Anda di halaman 1dari 28

ESENSI KOMUNIKASI PERSUASIF

DI SUSUN OLEH:

1. HAEKAL FAUZI ( 2021160001 )


2. RAJA FIRDAUS ( 2021160015 )
3. RAJABUL ASRA ( 2021160047 )
4. DIKI AULIA FITRIANI ( 2021160017 )
5. SAFRUL RAZI ( 2021160032 )
6. TASYA WINANXDA ( 2021160029 )
7. ISNAWATI ( 2021160022 )
8. RIKA SUSANNAH ( 2021160006 )

DOSEN PEMBIBING:
RISKA FIRMANILA, S. Sos. I., M.LIt

UNIVERSITAS ISKANDAR MUDA


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Komunikasi Persuasif dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi
Perkantoran yang diberi oleh Dr. H. Suwatno M.Si dan Drs. Alit Sarino M.Si.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi
maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penyusun
mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penyusun.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

1.4 Manfaat...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

2.1 Pengertian Komunikasi Persuasif...................................................................6

2.1. Pengertian Komunikasi.........................................................................................6

2.1.2 Pengertian Persuasi................................................................................................7

2.1.3 Pengertian Komunikasi Persuasif........................................................................8

2.2 Prinsip Komunikasi Persuasif.......................................................................10

2.3 Tahap Komunikasi Persuasif........................................................................12

2.3.1 Tahap-tahap Persuasif.........................................................................................12

2.3.2 Model-model dalam Proses Persuasi.................................................................13

2.4 Teknik Komunikasi Persuasif.......................................................................16

2.5 Hambatan Komunikasi Persuasuif................................................................17

2.6 Perencanaan dan Pengembangan Pesan Persuasif........................................20

2.6.1 Perencanann Pesan Persuasif..............................................................................20

3
2.6.2 Mengembangkan Pesan Persuasif......................................................................21

2.7 Komunikasi Persuasif dalam Hubungan Masyarakat...................................22

BAB III PENUTUP.....................................................................................................24

3.1 Simpulan.......................................................................................................24

3.2 Saran.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari setiap orang tentu dipengaruhi oleh komunikasi diri


sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang tidak kita
kenal. Karena komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat kompleks, dan oleh
sebab itu banyak para ahli yang mengatakan bahawa sulit untuk didefinisikan.
Sementara itu, menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Suranto A. W (2005, p.
15), bahwa komunikasi ialah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang
dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.

Komunikasi dapat ditentukan berhasil atau tidaknya tergantung bagaimana


komunikator dapat mempengaruhi komunikan, sehingga komunikan dapat bersikap
dan perilaku atau bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
Namun, permasalahannya adalah komunikator sangat perlu mengetahui pesan, dan
saluran yang bagaimana yang dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan.

Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu


komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikan, sehingga
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K.
Andeerson (Mulyana, 2005, p. 115) komunikasi persuasif didefinisikan sebagai
perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau
perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Mengingat
pentingnya peran komunikasi persuasif dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
dalam suatu organisasi, maka disusunlah makalah ini untuk menambah wawasan
mengenai komunikasi persuasif.

5
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa pengertian komunikasi persuasif?


b. Bagaimana prinsip komunikasi persuasif?
c. Bagaimana tahap atau proses komunikasi persuasif?
d. Bagaimana teknik komunikasi persuasif?
e. Bagaimana perencanaan dan pengembangan penulisan pesan persuasuif?
f. Bagaimana hambatan komunikasi persuasif?
g. Bagaimana komuikasi persuasif dalam Hubungan Masyarakat?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi persuasif.


b. Untuk mengetahui pengertian komunikasi persuasif.
c. Untuk mengetahui tahap atau proses komunikasi persuasif.
d. Untuk mengetahui teknik-teknik komunikasi persuasif.
e. Untuk perencanaan dan pengembangan penulisan pesan persuasuif.
f. Untuk mengetahui hambatan komunikasi.
g. Untuk mengetahui komuikasi persuasif dalam Hubungan Masyarakat.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan atau
pengetahuan dalam Komunikasi mengenai Komunikasi Persuasi, dan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi tambahan dalam pembelajaran khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Persuasif

2.1.1 Pengertian Komunikasi


Edward Depari mengemukakan pendapatnya bahwa komunikasi
adalah penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui
lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Kemudian hal ini ditegaskan oleh Everett
M. Rogers yang dikutip oleh Suranto A. W (2005, p. 15), bahwa komunikasi
ialah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari
sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Dalam buku Teori Komunikasi (Littlejohn & Foss, 2009, p. 4),
komunikasai adalah sebuah sistem (misalnya telepon atau telegraf) untuk
menyampaikan informasi dan perintah.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian suatu informasi, baik berupa pesan, simbol,
ide atau gagasan yang dilakukan oleh komunikator atau pengirim pesan
kepada komunikan atau penerima pesan.

