Anda di halaman 1dari 15

Belajar dan Pembelajaran

“Teori Belajar Bruner dan Ausubel”

Dosen Pengampu:

Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd.

Dr. Nurhanurawati, M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Annisa Nur Effanti (2053021002)


Lisya Syafitri (2013021020)
Luchen David Sinaga (2013021034)
Miftahul Jannah (2013021048)
Ni Putu Ria Anggreni (2013021006)

Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Lampung
2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia serta anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman para mahasiswa mengenai teori belajar Bruner dan Ausubel yang nantinya akan
menjadi pedoman para mahasiswa dalam kegiatan mengajar.

Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari berbagai sumber, kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah tentang “TEORI BELAJAR BRUNER DAN
AUSUBEL” pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Ucapan terima kasih kami kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik teman sekelompok
maupun dari pihak referensi yang kami cari. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. dan
Dr. Nurhanurawati,M.Si. yang telah memberikan kepada kami kesempatan untuk
mempresentasikan hasil makalah kami ini.

Kami berharap makalah ini semoga bermanfaat terutama bagi peserta didik dan pendidik.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin

Bandar Lampung, 06 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. iii

BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………….. 1


A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………. 2
D. Manfaat ………………………………………………………………….. 2

BAB II Pembahasan ……………………………………………………………….. 3


A. Teori Belajar Bruner ……………………………………………….......... 3
B. Prinsisp Teori Belajar Discovery Bruner ………………………………... 5
C. Penerapan Teori Belajar Bruner…………………………………………. 6
D. Teori Belajar Ausubel …………………………………………………… 7
E. Prinsip Teori Belajar Bermakna Ausubel ………………………………... 8
F. Penerapan Teori Belajar Ausubel ………………………………………... 9

BAB III Penutup …………………………………………………………………….. 10


A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 10
B. Saran ……………………………………………………………………... 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar menjadi kata kunci utama dalam pendidikan, atau dengan kata lain pendidikan
tidak lepas dari yang namanya belajar. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung sumur hidup (long life education). Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan.

Secara umum belajar merupakan proses perubahan pada diri individu yang menjadikan
seseorang menjadi tahu dan mengerti tentang banyak hal yang belum ia ketahui sebelumnya.
Dalam dunia pendidikan terdapat banyak sekali teori- tentang belajar yang dipelajari dalam
materi belajar dan pembelajaran. Teori-teori ini diajukan oleh banyak ahli dari bidang
psikologi maupun pendidikan. Teori-teori tentang belajar dan pembelajaran tersebut sangat
perlu diketahui dan dipahami oleh para pendidik maupun calon pendidik agar mereka mampu
memahami bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang baik, sehingga mereka dapat
mendidik para peserta didik dengan baik.

Teori belajar dari pakar pendidikan atau pakar psikologi banyak macamnya. Dua diantara
mereka adalah teori belajar menurut Ausubel dan Bruner. David Ausubel adalah seorang ahli
psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan subyek yang dipelajari siswa mestilah
“bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna adalah suatu proses mengaitkan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Struktur kognitif seseorang ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi
yang telah dipelajari dan diingat oleh para siswa. Ausubel menyatakan bahwa belajar
dilakukan dengan reception learning yang artinya seorang individu belajar dengan hanya
menerima informasi yang didapatnya tanpa mencari atau menemukan sendiri informasi
tersebut. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi
belajar kognitif yang mengakui belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan
mencapai suatu kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam
kehidupan, tidak seorang pun membantah bahwa sepanjang hidupnya manusia tidak akan
pernah berhenti belajar, setiap menghadapi situasi baru, ia selalu mempelajarinya “agar dapat
bereaksi secara baik” terhadap kondisi yang sedang dihadapinya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang timbul
adalah :

1. Apa teori belajar Bruner itu?


2. Apa prinsip teori belajar yang dikemukakan Bruner?

1
3. Bagaimana penerapan teri belajar Bruner dalam pembelajaran?
4. Apa teori belajar Ausubel itu?
5. Apa prinsip teori belajar yang dikemukakan Ausubel?
6. Bagaimana penerapan teri belajar Ausubel dalam pembelajaran?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui teri belajar Bruner


