Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

Pola Komunikasi Reporter Dalam Mejalankan Liputan


Selama Pandemi Covid-19

Disusun oleh :
42200027 Arieska Aufarizki

42200063 Rose Zahra As

42200065 Aglianka Grajilani Putri

42200081 Alvin Bintang Adyaksa

42200136 Panca Wijaya

42200230 Risa Fitri Alifa

42200259 Judha Febriawan

42200263 Ahmad Fawaz Akbar

42200271 Muhammad Attar Affansyah

42200298 Lia Fitri Sastrawasti

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA


Jl. Dewi Sartika no. 289, RT 04/RW 05, Cawang Kec kramat Jati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia

(Telp) : 021-8010936 Web: www.bsi.ac.id

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Proposal yang berjudul Pola Komunikasi
Reporter Dalam Mejalankan Liputan Selama Pandemi Covid-19 ini tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini adalah untuk memenuhi tugas Dari
Bapak Fahmy Fotaleno, S.IP,M,I.kom pada bidang Pengantar Dunia Penyiaran.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Fahmy Fotaleno, S.IP,M,I.kom
Selaku dosen bidang Pengantar Dunia Penyiaran yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehigga kami dapat menyelesaikan Proposal ini.

Jakarta, 10 November 2020

2
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................5
2.1. Strategi Komunikasi............................................................................................................5
2.2. Komunikasi Massa..............................................................................................................7
2.3. Tugas Pokok Reporter........................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................10
METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................................10
3.1.Teori Komunikasi................................................................................................................11
BAB IV...............................................................................................................................................18
HASIL PENELITIAN....................................................................................................................18
4.1 Hasil wawancara................................................................................................................18
BAB V................................................................................................................................................22
PENUTUP......................................................................................................................................22
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................22
5.2 Saran....................................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu proses penyimpanan informasi (pesan,ide,gagasan)


dari satu pihak kepada pihak yang lain. Pada umumnya, komunikasi di lakukan
secara lisan atau verbal yang dapat di mengerti oleh keduanya. Komunikasi masih
dapat dilakukan denga menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu,
misalnya tersenyum menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini di
sebut komunikasi lisan.
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai
penerima siaran gambar beserta suara, baik itu minicrom ( hitam-putih) maupun
berwarna. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa
yunani dan vision (pengelihatan) dari bahasa latin, sehingga televisi dapat di artikan
sebagai “alat komunikasi jarak jauh sehingga menggunakan media visual/
pengelihatan”. Penemuan televise di sejajarkan dengan penemuan roda, karena
penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.
Program non-drama adalah sebuah format acara televise yang di produksi
dan diciptakan melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehisupan
sehari-hari tanpa menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan.
Non-drama bukanlah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu format –
format program acara non- drama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif
yang mengutaman unsur hiburan yang dipenuhi aksi,gaya dan musik.
Reporter adalah suatu jenis jabatan kewartawanan yang bertugas melakukan
peliputan berita di lapangan, dan melporkannya kepada publik , baik dalam bentuk
tulisan untuk media cetak atau
dalam situs berita di internet, ataupun secara lisan, bila laorannya di sampaikan
melalui media elektronik radio atau televisi.

4
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu


anatara lain :
1. Apa yang dimaksud komunikasi ?
2. Apa perbedaan komunikasi lisan dan verbal ?
3. Apa yang dimaksud televisi ?
4. Bagaimana proses program non drama ?
5. Apa keunggulan program non drama ?
6. Apa yang dimaksud reporter ?
7. Bagaimana proses reporter meliput ?
8. Apa saja persiapan reporter sebelum meliput dimasa pandemi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya :


1. Untuk mengetahui tentang komunikasi
2. Untuk mengetahui tentang perbedaan komunikasi lisan dan verbal
3. Untuk mengetahui tentang televisi
4. Untuk mengetahui tentang proses program non drama
5. Untuk mengetahui tentang keunggulan program non drama
6. Untuk mengetahui tentang reporter
7. Untuk mengetahui tentang bagaimana proses reporter meliput
8. Untuk mengetahui tentang persiapan reporter sebelum meliput dimasa
pandemi

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian diatas dapat diambil beberapa manfaat , diantaranya :


1. Dapat berkomunikasi dengan baik
2. Mengerti perbedaan komunikasi lisan dan verbal
3. Mengerti apa itu televisi
4. Mengetahui proses program non drama
5. Mengetahui beberapa keunggulan program non drama
6. Mengerti apa itu reporter
7. Mengetahui proses reporter dalam meliput
8. Mengetahui persiapan sebelum meliput dimasa pandemi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi adalah perencanaan dan pengaturan yang disusun


agar komunikasi berjalan efektif sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Tujuan umum dari komunikasi biasanya adalah membuat
komunikan memiliki makna yang sama terhadap pesan yang disampaikan
atau membuat komunikan memiliki pemikiran atau sikap seperti yang
diinginkan oleh komunikator. Dengan kata lain, tujuan komunikasi biasanya
untuk memengaruhi orang lain.
Contoh : Strategi komunikasi, adalah komunikasi yang dilakukan oleh sales
agent untuk menjual produknya. Ia dituntut untuk mampu dan terbiasa
berurusan dengan orang lain untuk meningkatkan penjualan. Strategi yang
digunakan lebih kompleks karena meliputi komunikasi verbal dan nonverbal
dengan tujuan utama memengaruhi calon pembeli.
Beberapa strategi yang biasanya digunakan adalah memperbanyak senyum
agar terlihat ramah, memberikan berbagai alasan mengapa calon pembeli
harus membeli produknya, memberikan berbagai informasi yang merujuk
pada gaya hidup calon pembeli agar calon pembeli lebih mudah untuk
sepakat. Selain itu, mereka juga biasanya menghubungkan produk yang
dijual dengan kebutuhan calon pembeli atau klien.

Langkah-Langkah Strategi Komunikasi


Ada beberapa langkah dalam menerapkan strategi komunikasi. Agar komunikasi
dapat dilakukan secara efektif. Berikut ini langkah-langkah strategi komunikasi :

 Mengenal Khalayak
Ketika akan berkomunikasi, sangat penting untuk mengetahui dengan
siapa kita berbicara. Mengapa? hal ini dikarenakan segala komponen
komunikasi yang akan kita gunakan, disesuaikan dengan khalayak yang
akan menerima pesan kita. Misalnya saja, kamu diberi kesempatan untuk
berpidato di depan anak-anak sd. Anak-anak memiliki karakteristik yang
mudah bosan, terlebih lagi jika cara penyampaiannya tidak menarik. Hal
ini bisa menjadi hambatan sehingga pesan yang akan kamu sampaikan
menjadi susah untuk diterima oleh anak-anak. selain itu, kamu juga harus

6
memilih kata-kata yang tepat agar pesan yang kamu sampaikan mudah
diterima oleh khalayakmu.

Ada tiga hal yang perlu kamu ketahui tentang karakteristik khalayak.
Pertama, kamu perlu ketahui pengetahuan khalayakmu terkait pokok
permasalahan yang akan kamu sampaikan. Kedua, kamu perlu
memikirkan media apa yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak. ketiga, perbendaharaan kata khalayakmu, agar pesan yang
disampaikan lebih mudah diterima.

 Menentukan Tujuan
Tentukan tujuan komunikasi yang kamu lakukan. Beberapa tujuan
komunikasi di antaranya untuk memberikan informasi, menyelesaikan
masalah, mengevaluasi perilaku, dan menolong orang lain. Tujuan ini
nantinya akan memengaruhi penyusunan komponen komunikasi lainnya.

 Menyusun Pesan
Setelah mengenali khalayak dan karakteristiknya serta menentukan tujuan
komunikasi, langkah selanjutnya adalah menyusun pesan. Hasil dari
pengamatanmu tentang pengetahuan dan karakteristik khalayak dijadikan
sebagai acuan untuk menyusun pesan. Memilih kata-kata apa yang
mudah dimengerti oleh khalayak. Menggunakan berbagai simbol atau
pernak-pernik untuk menarik perhatian khalayak dan lain-lain.

 Metode Dan Memilih Menetapkan Media Yang Digunakan


Setelah tiga langkah di atas telah dilakukan, maka kita baru bisa
menentukan metode dan media apa yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan. Pemilihan metode dan media ini disesuaikan
dengan karakteristik khalayak, tujuan komunikasi, dan rangkaian pesan
yang sudah disiapkan.

Misalnya saja, kamu harus mensosialisasikan pentingnya cuci tangan di


masa pandemi kepada anak sd kelas 3 dan 4. Anak-anak SD cenderung
mudah bosan dan tidak terlalu memiliki perbendaharaan kata-kata yang
banyak. Maka dari itu, kamu bisa menggunakan bahasa yang umum dan
membuat penjelasan menjadi singkat dan menarik. Informasi tentang
langkah-langkah mencuci tangan bisa dikemas dengan nyanyian agar
lebih menarik dan tidak membosankan.

7
2.2. Komunikasi Massa

Proses di mana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada


khalayak banyak (publik). Organisasi-organisasi media ini akan menyebarluaskan
pesan-pesan yang akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu
masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas
yang beragam. hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang
kuat di masyarakat.

dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan sebuah media untuk


saling bertukar informasi. cara ini dikenal dengan istilah komunikasi. melalui
komunikasi, seseorang dapat menyampaikan sebuah berita, saling bertukar
informasi, mengajukan gagasan atau ide, atau bersosialisasi dengan orang
lain. komunikasi dapat terjadi antara satu orang dengan orang lain, komunikasi
antara dua orang atau lebih, seseorang kepada sebuah organisasi atau komunitas,
bahkan komunikasi yang ditujukan langsung kepada masyarakat luas. jenis-jenis
komunikasi pun amat beragam. komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap
muka, namun saat ini sudah dapat dilakukan melalui media digital atau
online. komunikasi dapat dilakukan melalui perantara kata-kata dan kalimat,
lambang, tanda, maupun tingkah laku.sebuah informasi dapat dengan cepat
tersampaikan kepada masyarakat luas melalui sebuah media yang disebut sebagai
media massa. media massa adalah sebuah saluran atau tempat yang digunakan
sebagai sarana dalam proses komunikasi massa. beroperasi media massa pun
bermacam-macam, yang media pertama adalah massa cetak ( media cetak ) yaitu
surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan lain sebagainya. kemudian yang kedua
adalah jenis media massa elektronik ( elektronic media ) yaitu seperti radio, televisi,
dan film. serta yang ketiga adalah media online (media digital) yaitu melalui program
atau channel-channelseperti blog, situs web, maupun aplikasi-aplikasi jejaring sosial
lainnya. keuntungan penyebaran informasi melalui media massa adalah
keunggulannya dalam penyampaian informasi yang sama kepada khalayak ramai
dalam waktu relatif serentak.
Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa ( mass communication ) juga bisa disebut sebagai komunikasi
media massa ( mass media communication ). Maka dari itu, komunikasi massa jelas
berarti sebuah cara berkomunikasi atau penyampaian informasi yang dilakukan
melalui media massa ( berkomunikasi dengan media ). 

8
Ciri khas dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang melayani orang
banyak atau luas melalui perantara media massa. Jika mendengar kata massa,
maka kita dapat mengartikan dengan hal yang berkaitan dengan kata jamak, masif,
serta dalam jumlah yang sangat banyak. Defisini komunikasi massa yang paling
umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang,
dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Komunikasi massa dapat
dilakukan melalui total media massa yang ada, yaitu media cetak, media elektronik,
serta media online. Tidak ada batasan media dalam penggunaan komunikasi massa
ini.
Sebuah pesan yang disampaikan kepada satu orang, akan memiliki dampak yang
berbeda pesan tersebut disampaikan langsung kepada banyak orang di waktu yang
bersamaan. Selain manfaat waktu dan tenaga, komunikasi massa memiliki dampak
positif yang cukup besar. Komunikasi massa mampu menggerakkan sebuah massa
atau sejumlah besar orang dan komunitas untuk melakukan suatu hal yang
diharapkan melalui sebuah pesan. Komunikasi massa adalah jenis kekuatan sosial
yang mampu mengarahkan masyarakat dan organisasi media untuk mencapai
sebuah tujuan yang telah ditetapkan, seperti contoh adalah tujuan sosial.
Komunikasi massa mampu menetapkan pesan secara publik hampir bersamaan
bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi. Komunikasi massa ini
disampaikan secara terbuka kepada masyarakat heterogen yang jangkauannya
relatif lebih besar. Komunikasi massa yang berperan sebagai cara yang efektif untuk
menyampaikan informasi antara pihak yang ingin menyampaikan informasi, dengan
pihak yang ingin memberikan informasi. Baik komunikasi bagi perorangan atau
individu, komunikasi kelompok, maupun fungsi utama sebagai komunikasi bagi
masyarakat luas.

Teori Komunikasi Massa


Mengenai teori komunikasi massa, hal ini disampaikan oleh seorang tokoh yaitu
schramm. Model komunikasi massa schramm mengemukakan bahwa dalam
komunikasi massa, diperlukan tiga unsur penting yaitu sumber ( sumber ), pesan
( message ), dan sasaran ( tujuan). Schramm izin sebuah model dalam komunikasi
massa. Model adalah gambaran untuk menjelaskan dan menerapkan sebuah teori,
dan model ini bermanfaat untuk merumuskan sebuah teori yang baru. Model
komunikasi massa menurut wilbur schramm menjelaskan bahwa komunikasi adalah
interaksi antara dua orang melalui tafsiran, kode, maupun sebuah interpretasi. Model
komunikasi massa schramm adalah teori yang dapat menjelaskan sebuah model
komunikasi berdasarkan model yang tersaji dalam bentuk gambar yang mengatur
hal-hal yang penting.

2.3. Tugas Pokok Reporter

Repoter ialah salah satu jenis jabatan kewartawanan yang bertugas melakukan
peliputan berita “news gathering” dilapangan dan melaporkannya ke pada publik,

9
baik dalam bentuk tulisan untuk media cetak atau dalam situs berita di internet, atau
secara lisan bila laporannya disampaikan melalui media elektronik radio atau
televisi. Hasil kerja repoter, baik merupakan naskah tulisan ataupun lisan, umumnya
harus melalui penyutingan redaktur atau produser berita sebelum bisa disiarkan
kepada publik.
Tugas repoter yakni salah satunya mencari informasi untuk mengungkapkan suatu
kebenaran. Dalam hal ini tugas seorang repoter ialah sangat penting. Seorang
reporter sangat dibutuhkan ketika kita akan memberitakan suatu informasi kepada
khalayak. Ialah seorang yang mencari berita, tap reporter bagaimana berita itu dapat
diketahui kebenarannya.
Dari informasi yang diperoleh para reporter, lalu diolah menjadi sebuah produk berita
yang layak dikonsumsi khalayak. Dumber dari segala berita berasal dari masyarakat
yang kemudian dikumpulkan, dihimpun dan dirangkum menjadi satu oleh reporter
yang kemudian disebarluaskan kembail ke masyarakat. Tanpa disadari reporter
ialah penghubung antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain,
dengan memberikan berbagai informasi yang bermanfaat.

