Oleh :
Hendro (131422069)
Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita,Nabi
Besar Muhammad Saw.Yang telah membawa cahayanya bagi umat dan alam semesta.
Serta kepada keluarganya,sahabat-sahabatnya,yang In syaa Allah Syafaat beliau sampai
kepada kita semua yang selalu menjalankan ajaran-ajarannya dengan istiqomah.Dalam
penulisan karya ilmiah ini,kami mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada
Makalah ini.Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami
harapkan demi kesempurnaan karya kami,dan semoga Makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Raymond S. Ross yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam buku Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa “Komunikasi atau Communication
dalam bahasa inggris berasal dari kata latin Communis yang beberarti membuat sama”.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu
penyampaian pesan yang bertujuan untuk membuat sama persepsi atau arti antara
komunikator dan komunikan.
Jadi dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang dipercakapkan. Menurut Carl I.Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan ecara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap.
1. Mudah
DiperolehSifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya informasi dapat
diperoleh.
2. Luas dan Lengkap
Sifat ini menunjukan lengkapnya isi informasi.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran
informasi.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannyadengan
permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah
yangsedang dihadapi.
5. Ketepatan Waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek dari pada
siklus untukmendapatkan informasi. Masukan, pengolahan, dan pelaporan
keluaran kepada para pemakai biasanya tepat waktu.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi yang bebas dari istilah-istilah
yang tidak jelas.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi
tidak hanya dengan lebih dari satu keputusan, tetapi juga dengan lebih dari
seorang pengambil keputusan.
8. Dapat Dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji
keluaraninformasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak Ada Prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubahinformasi
guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat Diukur
Sifat ini menunjukan hakekat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi
formal.Pada kenyataannya nilai informasi tidak mudah untuk dinyatakan dengan
ukuran yang bersifat kuantitatif. Namun nilai informasi dapat dijelaskan
menurut skala relatif. Misalnya, jika suatu informasi dapat menghasilkan hal
yang mengurangi ketidakpastian bagi mengambilkeputusan, maka nilai
informasinya tinggi jika hasil tindakannya adalah positif, tapi nilaiinformasinya
rendah bila tindakannya negatif. Sebaliknya, sekiranya informasi
kurangmemberikan relevansi bagi mengambil keputusan, informasi tersebut
dikatakan kurang bernilai atau nilai informasinya rendah.( H.M Jogianto, 1990)
Kualitas dari suatu informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus akurat,
tepat waktu,dan relevan.
Sebagai contoh, ketika kita bertemu seseorang untuk pertama kali biasanya kita
menduga-duga bagaimana watak, kebiasaan, cara berbicara, asal daerah dan tindakan
apa yang akan dia lakukan. Hal ini terjadi karena kita belum mencapai tahap hubungan
personal dengan mengetahui kondisi lawan bicara kita. Bagi individu yang sudah
mencapai tahap hubungan personal maka proses menduga-duga tersebut tidak terjadi
karena masingmasing sudah saling mengenal. Kegiatan berkomunikasi yang dilakukan
oleh setiap manusia pada tingkatan awalnya adalah komunikasi antarpribadi. Hal ini
tidak dapat dihindari karena manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa
berkomunikasi dengan lainnya. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi di antaranya:
1. Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang
terstruktur.
Ketika seseorang berkomunikasi dengan teman, saudara, ataupun seseorang
yang baru kenal, biasanya pembicaraan akan berlangsung spontan, tidak
terencana topiknya dan berpindah-pindah dari satu topik ke topik yang lain.
Pembicaraan mereka mengalir diselingi gurauan, gelak tawa dan lainnya dan
berkembang ke berbagai arah sesuai kehendak mereka. Terkadang tidak ada
kesimpulan berarti dalam pembicaraan mereka karena memang tidak
dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan apa pun. Bisa jadi perkembangan
pembicaraan mengarah pada hal-hal baru yang tidak diprediksikan sebelumnya.
2. Umpan balik segera (immediately feedback)
Dalam komunikasi antarpribadi, umpan balik baik berupa tanggapan, dukungan,
ekspresi wajah, dan emosi bisa diberikan secara langsung. Masing-masing bisa
saling mendukung, menyanggah, marah, sedih seketika itu juga. Dalam
komunikasi antarpribadi yang tidak bersifat tatap muka, ekspresi wajah mungkin
tidak bisa ditampilkan, tetapi ekspresi melalui suara sangat mungkin di
dapatkan.
3. Komunikasi berlangsung secara sirkuler.
Peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan. Siapa yang memulai
komunikasi siapa yang memberi tanggapan berjalan bergantian. Terkadang si A
memulau 77 pembicaraan, kemudian B memberi tanggapan. Setelah itu si B
yang memulai tema pembicaraan dan A yang memberi tanggapan. Proses ini
berjalan terus-menerus secara bergantian.
4. Kedudukan keduanya adalah setara (dialogis).
Karena terjadi pertukaran posisi komunikator dan komunikan secara terus-
menerus, maka kedudukan mereka adalah setara, bersifat dialogis dan bukan
satu arah. Meskipun beberapa orang mencoba mendominasi pembicaraan, tetapi
komunikasi tidak akan berjalan kalau dia tidak memberi kesempatan orang lain
untuk memberi tanggapan.
5. Mempunyai efek yang paling kuat dibanding konteks komunikasi lainnya.
Komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (konatif) dari
komunikannya dengan memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal. Pengaruh
dari seseorang terhadap orang lain lebih kuat untuk mengambil keputusan
penting dalam hidupnya. Misalnya pembicaraan orang tua dengan anak
mengenai penentuan keputusan untuk menikah. Pengaruh orang tua dalam
keputusan anak sangat besar karena komunikasi antarpribadi yang mereka jalin
sudah berjalan lama. Demikian halnya seorang teman bisa memberi pengaruh
kuat bagi diri kita untuk menentukan masa depan seperti memilih sekolah dan
lainnya.
2.4 Konsep Dasar Komunikasi Organisasi
Pesan yang telah dikemas disampaikan melalui media baik melalui media lisan
(dengan menyampaikan sendiri, melalui telepon, mesin dikte, atau videotape), media
tertulis (surat, memo, laporan, hand out, selebaran, catatan, poster, gambar, grafik),
maupun media elektronik (faksimili, email, radio, televisi). Penggunaan media untuk
menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan (noise) yang dapat menghambat atau
mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi
dapat berupa faktor pribadi (prasangka, lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau
indra (suara yang terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas). Situasi juga
dapat mempengaruhi jalannya komunikasi karena situasi dapat mempengaruhi perilaku
pihak yang berkomunikasi sehingga pada waktu berkomunikasi dengan pihak lain tidak
hanya harus mempertimbangkan isi dan cara penyampaian, tetapi juga situasi ketika
komunikasi akan disampaikan.
Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat
menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mungkin akan
sama atau berbeda dengan pengirim pesan. Jika penafsiran sama,maka penafsiran dan
penerjemahan penerima benar dan maksud pengirim tercapai. Jika penafsiran berbeda
maka penafsiran dan penerjemahan salah dan maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan
ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan mutu serta
3.2 Saran
untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam organisasi, beberapa hal yang
perlu dilakukan antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan individu dalam berkomunikasi, seperti menjadi
pendengar yang baik, menggunakan media audio-visual, dan berbicara dengan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
2. Menentukan sasaran atau penerima pesan dengan jelas, seperti calon
konsumen potensial, pengguna produk/jasa, orang-orang yang membuat
keputusan membeli, dan orang yang mempengaruhi pembelian.
3. Mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi yang meliputi pihak yang
mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan
untuk berkomunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang
menerima pesan, dan umpan balik yang diberikan.
4. Menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan sasarannya, baik itu
melalui media lisan (dengan menyampaikan sendiri, melalui telepon, mesin
dikte, atau videotape), media tertulis (surat, memo, laporan, hand out, selebaran,
catatan, poster, gambar, grafik), maupun media elektronik (faksimili, email,
radio, televisi).
5. Meminimalisir gangguan atau noise dalam penyampaian pesan, baik itu faktor
pribadi (prasangka, lamunan, perasaan tidak cakap) atau pengacau indra (suara
yang terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas).
6. Memberikan umpan balik yang baik dan mengambil tindakan untuk
memperbaiki komunikasi yang tidak efektif.
7. Menggunakan gaya kepemimpinan komunikasi yang tepat untuk
meningkatkan motivasi dan keterlibatan anggota tim dalam mencapai tujuan
organisasi.
Dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam organisasi, penting untuk
memperhatikan karakter dan integritas individu yang bertanggung jawab dalam
menyampaikan pesan, serta memperhatikan faktor-faktor seperti situasi dan
media yang digunakan dalam komunikasi. Dengan terciptanya komunikasi yang
efektif, diharapkan akan meningkatkan kinerja dan kesuksesan organisasi
secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
(Fatah Raden, 2016)Fatah Raden. (2016). Pesan Dalam Proses Komunikasi. 59.
http://repository.radenfatah.ac.id/5121/3/BAB II.pdf
(Mubarok & Andjani, 2014)Mubarok, & Andjani, made dwi. (2014). Komunikasi
Antarpribadi Dalam Masyarakat Majemuk. In Dapur buku.