Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Sibernatik Dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran” guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar Dan
Pembelajaran. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Iskandar Zulkarnain,
M.Si. dan Ibu Siti Mawaddah, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna, masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat melakukan
perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
inspirasi bagi pembaca.

Banjarmasin, September 2017


    
                                                                               

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN...................................................................................................................................3

A. TEORI BELAJAR SIBERNETIK.............................................................................................3

B. PEMROSESAN INFORMASI DALAM TEORI BELAJAR SIBERNETIK...........................3

C. TEORI PEMROSESAN INFORMASI......................................................................................4

D. PENDAPAT PARA PAKAR....................................................................................................7

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEORI SIBERNETIK DALAM KEGIATAN


PEMBELAJARAN............................................................................................................................9

F. APLIKASI TEORI BELAJAR SIBERNETIK..........................................................................9

G. CONTOH KASUS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIBERNETIK.............................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................22
BAB I

PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR SIBERNETIK


Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot).
Istilah Cybernetics yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi
sibernetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang komunikasi dan pengawasan. Kini
istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan
internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer.

Teori Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada


komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar
sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan
lingkungan. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan',
bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu
akan berubah seiring perkembangan waktu.
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun
yang lebih utama lagi adalah sistem informasi yang akan dipelajari siswa.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan
dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi
yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

B. PEMROSESAN INFORMASI DALAM TEORI BELAJAR SIBERNETIK


Dalam teori belajar sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi,
yaitu yaitu bagaimana kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara- cara
mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi. Selanjutnya
digunakan acuan oleh seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
dalam penyampaian informasi kepada siswa lebih efektif.
Pemrosesan informasi mengacu kepada cara-cara orang menangani
rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah,
mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan
lambang/simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal.
Pemrosesan informasi dalam pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi.
Melalui komunikasi guru sebagai sumber menyampaikan informasi, yang dalam
konteks belajar dan pembelajaran adalah materi pelajaran, kepada penerima yaitu
siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan, dan bahasa non-
verbal. Sebaliknya siswa akan menyampaikan beberapa pesan sebagai respon
kepada guru (feedback) sehingga terjadi komunikasi dua arah[ CITATION Abd08 \l 1057
].

C. TEORI PEMROSESAN INFORMASI


Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemrosesan informasi yang dikembangan oleh Gagne dan Berline, Biehler, Snowman,
Baine, Tennyson.Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi
berikut.
1. Antara stimulus dan respons berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi
ketika pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang diperoses melalui tahap-tahapan tadi akan engalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen, yaitu


komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses
kontrol).Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan
fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”.Ketiga komponen
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sensory Receptor (SR)


Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan
dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
Working Memory (WM) mdi asumsikan mampu menangkap informasi yang
diberi perhatian oleh individu.Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas
(informasi hanya mampu bertahan kulang lebih 15 detk tanpa pengulangan) dan
informasi dapat disantdi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya,
agar informasi dapat bertahan dalam waktu WM, upayakan jumlah informasi tidak
melebihi kapasisas, disamping melakukan pengulangan.
3. Long Term Memory (LTM)
DalamLong Term Memory (LTM), diasumsikan bahwa :
1. Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu;
2. Mempunyai kapasitas tidak terbatas;
3. Sekali informsi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang;
4. Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Pada taraf aplikasi, teori sibernetik dalam pembelajaran telah banyak


dikembangkan, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemrosesan informasi. Berdasarkan pendekatan ini, Reigeluth, Bunderson, dan Merril,
mengembangkan strategi penataan isi atau materi pembelajaran berdasarkan empat
hal, yakni pemilihan (selection), penataan urutan (sequencing), rangkuman
(summary), dan sintesis (synthesizing).

Menurut mereka, jika isi pelajaran ditata dengan menggunakan urutan umum
ke rinci, materi pembelajaran pada tingkat umumakan menjadi kerangka untuk
mengaitkan isi-isi lain yang lebih rinci. Hal ini sesuai dengan struktru representasi
informasi didalam Long Term Memory sehingga akan mempermudah peroses
penelusuran kembali informasi. Jika rangkuman di integrasikan ke dalam strategi
penataan materi pembelajaraan, akan berfungsi untuk menunjukkan kepada
pembelajar informasi yang perlu diberi perhatian, di samping itu juga menghemat
kapasitas Working Memory.