 Proses Pembuatan Berita

Berikut Ini Merupakan Tahapan Proses Pembuatan Berita.


1. Mencari Informasi Awal Tentang Kejadian Yang Bernilai Berita
Informasi awal dapat diperoleh dari berbagai sumber. Media massa (koran
harian, internet, radio, televisi) adalah salah satu sumber informasi yang
terus mengalir tak pernah henti. Bisa pula dari berbagai sumber personal,
seperti pimpinan lembaga, atau kolega (kenalan) yang bekerja untuk suatu
perusahaan dan memiliki cukup informasi tentang perusahaan/ lembaga
tersebut.
contoh kejadian:
Rapat anggaran DPRD, wisuda perguruan tinggi swasta, peresmian
cabang baru Bank Syari’ah, lomba ilmiah remaja, seminar kebebasan
pers/ berekspresi, peringatan Hari Bumi, pelatihan khusus BUMN
2. Memastikan Kejadian/ Peristiwa Yang Akan Diliput/ Dicari Informasinya
Melakukan konfirmasi berarti mengecek kepastian. Baik kepastian jadi
tidaknya acara, kepastian partisipan/ peserta, penyelenggara, pihak/
pejabat yang akan membuka acara, rangkaian berserta waktu/ lamanya
acara, aturan atau tata tertib peliputan (jika ada). Dengan demikian,
reporter dapat mempersiapkan segala sesuatu. Baik fisik, mental,
peralatan, maupun tim peliput.
3. Mendokumentasikan Seluruh Informasi Yang Didapatkan

10
Informasi yang didapatkan setelah peliputan perlu dikumpulkan, disatukan,
‘ditabung’ sehingga siap untuk diolah lebih lanjut menjadi berita. Informasi
dapat berupa, keterangan tentang 5w+1h, foto-foto dokumentasi, press
release, profil lembaga, pidato, pernyataantertulis, komentar (wawancara)
dua-tiga narasumber, dan kesaksian saksi mata.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Teori Komunikasi

Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk


alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan
Dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang
hendak dibuat. Melalui penulisan ini pejelasan tentang beberapa teori komunikasi
akan dibuat.Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara tidak langsung dalam
bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah
perkembangan dari beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi komunikasi,
perindustrian dan politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi,
telefon, setelit, rangkaian komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui
apakah kesan perkembangan teknologi komunikasi terhadap individu, masyarakat
dan penduduk disebuah negara. Perkembangan politik dunia, memperlihatkah
bagaimana kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan propaganda dan
pendapat umum.
Seterusnya perkembangan perindustrian seperti perminyakan dan
perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan
organisasi tersebut. Aspek kedua ialah dari sudut kajian di mana para pelajar
berminat untuk mengkaji bidang-bidang yang berkaitan dengan komunikasi seperti
mereka yang dari bidang psikologi sosial mengkaji penggunaan teknologi baru
terhadap kesan tayangan animasi kepada anak-anak, propaganda dan dinamik
kelompok. penjelasan atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang
mampu mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya
kajian awal penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20 tertuju
kepada memenuhi keinginan sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi
dengan lebih dekat setelah pengiklanan menunjukan kepentingannya. Oleh karena
itu, bidang komunikasi mengambil langkah dan maju kedepan setelah berlakunya
pengembangan dari sudut teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia serta
kajian-kajian yang telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi bidang
pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang

11
menjadi asas kepada bidang komunikasi ialah bidang-bidang sains sosial seperti
sosiologi, pendidikan, psikologi sosial, pengurusan, antropologi dan psikologi.

Berikut adalah beberapa teori komunikasi massa beserta penjelasannya.


1. Teori Pengaturan Agenda (Agenda Setting Theory)
Teori pengaturan agenda merupakan salah satu teori yang menjelaskan efek
kumulatif media. Beberapa tokoh yang merumuskan teori ini adalah Bernard
Cohen, Maxwell McCombs, dan Donald Shaw. Teori pengaturan media
menggambarkan kekuatan pengaruh media. Inti dari teori pengaturan media adalah
pembentukan kepedulian dan perhatian publik terhadap beberapa isu yang
ditampilkan oleh media berita.

