-Bayan Vol.
23 No. 2 Juli – Desember 2017, 162 – 175

4
pertemuan antara seseorang dengan orang lain yang diisi dengan tanya-jawab (question-
and-answer). Bentuk acara seperti ini sangat menarik minat khalayak (pendengar), karena
dilakukan dengan tokoh atau orang terkenal. Sebaliknya, wawancara akan menjadi sangat
membosankan dan tidak menarik karena menghadirkan figur yang sama sekali tidak
dikenal.
Terkadang, wawancara yang dilakukan reporter bisa tergelincir menjadi percakapan
santai. Perbedaan ini sebenarnya sangat tipis sekali. Wawancara merupakan percakapan
yang tujuannya sudah ditentukan sebelumnya dengan pewawancara (interviewer) sebagai
pengendalinya. Artinya, wawancara datang dari pewawancara (interviewer), bukan dari
yang diwawancarai (interviewee).6
Perolehan informasi untuk kepentingan reportase berita akan ditempuh dengan cara
berwawancara, termasuk persiapan penyelenggaraannya. Narasumberlah yang akan
memberikan informasi yang diperlukan agar kegiatan pemberitaan berhasil. Keberhasilan
itu diawali dengan menemukan sumber berita yang tepat. Namun, itu belum cukup, karena
perlu juga disimpulkan apakah wawancara yang hendak dilakukan tersebut juga menarik
minat mereka. wawancara yang baik mempunyai batasan, yaitu:
a. Tujuannya jelas,
b. Merupakan hasil penelitian yang sudah dipersi3apkan,
c. Berkembang secara logis
d. Melibatkan khalayak,
e. Berlaku adil dan tidak memihak,
f. Dikendalikan oleh pewawancara,
g. Terdengar spontan, dan
h. Menarik.7

B. Memproduksi Wawancara
Untuk terwujudnya wawancara radio yang baik dan terstruktur, maka kita harus
mengetahui beberapa Jenis dan teknis wawancara untuk memproduksi wawancara radio
yang baik.

6
ibid
7
Helena Olii, Reportase Radio, Jakarta: PT Indeks, 2006. H.45

5
Berdasarkan aktualitas atau periode penyiarannya, wawancara dibagi dua, yaitu:8

1) wawancara langsung (live interview). Wawancara dilakukan dan diudarakan


secara langsung, bisa disimak oleh pendengar saat itu juga. Wawancara jenis ini
nilainya sangat tinggi, tetapi tantangannya juga besar. Pewancara harus smart dan
menguasai medan, serta permasalahan yang diangkat. Reporter juga harus betul-
betul siap menghadapi hal-hal yang tak terduga entah dari narasumber, lokasi dan
lainnya.
2) wawancara tertunda (delayed interview). Wawancara yang direkam terlebih
dahulu, diedit kalau perlu baru diudarakan. Wawancara jenis ini lebih aman, tetapi
aktualitas yang harus dikorbankan.

Berdasarkan lokasi wawancara, maka wawancara diklasifikasikan dalam beberapa


kategori, yakni :
1) on the spot interview. Wawancara di lokasi kejadian, langsung pada saat
peristiwa berlangsung dengan sosok-sosok kunci yang terkait dengan tema
pemberitaan. On the spot interview memiliki fungsi yang sangat penting, karena lewat
wawancara jenis ini suasana atau mood peristiwa diangkat dibawa ke ruang
pendengar. Menambah nilai nowness dan juga menambah kredibilitas radio karena
menguatkan atau menegaskan bahwa suatu peristiwa atau isu yang diliputnya
memang nyata dan factual.
2) Studio Interview. Wawancara dilakukan di studio atau lokasi khsusus yang
disiapkan sebagai studio (misalnya on air booth di pameran-pameran), narasumber
hadir. Wawancara dilangsungkan dan diudarakan-terekam atau live langsung
disiarkan. Wawancara ini lebih aman, karena biasanya sudah direncanakan
sebelumnya.
3) Teleconference. Wawancara yang bisa berlangsung di lokasi kejadian atau di
studio. Namun narasumber tidak hadir secara fisik. Wawancara dilakukan melalui
media komunikasi, handphone, atau fasilitas teleconference lainnya. Wawancara ini
biasanya dilakukan dalam keadaan mendesak, dengan pertimbangan masalah yang
diliput aktual, kalau ditunda atau menunggu kehadiran narasumber atau sampai
narasumber punya waktu, momennya bisa menghilang. Padahal justru momen itulah
yang penting.