Aplikasi teori belajar sibernetik dalam multimedia sejalan dengan


perkembangan teknologi dan informasi. Peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu IT
yang didapat dengan cara menggunakan multimedia pembelajaran serta dengan
penataan sistem informasi dari materi yang akan disajikan pada peserta didik dan
dapat diperoleh secara lengkap.

Dengan multimedia pembelajaran, peserta didik dapat belajar sesuai


kebutuhan , kecepatan, keluwesan, dan dapat memilih materi yang ingin diperoleh.
Multimedia pembelajaran juga bisa digunakan secara individual dan dapat dilakukan
secara berulang jika belum memahami pada materi tertentu. Disinilah terlihat
keunggulan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran walau bagi sebagian orang
masih dianggap banyak kerugian daripada manfaat.

Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian


informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri
dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam
ingatan (retrival). Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan
belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan
tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi
mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah sebagai berikut:

1. Menarik perhatian.
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
4. Menyajikan bahan rangsangan.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Mendorong untuk kerja.
7. Memberikan balikan informatif.
8. Menilai untuk kerja.
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar.

Teori pemrosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi


pembelajaran, yaitu:

1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.


2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin di capai.
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu.
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk
kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Implementasi teori belajar sibernetik yang berikutnya dalam kegiatan


pembelajaran dikembangkan oleh konsepsi Landa dalam model pendekatannya yang
disebut algoritmik dan heuristik juga termasuk teori sibernetik. Pask dan Scott yang
membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist
juga menganut teori sibernetik sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya.

D. PENDAPAT PARA PAKAR


1. LANDA
Landa merupakan salah seorang psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut
Landa, ada dua macam proses berpikir, yaitu sebagai berikut.
a. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi
tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan menjalankan mesin mobil,
dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang dilakukan dijalankan secara
berurutan.
b. Proses berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target
tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan
penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir
heuristik.
Contoh proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah,
dalam pembelajaran biasa dikenal dengan metode problem solving (pemecahan
masalah sosial dari sebuah materi pembelajaran).

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari itu
atau masalah yang hendak dipecahkan atau sistem informasi yang akan dipelajari
diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk terbuka dan
member keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa
mampu memahami sebuah rumus matematika akan lebih efektif jika presentasi
informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya adalah
sebuah rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah
teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun, untuk memahami makna suatu
konsep luas dan banyak memiliki interpretassi (misalnya konsep “burung”), akan
lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing kea rah yang menyebar (heuristic),
dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep ini tidak tunggal, monoton,
dogmatis, dan linier.
2. PASK DAN SCOT
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan
pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan
heuristic. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke
dalam, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.Contohnya, saat
melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati terlebih dahulu, melainkan seluruh
lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebh kecil.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan
beberapa hal seperti ingatan jangka pendek ( short term memory), ingatan jangka
panjang ( long termmemory), dan sebgainya, yang berhubungan dengan apa yang
terjadi dalam otak dalam proses pengolahan informasi. Namun, menurut teori ini,
agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang
perlu dipahami, melainkan juga lingkungan yang memengaruhi mekanisme itu pun
diketahui.

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEORI SIBERNETIK DALAM


KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Keunggulan
a. Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekan aspek yang berbeda-beda
ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu
proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan
tertentu.
b. Isi proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman
akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau
informasi umum.
c. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagain
perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
2. Kelemahan
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses
belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia
psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena
pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini.