Dari pengertian komunikasi yang telah diuraikan di atas, terdapat


beberapa unsur yang menjadi prasyarat terjadinya suatu komunikasi. Adapun
unsur-unsur komunikasi menurut H. A. W. Widjaja dalam sebuah skripsi
(Karlinda D., 2013) adalah sebagai berikut.

1) Sumber (Source)
Sumber dasar yang digunakan dalam rangka penyampaian pesan, yang
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat
berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.

7
2) Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti radio, surat kabar dan lain
sebagainya. Dalam penyampaian pesan terkadang komunikator dapat
menjadi komunikan dan begitu pula sebagainya.
3) Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu
personal, kelompok dan massa.
4) Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai
perintah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan.
5) Saluran (Channel) atau media
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui panca indera atau menggunakan media.
6) Hasil (Effect)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah
laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Jadi apabila sikap
atau tingkah laku orang lain tersebut sesuai dengan keinginan kita, berarti
komunikasi dapat dikatakan berhasil demikian pula sebaliknya.

2.1.2 Pengertian Persuasi


Persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi manusia dengan
memanfaatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis
dari komunikan yang hendak dipengaruhi (Devito, 2010, p. 387).

Persuasion is the act of convincing someone, through communication


to change a particular believe, attitude, or behaviour. (Adler & Rodman,
1995, p. 350). Sedangkan Ronald L. Applbaum dan Karl W.E. Anatol

8
(Littlejohn & Foss, 2009, p. 12), mendifinisikan Persuasi sebagai ”complex
process of communication by which one individual or group a specific
response from another individual or group” (Persuasi adalah proses
komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan
pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui cara-cara verbal dan non verbal
untuk memperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain).

Persuasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang mengubah


sikap, opini, dan perilaku. Karena persuasi merupakan suatu proses, maka
persuasi akan berhasil jika dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan
dengan seluruh komponen komunikasi mulai dari komunikator, pesan,
saluran, hingga komunikan. Setiap bagian yang ikut andil di dalamnya
merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dihilangkan salah
satunya. Pesan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam
proses persuasi, karena untuk membuat komunikan terpersuasi dengan baik,
komunikan harus dapat memahami dengan baik mengenai pesan yang
disampaikan persuader atau komunikator. Dengan kata lain, tingkat
pengetahuan komunikan berperan sebagai kontrol atas komunikasi persuasi.

2.1.3 Pengertian Komunikasi Persuasif


H. A. W. Widjaja dalam bukunya (Widjaja, 2010, p. 66)
mengungkapkan pengertian komunikasi persuasif sebagai berikut:
Komunikasi persuasif berasal dari istilah persuation (Inggris). Sedangkan
istilah persuasion itu sendiri diturunkan dari bahasa Latin "persuasio", kata
kerjanya adalah to persuade, yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu,
meyakinkan dan sebagainya.

Yangdimaksud dengan komunikasi persuasif adalah komunikasi yang


bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan

9
perilaku seseorang melalui penggunaan pesan sehingga bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

Pada dasarnya komunikasi persuasi bertujuan menguatkan atau


mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat, dan
himbauan motivasional harus bersifat memperkuat tujuan persuasifnya. Kita
perlu memahami kemampuan melakukan kominikasi persuasif dengan
membayangkan bagaimana hidup kita tanpa kemampuan untuk mempanguri
atau membujuk orang lain.

Salah satu contoh dari implementasi komunikasi persuasif adalah di


dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam kegiatan mengajar, seorang
guru melakukan komunikasi dengan teknik persuasi agar setiap materi yang
disampaikan kepada peserta didik mampu dimengerti dan mengakibatkan
perubahan sikap, pendapat, dan perilaku peserta didik.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keefektivan komunikasi


persuasif, yaitu sebagai berikut.