8
Masduki, 2006. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan penyiar. Yogyakarta: LkiS

6
Dari segi isi, wawancara dibagi menjadi wawancara infomasi, wawancara opini, dan
wawancara tokoh.
1) Wawancara informasi dilakukan untuk mencari kejelasan data faktual dari suatu
peristiwa, bisa berupa hasil reportase langsung maupun wawancara melalui
sambungan telepon dari studio.
2) Wawancara opini merupakan wawancara yang memusatkan pada gagasan,
penilaian, dan kepercayaan narasumber atas sebuah persoalan.
3) Wawancara Tokoh yakni wawancara tokoh yang mengungkap biografi seorang
public figure.
Sementara itu, berdasarkan penyajiannya wawancara radio dibagi menjadi tiga
(Tebba, 2005: 129-130), yaitu:

1) Wawancara aktualitas/ band interview/ ATI (Audio Tape Insert), yaitu petikan
wawancara berdurasi pendek untuk mendukung berita aktual. Biasanya
ditampilkan sebagai penegasan yang mendukung suatu berita yang ditayangkan,

2) Wawancara berita, yaitu wawancara dalam waktu singkat yang merupakan


sebuah berita actual. Biasanya wawancara ini membahas sebuah persoalan secara
singkat,

3) Wawancara program, yaitu wawancara dalam waktu yang panjang dan dalam
perbincangan itu dapat dibahas secara tuntas permasalahan yang diangkat.
Wawancara jenis ini juga biasa disebut talk show.

Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat, wawancara terbagi menjadi :


1) Wawancara Tokoh. Yang diwawancarai tokoh-tokoh tertentu mewakili bidang-
bidang yang relevan dengan tema wawancara. Tokoh diwawancarai karena
kompetensinya, layak dan memiliki pemahaman seputar tema yang akan
diangkat. Bisa juga karena selebritasnya, tidak penting apa temannya, yang
penting adalah status selebritasnya.
2) Vox Pop. Wawancara ini berdasar karena media khususnya radio adalah media
rakyat atau media publik. Maka fungsi utama radio adalah menjadi corong suara
rakyat dan menghubungkannya dengan elit pemerintah atau penguasa.
Narasumbernya siap saja, rakyat kebanyakan. Masalah yang digali dan diangkat
tentang kehidupan rakyat sehari-hari, missal kenaikan BBM, kenaikan harga

7
kebutuhan pokok, dampak kebijakan baru, atau tanggapan atas peristiea yang
menggegerkan dan sebagainya.
3) Press Conference. Konferensi pers, sejatinya adalah momen dimana pihak
tertentu mengundang pers atau wartawan untuk menyimak mereka
mengungkapkan informasi, menjelaskan atau mengklarifikasi. Yang punya
maksud dan tujuan untuk mengangkat isu tertentu dimedia bukanlah media itu
sendiri, melainkan pihak diluar media. Media tidak dipaksa untuk memuat atau
mengangkat hasil pers conference. Tetapi lazimnya konferensi pers
diselenggarakan karena ada isu yang mendesak.
Wawancara berdasarkan cara penyajiannya terbagi dua yaitu :9
1) Insert. Wawancara yang disajikan sebagai pelengkap berita. Durasi insert tidak
panjang, paling lama 30 detik untuk sisipan berita radio. Sebelum
disajikan insert harus diolah lebih dahulu.
2) Program khusus. Wawancara disajikan sebagai program khusus wawancara
atau talk show. Wawancara berbentuk atraksi utuh dan lengkap bagi pendengar.
Panjang pendeknya wawancara tidak ditentukan oleh berita-seperti insert, tetapi
olehslot waktu atau durasi program yang tersedia.

Wawancara berdasarkan gaya wawancara (Masduki,2001), terbagi atas :


1) Wawancara keras dan memaksa. Gayanya seperti penyidik, polisi, atau jaksa
melakukan klarifikasi fakta atau meminta penjelasan, menginterogasi.
2) Wawancara emosional. Wawancara yang bertujuan menggali dan mengekspos
emosi. Apakah sedih, marah, kecewa atau bahagia yang meluap-luap.
Pewawancara dituntut untuk berempati dan menyesuaikan diri dengan mood,
tetapi tidak berarti harus ikut naik darah atau berurai air mata.
3) Wawancara santai. Dilangsungkan dengan gaya santai berbincang antar sahabat.
Alamiah, informal, tetapi mendalam. Pewawancara dituntut bisa menampakkan
sikap yang ramah, bersahabat, membuat narasumbernya rileks dan akrab.
Pendekatan humor sering dipakai untuk mempertegas nuansa alamiah dan
informal.

9
Masduki,. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan penyiar. Yogyakarta.2006: LkiS

8
Menurut British Broadcasting Corporation (BBC), lembaga penyaiaran publik yang
memiliki standar performa jurnalistik ideal ini, wawancara pada dasarnya terdiri dari tiga tipe,
yaitu :10
1) Hard exposure interview, yaitu wawancara untuk menginvestigasi sebuah subjek.
2) informational interview, yaitu wawancara yang menempatkan khalayak dalam
tema yang tengah diangkat. BBC mengistilahkan sebagai “an interview which puts
the audience in the picture”.
3) Emotional interview, wawancara yang bertujuan mengungkap sosok, benak, atau
jalan pemikiran narasumber.

Dari ketiga kategori tersebut menjadi landasan untuk mengembangkan wawancara


menjadi duabelas kategori lain, yaitu :
1) Hard news. Pendek durasinya, to the point dan fungsinua untuk mengilustrasikan
atau menambah warna berita. Hanya fakta terpenting yang disampaikan dalam
wawancara. Lazimnya yang ditanyakan bukan penjelasan tapi tanggapan atau
reaksi terhadap fakta-fakta.
2) Informasi. Fungsinya bukan memperjelas, tapi juga memberi latar bagi tema/berita
yang diangkat. Pertanyaan lebih dalam daripada hard news. Menjelaskan lebih dari
sekedar fakta, unsure how dan why dari sebuah isu menjadi penekanan wawancara
informasi.
3) Investigasi. Wawancara ini bertujuan menggali fakta lebih dalam lagi daripada
informasi. What really caused the problems. Tidak semua tema dapat di eksplorasi
dengan wawancara investigasi. Hanya isu-isu yang kontraversial atau problematic
saja yang penting untuk di investigasi. Wawancara investigasi sifatnya mendalam
dan kerap durasinya begitu panjang, menjadi data mentah bagi karya dokumenter.
4) Adversarial. Wawancara jenis ini untuk mengecek-ulang fakta atau peristiwa.
Pertanyaan yang diajukan sering bersifat provokatif. Misalnya, dalam kasus
kebakaran pasar, reporerter mengajukan pertanyaan semacam ini kepada pihak
tramtib setempat. “dua kebakaran di lokasi yang sama dalam waktu satu bulan.
Karena itu, beberapa pihak menganggap dinas yang Bapak pimpin juga harus
bertanggung jawab. Bagaimana Pak?’. Melakukan wawancara adversarial cukup
berat, reporter beresiko berhadapan dengan narasumber yang merasa terusik dan