F. APLIKASI TEORI BELAJAR SIBERNETIK


Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetyo Irwan dapat diterapkan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran:
2. Menentukan materi pembelajaran:
3. Mengkaji sistem informassi yang terkandung dalam materi pelajaran:
4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut
(apakah algoritmik atau heuristic):
5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya:
6. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.
Dalam kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada
sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. Langkah- langkah
tersebut adalah:[ CITATION MSu04 \l 1057 ]
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b. Memberikan informasi kepada siswa mengenai tujuan pengajran dan topik-topik
yang akan dibahas.
c. Membimbing siswa untuk memulai pembelajaran.
d. Menyampaikan isi pelajara aynga akan dibahas sesuai dengan topik yang telah
ditetapkan.
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalama pembelajaran.
f. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa.
g. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
i. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningat dan menggunakan hasil
pembelajaran.
Sebelumnya, banyak orang meyakini bahwa pembelajaran merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia telah mampu menunjukan perubahan
tingkah lakunya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang belum mengenal apa
dan bagaimana melakukan sesuatu menjadi mengerti terhadap apa dan bagaimana
yang harus diperlakukan sesuatu tersebut.
Dalam pemahaman ini, yang terpenting adalah input (masukan) berupa
stimulus dan output (keluaran) berupa respons. Selanjutnya, dikenal sebagai “teori
behavioristik”.Sesuai namanya yang diambil dari kata behavior yang berarti tingkah
laku.Teori ini didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain untuk
menghasilkan tingkah laku peserta didik yang dapat diobservasi.Dengan kata lain,
perubahan tingkah laku dalam teori ini dapat diukur dan perubahan yang dapat dilihat
secara jelas. Seperti yang dikemukakan oleh Simonson dan Thompson, “ Behaviorism
is based on the principle that instruction should be designed to produce observable
and quantifiable behaviors in the learner ( behviorisme didasarkan pada prinsip
bahwa pembelajaran seharusnya didesain untuk menghasilkan tingkah laku
pembelajar yang dapat diamati dan diukur).”
Dalam perjalannya, ketika banyak bermunculan kritik terhadap teori
behavioristik, muncul sebuah teori yang bernama “teori kognitif”.Istilah cognitive
berasal dari kata cognition yang padanannya adalah kata knowing, yang berarti
mengetahui.Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini menjadi popular sebagai salah
satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan , pengolahan, informasi,
pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat
diotak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan), yang
bertalian dengan ranah rasa. Teori belajar kognitif memandang peserta didik sebagai
sumber rencana, perhatian, tujuan, gagasan, ingatan, dan emosi yang secara aktif
digunakan untuk memerhatikan, menyeleksi, dan membentuk makna dari stimulus
dan pengetahuan dari pengalaman.
Teori belajar kognitif belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman.Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengalaman
dan pengetahuan pada dirinya.Pengalaman dan pengetahuan tersebut tertata dalam
bentuk struktur kognitif.Oleh karena itu, proses belajar yang baik adalah apabila
materi pembelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki oleh peserta didik.
Piaget sebagai salah satu penganut aliran kognitif menjelaskan bahwa proses
belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbang). Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau
pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
peserta didik. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru. Sedangkan, proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.Misalnya, peserta didik yang sudah mengetahui
prinsip penjumlahan. Jika guru memperkenalkan prinsip perkalian, proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan yang sudah ada di benak peserta didik
dan prinsip perkalian sebagai informasi baru. Proses inilah yang disebut asimilasi.
Akan tetapi, jika peserta didik diberi soal perkalian, situasi ini disebut
akomodasi yang dalam hal ini berarti pemakaian prinsip perkalian tersebut dalam
situasi yang baru dan spesifik. Menurut teori ini, proses pembelajaran akan berjalan
baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambungan) secara “klop”
dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Seperti yang sudah dikemukakan piaget, perkembangan intelektual sebagai
produk dari adaptasi, “Intelligence is an adaptation… life is a continuous creation of
increasingly complex forms and a progressives balancing of these forms with the
environment ( kecerdasan adalah sebuah adaptasi…….. kehidupan dimaknai sebagai
seuah penciptaan yang berkelanjutan dari bentuk-bentuk kompleks yang terus
bertambah dan keseimbangan kemajuan dari bentuk ini dengan lingkungan).”
Senada dengan perkembangan teori-teori belajar lain, teori kognitif pun kini
dianggap masih belum mewakili zaman saat ini. Ketika era teknologi mulai merebak
dan merambah ke berbagai wilayah, termasuk dalam dunia pendidikan, muncullah
teori belajar baru bernama “ teori sibernetik”.
Teori sibernetik relative baru denan teori-teori belajar yang lain. Menurut teori
sibernetik, dijelaskan bahwa belajar adalah pengolahan informasi.Dalam teori
sibernetik, proses belajar memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi
adalah pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi dipandang
memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran
yang akan disajikan kepada peserta didik.
Asumsi lain teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar
manapun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua peserta didik karena
cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem informasi. Teori ini ini sangat relevan dan
menjadi landasan pengembangan multimedia yang berkembang di dunia pendidikan.