1) Kejelasan tujuan

Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat,


atau perilaku sasaran persuasi atau komunikan. Apabila bertujuan untuk
mengubah sikap maka persuader atau komunikan, maka proses persuasi
harus berkaitan dengan aspek afektif. Jika akan bertujuan mengubah
pendapat sasaran persuasi atau komunikan, maka proses persuasi harus
berkaitan dengan aspek kognitif. Sedangkan mengubah perilaku sasaran
persuasi atau komunikan, maka proses persuasi harus berkaitan dengan
aspek motorik.

10
2) Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi

Sasaran persuasi atau komunikan memiliki berbagai keragaman yang


cukup kompleks. Keragaman tersebut dapat dilihat dari karakteristik
demografis, jenis kelamin, level pekerjaan, suku bangsa, hingga gaya
hidup. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi persuasif sebaiknya
persuader mempelajari dan menelusuri aspek-aspek keragaman sasaran
persuasi terlebih dahulu. Dengan demikian persuader dapat dengan mudah
menyampaikan pesan persuasi dan menghadapi atau mengatasi berbagai
macam respon yang diberikan oleh sasaran persuader.

3) Memilih strategi komunikasi yang tepat

Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara


perencanaan komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi. Hal
yang perlu diperhatikan menetukan strategi seperti siapa sasaran persuasi,
tempat dan waktu pelaksanaan komunikasi persuasi, pesan apa yang harus
disampaikan, hingga mengapa pesan harus disampaikan.

2.2 Prinsip Komunikasi Persuasif

Terdapat empat prinsip utama yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi


persuasif. Prinsip tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan
mengubah sikap, kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk berbuat sesuatu
sesuai yang dikehendaki persuader.

Menurut Littlejohn dan Jabusch mengungkapkan bahwa prinsip persuasif


terdiri dari:

1. Prinsip Pemaparan Selektif


Prinsip ini menerangkan bahwa para pendengar (seluruh khalayak) mengikuti
hukum pemaparan selektif. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian.

11
a. Pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini,
kepercayaan, nilai, keputusan dan perilaku mereka.
b. Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan
opini, kepercayaan, sikap, nilai dan perilaku mereka yang sekarang.
2. Prinsip Partisipasi Khalayak
Khalayak yang dimaksudkan disini adalah sasaran persuasi atau komunikan.
Komunikasi persuasif akan lebih efektif apabila khalayak turut berpartisipasi
dalam proses komunikasi. Persuasi bersifat transaksional dimana pembicara dan
pendengar saling terlibat. Dengan demikian, komunikasi persuasif dapat
dikatakan berhasil apabila pesan persuasif yang disampaikan oleh persuader
mendapatkan berbagai respon positif dari sasaran persuasi, kemudian persuader
dapat melayani respon-respon tersebut sehingga akan terjadi interaksi yang
melibatkan kedua belah pihak karena adanya partisipasi aktif dari khalayak.
3. Prinsip Inokulasi
Prinsip ini berbicara tentang menghadapi sasaran persuasi yang terinokulasi
sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah menyiapkan senjata
berupa argumen untuk menentangnya (persuader). Sasaran persuasi memiliki
berbagai macam karakter yang berbeda-beda. Dengan kata lain , persuader
memiliki kemungkinan besar menghadapi khalayak yang terinokulasi baik secara
disengaja ataupun tidak. Apabila seoarang persuader menghadapi sasaran persuasi
yang terinokulasi, maka persuader memerlukan persiapan yang matang, seperti
beberapa argumen yang dapat membalas atau menjawab argumen dari sasaran
persasi yang bersifat menentang dalam proses komunikasi yang akan dilakukan.

4. Prinsip Besaran Perubahan


Prinsip ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting perubahan
yang diinginkan persuader, maka semakin besar tantangan dan tugas persuader
untuk mencapai tujuan persuasi, yaitu mengubah sikap, opini, atau perilaku
sasaran persuasi. Sehingga persuasi diarahkan untuk melakukan perubahan kecil

12
atau sedikit demi sedikit terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup
lama.

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa keberhasilan komunikator dalam mengubah sikap dan dalam
mengajak komunikan untuk berbuat sesuatu akan bergantung pada pemanfaatan
prinsip-prinsip persuasif. Oleh sebab itu, dalam melakukan komunikasi persuasif
seorang komunikator atau persuader perlu memahami dengan baik dan
mengimplementasikan semua prinsip-prinsip komunikasi persuasif.

Dengan demikian, komunikator dapat menentukan strategi-strategi yang akan


digunakan untuk menghadapi sasaran persuasi sebagai komunikan dengan baik ketika
proses komunikasi persiasi berlangsung, karena prinsip-prinsip tersebut berperan
sangat penting bagi berlangsungnya interaksi komunikasi demi tercapainya tujuan
komunikasi persuasif yang efektif.

2.3 Tahap Komunikasi Persuasif

2.3.1 Tahap-tahap Persuasif

Menurut (Forsyth, 1993) tahap komunikasi di bagi menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Permulaan, saat kita bermaksud untuk meneruskan


Sikap pendengar saat komunikasi dimulai akan berbeda-beda, mulai dari yang
ramah sampai menunjukan kebencian. Dengan mengingat tahap-tahap
pengambilan keputusan seperti telah disebutkan sebelumnya, ada 2 tujuan penting
yang harus kita ketahui dulu:
 Membuat lawan bicara merasa penting dan menciptakan hubungan yang tepat.
 Mencari tahu (jika belum jelas ) apa hubungannya.

13
2. Memaparkan ide secara persuasive

Di dalam memaparkan ide secara persuasive terdiri atas 3 point, yang


berarti harus menganggap ide itu menarik, meyakinkan dan dapat dimengerti.
Sebagai tambahannya, jika ingin meyakinkan bahwa seseorang menganggap ide
itu menarik, meyakinkan dan dapat dipahami, berarti dperlukan umpan balikyang
memastikan hal ini. Karena sebuah pencapaian pengertian bisa dianggap sebagai
dasar proses, maka akan sangat sukur untuk membujuk sesorang untuk melakukan
tindakan yang tidak mereka pahami.

a. Menjadikan ide-ide dapat dipahami


b. Menjadikan ide menarik
c. Menjadikan ide meyakinkan
3. Menangani bantahan
4. Keputusan untuk bertindak

Komunikasi persuasif dilakukan dengan menggunakan cara-cara halus dan


manusiawi sehingga komunikan dapat menerima dan melaksanakan dengan sukarela
sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, seorang guru dalam
berkomunikasi harus menggunakan cara-cara yang luwes dengan pendekatan
kemanusiaan. Untuk keberhasilan komunikasi persuasif terdapat tahap-tahap yang
harus diperhatikan. Hal ini ditegaskan Onong U. Effendi (Effendy, Dinamika
Komunikasi, 2008, p. 25) yang mengatakan bahwa: Tahapan tersebut dikenal dengan
A-A procedure atau from attention to action procedure melalui formula AIDDA
singkatan dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision
(keputusan), dan Action (tindakan).

2.3.2 Model-model dalam Proses Persuasi


Model berfungsi untuk menyederhanakan realitas sosial dan alam yang
kompleks. Selain itu, ia juga, berfungsi sebagai alat pelajaran dan pengingat yang
efektif, membentuk hubungan yang baru, membantu dalam menelaah berbagai

14
persoalan yang kita hadapi, menemukan sesuatu dengan cara-cara yang baru, alat
kerangka berpikir dalam penelitian, menolong dalam mengantisipasi berbagai
kesulitan dan masalah pekerjaan, serta berbagai urusan yang kita hadapi. Pada
umumnya dikenal dua model proses persuasi.

Penting sekali untuk mengetahui cara berlangsungnya proses persuasi. Pada


umumnya dalam proses persuasi dikenal dua model proses persuasi.
1. Model Psikodinamik
Model pertama dari proses persuasi disebut model psikodinamik. Model
ini didasarkan pada teori perbedaan-perbedaan individu dalam pengaruh
komunikasi massa. Menurut model ini, pesan-pesan komunikasi akan efektif
dalam persuasi apabila memiliki kemampuan psikologis mengubah minat atau
perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu dengan
cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan
komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator. Dengan kata lain, kunci
keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologis
internal individu sehingga hubungan psikodinamik antara proses internal yang
laten (motivasi, sikap, dan lain-lain) dengan prilaku yang diwujudkan
sesuaikan dengan kehendak komunikator. Contoh yang umum adalah
kampanye melalui media massa yang bertujuan untuk mengurangi
diskriminasi rasial (perilaku yang jelas) dengan mencoba untuk mengurangi
prasangka-prasangka rasial (proses psikologis).
2. Model sosial budaya
Model sosial budaya dalam proses persuasi didasarkan pada anggapan
bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat digunakan untuk mengarahkan
individu agar menerima gejala yang telah didukung kelompok. Hal itu sebagai
dasar individu untuk bertindak. Model sosial budaya dalam proses persuasi dapat
digambarkan sebagai berikut :