Terdapat dua asumsi dasar yang mendasari sebagian besar penelitian mengenai
pengaturan media yaitu bahwa pers dan media tidak merefleksikan kenyataan yang
sebenarnya setelah dilakukan penyaringan, dan konsentrasi media terhadap
beberapa isu dan subyek mengajak publik untuk menerima isu tersebut lebih penting
daripada isu lainnya.
2. Teori Sistem Ketergantungan Media (Media Systems Dependency
Theoryatau Dependency Theory)
Teori ini menyatakan bahwa media bergantung pada konteks sosial dan pertama kali
dirumuskan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur (1976). Mereka
memandang bahwa bertemunya media dengan khalayak didasarkan atas tiga
perspektif, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan
perspektif hubungan sosial (Rakhmat, 2001 : 203)
Asumsi teori ini memandang bahwa dependensi relatif khalayak terhadap sumber
media massa jika dibandingkan dengan sumber informasi lainnya merupakan suatu
variabel yang harus ditentukan secara empiris. Semakin besar kadar dependensi
khalayak terhadap media massa dilihat dari segi perolehan informasi dan semakin
tinggi kadar kritis serta ketidakstabilan masyarakat, maka akan semakin besar pula
kekuasaan yang dapat dimiliki oleh media (atau kekuasaan yang dikaitkan dengan
peranannya) (McQuail, 1987 : 84-85).

12
3. Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory)
Teori yang diperkenalkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974) menggambarkan
hubungan efek media terhadap pembentukan opini publik dan pola perilaku
demokratis. Frasa “spiral of silence” mengacu pada bagaimana orang-orang yang
cenderung untuk tetap diam ketika mereka merasa pandangannya merupakan
minoritas. Setiap individu yang melihat opininya sendiri diterima akan
mengekspresikannya. Sementara itu, mereka yang berpikir dirinya sebagai minoritas
akan menekan pandangannya. Para innovator dan agen perubahan tidak takut
dalam menyuarakan pendapat yang berbeda sebagaimana mereka tidak takut
terhadap isolasi.

4. Teori Kesenjangan Pengetahuan (Knowledge Gap Theory) Teori ini pertama kali
dikenalkan oleh Phillip Tichenor, George Donohue, dan Clarice Olien. Teori ini
menyatakan bahwa bertambahnya jumlah informasi mengenai suatu topik
mengakibatkan bertambahnya pula kesenjangan pengetahuan antara mereka yang
mengetahui lebih banyak dan mereka yang mengetahui lebih sedikit.
Teori kesenjangan pengetahuan dapat membantu menjelaskan berbagai penelitian
yang menitikberatkan pada opini publik. Kesenjangan pengetahuan dapat
menghasilkan bertambahnya kesenjangan antara orang-orang yang memiliki status
sosioekonomi yang rendah dan orang-orang yang memiliki startus sosioekonomi
yang tinggi.
Kemudian, memperbaiki kehidupan orang-orang dengan informasi melalui media
massa tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan karena
menemui berbagai hambatan-hambatan komunikasi. Media massa mungkin saja
memberikan efek memperbesar perbedaan kesenjangan diantara anggota kelas
sosial.

Terdapat lima alasan untuk menjustifikasi terjadinya kesenjangan pengetahuan


sebagaimana yang diutarakan oleh Tichenor, Donohue, dan Olien (1970) yaitu
bahwa orang-orang dengan tingkat sosioekonomi yang lebih tinggi :

1. Memiliki keterampilan komunikasi, pendidikan, kemampuan membaca,


kemampuan mengingat informasi yang lebih baik.

2. Dapat menyimpan informasi secara lebih mudah atau mengingat topik


berdasarkan latar belakang pengetahuan.

13
3. Memiliki konteks sosial yang lebih relevan.

4. Lebih baik dalam melakukan terpaan selektif, penerimaan, dan retensi.

5. Lebih mudah menjangkau media massa.

5. Teori Imperialisme Budaya (Cultural Imperialism Theory)


Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (1987 : 99 -100), teori ini
berasal dari teori sekaligus bukti awal mengenai peran media dalam pembangunan
nasional. Teori ini berpandangan bahwa media dapat membantu modernisasi
dengan memperkenalkan nilai-nilai barat dilakukan dengan mengorbankan nilai-nilai
tradisional dan hilangnya keaslian budaya lokal.

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa nilai-nilai yang diperkenalkan itu


adalah nilai-nilai kapitalisme dan karenanya proses imperialistis serta dilakukan
secara sengaja, atau disadari dan sistematis, yang menempatkan Negara yang
sedang berkembang dan lebih kecil di bawah kepentingan kekuasaan kapitalis yang
lebih dominan.
6. Teori Studi Kultural Kritis (Critical Cultural Studies Theories)
Teori ini menitikberatkan pada peran sosial media massa dan bagaimana media
dapat digunakan untuk mendefinisikan hubungan kekuasaan diantara beragam
subkultur dan menjaga status quo. Para ahli meneliti bagaimana media
berhubungan dengan berbagai masalah seperti ideologi, ras, kelas sosial, dan
gender.
Kemudian,  media tidak hanya dilihat sebagai sebuah refleksi budaya tapi juga
sebagai produser budaya mereka sendiri. Penekanannya adalah pada bagaimana
struktur sosial dan politik mempengaruhi komunikasi bermedia dan bagaimana
dampak hubungan kekuasaan dalam menjaga atau mendukung kekuasaan tersebut
dalam masyarakat.
7. Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory)
Teori sosial kognitif dibangun pertama kali oleh seorang psikolog Albert
Bandurasekitar tahun 1960an. Teori ini menitikberatkan pada bagaimana dan
mengapa orang-orang cenderung untuk meniru apa yang dilihat melalui media.Ini
adalah teori yang fokus pada kapasitas kita untuk belajar dengan mengalaminya
secara langsung. Proses belajar melalui pengamatan ini bergantung pada sejumlah
faktor, yaitu kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat,
mengidentifikasi karakter bermedia, dan berbagai hal yang membimbing kepada