10
M. Romli Syamsul Asep, Broadcast Journalism. Bandung.2014.: PT Remaja Rosdakarya

9
terganggu dengan pertanyaan yang bersifat provokatif. Ujungnya narasumber bisa
marah, ngambek dan tidak mau melanjutkan wawancara. Bahkan ada yang
melakukan tuntutan hukum. Wawncara jenis ini masti dilakukan dengan penuh
perhitungan oleh sang reporter. Jangan takut, mengingat posisi reporter yang
mewakili kepentingan publik.
5) Interpretatif. Wawancara berkenaan dengan dua hal; reaksi atau penjelasan atas
suatu peristiwa (ekplantion). Reaksi akan lebih kuat apabila dikeluarkan oleh orang
yang terlibat langsung dalam kasusu/peristiwa. Penjelasan, analisis atau
interpretasi biasanya disampaikan oleh pengamat yang tidak langsung terlibat,
sehingga pendapatnya lebih objektif.
6) Vox pop. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, vox popo merupakan jenis
wawancara yang memperlihatkan peran radio yang sesungguhnya, yaitu sebagai
penghubung antara publik dengan pemerintah atau penguasa. Atau pembawa suara
publik sehingga didengar oleh aparat atau elit-elit polotik. Vox pop, berasal dari
bahasa latin, artinya “voice of the public”.suara rakyat. Vox pop tidak perlu
panjang-panajang, yang dipentingkan adalah keragamannya. Lebih menarik bila
disajikan selang-seling, suara laki-laki dan perempuan, tua-muda, variatif.
7) Personal. Yang utama bukan fakta atau tema peristiwa, tapi sosok yang terlibat.
Wawancara jenis ini sengaja menyibak kepribadian atau profil narasumber.
Biasanya berkenaan dengan ketokohan atau ketenaran (seleb) seseorang.
Wawancara ini akan menarik jika pewawancara dapat mengkombinasikan dua
pendekatan; gaya seorang psikater yang mesti mngungkap kepribadian orang,
dengan gaya pendeta pada saat pengakuan dosa.
8) Emosional. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengungkap perasaan
narasumber, dengan maksud menyetuh perasaan pendengar. Untuk memunculkan
simpati dan empati. Wawancara tragedy, musibah, atau kriminalitas (korban atau
keluarga korban). Aturan dasarnya reporter (a) jangan pernah bertanya ‘bagaimana
perasaan anda’ pada narasumber yang mengalami musibah (b) “tread carefully
when your foot is on somebody’s heart, and then only walk where you have been
the right of way”.
9) Entertainment. Wawancara dunia hiburan, lebih tepat wawancara yang menghibur.
Topiknya biasa saja, tapi yang ditonjolkan adalah sisi-sisi yang ringan, jenaka dan
menghibur. Sisi enteng kehidupan atau hal-hal yang membuat kita tersenyum.

10
10) Actuality. Suara reporter tidak dipentingkan, yang diperlukan hanyalah suara
narasumber. Pertanyaan harus tepat agar penjelasannya lebih ilustratif. Pertanyaan
yang baik adalah memancing orang bercerita bukan untuk menjawab pendek-
pendek.
11) Remote (terpisah). Wawancara yang dilakukan dari studio atau lokasi yang
terpisah dari studio utama, atau lokasi stasiun radio. Peralatan harus memadai,
karena kulaitas suara harus sejernih dari studio utama.
12) Grabbed (dadakan). Wawancara inidilakukan pada orang-orang yang tidak ingin
diwawancari, namun reporter bersikeras melakukannya karena alasan-alsan
tertentu. Wawncara pendek dan tidak jarang jawabannya “no comment
!”. wawncar jenis ini hanya dibenarkan ketika seseorang yang memutuskan being
left alone-dibiarkan sendiri-justru mengganggu kepentingan publik karena
ketidakacuhannya.
Berikut ada beberapa tahapan dalam Wawancara Radio :

a. Persiapan Wawancara
Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan menjelang
dilaksanakannya sebuah wawancara. Perlunya merencanakan pendekatan (approach)
untuk suatu wawancara dan menentukan bidang-bidang yang di minati. Harus membuat
persiapan untuk wawancara tersebut dengan cara mencari informasi mengenai orang
yang akan diwawancarai serta bidang apa yang akan dibahas. Beberapa persiapan yang
harus diperhatikan dalam Persiapan Wawancara adalah sebagai berikut :
a) Persiapkan topik. Memilih topik atau tema yang punya nilai lebih dibanfing
berita regular. Lakukan pendalaman wacana. Pikirkan angle apa yang
diangkat. Selaraskan dengan tujuan wawancara. Tuangkan daftar pertanyaan
yang relevan dan susun kalimat pertanyaan yang mengeksplorasi
permasalahan. Perbanyak why dan how.
b) Persiapan narasumber. Baut peta narasumber ; siapa saja mereka, latar
belakang profesi, pekerjaan, atau pendidikan. Alasan mengapa mereka
dijadikan narasumber, cari nonor kontaknya, ambil narasumber utama. Sebisa
mungkin kontak narasumber jauh-jauh hari, buat janji untuk wawancara
selengkapnya. Jangan mengandalkan hanya satu narasumber, cari alternative
penggantinya.

11
c) Persiapan alat. Dukungan teknis angat penting dalam proses wawancara.
Tetapkan wawancara akan berlangsung di dalam atau diluar studio, by phone
atau teleconference. Cek peralatan dapat berfunsi dengan baik.
d) Persiapan mental. Fokuskan perhatian pada wawancara dan butir-butir
pertanyaan. Seperti apapun sikap narasumber, tetap jaga kesantunan dalam
berbicara dan berperilaku.
Dari ke 4 point diatas atas bisa disimpulkan bahwasanya segala persiapan
dalam wawancara radio harus diperhatikan dengan matang matang agar wawancara
tersebut berjalan dengan lancar. Berikut ada beberapa hal yang dapat mendukung
persiapan wawancara radio :
1. Merencanakan wawancara
Hal yang pertama dan yang terpenting ialah harus mengetahui dengan jelas siapa
audience atau pendengar anda. Si pewawancara (interviewer) harus menempatkan diri
sebagai wakil pendengar. Berarti, pertanyaan yang dia ajukan adalah pertanyaan yang
ingin juga diajukan oleh pendengar. Dengan kata lain, si pewawancara memiliki
kepentingan pendengar.
Untuk berita radio, batasi wawancara hanya satu topik saja. Apa yang ingin
diketahui pendengar? Bila kurang pasti, tanya teman atau kenalan mu apa yang ingin
publik ketahui dari masalah itu. Lalu, putuskan siapa yang akan dihubungi dan
membuat perjanjian (appoinment). Siapa yang tahu masalah ini secara keseluruhan?
Siapa yang dapat menjelaskan latar belakang dari peristiwa ini? Siapa yang menjadi
decision/maker, pria atau wanita kah dia?
Di negara berkembang yang lumrah dilakukan para reporter untuk menentukan
siapa yang pantas diwawancarai ialah memulainya secara berjenjang menurut hierarki
yang ada, dari atas ke bawah.
2. Siapkan pertanyaan
Kita harus waspada terhadap titik-titik lemah dari daftar pertanyaan yang telah
disiapkan, saat wawacara nsudah berlangsung.
a) Ajukan pertanyaan satu demi satu
b) Ajukan pertanyaan, jangan membuat komentar

Pilah-pilah dulu, apabila telah menyiapkan banyak pertanyaan. Berikut adalah


Question Line selama wawancara:

1) Wawancara untuk berita radio harus singkat dan to the point

12
2) Beri perhatian penuh kepada orang yang diwawancarai
3) Simak jawabannya dengan teliti
4) Jangan baca pertanyaan
5) Jangan pernah setuju untuk menanyakan pertanyaan yang sudah disiapkan
jawabannya terlebih dahulu oleh seorang narasumber
6) Hindari shopping-list approach (pendekatan seperti memilih daftar
belanja)
7) Bersikaplah impartial (tidak memihak)
8) Jangan berargumentasi
9) Andalah yang memegang kendali wawancara
10) Pastilah bahwa narasumber menjawab pertanyaan pewawancara
11) Sela bila perlu
12) Penghargaan dan ungkapan rasa terimakasih11
b. Pelaksanaan Wawancara

Wawancara pada dasarnya dialog antara dua pihak. Yang menjadi pemrakarsanya
adalah pewawancara, bukan narasumber. Karenanya penting sekali melakukan
pendekatan narasumber sebelum wawancara sesungguhnya dimulai. Basi-basi yang
cerdas, jangan klise. Basi-basi yang klise akan mencoreng atau menjatuhkan citra
reporter.12
Jaga jarak aman dengan narasumber. Jarak terlalu dekat akan rekaman. Jarak terlalu
lebar-suara akan terdengar sayup-sayup. Intinya jangan remehkan masalah teknis. Fokus
pada butir-butir pertanyaan, kalau semua pertanyaan sudah terjawab, segera sudahi
wawancara. Wawancara yang bagus adalah yang berlangsung santai, seperti orang
mengobrol, walau topinya serius. Pewawancara harus mampu mengembangkan
pembicaraan, membangun suasana dan mood narasumber sehingga yang bersangkutan
merasa nyaman untuk ditanyai.adalah tugas pewawancara untuk menjaga alur agar
wawancara tetap berlangsung dalam suasana menyenangkan
Dalam Pelaksanaan Wawawancara radio , Menarik dan tidaknya sebuah wawancara
radio sangat tergantung pada 3 faktor utama yitu
1. Topik
2. Pertanyaan

11
Hasan Asy’ari, Jurnalistik Radio, Jakarta: Erlangga, 2012, h. 59
12
Siregar Ashadi, 2001. Menyikapi Media Penyiaran; Membaca Televisi, Melihat Radio. Yogyajarta

13
3. Narasumber
Ketiga hal tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama. Jika salah diantaranya
tidak terpenuhi maka tidak akan bisa didapat hasil wawancara yang sempurna.
1. Topik , Kita bisa mendapatkan topik yang menarik dari dengan memperhatikan
fakta yang ada disekitar kita, baik berupa peristiwa hangat yang baru atau
sedang terjadi, maupun daridata menarik yang kita temukan. Setelah kita
menemukan topik, Langkah selanjutnya adalah menentukan sudut pandang –
dari sisi mana berita itu akan kita angkat – dan kesimpulan akhir yang ingin
didapat dari sebuah wawancara. Sosialisasikan secara lengkap dan jelas – topik,
sudut pandang pemberitaan dan kesimpulan akhir yang diharapkan – kepada
reporter agar apa yang mereka lakukan di lapangan bisa sesuai dengan apa yang
kita harapkan.
2. Pertanyaan. Pertanyaan yang disampaikan oleh reporter kita harus
a) Mewakili apa yang ingin ditanyakan dan ingin diketahui oleh pendengar
b) Jelas dan mudah
c. Evaluasi Wawancara

Evaluasi dilakukan secara teratur setiap selesai melakukan wawancara atau


memproduksi hasil wawancara menjadi program khusus, fature/dokumenter, berita
dengan insert/actuality dan lain-lain. Evaluasi tidak sekedar mendengarkan kembali
hasil wawncara, tapi menyeleksi dan membuat scenario tentang bagaimana wawancara
itu akan disajikan kepada pendengar. Inilah proses yang disebut editing atau
penyuntingan.
Menurut Masduki (2001:55), pokok-pokok evaluasi wawancara mencakup :
1. Kesesuaian tujuan program dengan kejelasan tuturan dan isi.
2. Pengamatan terhadap bagian teknis atau bahasa yang mengganggu.
3. bagian perbincangan yang terlalu umum, bertele-tele atau keluar dari
konteks.
Apabila proses evaluasi akan dilanjutkan pada proses penyuntingan, maka
pokok-pokok yang mesti dilakukan adalah :
1. Menyimak hasil wawancara secara keseluruhan untuk mencermati (dan
mengevaluasi) kualitas teknis audio.
2. Menyimak pernyataan narasumber, dan memilih bagaian mana saja yang
bisa di-cut atau diuadarakan. Sesuaikan topik atau tema wawancara.

14
3. Membuat scenario atau rancangan urutan penggunaan hasil wawancara.

C. Struktur Wawancara

Pada dasarnya, wawancara memiliki 3 bagian yaitu pembuka (opening), isi (body),
dan penutup (closing). Berikut bagian-bagian dari struktur wawancara beserta
penjelasannya:

a. Pembuka atau Opening.