15
Membentuk
Batasan (batasan batasan (definisi)
Menghasilkan
Pesan yang kembali) proses untuk perilaku
perubahan
persuasif sosial budaya sosial bagi
perilaku
kelompok anggota
kelompok

Masih banyak cara yang dapat ditempuh dalam rangka proses persuasi. Model
psikodinamik maupun sosial budaya dapat dikaitkan dengan teori-teori yang
berhubungan dengan pengaruh komunikasi sehingga dalam mengukur pengaruh
tersebut variabel-variabel yang berhubungan dengan model persuasi ikut
diperhitungkan.

Adapun Model proses persuasi terbaru berakar pada model respon kognitif
Greenwald. Model Greenwald, yang menyebutkan bahwa perubahan sikap
dimediasikan oleh pemikiran-pemikiran yang terjadi di benak penerima pesan,
berkembang dari ketidakpuasan Greenwald terhadap pendapat Hovland bahwa
semuaperubahan sikap berdasarkan pada pembelajaran. Greenwald berpendapat
bahwa daya tahan sebuah pesan dan penerima sebuah pesan adalah dua hal berbeda-
seseorang dapat mempelajari dalam sebuah pesan tanpa mengalami perubahan sikap.
Dia mengemukakan bahwa dalam kasus persuasi tertentu penerima pesan
mempertimbangkannya, menghubungkannya dengan sikap-sikap, pengetahuan, dan
perasaan yang ada. Dalam melakukan hal itu, penerima pesan mngulang-ngulang
materi kognitif yang telah tersimpan. Model Greenwald menyebutkan bahwa respon
kognitif terhadap sebuah pesan persuasif itu merupakan sebuah bagian penting proses
presuasi yang seharusnya tidak diabaikan.

16
2.4 Teknik Komunikasi Persuasif

Dalam buku (Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, 2007, pp. 23-24)
Teknik komunikasi persuasif merupakan suatu teknik komunikasi yang dilakukan
agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan , melakukan suatu
perbuatan atau kegiatan dan lain sebagainya.

Teknik ini berlangsung dengan personal contact yang memungkinkan


komunikator mengetahui, memahami dan menguasai. Terdapat beberapa teknik
komunikasi persuasif, yaitu:

1. Teknik Asosiasi

Teknik ini merupakan teknik yang menyajikan pesan dengan cara


menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian
khalayak. Teknik ini secara umum sering dilakukan oleh kalangan pebisnis atau para
politikus. Popularitas figur-figur tertentu dimanfaatkan dalam kerangka pencapaian
tujuan-tujuan tertentu.

2. Teknik Integrasi

Teknik ini adalah menyatukan diri antara komunikator dengan komunikan.


Penggunaan kata-kata verbal yang menyatakan satu dengan komunikan. Contoh pada
penggunaan kata kita bukan kata saya atau kami. Kata kita berarti saya dan anda.Hal
ini mengandung makna bahwa yang diperjuangkan komunikator bukan kepentingan
diri sendiri melainkan juga kepentingan komunikan.

3. Teknik Ganjaran

Teknik ganjaran (pay-of technique) adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang


lain dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan
harapan tertentu. Teknik ini sering dipertentangkan dengan teknik pembangkitan rasa
takut (fear arousing technique), yakni cara-cara yang bersifat menakut-nakuti atau
menggambarkan konsekuensi yang buruk.

17
Jadi, jika pay-of technique menjanjikan ganjaran (rewarding), fear arousing
technique menunjukan hukuman (punishment).Sehingga teknik ganjaran dapat
menimbulkan kegairahan emosional, sedangkan fear arousing dapat menimbulkan
ketegangan emosional.

4. Teknik Red - Herring

Istilah red herring sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebab red herring
adalah nama ikan yang tersebar di Samudera Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal
dengan kebiasaanya dalam membuat gerak tipu daya ketika diburu oleh binatang lain
atau manusia. Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif adalah seni
komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakan
argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke
aspek yanng dikuasinya guna dijadikan senjata ampuh untuk menyerang lawan. Jadi
teknik ini digunakan komunikator ketika berada dalam posisi yang terdesak. Untuk
itu, syarat yang tidak boleh dilupakan adalah pada penguasaan materi yang
didiskusikan atau diperdebatkan.

5. Teknik Tataan

Yang dimaksudkan dengan tataan disini adalah upaya menyusun pesan


komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar, atau enak dilihat atau enak
dibaca dan orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang disarankan oleh
pesan tersebut.

Teknik tataan (icing technique) dalam kegiatan komunikasi persuasif adalah seni
menata pesan dengan imbauan-imbauan sedemikian rupa sehingga lebih dapat
menarik sasaran persuasi.

2.5 Hambatan Komunikasi Persuasuif

Masalah Persuasif

18
Tujuan utama persuasif yaitu membuat kita mengubah perilaku dan sikap kita
terhadap sesuatu. Bahwa persuasif yaitu membuat kita bertindak, persuasif acap kali
masuk kedalam kepercayaan personal kita. Untuk menghindari emosi kita yang
termanipulasi, maka penerimaan pesan persuasif kerap berusahaan untuk
meningkatkan agar pesan ini tidak diaplikasikan.
Dalam banyak kasus, kita lebih suka menonton dan mengetahui suatu berita
tanpa menggali latar belakangnya. Kita menonton dan terpengaruh oleh “permukaan
berita” namun kita tidak tahu latar belakang berita tersebut. Para pemilik media sering
membela diri bahwa all the news that’s fit to print seperti yang dilakukan oleh New
York Times yang mengklaim bahwa semua berita sesuai dengan keinginan audiens
(agenda setting). Dengan kata lian, berita yang terpilih merupakan cerita yang kita
dengar dan itulah yang bercerita tentang esensi penting yang harus kita ketahui. Inilah
yang telah memicu kontrovesi di antara para peneliti komunikasi tentang apakah
media benar-benar membuat kita berpikir dan menginginkan sesuatu, akan tetapi
secara umum ada kesepakatan baha sekurang-kurangnya media telah mempengaruhi
cara kita berfikir dan bertindak (Liliweri, 2011).

Hambatan dalam Komunikasi Persuasif

Pada umumnya, hambatan komunikasi dapat diselesaikan oleh dua faktor,


yakni faktor mekanistis komunikasi manusia dan faktor psikologis. Selain itu,
hambatan tersebut dapat diselesaikan oleh dogmatisme, stereotipe, dan pengaruh
lingkaran. Kondisi itu pun dapat pula disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dapat berupa persepsi sosial, posisi sosial, dan proses sosial,
sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan oleh faktor penguatan (reinforcement)
dan faktor harapan yang diinginkan.

Hambatan komunikasi yaitu meliputi hambatan Internal dan Hambatan


Ekternal :

19
1. Hambatan Internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya : jika seorang mengalami gangguan pendengeran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
2. Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkuungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya : suara geduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar.
3. Hambatan komunikasi secara Interaksi

Dalam pengenalan komunikasi tentu saja terjadi interaksi. Dalam interaksi


inilah biasanya terjadi hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan suatu
komunikasi tidak berhasil dengan baik. Hambatan-hambatan yang biasa
terjadi disebabkan karena adanya ketidak siapan mental, waktu, dan
psykologis seseorang. Selain itu faktor kurang percaya terhadap cerita atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator juga menjaddi penghambat dalam
interaksi berkomunikasi, dan pola akhirna proses penyampaian pesan tidak
berhasing dengan baik.

4. Hambatan komunikasi secara situasional


Dalam berkomunkasi, seorang komunikasi hendaknya memperhatikan situasi.
Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh faktor situasi. Yaitu apabila
komunikasi sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin
mendengarkan sebuah informasi atau pesan. Selain itu seorang komunikator
harus memperhatikan situasi yang berhubungan dengan kondisi seorang
komunikator.
5. Hambatan Internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis.

20
Contohnya : jika seorang mengalami gangguan pendengeran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
6. Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkuungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya : suara geduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar.
7. Hambatan komunikasi secara Interaksi

Dalam pengenalan komunikasi tentu saja terjadi interaksi. Dalam interaksi


inilah biasanya terjadi hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan suatu
komunikasi tidak berhasil dengan baik. Hambatan-hambatan yang biasa
terjadi disebabkan karena adanya ketidak siapan mental, waktu, dan
psykologis seseorang.

8. Hambatan komunikasi secara situasional

Dalam berkomunkasi, seorang komunikasi hendaknya memperhatikan situasi.


Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh faktor situasi. Yaitu apabila komunikasi
sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin mendengarkan sebuah informasi
atau pesan. Misalnya seorang komunikator hendaknya tidak menyampaikan sebuah
pesan yang bersifat mengecewakan apabila situasi komunikannya sedang tidak sehat
atau sakit

2.6 Perencanaan dan Pengembangan Pesan Persuasif

2.6.1 Perencanann Pesan Persuasif

Dalam komunikasi ada yang disebut dengan pesan persuasif. Persuasif


merupakan suatu usaha mengubah sikap, kepercayaan, atau tindakan audiens untuk
mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, persuasif yang efektif adalah kemampuan
untuk menyampaikan suatu pesan di dalam suatu cara yang membuat audiens
(pembaca atau pendengar) merasa mempunyai pilihan dan membuat mereka setuju.

21
Penyampaian pesan–pesan persuasif dapat diterapkan untuk-kepentingan internal dan
eksternal. Dengan kata lain pesan persuasif adalah pesan dimana kita harus mampu
mempengaruhi orang lain agar mau mengkuti keinginan kita.

Di dalam suatu organisasi, pesan-pesan persuasif dimaksudkan untuk menjual


ide atau gagasan kepada orang lain, memberi saran agar prosedur operasional lebih
efisien, mengumpulkan dukungan untuk suatu kegiatan tertentu dan untuk meminta
bantuandana bagi suatu pembiayaan proyek tertentu. Sedangkan untuk kepentingan
eksternal perusahaan contoh kegiatan penyampaian pesan-pesan persuasif berupa
permintaanatau informasi yang bersifat menyenangkan, atau kegiatan untuk
mendapatkan dana dan kerja sama.

Pesan-pesan persuasi bertujuan untuk :

1) Mempengaruhi audiens yang cenderung mempertahankan ide atau gagasannya.


2) Menjual ide/gagasan kepada orang lain.
3) Memberi saran agar prosedur operasional lebih efisien.
4) Mengumpulkan suatu dukungan untuk kegiatan tertentu, dan
5) Meminta bantuan dana bagi pembiayaan suatu proyek tertentu.

2.6.2 Mengembangkan Pesan Persuasif

Hal yang penting dalam menyampaikan pesan-pesan persuasif adalah


komunikator harus mampu meyakinkan audiens bahwa ide yang disampaikan dapat
dipertanggung jawabkan dan beralasan. Apakah menggunakan pendekatan
organisasional perencanaan langsung atau tidak langsung, itu bukan masalah yang
penting dalam penyampaian pesan-pesan persuasif harus mampu meyakinkan
audiens, bahwa ide yang disampaikan dapat dipertanggung jawabkan dan
beralasan.Persuasi yang efektif mencakup empat komponen penting, yaitu
menetapkan kredibilitas, membuat kerangka argumentasi audiens, menghubungkan
audiens dengan hal-hal yang logis dan memperkuat posisi dengan menggunakan
bahasa yang baik dan tepat.

22
2.7 Komunikasi Persuasif dalam Hubungan Masyarakat

Secara sadar maupun atau tidak sadar, setiap orang dalam kehidupan sehari-
harinya pasti melakukan tindakan persuasi. Istilah persuasi bersumber dari perkataan
Latin, persuasio, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Tindakan persuasi
dapat dikemas melalui komunikasi persuasif yang bertujuan membantu khalayak
membuat keputusan cerdas, berdasarkan pada informasi mengenai pesannya. Pesan
pesuasif adalah proses mengubah sikap orang atau memengaruhi tindakan mereka
yang juga bertujuan untuk membina kredibilitas, menciptakan minat, dan mendorong
keinginan dengan menekankan manfaat yang diketahui akan diperhatikan oleh
pembaca. Sementara John E. Marston dalam Modern Public Relation memberikan
definisi yang bersifat umum, yakni: “public relation adalah suatu perencanaan dengan
menggunakan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi persepsi masyarakat”
(Wahdi, 2011, hal. 106).
Melalui buku berjudul Komunikasi Persuasif, (Soemitra, 2004) mengatakan
bahwa persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara
rasional, komponen konitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang
dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Sedangkan, persuasi yang dilakukan secara
emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan
kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati
seseorang dapat digugah.
Berbagai teknik komunikasi dapat digunakan dalam berkomunikasi salah satu
di antaranya ialah dengan komunikasi persuasif. Sejalan dengan tugas yang begitu
kompleks dari kegiatan hubungan masyarakat, timbul beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian para pelaksana bidang hubungan masyarakat itu. Antara lain
ialah, bagaimana menggunakan seefektif mungkin usaha-usaha menyebarkan
gagasan-gagasan dari lembaga kepada publiknya baik internal maupun eksternal.