14
proses pemodelan perilaku. Teori sosial kognitif adalah salah satu teori yang paling
sering digunakan untuk meneliti media dan komunikasi massa.
8. Teori Pengembangan (Cultivation Theory)
Teori pengembangan adalah suatu pendekatan yang dibangun oleh
Profesor George Gerbner. Ia memulai proyek penelitian mengenai indikator-indikator
budaya pada pertengahan tahun 1960an. Penelitian ini untuk mengkaji apakah dan
bagaimana menonton televisi dapat mempengaruhi ide atau gagasan pemirsa
mengenai dunia. Berdasarkan pendapat para peneliti, televisi adalah pendongeng
utama di dalam masyarakat masa kini. Selain itu, televisi juga telah menjadi sumber
utama sosialisasi bagi masyarakat. Televisi juga menampilkan sebuah mainstream
atau pandangan yang seragam mengenai dunia saat ini. Selain itu, terdapat
beberapa tema yang secara konsisten diangkat ke layar televisi yaitu kekerasaan,
peran gender secara stereotype, dan berbagai macam program virtual lainnya.
Semakin sering seseorang menonton televisi maka akan ia akan semakin percaya
bahwa bahwa kenyataan yang ada dalam tayangan televisi sama dengan kenyataan
yang ada dalam kehidupan nyata. Karenanya, pemirsa kelas berat akan merasa
bahwa dunia tempat ia tinggal adalah tempat yang paling berbahaya.
9. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory)
Teori ini yang digagas oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch muncul
sebagai reaksi terhadap penelitian komunikasi massa tradisional yang menekankan
pada pengirim dan pesan. Teori penggunaan dan kepuasaan menekankan pada
khalayak yang aktif dalam menggunakan media massa. Yang menjadi poin utama
teori penggunan dan kepuasan adalah orientasi psikologis dalam memenuhi
kebutuhan, motivasi, dan kepuasan pengguna media massa.
Asumsi teori penggunaan dan kepuasaan adalah menjelaskan penggunaan serta
fungsi media bagi individu, kelompok, dan masyarakat secara umum. Terdapat tiga
tujuan dalam mengembangkan teori penggunaan dan kepuasan yaitu:

 Menjelaskan bagaimana masing-masing individu menggunakan komunikasi


massa untuk memuaskan kebutuhannya,

 Menemukan hal-hal yang mendasari motivasi penggunaan media dari


masing-masing individu,

 Mengidentifikasi konsekuensi positif maupun negatif dari penggunaan media


oleh masing-masing individu.

15
 Inti dari teori penggunaan dan kepuasan terletak pada asumsi anggota
khalayak secara aktif mencari media massa untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing individu.

10. Teori Media (Medium Theory)


Marshall McLuhan dan Harold Innis adalah dua orang peneliti yang seringkali
diasosiasikan dengan teori media. Teori media dicetus oleh Marshall McLuhan
(1964) yang menyatakan bahwa medium is the message atau media adalah pesan.
Pernyataan ini menekankan pada bagaimana media komunikasi berbeda tidak
hanya dalam terminologi isi tetapi juga pada bagaimana mereka dibangun dan
disalurkan melalui pikiran dan rasa. Ia membedakan media dengan proses kognitif.
Ide McLuhan yang paling terkenal adalah saluran sebagai kekuatan dominan yang
harus dipahami untuk mengetahui bagaimana media mempengaruhi masyarakat
dan budaya.
Teori media menitikberatkan pada karaketristik media itu sendiri lebih dari sekedar
apa yang dikirimkan atau bagaimana suatu informasi diterima. Dalam teori media,
sebuah media tidaklah sesederhana sebuah surat kabar, internet sebagai media
informasi, kamera digital dan sebagainya. Lebih dari itu, media merupakan
lingkungan simbolis dari beberapa tindakan komunikatif.
Di sisi lain, media sebagai bagian dari pesan apapun yang dikirimkan, memiliki
dampak bagi setiap individu dan masyarakat. Tesis McLuhan menyatakan bahwa
orang-orang beradaptasi terhadap lingkungannya melalui berbagai macam
keseimbangan atau rasio indrawi, dan media saat ini utamanya membawa sebuah
rasio inderawi yang mempengaruhi persepsi.
11. Teori Kekayaan Media (Media Richness Theory)
Teori yang dianggap sangat mempengaruhi teori media paling tidak untuk media
baru adalah teori kekayaan media yang dicetuskan oleh Richard Daftdan Robert
Lengel dalam sebuah artikel tahun 1986. Teori kekayaan media didasarkan pada
teori kontingensi dan teori proses informasi yang dicetuskan oleh Galbraith (1977).

Dua asumsi utama dari teori kekayaan media adalah orang-orang menginginkan
dapat mengatasi ketidakpastian dalam organisasi serta keberagaman media yang

16
secara umum digunakan dalam sebuah organisasi kerja lebih baik untuk
menyelesaikan tugas dibandingkan yang lain.

Dengan menggunakan empat macam kriteria, Daft dan Lengel menyajikan hierarki
kekayaan media yang diawali dari tingkat kekayaan yang tinggi ke tingkat kekayaan
yang lebih rendah untuk mengilustrasikan kapasitas berbagai tipe media terhadap
proses komunikasi dalam organisasi. Kriteria tersebut adalah ketersediaan umpan
balik yang segera, kapasitas media untuk mentransmisikan berbagai petunjuk
seperti bahasa tubuh, intonasi suara dan infleksi, penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi, dan fokus personal terhadap media.

Komunikasi tatap muka adalah media komunikasi yang paling kaya dalam sebuah
hierarki diikuti berikutnya oleh telepon, surat elektronik, surat, catatan, memo,
laporan khusus dan flyer serta bulletin. Dilihat dari perspektif strategi manajemen,
teori kekayaan media berpendapat bahwa manajer dapat melakukan beberapa
improvisasi dalam penampilan dengan menyesuaikan karakteristik media dengan
karakteristik tugas.
12. Teori Konsistensi (Consistency Theories)
Festinger memformulasikan teori konsistensi yang membicarakan tentang
kebutuhan orang-orang untuk konsisten terhadap keyakinan dan penilaian yang
dimiliki. Dalam rangka untuk mengurangi disonansi yang dibentuk oleh inkonsistensi
dalam kepercayaan, penilaian, dan tindakan, orang akan mengekspos dirinya
dengan beragam informasi yang konsisten dengan ide dan tindakan mereka serta
menutup bentuk-bentuk komunikasi lain.

13. Teori Difusi Inovasi (Diffusion of Innovations Theory)


Teori yang digagas oleh Bryce Ryan dan Neil Gross (1943) menitikberatkan pada
proses dimana sebuah ide baru dikomunikasikan melalui beragam saluran
komunikasi diantara anggota suatu sistem sosial. Model ini menggambarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pikiran serta tindakan orang-orang serta proses
mengadopsi sebuah teknologi atau ide baru.

17
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil wawancara

Narasumber : Wilda
Pertanyaan 1 : Tantangan apa yang di hadapi sebagai reporter di era pandemi covid
19?
Jawaban Narasumber :
Ada beberapa program yang mengharuskan kita shooting di luar,ketika pandemi
masuk program ini menjadi lebih berat,lebih berat karena khawatir akan shooting di
daerah, mungkin kalau kita shooting di jakarta tidak terlalu berat tetapi kalau
shooting di kampung-kapung mereka desek-desekan kemudian warga setempat
ingin menonton shooting kita itu pasti akan bermasalah tidak ada protokol
kesehatan, orang dorong-dorongan dan itu rentan banget yang namanya penularan
dan pasti program itu bakalan didrop.

Pertanyaan 2 : Bagaimana cara anda membentuk pola komunikasi selama


pandemi?
Jawaban Narasumber :
Setiap reporter memiliki keahlian untuk mendekati narasumbernya menuntun,
biasanya bisa by phone, bisa via zoom atau whatsapp call mereka bisa melakukan
itu untuk mendapatkan informasi dari nara sumber nya,tergantung sih sebenernya
media apa tempat kita bekerja kalau saya kan di media tv jadi melakukan hal seperti
itu untuk mewawancara narasumber.

18
Pertanyaan 3: Berapa banyak berita yang di dapatkan reporter selama masa
pandemi?
Jawaban narasumber :
Sebenrya itu tidak ada perubahan yang banyak Cuma lead berita kebanyakan
megarah tentang covid walapun tidak tetap aja menyerempet ke covid misalnya
taruh lah kasus nya H-R-S tetap saja yang diliput itu covid nya jadi memang 70%,
rata rata yang di tayangkan di media, inti beritanya saja yang berubah.

Pertanyaan 4: Bagaimana cara menentukan tinggi rendah nya rating suatu program
di televisi?
Jawaban narasumber :
Kalo itu kan ada lembaganya namanya sineilsen jadi bukan kita yang meriset, kita
ada riset Cuma tidak secara keseluruhan jadi itu ada lembaganya sendiri karena ini
buat tv jadi bekerjasamanya dengan lembaga asinelsen jadi setiap hari asinelsen
akan sharing hasil reset mereka tentang rating program.

Pertanyaan 5: Di acara talk show apakah gimick itu penting?


Jawaban narasumber:
tidak semua program boleh begini misalnya breaking news tidak mungkin ada gimick
nya, kalo kamu pakai gimick nanti kamu kena masalah,misalnya ada yang
tersinggung, tapi kalau program program santai program-program yang ringan
seperti program vincent desta di program itu gimick itu penting tapi kalau program-
program berita itu tidak mungkin ada gimick jadi tergantung kamu mau punya
program seperti apa, gimick itu diletakan harus pas dan tau sasaran nya siapa?

