puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [metode pengolahan informasi] ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari [Prof. Dr.
novianty djafari M.Pd] pada mata kuliah [psikologi pendidikan]. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang [metode pengolahan informasi] bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada [Prof. Dr. novianty djafari M.Pd], selaku dosen
pengampuh mata kuliah PSIKLOGI PENDIDIKAN yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Hendro
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 latar belakang.................................................................................................................
1.2 rumusan masalah ..........................................................................................................
1.3 tujuan penulisan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 model pengolahan informasi ........................................................................................
2.2 penyebab ingat dan lupa................................................................................................
2.3 strategi memori..............................................................................................................
2.4 faktor membuat informasi bermakna.............................................................................
2.5 metakognisi....................................................................................................................
2.6 strategi pengajaran kognisi............................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan
pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan
informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan
simbol verbal dan visual.
Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh robert gagne (1985). Asumsinya
adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam
bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal
(keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari
lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran
merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human
capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi
kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
1.2 Rumusan Masalah
1. model pengolahan informasi
2. penyebab ingat dan lupa
3. strategi memori
4. factor membuat informasi bermakna,
5. metakognisi
6. staregi pengajaran kognisi
1.3 Tujuan Pennulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu lebih mengetahui apa itu metode pengolahan
informasi, penyebab ingat dan lupa, strategi memori, factor membuat informasi bermakna,
metakognisi, strategi pengjaran kognisi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pengawasan Informasi
Teori-teori mengenai sistem pengolahan informasi yang ada memiliki pandangan
yang berbeda-beda dalam hal proses-proses kognitif, namum pada dasarnya teori-
teori tersebut memiliki asumsi-asumsi yang sama. Salah satunya adalah pengolahan
informasi terjadi dalam tahapan-tahapan yang memisahkan natara penerimaan sebuah
stimulus dan pemberian sebuah respon. Dari hal tersebut dapat dilogikakan bahwa
bantuk informasi, atau bagaimana informsis tersebut direpresentasikan secara mental,
berbeda-beda tergantung pada tahapannya.
Asumsi lain mengenai pengolahan informasi menyatakan bahwa pengolahan
informasi dapat dianalogikan dengan pengolahan komputer. Fungsi-fungsi dari
sistem manusia serupa dengan sistem sebuah komputer. Sistem manusia menerima
informasi, menyimpannya dalam memori, dan mengambilnya lagi disaat yang
diperlukan. Para peneliti juga berasumsi bahwa pengolahan informasi terlibat
dalam semua aktivitas kognitif yaitu melihat/merasakan, mengulang, berpikir,
memecahkan masalah, mengingat, lupa, dan mencitrakan (Farnham-Diggory, 1992).
Pengolahan informasi menjangkau lebih dari konsep tradisional tentang pembelajaran
manusia.
Proses Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi bermula ketika sebuah input stimulus (visual/auditori) mengenai
satu atau lebih pada pancaindera (pendengaran, penglihatan dan peraba). Register
sensorik yang sesuai menerima input dan menyimpannya sebentar dalam bentuk
rekaman inderawi. Dalam hal ini telah terjadi persepsi (pengenalan pola) yaitu proses
pemberian makna terhadap sebuah inputstimulus. Proses ini biasanya tidak termasuk
penamaan karena penamaan memerlukan waktu dan informasi hanya berdiam di
register sensorik selama sepersekian detik. Dalam persepsi terjadi pencocokan
sebuah input dengan informasi yang telah diketahui.
Register sensorik mentransfer informasi ke memori jangka pendek (STM/Short
Term Memory). STM adalah sebuah memori kerja (WM/Working Memory) dan
berhubungan dengan kesadaran, atau hal yang tertangkap oleh pikiran sadar pada
saat tertentu. Miller (1996) mengemukakan bahwa WM menyimpan tujuh plus atau
minus dua unit informasi. Sebuah unit merupakan item yang bermakna seperti
sebuah huruf, kata, bilangan, atau tuturan umum seperti contoh kata mata pelajaran.
Kapasitas dan durasi WM sangatlah terbatas sehingga untuk dapat dipertahankan
dalam WM maka harus sering diulang-ulang, karena tanpa pengulangan, informasi
tersebut akan hilang setelah beberapa detik.
Ketika informasi berada dalam WM, pengetahuan yang terkait dengannya dalam memory
jangka panjang (LTM/Long Term Memory) atau yang disebut juga dengan memori
permanen, akan diaktifkan dan ditempatkan dalam WM untuk digabungkan dengan
informasi yang baru. Untuk menyebutkan sebuah ibu kota negara bagian yang
diawali dengan huruf A, siswa mengingat nama-nama negara bagian yang
kemungkinannya berdasarkan daerah dari negaranya dan melakukan pemindaian nama-
nama ibu kota.
Proses kontrol mengendalikan aliran informasi diseluruh sistem pengolahan
iformasi. Pengulangan merupakan proses kontrol penting yang terjadi dalam WM.
Untuk materi verbal, pengulangan tampil dalam bentuk mengulang informasi dengan
mengucapkannya dengan suara jelas atau lirih. Proses-proses kontrol lainnya
meliputi kodean (menempatkan informasi dalam sebuah konteks yang bermakna),
pencitraaan (merepresentasikan informasi secara visual), mengimplementasikan
aturan-aturan pengambilan keputusan, mengorganisasikan informasi, memantau
tingkat pemahaman, serta menggunakan strategi-strategi penarikan, pengaturan diri dan
motivasional (Schunk, 2012)
Model dua-penyimpanan cenderung memiliki ciri-ciri bahwa ketika siswa memiliki
daftar item untuk dipelajari, mereka cenderung mengingat item-item awal dengan
baik dan item terakhir. Menurut model ini, pada item awal mendapatkan
pengulangan paling banyak dan ditransfer ke LTM, sementara item terakhir masih
berada pada WM saat proses mengingat. Item-item yang berada ditengan paling
sulit untuk diingat karena item-item tersebut tidak berada pada WM lagi saat proses
mengingat terjadi karena telah digeser oleh item berikutnya. Item-item tersebut
mendapat pengulangan paling sedikit dibandingkan dengan item-item awal dan
belum tersimpan dengan benar dan baik dalam LTM. Model dua-penyimpanan
berasumsi bahwa informasi diproses terlebih dahulu oleh register sensorik,
kemudian lanjut pada WM, dan terkhir diproses oleh LTM.
Dalam model dua-penyimpanan, sebuah pemberian stimulus diperhatikan dan
dirasakan maka stimulus tersebut akan ditransfer ke memori kerja jangka pendek
(Baddeley, 1992). WM adalah memori kita dari pikiran sadar yang dapat segera
diakses. WM memiliki dua fungsi penting yaitu memertahankan dan penarikan.
Informasi yang datang dipertahankan dalam kondisi aktif pada jangka waktu yang
pendek dan diproses dengan cara diulang atau dihubungkan dengan informasi yang
ditarik dari LTM. Ketika siswa membaca sebuah teks,WM menyimpan kata-kata
atau kalimat terakhir yang mereka baca selama beberapa detik. Siswa mungkin
mencoba mengingat poin tertentu dengan mengulanginya beberapa kali atau dengan
menanyakan apa hubungan topik tersebut dengan topik yang telah dibahas
sebelumnya dalam buku yang sedang mereka baca (menghubungkan informasi-
informasi dalam LTM).
WM memainkan peranan penting dalam pembelajaran. Dibandingkan dengan siswa
yang memiliki prestasi belajar normal, siswa yang memiliki kelemahan dalam
keterampilan membaca dan matematika menujukkan kerja WM yang lebih buruk
(Anderson & Lyxell, 2007). Implikasi pengajaran yang sangat penting adalah tidak
terlalu memberikan beban WM siswa dengan menyajikan materi terlalu banyak
dan terlalu cepat dalam menjelaskan materinya. Jika memungkinkan pengajar atau
guru memberikan informasi secara visual dan verbal untuk memastikan siswa dapat
mempertahankannya dalam WM mereka lebih lama sehingga informasi yang masuk
dapat diproses lebih lanjut secara kognitif.
Representasi pengetahuan dalam LTM tergantung pada frekuensi kontiguitas
(Baddeley, 1998). Semakin sering suatu fakta, peristiwa atau ide dijumpai maka
semakin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua pengalaman yang
terjadi dalam waktu yang berdekatan akan cenderung dihubungkan dalam satu
memori sehingga ketika salah satunya diingat yang satunya akan teraktifskan.Untuk
itu informasi dalam LTM direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif.
Pengetahuan yang disimpan dalam beragam kekayaannya. Setiap orang memiliki
memori-memori yang jelas tentang pengadlaman-pengalaman yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan.
Seorang pengajar/guru dapat memperlancar proses pembelajaran ketika mereka
mengembangkan materi ajar dengan tujuan membantu siswa menghubungkan informasi-
informasi yang baru dengan dengan pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam
memori. Inforsmasi yang bermakna, dijelaskan atau dikembangkan dan diorganisasikan
akan lebih mudah digabungkan kedalam jaringan-jaringan LTM. Guru sebaiknya
menyiapkan sebuah materi pelajaran yang siswanya dapat mengaitkannya dengan
pengetahuan yang bersifat umum dan mendasar.
Salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran adalah memutuskan penting
atau tidaknya suatu informasi yang diberikan kepada siswa. Tidak semua informasi yang
dipelajari harus dijelaskan. Pemehaman siswa akan dapat terbantu ketika siswa hanya
mengembangkan aspek-aspek yang paling penting dari suatu materi ajar. Penjelasan
dapat membantu siswa dalam penarikan informasi dengan cara memberikan jalur-jalur
yang silih berganti yang menjadi jalan bagi menyebarnya aktivasi, sehingga jika
jalur yang satu terhambat maka jalur lain masih tersedia (Anderson, 2000).
Penjelasan juga memberikan informasi tambahan yang dapat menjadi sumber
dibangunnya jawaban-jawaban, seperti ketika siswa harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang informasinya ada dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk dari
meteri yang dipelajari.
3.Aplikasi-aplikasi dalam Pembelajaran
Prinsip-prinsip pengelolahan informasi semakin sering diaplikasikan dalam proses
pembelajaran di kelas. Relevansi teori ini dengan pendidikan akan terus
berkembang seiring penelitian-penelitian dimasa mendatang. Tiga aplikasi pengajaran
yang mencerminkan prinsip pengolahan informasi adalah organisator-organisator
pengantar, kondisi pembelajaran, dan muatan kognitif.
Organisator Pengantar
Organisator pengantar (advanceorganizer) adalah pernyataan umum yang disajikan
diawal pembelajaran yang membantu mengoneksikan materi yang baru dengan
pembelajaran sebelumnya (Mayer, 1984). Pengantar semacam ini mengarahkan
siswa terhadap konsep-konsep penting untuk dipelajari, menggaris bawahi
hubungan-hubungan antar gagasan, dan mengaitkan materi yang baru dengan hal-hal
yang sudah diketahui oleh siswa. Hal ini diasumsikan bahwa struktur-struktur
kognitif siswa terorganisasikan secara hierarkis sehingga konsep-konsep yang
terbuka membawahi konsep-konsep yang tingkatannya berada dibawah.
Landasan konseptual untuk organisator pengantar diperoleh dari teori Ausubel
tentang pembelajaran resepsi yang bermakna. Belajar menjadi bermakna ketika materi
yang baru memiliki hubungan sistematis dengan konsep-konsep yang relevan
dalam LTM, yang berarti bahwa materi baru memperluas, memodifikasi atau
mengembangan informasi dalam memori. Kebermaknaan juga bergantung pada
variabel-variabel personal seperti usia, latar belakang pengalaman, status sosial-ekonomi,
latar belakang pendidikan. Pengalaman-pengalaman yang telah lalu menentukan
apakan siswa merasa pembelajarannya memiliki makna.
Ausubel juga mendukung pengajaran deduktif yakni ide-ide umum diajarkan
terlebih dahulu kamudian diikuti dengan poin-poin spesifik (Ausubel, 1980). Dalam
hal ini guru harus membantu siswanya memcahkan ide-ide yang baru menjadi poin-
poin yang lebih kecil dan spesifik, dan menghubungkan ide-ide yang baru tersebut
dengan muatan yang serupa didalam memori. Dalam pengertian pengolahan
informasi, tujuan dari modelini adalah mengembangkan jaringan-jaringan proposisi
dalam LTM dengan menambahkan pengetahuan dan membangun hubungan-
hubungan antar jaringan. Pengajaran deduktif lebih berhasi diterapkan pada objek
pembelajar dengan usia matang (andragogi).
Organisator-organisator pengantar menyiapkan tahapan untuk pembelajaran resepsi yang
bermakna. Organisator dapat bersifat ekspositoris atau komparatif. Organisator
ekspositoris memberi siswa pengetahuan baru yang diperlukan untuk memahami
pelajaran, yang mencakup definisi-definisi dan generalisasi konsep. Sedangkan
organisator komparatif memperkenalkan materi yang baru dengan menarik analogi
dengan materi yang telah dikenal sebelumnya. Organisator komparatif mengaktifkan
dan menghubungkan jaringan-jaringan dalam LTM.
Kemampuan memori manusia terbatas dan berbeda-beda antara satu dengan orang
lainnya. Namun demikian, ada cara-cara tertentu yang dapat ditempuh seseorang agar
mudah mengingat suatu informasi, antara lain dengan menjaga kondisi fisik agar selalu
sehat dan bugar, menciptakan suasana dan ruang yang tepat untuk belajar, dan
sebagainya. Brynes (dalam Khadijah, 2011:144) menyebutkan lima strategi yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan kemampuan mengingat seseorang, yaitu rehearsal,
organisasi, elaborasi, method of loci, dan metode kata kunci (key word method).
2.5 Metakognisi
Pengertian Metakognisi
Menurut Wilson dan Clarke (2004), metakognisi adalah suatu kesadaran peserta didik
(awarenes), pertimbangan (consideration) dan pengontrolan atau pemantauan terhadap
strategi serta proses kognitif diri mereka sendiri.
Menurut Zakariya (2015), metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang sistem
kognitifnya, berpikir seseorang tentang berpikirnya, dan keterampilan esensial seseorang
dalam belajar untuk belajar.
Menurut Herman dan Suryadi (2008), metakognisi merupakan kesadaran seseorang
tentang proses berpikirnya pada saat melakukan tugas tertentu kemudian menggunakan
kesadarannya untuk mengontrol apa yang dilakukannya.
Menurut Desmita (2009), metakognisi adalah pengetahuan eksplisit yang dimiliki
manusia tentang cara berpikir dan pada aturan yang mereka buat sendiri sehingga mereka
dapat menjalankannya ketika menerapkan pengetahuan tersebut.
Menurut Ormrod (2009), metakognisi merupakan pengetahuan dan keyakinan
mengenai proses-proses kognitif seseorang, serta usaha-usaha sadarnya untuk terlibat
dalam proses berperilaku dan berpikir sehingga meningkatkan proses belajar dan memori.
Komponen Metakognisi
Menurut Flavell (Desmita, 2010), komponen metakognisi ada dua, yaitu pengetahuan
metakognisi dan pengalaman metakognisi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Indikator Metakognisi
Kemampuan metakognisi berkaitan dengan proses berpikir siswa tentang berpikirnya
agar menemukan strategi yang tepat dalam memecahkan masalah. Setiap siswa
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Kemampuan
metakognisi sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah agar dalam bekerja siswa
lebih sistematis dan terarah serta mendapatkan hasil yang baik.
Menurut Swartz dan Perkins (Mahromah, 2012), kemampuan metakognisi seseorang
terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tacit use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
tanpa berpikir tentang keputusan tersebut. Dalam hal ini, siswa menerapkan
strategi atau keterampilan tanpa kesadaran khusus atau melalui coba-coba dan asal
menjawab dalam menyelesaikan masalah.
2. Aware use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran siswa
mengenai apa dan mengapa siswa melakukan pemikiran tersebut. Dalam hal ini
siswa menyadari bahwa dirinya harus menggunakan suatu langkah penyelesaian
masalah dengan memberikan penjelasan mengenai alasan pemilihan langkah
tersebut.
3. Strategic use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan individu
dalam proses berpikirnya secara sadar dengan menggunakan strategi-strategi
khusus yang dapat meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam hal ini, siswa
sadar dan mampu menyeleksi strategi atau keterampilan khusus untuk
menyelesaikan masalah.
4. Reflective use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi individu
dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses
berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil
pemikirannya. Dalam hal ini, siswa menyadari dan memperbaiki kesalahan yang
dilakukan dalam langkah-langkah penyelesaian masalah.
Kemampuan metakognisi seseorang dapat diketahui melalui tiga komponen atau
elemen dasar, yaitu: elemen perencanaan, elemen kontrol, dan elemen penilaian.
Adapun indikator dari komponen metakognisi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Indikator Perencanaan
1. Menentukan informasi awal dan petunjuk awal yang berkaitan dengan
permasalahan.
2. Menentukan/menyusun hal-hal yang harus dilakukan.
3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
4. Memastikan kesesuaian informasi dengan permasalahan.
b. Indikator Pemantauan
1. Mengatur setiap langkah berjalan dengan baik.
2. Menganalisa informasi yang penting untuk diingat.
3. Memutuskan langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya apakah perlu
terjadi perubahan atau pindah pada petunjuk lain.
4. Memutuskan langkah yang harus dilakukan jika menemui kendala
c. Indikator Penilaian
1. Memeriksa kembali setiap langkah-langkah telah berjalan dengan baik.
2. Memeriksa kembali apakah diperlukan pertimbangan khusus lain dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut.
3. Memperkirakan kemungkinan cara lain yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut.
4. Memperkirakan kemungkinan penggunaan strategi yang telah digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
pengolahan informasi erat kaitannya dengan sumber informasi yang di dapat
melalui panca indra (al haws al khams), akal (al aql), berita yang benar (al khabar
ash shodiq) dan intuisi hati atau ilham. Proses pengorganisasian informasi dalam
ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan
penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Teori gangguan membantu menjelaskan mengapa orang lupa. Teori tersebut
berpendapat bahwa siswa dapat melupakan informasi ketika bercampur dengan
atau disingkirkan dengan informasi lain.
Memori merupakan selayaknya yang harus diperhatikan, khususnya dalam ilmu
komunikasi. Komunikasi harus dapat membaca jumlah memori yang digunakan
seseorang dan perkiraan isi memori orang tersebut. Secara khusus, kita jarang
mengetahui kemampuan memori seseorang yang tidak kita kenal.
Ada beberapa factor yang membuat sebuah informasi bermakna. Terutama kita
sebagai guru, harus melakukan tugas terpenting, diantaranya; membuat informasi
bermakna bagi siswa dengan menyajikan secara jelas dan terorganisir; dengan
menghubungkannya ke informasi yang sudah ada dalam pikiran siswa; dan
dengan memastikan siswa sudah benar-benar memahami konsep yang diajarkan
dan dapat menerapkan ke situasi baru.
metakognisi diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang
pengetahuan atau berpikir tentang berpikir.
Terdapat beberapa cara untuk menerapkan teori belajar kognitif dalam kelas dan
kehidupan sehari-hari yang bisa digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini saya buat saya mohon maaf apabila makalah saya
inimasih banyak kurangnya. Saya sangat mengharapkan adanya kritik yang
membangun untuk pembuatan makalah saya kedepan agar saya lebih bagus lagi
dalam pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
John W. Santrock. 2008. Educational Psychology 3rd ed. Boston : Mc. Graw Hill.
Joyce, Bruce; Weil, Marsha; and Calhoun Emily. 2009. Models of Teaching.
Boston USA: Pearson Education, Inc. Eight Edition.
https://rizkayuni01.wordpress.com/2015/07/02/teori-belajar-pengolahan-
informasi/
https://hellosehat.com/saraf/penyebab-sering-lupa/.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kognisi
^ Kendra, Ceri (2020). “Pentingnya Kognisi Dalam Menentukan Siapa Kita” .
Verywell Mind (dalam bahasa Inggris) . Diakses tanggal 2021-12-20 .
^ Metashir, Zahra Abud (2017). Kognisi Guru (PDF) . Universitas Al-Qadissiya.
hlm. 2–3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20-04-2018 . Diakses tanggal 2021-
12-20 .