Dalam pembuka atau opening fungsinya adalah untuk memperkenalkan kepada
pendengar mengenai topik wawancara dan narasumber. Opening tidak perlu terlalu
panjang lebar yang penting lengkap dan to the point. Pada openingakan lebih baik jika
menyampaikan poin-poin yang menarik dengan penekanan. Fungsi opening bukan
hanya untuk intoduksi program (perkenalan program) namun juga sebagai sarana
promosi kepada pendengar agar tertarik untuk menyimak program wawancara.
Mengenai perkenalan dari narasumber tergantung pada pertimbangan produser, apakah
narasumber akan diperkenalkan atau tidak. Terkadang ada unsur suspense yang ingin
dibangun untuk menimbulkan rasa ingin tahu pendengar. Bisa juga memang ingin
membangun curiosity, sehingga narasumber disimpan dulu sehingga pendengar
penasaran.
b. Isi wawancara atau Body.
Dibagian inilah yang dapat dikatakan sebagai inti dari kegiatan wawancara, sub
tema dikupas satu per satu dan dibukanya sesi tanya jawab atau terjadinya respon dengan
pendengar. Atau apabila wawancara ditujukan untuk menampilkan profil (personality
interview), maka kegiatannya adalah mengupas sosok yang ditampilkan. Tentu saja ada
strategi untuk mengupas topic wawancara. Kuncinya, jangan sampaikan semuanya
sekaligus dalam satu waktu. Pewawancara harus pandai-pandai mengatur ritme dan
muatan wawancara agar sesuai dengan slot waktu yang dialokasikan. Selain itu, dalam
pembagian termin wawancara, upayakan ada klimaks dibagian akhir (tapi jangan paling
akhir), supaya pendengar tertarik untuk menyimak. Seorang pewawancara yang baik
tahu betul cara bagimana membangkitkan rasa ingin tahu pendengar dan memelihara
rasa antusiasme pendengar. Pada setiap akhir termin, simpulkan dan berikan teaser –
semacam iming-iming– bagi pendengar agar pendengar terus menyimak program
wawancara. Teaser dapat berupa hadiah atau kuis, atau topic yang lebih menarik sepert

15
misalnya, “Rahasia mengapa tokoh kita bisa tetap awet muda terus/ akan disampaikan
setelah selingan berikut…”. Dibagian ini juga biasanya pendengar dipersilahkan untuk
terhubung ke dalam kegiatan wawancara, respon dari pendengar dibuka.
c. Penutup wawancara atau Closing.
Lazimnya untuk bagian penutupan, diisi dengan kesimpulan dari pewawancara
mengenai topik yang dikupas atau pribadi yang tengah diwawancarai. Tentu saja,
penyimpulan harus relevan sesuai dengan tujuan wawancara. Jangan sampai, ketika
tujuan wawancara adalah untuk memperjelas suatu kasus tertentu, kesimpulan justru
menyinggung deskripsi kepribadian narasumber. Jika memungkinkan, berikan
kesempatan atau kepada narasumber untuk menyampaikan pesan terakhir atau
menekankan pada poin yang ingin diingat oleh pendengar. Setelah itu, baru menutup
program wawancara dengan santun, penyiar atau pewawancara mohon undur diri. Setel
Jingle program (kadang ditambah iklan sponsor), lalu acara resmi ditutup.

D. Etika Wawancara

a. Imparsial atau tidak memihak.


Beberapa literatur menyebutnya sebagai ‘independen’. Wawancara, khususnya untuk
kepentingan pemberitahuan, dilakukan demi kepentingan publik. Karena itu, posisi
pewawancara adalah mewakili publik, bukan yang lain. Jika pewawancara sampai
memihak, maka iatidak lagi bertindak demi kepentingan publik, melainkan telah
memposisikan diri sebagai public relation officernya narasumber, atau advokat bagi
lembaga yang diwakili narasumber.
b. Jujur dan objektif.
Objektif artinya wawancara dilakukan apa adanya. Objektif berarti tidak ada intervensi
pihak mana pun yang bersifat subjektif. Objektivitas berarti komitmen untuk
menyampaikan fakta (bukan opini), menempatkan diri setara dengan narasumber, dan
berada diposisi tengah dalam setiap polemik antar narasumber. Objektivitas tidak akan
tercapai tanpa kejujuran reporter/pewawancara.13
c. Santun

13
Rony, Agustino Siahaan. JURNAL MODEL PENYIARAN DAN PRESENTASI SIARAN BERITA
RADIO . WACANA Volume XV No. 3. September 2016

16
Dalam dialog apapun tidak akan berlangsung dengan baik apabila salah satu pihak
menjadi penekan atau penindas bagi yang lain. Kesantunan adalah kunci untuk
berkomunikasi dengan siapa pun, di manapun. Bahkan ketika narasumber tidak santun
sekalipun, maka tak ada alasan bagi reporter/pewawancara untuk membalasnya dengan
bersikap tidak santun. Kesantunan bukan saja memberikan citra positif bagi diri secara
personal namun juga berdampak positif bagi radio nya. Orang santun akan tahu
bagaimana harus menjaga kata-kata dan sikap, sementara orang yang tidak santun
mudah dinilai atau dituduh ‘bodoh’, ‘tidak intelek’, dan ‘kampungan’.
d. Menghargai hak-hak narasumber
Seberapa penting pun informasi yang harus didapatkan dari narasumber, tetap saja
bahwa pewawancara/reporter bukan penguasa atau raja yang dapat memaksa interogasi.
Selalu ingat bahwa ada beberapa hak dari narasumber yang harus dihormati.14

14
Santi Indra, Jurnalisme Radio, Bandung: Simbiosa Rekatam Media, 2013, h. 135

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawancara Radio/ Wawancara Interaktif adalah sebuah dialog atau perbincangan
atau percakapan yang dilakukan pada sebuah acara di radio antara pembawa acara dengan
pendengar melalui sambungan telepon. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang akurat dari orang yang berhak memberikan keterangan (narasumber) atas
suatu gejala sosial atau suatu topik pembicaraan. Kegiatan wawancara dilakukan dengan
persiapan yang matang dan memiliki tujuan tertentu. Tujuan wawancara penting untuk
dirumuskan karena menentukan keberhasilan wawancara itu sendiri. Kegagalan suatu
wawancara sering didapati karena pewawancara tidak tau apa sebenarnya tujuan dari
wawancara yang dilakukan, apakah sekedar untuk konfirmasi, meminta opini, atau tujuan
lain. Untuk terwujudnya wawancara radio yang baik dan terstruktur, maka kita harus
mengetahui beberapa Jenis dan teknis wawancara untuk memproduksi wawancara radio
yang baik.
Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan menjelang dilaksanakannya
sebuah wawancara. Perlunya merencanakan pendekatan (approach) untuk suatu
wawancara dan menentukan bidang-bidang yang di minati. Harus membuat persiapan
untuk wawancara tersebut dengan cara mencari informasi mengenai orang yang akan
diwawancarai serta bidang apa yang akan dibahas Pada dasarnya, wawancara memiliki 3
bagian yaitu pembuka (opening), isi (body), dan penutup (closing). Berikut bagian-bagian
dari struktur wawancara beserta penjelasannya. Adapun Etika dalam Wawancara Imparsial
atau tidak memihak,Jujur dan objektif, Santun,Menghargai hak-hak narasumber

B. Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Penulis
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik
yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka. Penulis terima demi kesempurnaan
makalah dimasa yang akan datang

18
DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur. 2009. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung 12


Fatmawati , Amirullah, Ahmadin, 2019. Radio Suara Bersatu 2003-2018. Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Kesejarahan, volume 6 No. 1:1-13
Hasan Asy’ari, 2012.Jurnalistik Radio, Jakarta: Erlangga, , h. 59

Helena Olii, 2006.Reportase Radio, Jakarta: PT Indeks, H.45

Masduki,2006. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan penyiar. Yogyakarta:


LkiS
Morissan. 2008. Manajemen MediaPenyiaran Strategi Mengelola Radio dan
Televisi.Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup.

M. Romli Syamsul Asep, 2014. Broadcast Journalism. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Riswandi..2009. Dasar-dasar Penyiaran. Yogyakarta.Graha Ilmu. Hal 43

Rony, Agustino Siahaan. JURNAL MODEL PENYIARAN DAN PRESENTASI SIARAN


BERITA RADIO . WACANA Volume XV No. 3. September 2016

Rusnawati, Ummi, TALKSHOW RADIO SEBAGAI PROGAM FAVORIT PENDENGAR


(STUDY TERHADAP PROGAM “FRIDAY TALKSHOW” PADA RADIO SIARAN
RUMOH PMI). Jurnal Al-Bayan Vol. 23 No. 2 Juli – Desember 2017, 162 – 175

Siregar Ashadi, 2001. Menyikapi Media Penyiaran; Membaca Televisi, Melihat Radio.
Yogyajarta

Santi Indra, 2013 Jurnalisme Radio, Bandung: Simbiosa Rekatam Media, , h. 135

19

Anda mungkin juga menyukai