Pertanyaan 6: Bagaimana bisa meliput berita dengan tepat waktu padahal kejadian
itu baru saja terjadi sedangkan kantor anda jauh dari tempat kejadian?
Jawaban narasumber:
Biasanya reporter punya link, biasanya ada info dari link nya mereka pasti akan
membuka link nya keteman-teman entah teman-teman dari pemadam kebakaran,
kapolres,polsek pasti akan membangun link seperti itu nanti mereka yang akan
menginfokan nanti, jadi reporter sepanjang perjalanan bisa laporan breaking news
by phone nanti sampai disana, bisa meminta gambar dari warga sekitar, sebenarnya
itu emang skillnya si reporter itu untuk mendapatkan suatu berita.
Pertanyaan 7: Selama pandemi berlangsung di mana saja reporter melakukan
wawancara?

19
Jawaban narasumber:
Biasanya di lokasi atau narasumbernya datang ke kantor tetapi kalau reporter
lapangan ya tergantung mislanya kamu reporter kriminal ya di tempat lokasi krimial,
di kantor polisi, ya sama aja gak ada yang beda Cuma cara untuk bekerja nya aja yg
berbeda misalnya make masker, seperti itu.

Pertanyaan 8 : Bagaimana rasanya bekerja di lapangan selama masa pandemi?


Jawaban narasumber:
Awalnya takut, takut deg-degan wah ke mana nih? yang terpenting sudah ikhtiar,
cuci tangan, pake masker, pake face shield, selebihnya ber do’a terus social
distancing itu perlu sih karena kan reporter dan prosduser yang bekerja di lapangan
itu yang paling rentan terkena dampak dan virus covid 19.

Pertanyaan 9: Selama masa pandemi apakah jumlah reporter lapangan di kurangi?


Jawaban narasumber:
Pasti di kurangin beberapa ada yang WFH pasti tidak full.

Narasumber : Venti
Pertanyaan 1: Kesulitan apa yang dialami reporter selama masa pandemi seperti ini
Jawaban narasumber:
selama pandemi kesulitan yang dihadapi pada saat kita ingin bertemu dengan
narasumber sejauh ini dari bulan maret ada beberapahal yang membuat kita sulit
karena beberapa dari narasumber harus memlakukan wawancara secara virtual,
jadi mislanya ketika reporter ingin bertanya tentang hal yang lebih indep atau
pertanyan yang buka pertanyaan biasa agak sedikit suah untuk bertanya seperti itu
dan agak susah bagi narasumber untuk memberikan jawaban dan yang ke daua
akses, untuk akses mau bertemu dengan mereka itu agak susah misalnya saya
melakukan peiputan di kementrian atau di istana, itu harus melaukan rapid tes atau
swap tes itus sih dua hal yang memedakan ketika ingin bertemu dengan
narasumber.

Pertanyaan 2 : bagaimana cara membentuk pola komunikasi dengan masa selama


pandemi berlangsung

20
Jawaban narasumber:
Bentuk komunikasi yang tadi disebutkan di awal baik narasumber seorang ataupun
beberapa orang, kebetulan saya dinas di kementrian ataupun kemarin seperti kasus
KPK, kita untuk tatap muka sendiri agak susah lebih kebanyakan komunikasinya.

Pertanyaan 3 : apakah ada jangka waktu pada saat melakukan reportase di


lapangan?
Jawaban narasumber:
Tergantung berita apa yang mau diliput, contoh pada saat demo kearin itu saya
harus stand by dibawah pukul 9 pagi sampai di atas pukul 17 WIB, dan itu ada shift
dari shift pagi dari jam 7 jampai jam 14 nanti ada shift pergantian dari jam 15 sampai
21.

Pertanyaan 4 : bagaimana anda meliput berita di kerimbunan masa yang sedang


berdemo?
Jawaban narasumber : selama berdemo kemarin kita tetap berjaga jarak baik dari
demonstran atau dari kepolisian tetapi media itu posisinya lebih dekat ke kepolisian
karena jika terjadi sesuatu kita berlindug ke polisi, dan tetap kita memakai masker
dan selalu membawa hand sanitaizer
Pertanyaan 5 : Bagaimana Perasaan anda ketika meliput di lapangan pada saat
pandemi seperti ini?
Jawaban narasumber : pasti tidak enak karena banyak aturan aturan yang harus
saya lakukan untuk diri saya sendiri, untuk ke kantor ataupun narasumber.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan :
kesimpulan dari wawancara ini adalah setiap pekerja mempunyai strategi masing-
masing untuk menyelesaikan suatu masalah, Seperti reporter mempunyai beberapa
strategi untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Saat pandemi berlangsung, Beberapa pekerja memiliki kendala dalam strategi
penyelesaian masalah salah satunya reporter yang harus menyelesaikan masalah
melalui via online maupun bertemu secara tatap muka, Tetapi tetap menaati protokol
kesehatan yang berlaku demi kesehatan agar tidak terpapar virus.

5.2 Saran :
Inget pesan ibu, selalu mematuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga kesehatan,
Banyak minum vitamin.

22

Anda mungkin juga menyukai