23
Dengan komunikasi persuasif inilah orang akan melakukan apa yang
dikehendaki oleh komunikatornya, dengan seolah-olah komunikan itu melakukan
pesan komunikasi atas kehendaknya sendiri.
Tujuan pokok dari persuasi adalah untuk mempengaruhi pikiran, perasaan
dam tingkah laku seseorang, kelompok untuk kemudian melakukan
tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Persuasi bukan sekedar untuk
membujuk dan merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi
dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis, sosiologis dari
orang yang ingin kita pengaruhi. Oleh sebab itu bagi presuarder (yang melakukan
persuasi) harus memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan keadaan khalayak
yang dihadapi.
Sebagai pegangan di dalam melakukan persuasi ialah adanya suatu kenyataan
bahwa orang dalam berhadapan dengan siaran-siaran komunikasi, baik itu berupa
suatu pesan baru yang perlu mendapatkan perhatiannya, maupun ajakan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu, akan memperhatikan dan memperhitungkan
untung ruginya bagi dirinya bila saran itu diterima atau sebaliknya ditolak.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah


atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang melalui penggunaan
pesan sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

Proses komunikasi persuasif dilakukan dengan memperhatikan beberapa


aspek diantaranya adalah prinsip yang dijadikan landasan dalam melakukan persuasi,
tahap-tahap berlangsungnya persuasi dengan menggunakan model-model dalam
proses persuasi, dan penggunaan teknik serta strategi yang tepat dalam komunikasi
persuasi. Akan tetapi proses persuasi tidak akan berhasil jika persuader tidak mampu
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi persuasi. Dengan
menerapkan aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya, maka persuader dapat
mencapai tujuan komunikasi persuasi yang efektif.

Perencanaan dan pengembangan pesan persuasif perlu dilakukan dalam


komunikasi persuasi, karena pesan persuasi merupakan unsur yang sangat berperan
penting dalam proses persuasi. Kemudian pengimplementasian komunikasi persuasi
dapat dikaitkan dengan hubungan masyarakat dalam kegiatannya yang memerlukan
adanya proses persuasi untuk mempengaruhi khalayak.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, disarankan kepada pembaca khususnya yang


berkepentingan dalam bidang komunikasi untuk lebih memahami bagaimana prinsip,
tahap, teknik, hambatan dalam komunikasi persuasif agar dapat dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam
pencapaian tujuan komunikasi persuasi yang efektif.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adler, R. B., & Rodman, G. (1995). Understanding Human Communication. New


York: The Dryden Press.

Andinita, G. (2014). Teknik Persuasi Exchange Program Youth Ambassador yang


Dilakukan oleh Organisasi AIESEC UI. Jakarta: Universitas Indonesia.

Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Indeks.

Cangara, H. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Devito, J. A. (2010). Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma


Publishing Group.

Effendy, O. U. (2008). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, O. U. (2007). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.

Forsyth, P. (1993). Komunikasi Persuasif yang Berhasil. Jakarta: Arcan.

Gumelar, H. M. (2013). Psikologi komunikasi dan Persuasi. Jakarta: Akademia


Permata.

Hudaniyah, T. D. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Karlinda, Diastu. 2013. Teknik Komunikasi Persuasif Untuk Meningkatkan Motivasi


Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK
Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Administrasi
Perkantoran Universitas Negeri Yogyakarta.

Liliweri, A. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Olii, H., & Erlita, N. (2011). Opini Publik. Jakarta: Indeks.

Purwanto, D. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Santoso, E. (2010). Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sibahudin, A. (2011). KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Slamet. (2009). Efektifitas Komunikasi dalam Dakwah Persuasif. Jurnal Dakwah. 5,


(2), 179-193.

Soemitra, S. (2004). Komunikasi Persuasif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suprapto, T. (2009). Pengertian, Teori, dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta:


Medpress.

Tankard, J. J. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Venus, M. A. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

W., S. A. (2005). Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi untuk Meningkatkan


Kinerja Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana.

Wahdi, M. (2011). Keterampilan dan Strategi Komunikasi Bisnis dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta: CAPS.

Widjaja, H. A. (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:


Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai