Dosen Pengampu :
Naheria, S.Pd.,M.Pd
UNIVERSITAS MULAWARMAN
PENDIDIKAN JASMANI
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
C. Tujuan .............................................................................................................................5
Kesimpulan : ........................................................................................................................ 13
A. Latar Belakang :
B. Rumusan Masalah :
C. Tujuan
Selain memenuhi tugas mata kuliah teori belajar motorik, makalah ini juga disusun
agar penulis dan pembaca mampu memahami teori belajar kognitif, mulai dari sejarah,
kelebihan dan kekurangan hingga aplikasi atau penerapan dari teori kognitif ini.
BAB II PEMBAHASAN
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau
melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Dalam istilah
pendidikan, kognitif didefinisikan sebagai satu teori di antara teori-teori belajar yang
memahami bahwa belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi
untuk memperoleh pemahaman. Dalam teori kognitif, tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan.
Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan berfikir
internal yang terjadi selama proses belajar. Teori belajar kognitif merupakan suatu teori
belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori kognitf pada
awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon,
Mosher, Perry dan sebagainya, yang membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam
kaitannya dengan belajar. Kemudian dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr.
Von Ehrenfels Koffka, Kohler, Wertheimer dan sebagainya. Bagi penganut aliran ini,
belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari
itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-
prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat
pengalaman sendiri.
Teori belajar kognitif muncul dilatar belakangi oleh beberapa ahli yang belum merasa
puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar. Munculnya
teori kognitif merupakan wujud nyata dari kritik terhadap teori Behavior yang dianggap
terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit dipertanggung jawabkan secara
psikologis. Menurut paham kognitif, tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh
reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan). Tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan untuk mengenal atau memikirkan situasi di mana
tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu
dan memperoleh pemahaman atau insight untuk pemecahan masalah. Paham kognitifis
berpandangan bahwa, tingkah laku seseorang sangat tergantung pada pemahaman atau
insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan secara terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung
dan menyeluruh. Ibarat memainkan alat musik, seseorang tidak akan bisa memainkan
musik tanpa memahami terlebih dahulu not-not balok yang terpampang pada portitur
sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang
secara utuh masuk pikiran dan perasaannya. Dalam praktik, teori ini terwujud dalam
“tahap-tahap perkembangan“ yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar bermakna” oleh
Ausubel, dan “belajar penemuan” (Discovery Learning) oleh Jerome Bruner, belajar
pemahaman (insight) dan sebagainya.
Terdapat beberapa tokoh teori belajar kognitif yang cukup terkenal, di antaranya
adalah:
1. Jean Piaget
Piaget adalah salah satu tokoh utama dalam teori belajar kognitif. Dia percaya
bahwa belajar melibatkan proses kognitif, dan bahwa anak-anak bergerak melalui
tahap-tahap perkembangan kognitif tertentu. Piaget menekankan pentingnya
pemrosesan informasi dalam belajar dan menganggap bahwa belajar adalah
proses konstruksi pengetahuan. Piaget mengembangkan teori kognitif, yang
menekankan peran penting pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dalam
pembentukan pola-pola kognitif manusia. Menurut Piaget, manusia mengalami
empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda-beda, yaitu tahap
sensorimotor, tahap praoperasional, tahap konkret operasional, dan tahap formal
operasional.
2. Lev Vygotsky
Vygotsky berfokus pada peran bahasa dan budaya dalam perkembangan kognitif.
Dia menekankan pentingnya interaksi sosial dalam membentuk pemahaman
anak-anak tentang dunia. Vygotsky juga mengembangkan konsep zona
pengembangan proksimal, yang mengacu pada perbedaan antara kemampuan
anak untuk melakukan tugas secara mandiri dan kemampuan mereka untuk
melakukan tugas dengan bantuan.
3. Albert Bandura
Bandura mengembangkan teori belajar sosial, yang menekankan pentingnya
model atau contoh dalam membentuk perilaku. Menurut Bandura, belajar melalui
observasi dan imitasi merupakan faktor kunci dalam belajar. Bandura
mengembangkan teori belajar sosial, yang menekankan peran penting pemodelan
dan pengaruh lingkungan sosial dalam belajar dan perkembangan kognitif.
Menurut Bandura, individu belajar melalui pengamatan dan pengalaman
langsung dengan lingkungan mereka.
4. Jerome Bruner
Bruner menekankan pentingnya konstruksi pengetahuan dan menyatakan bahwa
proses belajar dapat ditingkatkan dengan penyajian informasi dalam bentuk yang
lebih mudah dipahami.
5. Edward Tolman
Tolman mengembangkan teori belajar kognitif yang disebut teori peta kognitif.
Tolman mengembangkan teori belajar kognitif yang menekankan pentingnya
pemetaan kognitif dan perencanaan dalam pembentukan perilaku. Menurut
Tolman, belajar melibatkan pembentukan peta kognitif dalam pikiran individu,
yang membantu mereka untuk merencanakan dan menavigasi tindakan mereka
dalam lingkungan.
C. Strategi Pembelajaran Kognitif :
Terdapat beberapa cara untuk menerapkan teori belajar kognitif dalam kelas dan
kehidupan sehari-hari yang bisa digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa.
Setelah melakukan kegiatan agar kognitif seseorang meningkat, ada pula cara agar
kognitif seorang pelajar bisa dimaksimalkan dan terawat. Berikut caranya:
1. Beraktivitas fisik
Berdasarkan seorang peneliti dari Harvard Medical School. Menemukan fakta
bahwa dengan melakukan kegiatan fisik secara konsisten dan berkala. Maka
perkembangan otak akan meningkat, terutama pada kognitifnya.
2. Berinteraksi sosial
Dengan melakukan interaksi dengan sesama kita akan ditantang untuk berpikir
secara spontan. Hal tersebut karena kita akan melakukan bahasa berupa lisan atau
gerak tubuh, hal tersebut selain bisa meningkatkan daya kreativitas juga bisa
meningkatkan cara kita untuk menyelesaikan masalah.
3. Meditasi
Ini merupakan lansiran dari Rutgers University. Menemukan bahwa dengan
meditasi 30 hingga 60 menit bisa meningkatkan kognitif dari seseorang. Ini tentu
karena setiap jiwa atau mental sangat mempengaruhi akal atau otak. Dengan
meditasi jiwa akan tenang dan berpikir akan semakin mudah.
Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan teori kognitif secara lebih rinci:
Kelebihan Teori Kognitif ;
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dalam teori kognitif, siswa harus lebih kreatif karena mereka tidak hanya
menanggapi dan menerima rangsangan, tetapi mengolah informasi dan
berpikir untuk menghasilkan ide dan mengembangkan pengetahuan.
Sekaligus meningkatkan kemandirian siswa, salah satu cara mendidik anak
agar mandiri sejak usia dini. Misalnya pada saat siswa mengerjakan soal,
siswa dapat bekerja secara mandiri. Karena pada saat belajar siswa
menggunakan pikirannya sendiri untuk mengasah ingatannya tanpa
bergantung pada orang lain.
2. Berpikir kritis melalui teori kognitif
Anak menjadi pemikir yang lebih kritis dan analitis dalam aktivitasnya,
mereka memahami materi dan contoh melalui hasil analisis, observasi dan
pemahaman terhadap aktivitasnya sendiri. Aktivitas yang dilakukannya
memberikan feedback terhadap perubahan cara pemikirannya yang lebih
luas.
3. Memaksimalkan daya ingat
Dengan menerapkan teori kognitif ini, guru dapat memaksimalkan daya
ingat siswa untuk mengingat semua materi yang disampaikan, karena
perkembangan persepsi motorik anak dalam pembelajaran kognitif salah
satunya menekankan daya ingat siswa untuk selalu mengingat materi yang
diberikan kepadanya.
Berikut merupakan contoh dan cara yang bisa digunakan agar strategi belajar kognitif
dapat berlangsung maksimal adalah:
1. Membuat permainan untuk menghafalkan sebuah puisi, lagu atau fakta.
2. Minta siswa untuk membuat jurnal tentang apa saja yang telah mereka lakukan dan
pelajari dari hari ke hari atau minggu ke minggu.
3. Siswa bisa mendemonstrasikan proyeknya di depan kelas.
4. Minta siswa untuk memuat permainan belajar mereka sendiri, ketika mereka
sedang akan memahami sebuah fakta atau subjek.
5. Minat siswa untuk menjabarkan teori atau masalah pembelajaran kepada siswa lain
dan mengajarkan teori atau masalah tersebut kepada mereka.
6. Buat daftar pertanyaan di papan tulis lalu minta siswa untuk menjawab dan
mempelajari mengenai cara berpikir mereka.
Kesimpulan :
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/Lenovo%20
%20GK/Downloads/Teori_Kognitif_dan_Implikasinya_Dalam_Pembelajaran.pdf
file:///C:/Users/Lenovo%20-%20GK/Downloads/383-1782-1-PB.pdft
https://hermananis.com/teori-belajar-kognitif-menurut-para-ahli-dan-penerapannya-dalam-
pembelajaran/
https://www.tripven.com/teori-belajar-kognitif/
https://dosenpsikologi.com/kelebihan-dan-kekurangan-teori-kognitif