Oleh
Irma Ria Ferdianti
(1213023033)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas ujian tengah
semester mata kuliah Teori Belajar dan Pengembangan Kurikulum dengan judul
”Penerapan Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran Kimia KD 3.8 SMA
Kelas X Semester 2” ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Dosen Teori Belajar dan
Pengembangan Kurikulum maupun teman-teman sekalian.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pihak
yang terlibat dalam penulisan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini
dapat berguna bagi kita semua guna menambah pengetahuan dan wawasan kita.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kompetensi Dasar yang Cocok dengan Teori Belajar Ausubel............ 12
3.2 Alasan pemilihan Kompetensi Dasar 3.8 SMA kelas X Semester 2...... 13
3.3 Langkah – Langakah untuk Mencapai Kompetensi Dasar 3.8
SMA kelas berdasarkan Teori Belajar Ausubel..................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan selalu berkaitan dengan kata belajar dan pembelajaran.
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.
Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni
mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang
sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain sedangkan pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Sebagai seorang calon pendidik yang nantinya akan berkecimpung dalam dunia
pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan kimia atau sains, diperlukan
kemampuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan namun
berprestatif. Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan
pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai
landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar. Salah satu teori belajar yang
dapat digunakan yaitu teori belajar bermakna dari David Ausebel. Menurut
Ausubel(dalam Dahar 1989), belajar bermakna merupakan suatu proses
mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
Teori – teori belajar kognitif yang lain juga dapat digunakan untuk pembelajaran
kimia. Namun, sebagai calon pendidik hendaknya kita dapat mencocokkan teori
belajar mana yang akan kita gunakan dalam pembelajaran suatu materi dari salah
satu kompetensi dasar pembelajaran kimia SMA serta langkah – langkah yang dapt
kita gunakan untuk mencapai kesuksesan pembelajaran materi tersebut
menggunakan teori belajar yang telah kita pilih.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai teori belajar yang cocok untuk
pembelajaran kimia, maka disusunlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah kompetensi dasar pada pelajaran kimia SMA yang cocok atau sesuai
dengan teori yang dikemukakan Ausubel?
2. Mengapa teori Ausubel cocok untuk kompetensi dasar tersebut?
3. Bagaimanakah langkah – langkah pembelajaran kimia menurut Ausubel untuk
dapat mencapai Kompetensi Dasar tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kompetensi dasar pada pelajaran kimia SMA yang cocok atau
sesuai dengan teori yang dikemukakan Ausubel.
2. Untuk mengetahui alasan teori Ausubel cocok untuk kompetensi dasar tersebut.
3. Untuk mengetahui langkah – langkah pembelajaran kimia menurut Ausubel untuk
dapat mencapai Kompetensi Dasar tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Informasi terus – menerus memasuki pikiran kita melalui indera kita. Kebanyakan
informasi ini hampir langsung dibuang, dan kita mungkin bahkan tidak pernah
menyadari banyak diantaranya. Sebagian ditahan dalam ingatan kita dalam waktu
yang singkat dan kemudian dilupakan. Namun, sebagian informasi dipertahanan
jauh lebih lama, barangkali sepanjang hidup kita.
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1996).
Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Walaupun kita tidak mengetahui mekanisme biologi tentang memori atau
disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa informasi disimpan di daerah-
daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan
dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip
dengan informasi yang sedang dipelajari.
2.3.2 Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau
subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila
tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-
konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. Pada
kenyataannya, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang sekali menolong
para siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam
struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan akibatnya
pada para siswa hanya terjadi hafalan. Lagi pula sistem evaluasi di sekolah
menghendaki hafalan, jadi timbul pikiran pada para siswa untuk apa bersusah payah
belajar secara bermakna.
Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan
dengan konsep – konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam
menerapkan teori ausebel dalam mengajar, selain konsep – konsep yang terdahulu,
ada beberapa konsep dan prinsip lain yang perlu kita perhatikan. Konsep – konsep
atau prinsip – prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
2.4.3Belajar Superordinat
Selama informasi diterima dan diasosisasikan dalam struktur kognitif (subsumsi),
konsep itu tumbuh atau mengalami diferensiasi. Proses subsumsi ini berlangsung
hingga pada suatu saat ditemukannya hal baru.
Belajar superordinat terjadi, bila konsep – konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih
inklusif.
Ada beberapa kompetensi dasar dalam pembelajaran kimia SMA yang dapat di
aplikasikan menggunaka teori belajar Ausubel. Kompetensi dasar tersebut
diantaranya sebagai berikut.
KOMPETENSI DASAR
Kelas X 3.8 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan
semester 2 larutan non-elektrolit berdasarkan daya hantar
listriknya.
Jika kompetensi dasar yang dipilih tidak memiliki persyaratan bahwa anak harus
memiliki konsep – konsep dasar yang relevan dalam struktur kognitifnya, maka
informasi baru akan dipelajari secara hafalan. Bila tidak dilakukan usaha untuk
mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
Secara garis besar, langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam rangka
mencapai KD 3.8 SMA kelas berdasarkan Teori Belajar Ausubel adalah sebagai
berikut.
Tahapan Ausubel Hal -hal yang guru Hal -hal yang murid
lakukan lakukan
A. Pengatur Awal 1. Guru mengatakan 1. Siswa
(Advance Organizer) bahwa hari ini akanmendengarkan
mempelajari materikemudian menyiapkan
mengenai larutanbuku tulis dan buku
elektrolit danpanduan yang
nonelektrolit, danmendukung materi yang
mempersilahkan siswaakan dipelajari
untuk mempersiapkan
diri.
2. Guru 2. Siswa menjawab
menanyakan apa bahwa larutan yang
yang murid ketahui dapat menghantarkan
mengenai larutan listrik merupakan
yang dapat larutan yang dapat
menghantarkan listrik digunakan untuk
dan yang tidak dapat mengalirkan listrik,
menghantarkan listrik. sedangkan larutan
nonelektrolit merupakan
larutan yang tidak dapat
digunakan untuk
mengalirkan listrik
3. Guru 3. Siswa
menunjuk salah satu menyebutkan contoh
siswa untuk larutan elektrolit (air aki,
menyebutkan contoh baterai jam) dan
larutan elektrolit dan nonelektrolit (air suling)
nonelektrolit yang ada yang ada dalam
dalam kehidupan kehidupan sehari – hari.
sehari – hari.
Pada tahapan ini guru mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari
yaitu sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya, dan menolong mereka untuk
mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk
membantu menanamkan pengetahuan baru. Seperti contoh ada larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik dan ada yang dapat menghantarkan arus listrik. Suatu
pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum
materi baru.
Setelah itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk merancang, melakukan,
meyajikan serta menyimpulkan percobaan mengenai larutan elektrolit dan larutan
nonelektrolit. Siswa disini berperan dalam proses pengumpulan data serta disini
siswa mulai mengkaitkan informasi baru yang ia peroleh dengan konsed – konsep
dasar yang terdapat dalam struktur kognitifnya.
B. Diferensiasi Progresif
Pada tahapan langkah ini guru menerangkan mengenai peta konsep. Adapun
peta konsep yang dijelaskan oleh guru adalah sebagai berikut.
Penjelasan yang disampaikan oleh guru dimulai dari hal – hal yang paling
konklusif kemudian menuju ke konsep yang kurang konklusif, kemudian menuju ke
penjelasan konsep yang khusus seperti contoh – contoh dari masing – masing
konsep. Misalnya mula – mula guru menerangkan konsep inklusif terlebih dahulu,
seperti apa itu larutan. Kemudian guru menjelaskan bahwa berdasarkan daya hantar
listriknya, larutan dapat dibedakan menjadi larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit, tak lupa guru mengaitkan dengan konsep – konsep dasar yang telah
dimiliki oleh struktur kognitif siswa, yaitu dengan menyatakan bahwa larutan elektrolit
merupakan larutan yang dapat menghantarkan listrik seperti contoh yang telah
disebutkan siswa pada tahapan pengatur awal. Begitu pula dengan larutan non
elektrolit.
Adanya peta konsep disini berfungsi untuk memudahkan guru dalam melakukan
pembelajaran, selain itu peta konsep juga dapat digunakan sebagai berikut.
Dengan adanya tugas dari guru untuk membuat sebuah peta konsep mengenai
larutan elektrolit maupun nonelektrolit dari pengetahuan dasar yang telah dimiliki
dalam struktur kognitif siswa, maka ia akan menumpahkan segala yang ia tahu
mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam sebuah peta konsep. Dengan
demikian, guru akan mengetahui seberapa besar pengetahuan anak – anak didiknya
mengenai larutan elektrolit maupun larutan nonelektrolit.
Dengan demikian, guru dapat menentukan materi mana yang harus ditekankan
dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran lebih efektif dan diharapkan
lebih prestatif.
Bila seorang siswa diminta untuk membuat peta konsep, ia akan berusaha
mengeluarkan konsep – konsep dari apa yang diketahuinya, yng pernah dibacanya
dan yang pernah didengarnya. Setelah itu menempatkan konsep yang paling inklusif
misalnya larutan d tempat yang paling puncak dalam peta konsep.
Lalu siswa akan mencari kata penghubung dari semua konsep – konsep yang
telah dituliskan dalam peta konsep hingga membentuk sebuah proposisi yang
bermakna. Lebih dari itu mereka akan berusaha mengingat konsep – konsep yang
telah diketahuinya di pelajaran yang lalu, atau mengingat konsep – konsep yang
telah diterapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Dengan demikian, secara tidak
langsung seorang siswa telah berusaha untuk memahami materi yang diajarkan dan
menunjukkan bahwa dalam diri anak ini telah terjadi suatu proses belajar berakna.
Penggunaan peta konsep dapat sebagai alat evaluasi dimisalkan ketika seorang
guru akan melakukan evaluasi, guru dapat mempersilahkan siswa untuk membuat
sebuah peta konsep dari apa yang telah dipelajari hari ini misalnya mengenai sifat
larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
Dari tugas yang telah dikerjakan oleh siswa, dapat diketahui materi mana saja
yang siswa pahami dengan pasti, materi mana yang masih samar – samar dan
materi mana yang tidak dimengerti siswa sama sekali. Dengan demikian, guru dapat
mengulangi pembelajaran pada bagian yang tidak dipahami siswa untuk pertemuan
selanjutnya. Sehingga dapat dipastikan bahwa materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit telah dipahami oleh siswa dengan jelas.
C. Belajar Superordint
D. Penyesuaian Integratif
Kadang – kadang seorang siswa dihadapkan pada suatu kenyataan yang disebut
pertentangan kognitif (cognitive dissonance). Hal ini terjadi bila dua atau lebih nama
konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama, atau bila nama yang sama
diterapkan pada lebih dari satu konsep. Untuk mengatasi atau mengurangi sedapat
mungkin pertentangan kognitif ini, Ausubel menyarankan suatu prinsip lain yang
dinamakan prinsip penyesuaian kognitif.
Misalnya seorang siswa telah mengetahui bahwa larutan NaCl atau garam dapur
merupakan larutan elektrolit kuat, namun dalam pembahasan lain disebutkan bahwa
larutan NaCl tersebut merupakan larutan yang bersifat netral. Dengan adanya
pertentangan kognitif seperti ini sudah pasti tugas guru yaitu untuk melakukan
penyesuaian kognitif dengan cara menjelaskan pada siswa bahwa larutan NaCl
bersifat netral itu didasarkan pada [H+] dan[OH-] dalam larutan, sedangkan sifat
elektrolit kuat pada NaCl didasarkan pada kemampuannya dalam menghantarkan
listrik yang baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Kompetensi dasar yang dapat diaplikasikan menggunakan teori belajar
Ausubel diantaranya Kompetensi Dasar 3.8 SMA kelas X semester 2 dengan materi
larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
2. Menurut teori belajar Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang atau yang telah dimiliki seseorang.
3. Dipilihnya KD 3.8 untuk diaplikasikan menggunakan teori belajar Ausubel
adalah karena pada materi ini, siswa telah memiliki konsep – konsep dasar yang
relevan pada struktur kognitifnya, sehingga guru hanya perlu mengaitkan konsep
dasar tersebut dengan informasi baru yang akan disampaikan.
4. Langkah – langkah untuk mencapai KD 3.8 adalah pengatur
awal,diferensiasi progresif, belajar superordinat, serta penyesuaian integratif.
5. Peta konsep dalam teori belajar Ausubel berfungsi untuk menyelidiki apa
yang telah diketahui siswa, mempelajari cara belajar, mengungkapkan konsepsi
yang salah, serta sebagai alat evaluasi.
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyarankan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Sebagai calon pendidik diharapkan mahasiswa untuk lebih memahami
mengenai beberapa macam teori belajar, baik teori belajar behaviouristik maupun
teori belajar kognitif. Hal ini diharapkan dapat berguna ketika nantinya mahasiswa
terjun langsung ke masyarakat sebagai pendidik yang profesional.
2. Bagi pembaca yang ingin melanjutkan penulisan makalah dengan tema
yang sama, diharapkan dapat memperluas isi dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA