Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Dosen Pengampu : Dr. Sulistiyana M.Pd

Disusun oleh Kelompok 3

Hamdi NIM 2210116210023

Henny Futry Ananti NIM 2210116220008

Indah Maharany NIM 2210116320007

Nadjwa Salshabilla Humayra NIM 2210116220018

Neysiana Febrianti Sundusiah NIM 2210116220032

Rama Arsya Atsil Buana NIM 2210116310015

Septhantry Dwi Setyaningrum NIM 2210116220013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang bejudul “Teori
Belajar Kognitif”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Sulistiyana M.Pd.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan
maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah
selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami berharap makalah ini bisa
memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Atas perhatian dan
kesempatan yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin,04 Maret
2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Permasalahan..................................................................................................................1
C. Metode Penulisan............................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
E. Manfaat Penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Pengertian Teori Beajar Kognitif....................................................................................3
B. Teori Kognitif Menurut Jean Piaget ..............................................................................5
C. Implikasi Teori Jean Piaget dalam Pendidikan...............................................................9
D. Teori Medan dari Lewin.................................................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori
psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar
behaviorisme dengan tokohnya B.F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-
lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara
prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya
perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur. Namun seiring dengan
kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut
mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori
belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat
otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki
kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian diri (self
control) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia
tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati,
dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu
sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan
psikis antara manusia dan hewan, hal ini dapat diidentifikasi sebagai
kelemahan teori behaviorisme.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub pembahasan
ada baiknya pemakalah rumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, antara lain :
1. Pengertian teori belajar Kognitif
2. Implikasi teori belajar Kognitif dalam pendidikan

C. Metode Penulisan
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah buku pelajaran
kedokteran, jurnal imiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel ilmiah
yang bersumber dari internet. Metode penulisan bersifat studi pustaka.
Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil
studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar
satu sama lain dan sesuai dengan topik yang dibahas. Simpulan yang ditarik
mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran
praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.

D. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan serta menjabarkan pengertian teori
belajar Kognitif
2. Mahasiswa mampu mengetahui serta implikasikan teori belajar
kognitif dalam proses belajar mengajar.
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan
pengetahuan bagi para pembaca mengenai teori Kognitif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognotif


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang
mempunyai persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui.
Pandangan teori belajar ini dikemukakan oleh David Ausbel (1965) bahwa
belajar sebagai proses penuh makna (meaningful learning) yaitu
mempertautkan kejadian dan informasi sudah ada dalam kognisi anak
ditautkan dengan informasi baru untuk memperoleh pengetahuan baru
yang lain (Pranowo, 2014: 31). Dalam proses belajar adakalanya terjadi
kelupaan sistematis. Kelupaan sistematis yang dimaksud adalah terjadi
pemangkasan kognisi berupa penghilangan kekalutan dengan maksud
memberi jalan bagi maksudnya informasi baru ke wilayah kognisi.
Cara menciptakan kebermaknaan dalam belajar ini dapat dilakukan
oleh pemahaman dan pembelajaran dengan berbagai cara berikut:
a. Anak lahir memiliki bakat bawaan untuk melakukan
belajar, karena dirinya terdapat kotak hitam (black box)
untuk menyerap informasi.
b. Belajar dilakukan secara sadar untuk mendapatkan
pengetahuan baru.
c. Pembelajaran dapat mempertautkan informasi lama dengan
informasi baru.
d. Tugas mempelajari informasi baru dapat dipertautkan
dengan pengetahuan yang sudah ada.
e. Seringkali terjadi kelupaan pada proses pembelajaran.
f. Pemelajar mampu mempertautkan antarbagian dengan
maksud sesuai dengan konteks yang melingkupinya

Teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan


aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai
dan sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Misalnya, seseorang

3
mengamati sesuatu ketika dalam perjalanan. Dalam pengamatan tersebut
terjadi aktifitas mental. Kemudian ia menceritakan pengalaman tersebut
kepada temannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam
perjalanan, dia tidak dapat menghadirkan objek-objek yang pernah
dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat menggambarkan
semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Maka dengan
demikian, telah terjadi proses belajar, dan terjadi perubahan terutama
terhadap pengetahuan dan pemahaman. Jika pengetahuan dan pemahaman
tersebut mengakibatkan perubahan sikap, maka telah terjadi perubahan
sikap, dan seterusnya.
Fungsi kognitif membuat seseorang bisa dengan mudah bergaul
satu sama lain. Adapun fungsi kognitif sebagai berikut:
1. Perhatian merupakan penyeleksi rangsangan yang nantinya menjadi fokus
perhatian dan bisa diabaikan secara bersamaan. Rangsangan yang
dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun gambar.
2. Memori atau daya ingat berkaitan dengan tingkat kefokusan seseorang.
Semakin fokus, semakin baik memori atau daya ingat. Hal ini
menunjukkan bagaimana suatu informasi akan ditransfer dan disimpan di
dalam otak.
3. Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang mengarahkan manusia untuk
menjadi perencana dan melaksanakan sesuatu yang telah ia rencanakan.
Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana cara menyelesaikan setiap
permasalahan.
4. Kemampuan bahasa berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu
menyusun kata-kata saat berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang
memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda, bergantung dari fungsi
kognitifnya.
5. Merasakan dan mengenali, kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang
bisa merasakan dan mengenali segala sesuatu di sekitarnya. Misalnya
membedakan antara jeruk dan lemon, semangka dan melon, dan
seterusnya.

4
Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan
proses belajar daripada hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses
belajar, seseorang tidak hanya cenderung pada hubungan antara stimulus
dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai
tujuan belajarnya. Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.
2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan
tingkah laku seorang individu.
3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari
secara terpisah.
4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.
5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.
Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang menyatakan
bahwa melalui tingkah lakulah seorang individu akan mengalami proses
mental yang nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai,
membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya reaksi.
Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar
manusia tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral,
dan sebagainya.
Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa
ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli
sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana dikemukakan oleh teori
Behavior, yang   menekankan  pada  hubungan  stimulus    responsreinforc
ement. Munculnya teori kognitif merupakan wujud nyata dari kritik
terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk
akal dan sulit dipertanggungjawabkan secara psikologis.

B. Teori Kognitif Menurut Jean Piaget


Jean Piaget sebagai tokoh kognitivis (1954) menurutnya bahasa
bukanlah suatu ciri ilmiah yang tepisah, melainkan salah satu di antara

5
beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Menurut
Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu:
a. Asimilasi yaitu proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada.
b. Akomodasi yaitu proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru,
c. Equilibrasi yang merupakan penyesuaian yang berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas muncul dan
diperolehnya schemata skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti
teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat
bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang
termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan
teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang
digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
A. Tahapan Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah releks bawaan selain
juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi releks bawaan ini. Tahapan sensorimotor adalah
tahapan pertama dari empat tahapan. Piaget berpendapat bahwa tahapan
ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spasial penting
dalam enam subtahapan:

6
a. Sub-tahapan skema releks, muncul saat lahir sampai usia enam
minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Subtahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu
sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaankebiasaan.
c. Subtahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia
empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama
dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Subtahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari
usia 912 bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat
objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Subtahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia 12-
18 bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan caracara
baru untuk mencapai tujuan.
f. Subtahapan awal representasi simbolis, berhubungan terutama
dengan tahapan awal kreativitas.
B. Tahapan Praoperasional (usia 2-7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget dapat menunjukkan bahwa setelah
akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
muncul. Pemikiran (pra) operasi dalam teori Piaget ialah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objekobjek. Ciri dari tahapan
ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan
objek dengan gambaran dan katakata. Pemikirannya masih bersifat
egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbedabeda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbedabeda.

7
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan
sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspek-tif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap
benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
C. Tahapan Operasional Konkrit (usia 7-11 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul
antara usia 6-12 tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika
yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini antara lain:
a. Pengurutan, kemampuan untuk mengurutkan objek
menurutukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila
diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya
dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentiikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya
ke dalam rangkaian ini.
c. Decentering anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek
dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai
contoh, anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tetapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang
tinggi.

8
d. Reversibility anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan
awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4 + 4 sama dengan 8, 8 - 4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.Konservasi memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda ialah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda ini.
Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan
isinya sama banyak, mereka akantahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air digelas ini akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
e. Penghilangan sifat egosentrisme kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang ini
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan
komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka dalam
kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka ini ke dalam laci, setelah ini baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu
ada dalam kotak walau anak ini tahu bahwa boneka initelah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
D. Tahap Operasiona Formal (usia 11-15 tahun)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11
tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini ialah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti
cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam
bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai

9
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
isiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial.
C. Implikasi Teori Piaget dalam Pendidikan
Para pendidik memandang bahwa teori Pieget itucdapat dipakai
sebagai dasar pertimbangan guru di dalam menyusun struktur dan urutan
mata pelajaran di dalam kurikulum. Hunt mempraktekkan di dalam
program pendidikan TK yang menekankan pada perkembangan sensori
motoris dan proeperasional.[13] Misal belajar menggambar, mengenal
benda, dan menghitung.
Seorang guru yang tidak memperhatikan tahapan-tahapan
perkembangan kognitif anak ini akan cenderung menyulitkan siswa.
Contoh, mengajarkan konsep-konsep abstrak tentang Shalat kepada
sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya usaha untuk
mengkongkretkan konsep-konsepp tersebut, tidak hanya sia-sia, tetapi
justru akan lebih membingungkan siswa. Implementasi Teori
Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran, adalah :
a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa.
Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru
tetapi tidak asing.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan


aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai
dan sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Perilaku manusia tidak
ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor
yang ada pada dirinya sendiri. Belajar pada asasnya adalah peristiwa
mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-
hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap
peristiwa belajar siswa. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti
penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku manusia yang
tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental,
seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

B. Saran

Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara


mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses
pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru
akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada
akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang
dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh
siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran di kelas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya


dalam Pembelajaran. Jurnal Al-Tujih Bingkai Bimbingan dan Konseling
Islami, 16.
Ekawati, M. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif Serta
Implikasinya. E-Tech Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 12.
Jahja, Y. (2015). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Prenadamedia Group.
Sari, N. Y. (2021). Terapi Kognitif Perilaku dan Terapi Psikoedukasi Keluarga
untuk Remaja. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management (Penerbit
NEM - Anggota IKAPI).
Sulyandari, A. K. (2021). Perkembangan Kognitif dan Bahasa pada Anak Usia
Dini. Malang: Guepedia.

12

Anda mungkin juga menyukai