G. CONTOH KASUS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIBERNETIK


Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matemati melalui
pembelajaran sibernetik teori-praktek pada siswa kelas X. 1 SMA Haluoleo :

1. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan mata pelajaran ysng berperan penting, baik penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain.
Akan tetapi, pada kenyataannya, banyak siswa yang masih beranggapan bahwa
matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan,
karena sifatnya yang absrak.Hal ini dapat mengakibatkan siswa menjadi malas dan
kurang berminat mempelajari matematika. Keadaan tersebut akan berimplikasi pada
rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan selanjutnya dapat mengakibatkan
kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep
matematika yang telah dipelajari.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
a. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Proses berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila
mereka dihadapkan pada suatu masalah atau distuasi yang harus dipecahkan. Dalam
proses berpikir, tentunya diperlukan daya nalar yang memadai untuk menganalisis
masalah yang dihadapi. Menurut Ruggiero, proses berpikir adalah suatu aktivitas
mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah,
membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (Siswono, 2009). Hal
ini senada dengan pengertian berpikir yang dikemukakan oleh Liputo dalam Maulana
(2008) bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang disadari dan diarahkan untuk
membangun dan memperoleh pengetahuan, mengambil keputusan, membuat
perencanaan, memecahkan masalah, serta untuk menilai tindakan.
Berdasarkan seluruh pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses
berpikir adalah suatu kegiatan mental siswa melaluui penalaran sebagai upaya
pemecahan masalah, membbuat suatu keputusan, atau untuk memenuhi hasrat
keingintahuan siswa.
Fisher mengasumsikan berpikir sebagai proses kognisi dalam usaha
memperoleh pengetahuan. Selanjutnya, Fisher mendiskripsikan bahwa paling sedikit
ada tiga aspek penting keterampilan berpikir, yaitu berpikir kriti, berpikir kreatif, dan
problem solving. Ketiga aspek tersebut berbeda, tetapi saling berhubungan.Problem
solving perlu penemuan masalah dan pertanyaan-pertanyaan untuk menyelidiki
(berpikir kreatif) dan mengevaluasi solusi yang diusulkan (berpikir kritis). Proses
berpikir kritis perlu mengorganisasi keterampilan berpikir ke dalam suatu kombinasi
sebagai alat kerja (berpikir kreatif) dan pada akhirnya berpikir kreatif perlu berpikir
kritis.

Selanjutnya, Mstindas dan Siswono mengungkapkan bahwa banyak orang


yang tidak terlalu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis, padahal ada
perbedaan dasar antara keduanya, yakni bahwa berpikir kritis dilakukan untuk
membuat suatu keputusan.Sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat
kesimpulan.Pada dasarnya, pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang
diteruskan dengan pengambilan keputusan.
b. Fase- Fase dalam Berpikir Kritis
Dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis, harus memperhatikan
fase – fase kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, selanjutnya akan diuraikan
fase-fase kemapuan berpikir kritis menurut bebeapa pakar :
1) Brookfield
Mengidentifikasikan lima fase berpikir kritis, yaitu :
a. Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu pengenalamn suatu
peristiwa tak terduga yang mengakibatkan terjadinya konflik kognisi interna.
b. Appraisal (penaksiran), yaitu menilai situasi dan mulai bekerja secara teliti,
menghadapi peristiwa tak terduga dengan berbagai cara, mengklarifikasi, dan
mengidentifikasi perhatian orang lain dalam menghadapi situasi serupa.
c. Exploration (eksplorasi), yaitu mencari makna ke resolusi, atau cara dalam
menjelaskan pertentangan untuk mengurangi konflik kognisi, mendorong
seseorang untuk mencari maksud/arti, menyelidiki cara berpikir dan bertindak.
d. Development alternative perspective (mengembangkan alterntif perspektif),
yaitu mengembangkan cara berfikir baru yang membantu seseorang
menyesuaikan kepada peristiwa yang tidak diharapkan. Transisi ini melibatkan
suatu usaha untuk mengurangi ketidaksesuaian dalam hidup seseorang.
e. Integration (Integrasi), yaitu menegosiasikan perspektif baru untuk
menfasilitasi integrasi perubahan hidup seseorang, melibatkan pengintegrasian
konflik kognisi secara internal atau eksternal untuk mencapai suatu resolusi.
2) Norris dan Ennis
Mengidentifikasi lima fase berpikir kritis, yaitu :
a) Elementary clarification (klarifikasi tingkat rendah), yaitu memusatkan
pencapaian klarifikasi umum suatu masalah melalui analisis argumentasi,
pertanyaan, atau jawaban.
b) Basic support ( pendukung dasar ), yaitu memutuskan sumber yang kredibel;
membuat dan memutuskan hasil pengamatan sendiri; serta melibatkan
informasi yang berbeda, kesimpulan yang diterima, dan latar belakang
pengetahuan.
c) Inference (kesimpulan), yaitu membuat dan memutuskan kesimpulan secara
induktif dan deduktif.
d) Advanced clarification (klarifikasi tingkat tinggi), yaitu membentuk dan
mendefinisikan terminology, memutuskan dan mengevaluasi definisi, serta
menentukan konteks definisi berdasarlan alas an yang tepat.
e) Strategy and tactic (strategi dan cara-cara), yaitu berinteraksi dengan orang
lain untuk memutuskan tindkan yang sesuai; mendifinisikan masalah,
menaksir kemungkinan solusi dan mengkontruksi alternatf solusi; mengawasi
keseluruhan proses pengambilan keputusan.

3) Bullen
a) Clarification (klarifikasi), yaitu menilai/memahami sifat alami pada poin-poin
pandangan yang berbeda pada isu, dilemma, atau masalah.
b) Assessing evidence (menilai fakta), yaitu memutuskan kredibilitas sumber,
menaksir bukti untuk mendukung kesimpulan, dan menetapkan dasar menarik
kesimpulan.
c) Making and judging inference (membuat dan menarik kesimpulan), yaitu
menduga secara induktif dan deduktif, serta menilai keputusan. Pengambilan
keputusan dengan pertimbangan bukti yang cukup untuk mendukung
argumentasi.
d) Using appropriate strategies and tactics (menggunakan strategi dan cara-cara
yang tepat, yaitu menggunakan heuristic atau strategi untuk mengarahkan
pikiran dalam proses pencapai kesimpulan, membuat suatu keputusan, atau
pemecahan suatu masalah secara efektif.
4) Knedler
a) Mengidentifikasikan isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relavan, dan
merumuskan masalah.
b) Menilai informasi yang relavan yang di dalamnya terdapat lima langkah, yaitu
menyeleksi fakta, opini, dsn hssil nalar.
c) Mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan bias
karena salah penafsiran, dan perbedaan orientasi nilai dan ideology.
d) Pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan.
5) Garisson, Anderson, dan Archer
a. Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu mengidentifikasi atau
mengenali suatu isu, masalah, dilema dari pengalaman seseorang, yang
diucapkan instruktur, atau pelajar lain.
b. Exploration (eksplorasi), yaitu memikirkan ide personal dan social dalam
rangka membuat persiapan keputusan.
c. Integration (integrasi), yaitu mengontruksi maksud/arti dari gagasan, dan
mengintegrasikan informasi relavan yang telah ditetapkan pada tahap
sebelumnya.
d. Resolution (mengulangi penyelesaian), yaitu mengusulkan solusi secara
hipotesis atau menerapkan solusi secara langsung kepada isu, dilemma, atau
masalah serta menguji gagasan dan hipotesis.

3. Konsep Pembelajaran Teori-praktik Sibernetik


a. Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai
kesamaan dengan teori kognitif, yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar. Namun, yang lebih penting lagi bagi teori sibernetik adalah system informasi
yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain teori sibernetik adalah bahwa
tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk
semua siswa sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.

Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembeajaran telah dikembangkan oleh


beberapa tokoh.Salah satunya adalah pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan
informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler, Snowman, Baine, dan
Tennyson.Komponen pemrosesan informasi dipilih menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga
komponen tersebut adalah :

1) Sensory Receptor (SR)


Sensory receptor merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
2) Working Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang diperhatikan oleh
individu.
3) Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory diasumsikan berisi semua pengetahuan yang dimiliki oleh
individu, mempunyai kapasitas terbatas, dan bahwa sekali informasi disimpan dalam
LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.

b. Kelebihan Pembelajaran Sibernetik

Berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah :

1) Cara berpikir yang orientasi pada proses lebih menonjol.


2) Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3) Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4) Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
5) Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6) Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing
individu.
7) Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat
untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang
diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori sibernetik
menekankan pada pemrosesan informasi dengan memerhatikan informasi yang akan
diolah tersebut dan bertujuan untuk menciptakan daya ingat yang kuat atas informasi
yang diterima oleh siswa. Melalui pemrosesan informasi, siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memahami informasi atau konsep
yang diterimanya.

c. Pembelajaran Teori-Praktik Sibernatik


Seorang guru, dalam melaksanakan pembelajaran matematika seyogianya
selalu beupaya menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.Pembelajarn teori-praktik sibernetik merupakan salah satu
pembelajaran yang menyatukan antara teori dan praktik (laboratorium komputasi).
Menurut Engstrom, komputasi tidak saja dapat digunakan untuk pengolah data,
database, presentasi, dan alat komunikasi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu
alat untuk merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada
siswa serta untuk menciptakan dan membangun pengetahuan baru siswa.
Laboratorium komputasi dapat dimanfaatkan sebagai suatu jalan, cara, atau
kebijasanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran.
Selanjutnya, pembelajaran sibernetik teori-praktik menurut Sukamto adalah suatu
pembelajaran yang memadukan suatu keterampilan dengan penampilan praktik,
umpan balik, latihan, sampai dengan dikuasainya keterampilan itu.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran sibernetik teori-praktik dalam
pembelajarn Matematika adalah suatu pembelajaran yang mementingkan sistem
informasi yang diterima oleh siswa dan pemrosesan informasi tersebut. Dalam
kegiatan pemrosesan informasi ini, siswa diarahkan untuk berpikir dan mengolah
informasi yang diberikan melalui praktik, umpan balik, dan latihan dengan
menggunakan software pembelajaran sebagai alat bantu.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sibernatik yang
dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan ada enam, yaitu:
1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2) Menentukan materi pembelajaran
3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung di dalam materi pembelajaran
4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sisterm informasi tersebut
5) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem
informasinya
6) Menyesuaikan materi pelajaran dan membimbing siswa belajar dengan pola
yang sesuai dengan urutan materi pembelajaran.

d. Alur Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktik


Menurut Simundza, langkah-langkah pembelajaran sibernetik teori-praktik adalah:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dalam bekerja
secara matematik menggunakan teknologi komputer.
2) Memgorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok bekerja dan belajar
yang masing-masing berjumlah 2-3 orang.
3) Menyajikan informasi berupa teori dan latihan melalui LKS.
4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja siswa dalam menyelesaikan LKS.
5) Mengarahkan siswa dalam melakukan manipulas-manipulasi matematis
dengan menggunakan softwarepembelajaran untuk memahami konsep
matematika secara utuh.
6) Mendiskusikan hasil manipulasi tersebut dan dijadikan sebagai bahan untuk
mengonstruksi pengetahuan konsptual matematika.
7) Memberi penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.

e. Materi Pembelajaran Fungsi Kuadrat


Materi pembelajaran fungsi sangat erat kaitannya dengan relasi karena sering
definisi fungsi diturunkan dari definisi relasi. Oleh karena itu, sebelum memberikan
definisi fungsi, terlebih dahulu akan dipaparkan tentang definisi relasi.
Menurut Ruseffendi, relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
himpunan pasangan beryrytan yang merupakan himpunan bagian dari A x B. Daerah
asal, daerah definisi, atau domain dari suatu relasi adalah himpunan yang anggotanya
terdiri dari unsur-unsur pertama dari pasangan berurutan itu, sedangkan daerah hasil
dari suatu relasi adalah himpunan yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur kedua dari
pasangan berurutan itu. Hal senada diungkapkan dalam anonim bahwa relasi
himpunan A ke himpunan B adalah suatu himpunan bagian dari A x B. Sedangkan,
relasi antara dua himpunan menurut Suyanto adalah aturan yang memasangkan
anggota-anggota suatu himpunan dengan anggota himpunan yang lain. Selain itu,
Yahya mengemukakan bahwa jika R adalah suatu cara yang
menghubungkan/mengaitkan elemen A dan elemen B, dikatakan terdapat suatu relasi
antara A dan B.
Beradsarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa relasi
adalah suatu aturan pemasangan/padanan yang menghubungkan anggota daerah asal
(domain) dengan anggota daerah kawan (kodomain).
Suatu fungsi F adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap objek
X dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah objek nilai unik F
(X) dari himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut
daerah nilai (jelajah) fungsi tersebut.Aturan padanan merupakan pusat dari suatu
fungsi, tetapi sebuah fungsi belum lengkap ditentukan sampai daerah asalnya
diberikan.Daerah asal adalah himpunan elemen-elemen tempat fungsi itu mendapat
nilai.Daerah nilai adalah himpunan nilai-nilai yang diperoleh secara
demikian/menurut aturan itu. Untuk memberi nama fungsi, dipakai sebuah huruf
tunggal seperti F (G atau F). Maka, F(X), yang dibaca “f dari x” atau “f pada x”,
menunjukkan nilai yang diberikan oleh F kepada X. Selanjutnya, Yahya
mengungkapkan bahwa fungsi himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang
mengaitkan setiap elemen A dengan satu dan hanya satu elemen B. Hal senada
diungkapkan oleh Ruseffendi bahwa fungsi adalah relasi ketika unsur dari daerah
asalnyadipasangkan dengan tepat satu unsur dari daerah hasilnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fumgsi
adalah suatu aturan pemasangan?padanan yang menghubungkan setiap anggota
daerah asal (domain) dengan tepat satu anggota daerah kawan (kodomain). Misalkan,
A, B, dan C bilangan real dan A ≠ 0, fungsi yang dirumuskan oleh
F ( X )= A X 2 + BX+C dinamakan fungsi kuadrat dalam peubah X. Grafik fungsi
kuadrat itu adalah sebuah parabola dengan persamaan Y = A X 2+ BX +C 2006
Suatu fungsi yang mempunyai variabel dengan pangkat tertinggi dua, disebut
fungsi kuadrat. Bentuk umumnya F ( X )= A X 2 + BX +C , A ≠ 0 dan A,B,C bilangan riil.
Suatu fungsi kuadrat mempunyai grafik berbentuk parabola yang ditentukan oleh
Y = A X 2+ BX +C . Fungsi kuadrat adalah sejenis fungsi yang berbentuk

F ( X )= A X 2 + BX+C . A,B,C serta A ≠ 0. Grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola.


Berdasarkan ketiga pendapat di atas, fungsi kuadrat adalah suatu fungsi yang
variabelnya mempunyai pangkat tertinggi dua, dengan bentuk umum
F ( X )= A X 2 + BX+C . A ≠ 0 dan A,B,C bilangan riil. Grafik fungsi kuadrat berbentuk
parabola dengan persamaan Y = A X 2+ BX +C .
Sketsa grafik fungsi kuadrat (parabola) dapat dibuat dengan menentukan
terlebih dahulu:
1) Keterbukaan parabola.
2) Titik potong terhadap sumbu X.
3) Titik potong terhadap sumbu Y.
4) Letak sumbu simetri.
5) Titik puncak.
Istiyanto mengemukakan bahwa untuk membuat sketsa grafik fungsi kuadrat,
langkah-langkah yang harus ditempuh adalah menentukan:
1) Titik potong dengan sumbu X (jika ada).
2) Titik potong dengan sumbu Y.
3) Persamaan sumbu simetri.
4) Titik puncak (titik balik maksimum/minimum).
Hal senada diungkapkan oleh Sartano bahwa sketsa grafik fungsi kuadrat
secara umum dapat digambarkan dengan cara menentukan terlebih dahulu:
1) Titik potong dengan sumbu X dan Y.
2) Titik puncak atau titik balik parabola dan persamaan sumbu simetri.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan sketsa grafik fungsi
kuadrat dapat digambarkan dengan terlebih dahulu menentukan:
1) Titik potong dengan sumbu X (jika ada).
2) Titik potong dengan sumbu Y.
3) Titik puncak.
4) Persamaan sumbu simetri.
5) Keterbukaan parabola.

Fungsi kuadrat sering digunakan dalam penyelesaian masalah-masalah fisika,


matematika, ekonomi maupun bidang ilmu lainnya. Penerapan ini berkaitan dengan
nilai ekstremnya, yaitu maksimum ataupun minimum.
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rineka Cipta.


Ginting, A. (2008). Esensi Praktis: Belajar & Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Thobroni, M. (2015). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Anda mungkin juga menyukai