2. Mengetahui Prinsip teori belajar dari Bruner
3. Mengetahui Bagaimana penerapan teri belajar Bruner dalam pembelajaran
4. Mengetahui teri belajar Ausubel
5. Mengetahui Prinsip teori belajar dari Ausubel
6. Mengetahui Bagaimana penerapan teri belajar Ausubel dalam pembelajaran

D. Manfaat

Kami berharap makalah ini semoga bermanfaat terutama bagi peserta didik dan pendidik.
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para
mahasiswa mengenai teori belajar Bruner dan Ausubel yang nantinya akan menjadi pedoman
para mahasiswa dalam kegiatan mengajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Bruner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner lahir tanggal 1 Oktober
1915 adalah seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah
mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan
perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan
mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh
pengetahuan dan mentransformasikan pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang
bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan
belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Teori Bruner tentang kegiatan belajar
manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan.

Jerome S. Bruner adalah ahli psikologi perkembangan yang memiliki perhatian terhadap
kemajuan pendidikan, terlihat dalam empat tema pendidikan yang selalu ia sorot demi
pengembangan peserta didik sebagai berikut:

 Struktur pengetahuan
Struktur pengetahuan dipandang penting bagi peserta didik karena akan memberi
dorongan untuk melihat fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan dapat
dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dan pada informasi yang telah
dimilikinya.
 Kesiapan (readiness) untuk belajar
Kesiapan belajar juga sangat urgen dalam pendidikan, kesiapan belajar terdiri dari
penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi lagi.
 Nilai Intuisi dalam Belajar
Nilai intuisi diharapkan akan dapat merumuskan teknik-teknik intelektual (belajar)
untuk sampai pada formulasi-formulasi tentative tanpa melalui langkahlangkah
analisis untuk mengetahui apakah fomulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-
kesimpulan yang benar.
 Motivasi atau keinginan untuk Belajar
Dengan adanya motivasi belajar diharapkan akan tertanamkan pada pengalaman-
pengalaman pendidikan yang secara langsung mau berpatisifasi secara aktif dalam
menghadapai proses belajar mengajar.

Dalam teorinya yang diberi judul “Teori Perkembangan Belajar”, Bruner menekankan
pada proses belajar meggunakan metode mental, yaitu individu yang belajar mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya agar proses tersebut dapat direkam dalam pikirannya dengan
caranya sendiri. Discovery learning (pembelajaran berdasarkan penemuan sendiri) dari
Jerome Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada
pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam

3
discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah,
dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang
memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran ini
membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan
jawabannya. Siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dengan keterampilan
berpikir sebab mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi. Adanya interaksi
antara siswa dengan lingkungan fisik ini akan memberikan kesempatan baginya untuk
melaksanakan penemuan.

Teori belajar penemuan menurut Bruner merupakan belajar untuk pengembangan kognitif
peserta didik. Jika Piaget mengatakan pengembangan kognitif menyebabkan perkembangan
bahasa peserta didik, sebaliknya menurut Bruner perkembangan bahasa peserta didik besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Ini sangat beralasan kerena bahasa adalah alat
untuk membuka cakrawala pengetahuan dunia. Menurut Bruner perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat kondisi lingkungan,
yaitu:

 Tahap enaktif (enactive).


Dalam tahap ini anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik)
suatu benda. Sebagai contoh, kita ingin mengenalkan konsep bilangan pecahan pada
siswa, kita dapat menggunakan sebuah apel yang dibagi dua sama besar. Selain itu
tahap enaktif adalah tahap dimana seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam
usahanya memahami lingkungan, tahap ini lebih didominani pada usia anak 5–7
tahun, misalkan seorang anak secara enaktif mengetahui bagaimana mengendarai
sepeda motor.
 Tahap ikonik (iconic).
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak sudah berhubungan dengan mental,
yang merupakan gambaran dari objek/benda yang dimanipulasikannya. Anak tidak
langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan pada tahap enaktif. Misalnya
dengan menunjukkan pada sajian yang berupa gambar atau grafik.
 Tahap simbolik (symbolic).
Dalam tahap ini anak tidak lagi terikat dengan objek pada tahap sebelumnya. Anak
pada tahap ini sudah mampu mengggunakan notasi atau simbol tanpa ketergantungan
terhadap objek real (Dina Indriana, 2011: 186)

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu ialah memperoleh informasi baru, transformasi/mengolah
informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Mimi Haryani dan Mely
Andriani, 2013: 31) . Dalil-dalil (teorema) yang berkaitan dengan pembelajaran matematika
menurut Bruner berdasarkan percobaan dan pengalamannya yaitu:

 Dalil penyusunan
Dalil penyusunan menyatakan bahwa siswa selalu mempunyai kemampuan mengusai
definisi, teorema, konsep, dan kemampuan matematis lainnya, oleh karena itu cara

4
terbaik bagi siswa untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika
adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.
 Dalil notasi
Dalil notasi menyatakan bahwa notasi matematika yang digunakan harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan mental anak berdasarkan tahap enaktif, ikonik, dan
simbolik.
 Dalil pengkontrasan atau keaneragaman (variasi)
Dalil pengkontrasan atau keanekaragaman (variasi) menyatakan bahwa suatu konsep
harus dikontraskan dengan konsep lain dan harus disajikan dengan contoh-contoh
yang bervariasi. Misalnya, untuk memahami konsep bilangan 2, siswa diberi kegiatan
untuk membuat kelompok benda yang beranggotakan 2. Selain itu juga diberi
kegiatan untuk membuat kelompok benda yang tidak beranggotakan 2. Bisa juga
memilih kelompok-kelompok mana yang merupakan kelompok 2 benda, dan
kelompok-kelompok mana yang bukan kelompok 2 benda.
 Dalil pengaitan
Dalil pengaitan menyatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan
konsep matematika yang lain mempunyai kaitan yang erat, baik dari segi isi maupun
dari segi penggunaan rumus-rumus. Misalnya rumus luas persegi panjang merupakan
materi prasyarat untuk penemuan rumus luas jajargenjang yang diturunkan dari rumus
persegi panjang.

B. Prinsisp teori belajar discovery menurut Jerome Bruner.

Sebagai psikolog, Bruner lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental.


Berkaitan masalah pengajaran, ia mengemukakan dalil tentang intruksi. Ada dua sifat dalam
teori intruksi yaitu preskriptif dan normative. Preskriptif berhubungan dengan mekanisme
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan tekhnik pengukuran atau evaluasi hasil.
Sedangkan normative berhubungan dengan penguasaan penentuan dan kondisi tujuan. Untuk
itu dalam proses belajar discovery memiliki prisnsip-psinsip sebagai berikut:

 Semakain tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pula


ketidak tergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan.
 Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk
menyimpan dan memproses informasi. Data yang diterima orang dari luar perlu
diolah secara mental.
 Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk mengutarakan
pendapat dan gagasan melalui simbol.
 Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara
pengajar dan yang peserta didik.
 Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk memikirkan
beberapa alternative secara serentak, memberikan perhatian kepada beberapa stimulus
dan situasi serta melakukan kegiatan-kegiatan.

5
Prinsip-prinsip di atas dapat terlihat jelas bahwa teori discovery atau belajar penemuan
sangat memberi perhatian tinggi terhadap perkembangan kognitif peserta didik. Baik secara
teori mupun apilikasi yang hendak dikerjakan di dalam kelas atau lingkungan.

C. Penerapan Teori Belajar Bruner

Pembelajaran penemuan ini menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi


dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman. Untuk
memperolehnya siswa harus aktif dimana mereka harus mengidentifikasi sendiri pemahaman
yang diperoleh, tidak hanya menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu, guru harus
memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam
pembelajaran guru memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh sampai
menemukan hubungan antar bagian dari struktur materi.

Aplikasinya dalam pembelajaran:

 Guru merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki siswa, baik secara kelompok maupun
secara individu.
 Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk
menyelesaikan masalah sendiri.
 Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
 Membantu siswa mencari hubungan antara konsep.
 Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri
jawabannya.
 Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat penemuan (Trianto, 2010: 80)

Misalnya dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, berdasarkan tiga tahap yang
dikemukakan Bruner.

a. Tahap enaktif

Dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaran akan terjadi secara
optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkrit
(misalnya menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung
banyaknya kelereng).

b. Tahap ikonik

Kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3
kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut (dan kemudian dihitung banyaknya
kelereng semuanya, dengan menggunakan gambar atau diagram tersebut). Pada tahap yang
kedua siswa bisa melakukan penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual
(visual imagery) dari kelereng, kelereng tersebut.

6
c. Tahap simbolik

Sebagai contoh, Kemudian, Pada tahap berikutnya, siswa melakukan penjumlahan kedua
bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang bilangan, yait 3 + 2 = 5.

D. Teori Belajar Ausubel

David Paul Ausubel merupakan salah seorang ahli psikologi Amerika. Beliau telah
memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang psikologi pendidikan,
sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains. Ausubel dilahirkan pada 25 Oktober
1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York. David Ausubel merupakan seorang ahli
psikologi pendidikan yang terkenal dengan teori belajar bermakna. Ausubel memberikan
penekanan pada pentingnya pembelajaran yang bermakna dan pentingnya pengulangan
sebelum dimulainya pembelajaran. Menurut Ausubel, belajar dapat dikelompokkan ke dalam
dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi yang disajikan
pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut tentang
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada,
yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Pandangan Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif
lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh
pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-
ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Suatu konsep mempunyai arti bila
sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya (Melly Andriani
dan Mimi Hariyani, 2013: 21). Agar konsep¬konsep yang diajarkan menjadi bermakna, harus
ada sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur
kognitif’. Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna
akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan
konsep yang sudah ada/diterima sebelumnya tersimpan pada struktur kognitifnya.

Ausubel mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi seperti yang telah
disinggung diatas. Dimensi pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau
materi pelajaran disajikan kepada siswa, apakah melalui penerimaan atau melalui penemuan.
Belajar menurut dimensi ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara
dikomunikasikan kepada siswa. Belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam
bentuk final, ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri keseluruhan informasi yang harus diterimanya. Dimensi kedua
berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan
struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa menghubungkan atau
mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, itulah yang
dikatakan belajar bermakna. Siswa dapat juga mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa
menghubungkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Siswa dapat
hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar
hafalan.

Menurutnya, belajar penerimaan tidak sama dengan belajar hapalan. Belajar penerimaan
dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep.

7
Sehubungan dengan itu agar bahan pelajaran mudah dipelajari, Ausubel berpendapat bahwa
pengetahuan diorganisasikan dalam ingatan seseorang secara hierarki/urutan tingkatan. Oleh
karena itu, ia menyarankan supaya materi pelajaran disusun secara berurutan dari atas ke
bawah, dari yang paling umum/abstrak hingga yang paling spesifik/terinci. Pembelajaran
harus berjalan dari yang paling umum hingga rinci, disertai contoh yang khas.

E. Prinsip Teori Belajar Ausubel

Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dipenuhi agar belajar menjadi bermakna. Beberapa
prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah dengan melakukan:

 Pengaturan awal (advance organizer).

Pengaturan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada siswa
jauh sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan. Berdasarkan suatu
penelitian, pengaturan awal dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai
macam materi pelajaran. Pengaturan awal sangat berguna dalam mengajarkan materi
pelajaran yang sudah mempunyai struktur yang teratur (Melly Andriani dan Mimi
Hariyani, 2013: 20). David Ausubel memperkenalkan konsep pengatur awal dalam
teorinya. Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari,
dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang
dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur
awal dapat dianggap semacam pertolongan mental, dan disajikan sebelum materi
baru. Banyak penelitian membuktikan bahwa pengatur-pengatur awal meningkatkan
pemahaman siswa tentang berbagai macam pelajaran (harley & davies, 1976; 1979).

 Progressive differentiation.

Menurut Ausubel pengembangan konsep berlangsung paling baik bila dimulai dengan
cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yang umum terus sampai kepada hal-hal
yang khusus dan rinci disertai dengan pemberian contoh-contoh. Dengan perkataan
lain model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus.
Dengan strategi ini, guru mengajarkan konsep-konsep yang paling umum dulu
kemudian mengajarkan hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep.
Proses penyusunan konsep seperti ini disebut diferensiasi progresif atau dikatakan
juga bahwa konsep-konsep itu disusun secara hierarki.

 Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation).

Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi
yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai
siswa. Dengan demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan
dijelaskan tersebut. Menurutnya, dalam mengajar bukan hanya urutan menurut
diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus memperlihatkan
bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Kita
harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan
dipetentangkan denagn arti-arti sebelumnyayang lebih sempit dan bagaimana konsep-
konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang menambl arti baru. Untuk mencapai

8
penyesuaian/rekonsiliasi integratif, materi pelajaran hendaknya disususn sedemikian
rupasehingga kita menggerakkan hierarki-hierarki konseptual “ke atas dan ke bawah”
selama informasi disajikan

F. Penerapan Teori Belajar Ausubel

Dalam perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai cara


pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep. Penerapan peta konsep
dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui penguasaan siswa
terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial apa saja
yang perlu diajarkan. Adapun cara pembelajarannya adalah sebagai berikut.

 Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
 Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah diajarkan.
 Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling umum hingga rinci beserta contoh-
contohnya.
 Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling umum hingga
rinci secara berurutan dari atas ke bawah.
 Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep
yang akan dijelaskan guru.

Contoh Penerapan Teori Ausubel dalam kasus Matematika, yaitu:

Dalam belajar program linier, siswa yang belajar bermakna bisa mengkaitkannya dengan
materi menggambar grafik fungsi linear dan menyelesaikan pertidaksamaan linear serta
mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan program linier. Dan
sebaliknya apabila tidak bermakna, maka siswa tidak bisa mengkaitkannya dengan materi
sebelumnya dan tidak mampu mengaplikasikannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia,


bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasikan
pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses,
pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif
yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan
kepada dirinya. Teori Bruner tentang kegiatan belajar manusia tidak terkait dengan umur atau
tahap perkembangan. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh caranya melihat kondisi lingkungan, yaitu:

 Tahap enaktif (enactive).


Dalam tahap ini anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik)
suatu benda.
 Tahap ikonik (iconic).
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak sudah berhubungan dengan mental,
yang merupakan gambaran dari objek/benda yang dimanipulasikannya.
 Tahap simbolik (symbolic).
Dalam tahap ini anak tidak lagi terikat dengan objek pada tahap sebelumnya. Anak
pada tahap ini sudah mampu mengggunakan notasi atau simbol tanpa ketergantungan
terhadap objek real.

Kelebihan dari teori Bbruner ini adalah Pengetahuan itu akan bertahan lebih lama atau
lama dapat diingat, mudah diingat, Selain itu belajar penemuan memiliki hasil belajar yang
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya, dan disisi lainnya secara
menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran belajar suatu topik,
meningkatkan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan sistematis. Sedangkan
kelemahannya adalah dari sekian bidang studi yang ada tidak semua bidang studi atau sub
judul bidang studi dapat dilakukan dengan teori belajar penemuan, tidak semua peserta didik
mampu diajak kerja sama melakukan proses berpikir sebagaimana yang diharapkan, sulitnya
teori ini diterapkan pada budaya masyarakat yang berlainan antara satu daerah dengan daerah
yang lain. Teori ini relative sulit karena akan memakan waktu yang relative lama,
dikarenakan siswa kurang terbiasa untuk melakukan proses berpikir individu juga kelompok

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita tidak mengetahui mekanisme
biologi tentang memori atau disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa informasi
disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak terlibat dalam penyimpanan
pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-
sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang

10
sedang dipelajari. Pandangan Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli
psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang
memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Menurut Ausubel
bahan subyek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran
bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif seseorang ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh para
siswa. Ausubel menyatakan bahwa belajar dilakukan dengan reception learning yang artinya
seorang individu belajar dengan hanya menerima informasi yang didapatnya tanpa mencari
atau menemukan sendiri informasi tersebut.

B. Saran

Makalah yang kami buat ini masih banyak kekuranggannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mohon kritik, saran serta masukan-masukan dari rekan-
rekan yang membaca makalah ini, agar kedepannya dalam pembuatan makalah penulis bisa
lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Belajar & Pembelajaran\David Ausubel_ Belajar Bermakna - Kompasiana.com.mhtml

Hafifuddin dan Zulfikar, 2007, Ilmu Pendidikan Diktat Ilmu Pendidikan STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe

http://www.answers.com/topic/jerome-bruner

http://www.psych.nyu.edu/people/faculty/bruner

Ratna Wilis Dahar, 1989, Teori-teori Belajar Jakarta: Erlangga

Nasution. 2007. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai