Anda di halaman 1dari 24

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pebelajaran

Dosen Pengampu:
Drs. Maskun, M.H.
Valensy Rachmedita, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Elvia Amna Safira 2213033083

Herma Siska 2213033084

Ridho Ananda 2213033086

Ummul Fadillah 2213033087

Dwi Anggraini 2213033088

Ketut Sastra Aditia 2253033003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Puji dan syukur penyusun haturkan kepada Allah Tuhan semesta alam karena
berkat ridho dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tak lupa penyusun juga berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam pennyusunan makalah ini. Makalah ini bertujuan sebagai syarat mengikuti
mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagaimana yang telah dipaparkan dalam
kontrak perkuliahan. Tentunya dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari
masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan
kritik serta saran yang membangun demi kebaikan makalah ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Bapak Drs. Maskun, M.H dan Ibu Valensy Rachmedita, S.Pd., M.Pd
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, 02 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Pengertian Teori Kognitif .......................................................................... 3

2.2 Jenis- Jenis Teori Kognitif ......................................................................... 6

2.3 Perkembangan Kognitif Jean Piaget.......................................................... 11

2.4 Perkembangan Kognitif Anak Usia 7-11 Tahun ........................................ 12

2.5 Perbandingan Teori Behavioristik dan Teori Kognitif............................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15

3.2 Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek
dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relative
konstan/tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Salah satu teori
belajar yang berkembang dan dipakai di dunia pendidikan adalah teori belajar
kognitif. Khodijah (2014) memberikan definisi belajar yaitu: 1) belajar adalah
merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan
membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru. 2) proses belajar
melibatkan proses-proses internal yang terjadi berdasarkan pengalaman, latihan
dan interaksi sosial. 3) hasil belajar ditunjukan oleh terjadinya perubahan prilaku.
4) perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatife permanen.

Kognitif menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-perubahan peroses


mental internal yang digunakan dalam upaya memahami dunia eksternal. Dalam
perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang yang
memberikan kapasitas untuk menunjukan perubahan perilaku. Struktur mental ini
meliputi pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan dan mekanisme lain dalam
kepala pembelajar.

Saam (2010: 59) menyatakan bahwa Teori Kognitif menekankan bahwa peristiwa
belajar merupakan proses internal atau mental manusia. Teori kognitif menyatakan
bahwa tingkah laku manusia yang tampak tidak bisa diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental yang lain seperti motivasi, sikap, minat, dan kemauan.
Dalyono (2007: 34) bahwa dalam teori belajar kognitif dinyatakan bahwa tingkah
laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka
ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka, tingkah laku
seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori kognitif ?
2. Sebutkan jenis-jenis teori kognitif ?
3. Apa saja teori kognitif perkembangan anak usia 7-11 tahun?
4. Apa perbedaan teori Behavioristik dengan teori Kognitif ?

1.3 Tujuan
1. Supaya mengetahui teori kognitif itu apa.
2. Agar lebih memahami lagi tentang teori kognitif.
3. Agar mengetahui perkembangan seorang anak.
4. supaya bisa mengerti lagi dan tau perbandingan antar kedua teori
tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Kognitif

Istilah “Cognitif” berasal dari kata “Cognition” yang padanannya “Knowing”,


berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan
dan penggunaan pengetahuan (Neissser, 1976). Dalam perkembangannya, istilah
kognitif menjadi populer dan menjadi salah satu domain atau wilayah/ ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berkaitan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesenjangan dan keyakinan. (Chaplin, 1972). Istilah “cognitive of theory learning”
adalah suatu bentuk teori belajar yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses
pemusatan pikiran (kegiatan mental) (Slavin (1994).

Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan psikolog untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengolahan informasi yang memungkinakn seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2006 :103).

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang


berkaitan dengan pengertian (pengetahuan) yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Sedangkan dalam pengertian lain kognitif dapat diartikan sebagai konsep umum
yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati,
melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional, kognisi sering
dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan). Definisi
Teori kognitif menurut para ilmuan:

3
1. Teori kognitif menurut Jean peaget
secara umum semua anak berkembang melalui urutan yang sama,
meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lain.
Perkembangan mental anak juga terjadi secara bertahap dari tahap
perkembangan moral sampai tahap berikutnya.
2. Teori kognitif menurut Vygotsky
menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan
kultur Yaitu Perkembangan anak tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sosial
dan kultural.
3. Teori Kognitif menurut Lewin
masing-masing individu berada dalam medan kekuatan yang bersifat
psikologis.dimana individu bereaksi disebut life space. Belajar
berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
4. teori kognitif Menurut Jerome Brunner
pembelajaran seharusnya dapat menciptakan situasi agar individu dapat
belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas pada dirinya.
Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang
efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah
pengembangan program-program pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap
jenjang belajar

Teori belajar kognitif adalah suatu teori belajar yang menekankan bahwa setiap
bagian bagian akan saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Artinya adalah teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, penyimpanan, pengolahan informasi dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya. Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif sendiri lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan
aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Kognitivisme adalah suatu teori
pembelajaran yang menekankan bagaimana proses belajarnya, tidak hanya
menekankan bagaimana hasil yang didapatnya.

4
Menurut Budiningsih (2012:34) teori kognitif sedikit berbeda dengan teori
behavioristik yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Sedangkan menurut Suciati (2005:33) bahwa teori belajar kognitif
percaya setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori


kognitivisme adalah teori belajar yang menyempurnakan teori behavioristik,
dimana dalam teori behavioristik berorientasi pada hasil belajarnya dengan
mengesampingkan proses belajarnya. Menurut teori kognitif proses belajar
merupakan suatu proses yang saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisah-
pisahkan setiap tahapan atau prosesnya, jika proses belajar terjadi secara terpisah-
pisah ataupun membagi-bagi materi maka hasil belajar yang akan diperoleh tidak
akan terlihat berhasil atau tidaknya bagaimana kemampuan memahami materi yang
diajarkan tersebut.

Perkembangan kognitif berlangsung sejak masa bayi, walaupun potensi-potensi


terutama secara biologis sudah dimulai semenjak masa prenatal. Perkembangan
kognitif merupakan salah satu aspek terpenting untuk menjadi pedoman dalam
proses pendidikan. kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan tujuan belajar yang
berorientasi pada kemampuan berpikir yang dalam pendidikan dikenal dengan
istilah Talksonomi Bloom ranah kognitif. Terdapat 6 level dalam Talksonomi
Bloom ranah kognitif yaitu mengingat (remember), memahami (understand),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai/mengevaluasi (evaluate), dan
menciptakan (create) (Imam Gunawan & Anggarini Retno Palupi:2012).
Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan otak. Perkembangan otak
yaitu perkembangan yang menyangkut ukuran (volume) dan fungsi otak. Kecepatan
perkembangan otak berpengaruh pada perkembangan kognitif manusia (Atien Nur
chamidah:2009).

5
2.2 Jenis- Jenis Teori Belajar Kognitif

1. Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic yaitu


proses yang didasari atas mekanisme biologis dan perkembangan system saraf.
Maka semakin bertambahnya usia sesesorang akan semakin kompleks juga
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Perkembangan
kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya, dalam arti bagaimana
ia mengaitkan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengalaman barunya
(Shadiq dan Mustajab:2011).

Istilah kognitif dapat diartikan sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah psikologis ini menjadi penentu utama perilaku
dan corak kehidupan manusia. Ranah kejiwaaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian
dengan ranah rasa (Juwantara; 2019). Menurut Piaget, ada tiga aspek pada
perkembangan kognitif seseorang, yaitu:

1. Struktur kognitif, skema atau skemata (schema) merupakan organisasi


mental yang terbentuk pada saat seseorang berinteraksi dengan
lingkungannya.

2. Isi kognitif merupakan pola tingkah laku seseorang yang tercermin pada
saat ia merespon berbagai masalah.

3. fungsi kognitif merupakan cara yang digunakan seseorang untuk


mengembangkan tingkat intelektualnya, yang terdiri atas organisasi dan
adaptasi.

6
Fokus dalam teori Perkembangan Kognitif Piaget ialah bagaimana individu
mengalami kemajuan tingkat perkembangan mental atau pengetahuan ke tingkat
yang lebih tinggi. Hal yang pokok dalam teori ini adalah kepercayaan bahwa
pengetahuan dibentuk oleh individu dalam interaksi dengan lingkungan yang terus-
menerus dan selalu berubah. Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga Proses
dasar belajar yaitu:

1. Asimilasi yaitu pemaduan data atau informasi baru dengan struktur kognitif
yang ada.
2. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. .Eequilibrasi yaitu penyesuaian secara berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi (Gredler, 1991:311).

Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan


kognitif yang dilalui siswa. Tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh
Piaget yaitu: tahap sensorimotor (dari lahir sampai usia 2 tahun), tahap
praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap operasi kongkrit (usia 7 sampai 11
tahun), dan tahap operasi formal (usia 11 sampai dewasa) (Trianto, 2007).
Kelemahan dari teori Piaget sendiri ialah belajar individual tidak dapat
dilaksanakan, karena untuk belajar mandiri diperlukan kemampuan kognitif yang
lengkap dan kompleks dan tidak bisa diuraikan dalam jenjang-jenjang.

2. Teori Kognitif Jerome S. Bruner/ Teori Belajar Bruner

Teori Belajar Bruner pada dasarnya adalah membentuk manusia untuk menciptakan
individu agar mampu mempelajari dan mudah memahami suatu materi berdasarkan
penemuannya. Menurut Clabaugh teori belajar menurut Bruner ialah bahwa
hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan
reorganisasi dari struktur kognitif, yang kemudian menciptakan makna dan
mengizinkan individu memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan
(Suyono dan Hariyanto 2012:90). Menurut Bruner, pada dasarnya belajar
merupakan proses perkembangan kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada
tiga proses kognitif yang berlangsung dalam belajar, yaitu: proses pemerolehan

7
informasi baru, proses transformasi informasi yaitu tahap memahami, mencerna,
dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru,
proses mengevaluasi atau menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Anidar,
2017; Picauly, 2016; Sutarto, 2017). Ada 4 tema pendidikan untuk perkembangan
kognitif menurut bruner, yaitu:

a. Struktur pengetahuan, dipandang penting bagi siswa untuk melihat


keterhubungan fakta dengan informasi yang diterima.
b. Kesiapan, untuk belajar diperlukan penguasaan keterampilan yang lebih
tinggi lagi.
c. Nilai intuisi, yaitu teknik intelektual untuk sampai pada formulasi tentatif
tanpa menganalisis untuk mengetahui apakah formulasi tentatif merupakan
kesimpulan yang benar.
d. Motivasi, yaitu keadaan pada diri seseorang yang dapat mendorongnya
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan (Buto: 2010).

Menurut Bruner dalam proses pembelajarannya teori Bruner memiliki beberapa


tahap yaitu :

a. Enaktif yaitu tahap perkembangan siswa memperoleh pengetahuan dengan


melakukan pengamatan langsung terhadap fakta atau realita yang terjadi di
lingkungan sekitar.
b. Ikonik yaitu tahap perkembangan siswa memperoleh pengetahuan tidak
secara langsung melalui benda konkrit atau situasi nyata pada lingkungan
sekitar, melainkan melalui visualisasi verbal dan gambar-gambar.
c. Simbolik yaitu tahapan perkembangan siswa memperoleh pengetahuan
melalui symbol bahasa, matematika, logika, dan sebagainya (Suciati dan
Irawan, 2005:34).

Prinsip-prinsip belajar Bruner adalah Makin tinggi tingkat perkembangan


intelektual, makin meningkat pula ketidak tergantungan individu terhadap stimulus
yang diberikan dan teori kognitif Bruner adalah pengembangan dari teori kognitif

8
Jean Piaget dan Bruner lebih menekankan bagaimana individu mengeksplorasi
potensi yang ada pada dirinya.

3. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Ausubel adalah seorang pakar psikologi pendidikan yang teorinya membahas


pada psikologi kognitif, dan dalam teorinya juga ia memberi penekanan kepada
belajar bermakna, serta retensi dan variabel-variabel yang berhubungan dalam
pembelajaran. Belajar menurut Ausubel dapat diklasifikasikan ke dalam dua
dimensi yaitu :

1.) berhubungan dengan cara informasi atau materi pembelajaran yang


disajikan pada siswa, baik melalui ekspository maupun inquiry.
2.) Bagaimana cara siswa dapat mengaitkan data atau informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada, (Romiszowski, 1981).

Sifat dan karakteristik dari teori ini adalah apa yang disebut advance organizers
yang apabila dipakai dapat meningkatkan kemampuan pembelajar untuk
mempelajari informasi baru. Advance organizer ini merupakan kerangka berbentuk
abstraksi atau ringkasan ringkasan dari konsep dasar yang harus dipelajari serta
hubungannya dengan apa yang telah ada dalam struktur kognisi pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, seorang pengajar dapat menerapkan prinsip belajar
bermakna oleh Ausubel, melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1) mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, struktur kognisi)


melalui tes awal, interview, review, pertanyaan dan lainnya.
2) memilih materi, untuk mengatur dan menyajikan konsep-konsep inti,
dimulai dari contoh konkrit dan contoh kontroversial.
3) mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus diketahui dari materi baru
dan menyajikan suatu pandangan menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari.
4) memakai advance organizers; agar pembelajar dapat memahami
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus
pada hubungan yang ada.

9
Untuk itu pengetahuan guru terhadap pembelajaran harus sangat baik,dengan begitu
para guru akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran
,merumuskannya dalam rumusan yang singkat serta mengurutkan materi dalam
struktur yang logis dan mudah dipahami,(Mulyati,2015:80).

4.Teori Perkembangan Kogitif menurut Robert M.Gagne

Menurut Robert M.Gegne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi


dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Salah
satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan informasi
yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang
sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. p (Nurhadi, 2018: 17):

1. Reseptor(alat indera) :menerima rangsangan dari lingkungan dan


mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol informasi
yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
2. Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) :yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan
seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang
masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian
hilang dalam system.
3. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan
untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan
informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpananya juga pendek. Informasi dalammemori ini dapat di
transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke
memori jangka panjang.
4. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan
dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.

10
5. Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi
jawaban

2.3 Perkembangan Kognitif Anak menurut Jean Piaget (0 – dewasa)

Piaget membagai tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap yaitu


tahap sensorimotorik (0-2 tahun), preoperasional (2-7 tahun), operasioanal
kongkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun). Berikut ini
penjelasan tiap tahap perkembangan kognitif menurut Piaget :

a. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)


Ketika tahap perkembangan ini mental anak ditandai dengan pesatnya
perkembangan kemampuan anak untuk mengatur dan mengkoordinasikan
indera gerak dan tindakan fisik. Bayi baru lahir menerima secara aktif
merangsang indra dengan menanggapi rangsangan dengan gerakan refleks.
Contohnya : anak usia 2 tahun sudah dapat membayangkan sebuah benda
yang ia inginkan lalu memperagakan dengan gerak tubuhnya sebelum
mainan itu ada.
b. Tahap Preoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap preoperasional ini konsep-konsep yang stabil dibentuk,
penalaran mental muncul, egosentisme mulai kuat dan kemudian melemah.
Pada tahap preoperasional pemikiran anak masih kacau dan kurang
terorganisir secara baik. Contohnya : anak dapat menggambar sebuah
realitis namun belum sesuai proporsional, seperti menggambar
langit/gunung namun belum sempurna dan belum jelas, tetapi anak itu tahu
bahwa gambar tersebut adalah langit/gunung.
c. Tahap Operasional Kongkit (7-11 tahun)
Anak-anak pada tahap operasional kongkrit sudah mengembangkan pikiran
logis dan mulai mampu memahami operasi sejumlah konsep. Mereka
memahami alam sekitarnya tanpa terlalu mengandalkan informasi yang
bersumber dari panca indra. Mereka mulai mampu membedakan apa yang
tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya juga antara yang bersifat
sementara dengan yang bersifat menetap.

11
Pada tahap ini terdapat proses-proses penting seperti :
1. Pengurutan yaitu kemampuan anak untnuk mengurutkan objek
menurut ukuran, bentuk ataupun ciri lainnya.
2. Klarifikasi yaitu kemampuan anak untuk memberi dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, serta karakteristik gagsan serangkaian benda-benda.
Tidak lagi menggunakan animasi lagi karena sudah tidak lagi
keterbatasan logika.
3. Decentering yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek
permasalahan untuk bisa memecahkannya.
4. Reversibility yaitu kemampuan anak mula memahami bahwa
jumlah atau benda benda dapat diubah.
5. Konservasi yaitu kemampuan memahami kualitas sejumlah benda-
benda.
6. Penghilangan sifat egosentrisme yaitu kemampuan anak untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang lain atau orang lain.
d. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Dari perspektif teori kognitif Piaget, teori ini berpikir masa remaja telah
mencapai tahap berpikir operasional formal, yaitu tahap perkembangan
kognitif dimulai sekitar usia 11 atau 12 dan berlanjut sampai remaja
mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini, anak sudah mulai
berpikir abstrak dan berhipotesis. Anak-anak sekarang bisa memikirkan
sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan juga dapat
berfikir sistematik dan lebih logis untuk memecahkan masalah (Masganti,
2012).

2.4 Perkembangan Kognitif Anak Usia 7-11 Tahun

Menurut teori kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran operasional konkret (concrete operational) (Desmita, 2015:156).
Kondisi dimana nak-anak sudah dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir logis
terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Pada tahapan ini, pemikiran logis
menggantikan pemikiran intuitif (naluri) dengan syarat pemikiran tersebut dapat
diaplikasikan menjadi contoh-contoh ang konkret atau spesifik (John, 2007: 255).

12
Pada tahap operasional konkret, anak memiliki pemahaman yang lebih baik dari
pada anak praoperasional (2-7 tahun) mengenai konsep spasial, sebab-akibat,
pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi serta konsep
angka/matamatik. Adapun pengertian mengenai konsep-konsep tersebut yaitu:

1) Konsep sebab-akibat suatu kemampuan kognitif seorang anak dalam


mengetahui proses terjadinya suatu perubahan dari suatu subjek yang ia
lihat. Misalnya, anak bisa mengetahui bahwa ketika suatu wadah semakin
terisi air maka akan semakin berat jadi anak bisa menyimpulkan bahwa
sebab bertambahnya berat karena air dan anak akan berfikir bahwa air
memiliki berat (Papalia, 2009: 443).
2) Konsep pengelompokan suatu kemampuan kognitif seorang anak dalam
menggolongkan suatu objek yang memiliki kesamaan atau perbedaan jenis,
warna dan ukuran (John, 2011: 188).
3) Konsep penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif yaitu suatu cara
berfikir dengan melihat fakta secara umum kemudian menarik kesimpulan
secara khusus, sedangkan penalaran deduktif sebaliknya. Menurut Piaget,
anak-anak pada tahap operasional konkret hanya menggunakan penalaran
induktif, mulai dari pengamatan mengenai anggota partikultural dari kelas
orang-orang, hewan, objek, atau kejadian, kemudian mereka mengambil
kesimpulan umum mengenai kelas sebagai keseluruhan. Berbeda dengan
anak yang berfikir formal (11 tahun ke atas), mereka akan terlebih dahulu
berfikir secara teoritis, kemudian mengidentifikasi atau mengkalisifikasi,
baru kemudian mencari solusi dan bergerak menyelesaikan masalahnya.
Contoh, jambu berwarna merah memiliki rasa yang manis, anak akan
menyimpulkan itu padahal belum tentu demikian (Monks, 2014: 223).
A. Kemampuan kognitif anak usia tujuh tahun (kelas satu SD/MI)

Pada kemampuan ini dalam konteks pendidikan, mengacu pada teori


Taksonomi Bloom bahwa pada fase ini anak memasuki jenjang yang paling
rendah yaitu C1 (mengingat) dan awal jenjang C2 (memahami). Kata
operasional (verb) pada fase ini seperti menyusun daftar, meningat,
menyebutkan, mengenali, mengelompokan dan membedakan hal bersifat
sederhana (Chairul Anwar, 2017: 207). Faktanya anak juga sudah masuk pada

13
ranak C3 (menerapkan) yang masih dalam level rendah. Sebagai contoh, ketika
belajar membaca anak sudah bisa mengeja bacaan, menyalin tulisan dan
berbicara Bahasa Indonesia serta bertanya ketika sedang belajar. Anak sudah
mampu menyebutkan kembali dari apa yang disebutkan oleh guru, baik berupa
huruf, kata dan kalimat sederhana (Patimah, 2005: 7).

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia baiknya diberikan kosa kata yang sering
digunakan dalam aktifitas sehari-hari karena anak belum bisa diberikan kosa
kata ilmiah yang tinggi atau yang jarang digunakan dalam kesehariannya.
Metode yang digunakan yaitu metode mengeja dan struktur analitis sintesis atau
dikenal dengan istilah metode SAS (Chairul Anwar: 136-137). Kemampuan
matematika sebaiknya menggunakan alat bantu seperti mesin hitung manual,
jari tangan, gambar yang detail dan menggunakan bantuan benda seperti buah,
batu, kertas, dan sebagainya.

B. Perkembangan kognitif anak usia sebelas sampai dua belas tahun


keatas dan implikasinya dalam kegiatan belajar mengajar

Pada usia sebelumnya, anak bisa berfikir logis dan sistematis yang mengacu
terhadap objek empiric (nyata) yang dapat di tangkap oleh indra. Berbeda
dengan fase anak yang berada pda usia 11-12 tahun keatas, anak sudah
memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi (hipotesis) dan sesuatu
bersifat abstrak, fase ini disebut dengan fase operasional formal (Desmita: 195).
Fase ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan konitif menurut Piaget.
Menurut Ginsbrug dan Opper (1988) pada tahap ini, anak dapat berfikir
fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks
(Paul Suparno, 2001: 88).

Pada fase operasional formal, anak sudah menggunakan pemikiran hopotesis-


deduktif yakni mengembangkan hipotesa-hipotesa atau prediksi-prediksi
terbaik, berfikir sistematis dalam menyusun langkah-langkah strategis dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.. Anak mampu berfikir secra kritis, ketika
dihadapkan dengan masalah, anak akan memahami sebab-akibat terlebih
dahulu, baru kemudian menyusun langkah untuk menyelesaikannya. Anak
melihat suatu objek tidak hanya satu dimensi tetapi dengan berbagai dimensi.

14
Daya ingat anak semakin kuat dan sudah bisa berfikir strategis serta menyusun
siasat. Pada fase ini sudah bisa diterapkan model pembelajaran yang terpusat
pada siswa, salah satunya yaitu model pembelajaran inkuiri (Santiasih, 2013).

2.5 Perbandingan Teori Behavioristik dan Teori Kognitif

Proses belajar menurut teori Behaviorisme merupakan suatu mekanisme yang


periferik dan terletak jauh dari otak, sedangkan menurut kognitivisme proses belajar
terjadi secara internal diotak dan meliputi ingatan dan pikiran. Hasil belajar
menurut behaviorisme merupakan kebiasaan dan ditekankan pada adanya urutan
respons yang lancar.Sebaliknya kognitivisme menganggap hasil belajar sebagai
suatu struktur kognitif tertentu.

Menurut teori Behaviorisme, belajar merupakan proses trial and error, dan adanya
unsur-unsur yang sama antara masalah sekarang yang dijumpai dengan apa yang
pernah dijumpai sebelumnya. Sedangkan Kognitivisme, menekankan adanya
pemahaman tentang apa yang dihadapi sekarang dengan yang telah dijumpai
sebelumnya. Para pakar psikologi kognitif melihat situasi belajar erat kaitannya
dengan memori. Memori yang biasanya diartikan ingatan, yakni merupakan fungsi
mental yang menangkap informasi dari stimulus,dan merupakan storage
system,yakni sistem penyimpanan data informasi dan pengetahuan yang terdapat
dalam otak manusia. Dalam diri manusia ada juga yang dikenal dengan struktur
sistem akal yang terdiri dari tiga sub-sistem, antara lain: (1) Sensory register, (2)
Short term memory, dan (3) Long term memory (Bruno, 1987).

Dengan adanya sistem penyimpanan informasi dalam proses belajar ini, maka
pembelajaran diharapkan agar dapat memusatkan perhatian. Karena banyak faktor
yang dapat mempengaruhi perhatian pembelajar. Lindsay dan Norman
menyampaikan tiga aturan umum untuk memperbaiki memory (ingatan). Pertama,
menghafal perlu adanya usaha; hal ini seringkali tidak mudah untuk dipenuhi.
Kedua, materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan
halhal: menguraikan dengan kata-kata sendiri dan menggambarkan dalam
imajinasi; ini mungkin dapat membantu. Ketiga, menghafal atau mengingat

15
memerlukan organisasi materi. Materi dapat dibagi dalam kelompok atau bagian-
bagian kecil kemudian diletakkan kembali bersama-sama dalam pola ingatan yang
berarti (Dahar, 1988).

16
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek
dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relative
konstan/tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Salah satu teori
belajar yang berkembang dan dipakai di dunia pendidikan adalah teori belajar
kognitif. Dalam perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental
seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukan perubahan perilaku.

Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan psikolog untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengolahan informasi yang memungkinakn seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2006 :103).

3.2 Saran

semoga makalah yang berjudul Teori Belajar Kognitif ini dapat menjadi sumber
referensi bagi para pembaca dan juga semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan kita mengenai pengertian Teori Kognitif , jenis-jenis teori kognitif,
dan perbandingan teori Behavioristik dan teori kognitif. sekian makalah ini kami
buat mohon maaf apabila ada kekurangannya. saran dan kritik para pembaca sangat
diharapkan dalam penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Atien Nur chamidah, Deteksi Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,

(Jurnal Pendidikan Khusus, Vol. 5 No. 2, 2009).

Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta:

IRCiSoD, 2017, hlm. 136-137 & 207.

Chaplin, J. P. 1972. Dictionaryof Psycology. New York: Dell Publishing Co. Inc.

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Desmita.(2006).Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Desmita, Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-9, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2015), hlm. 156 & 195.

F. J. Monks, A. M. P. Knoers & Siti Rahayu Adinuto, Psikologi Perkembangan.

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2014) hlm. 223.

Gredler, Margaret & E. Bell. 1986. Learning And Instruction Theory Into

Practice. Mc.Milan Publishing Company. Diterjemahkan oleh Munandir.


1991. Jakarta: Rajawali.

Haryanto dan Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Imam Gunawan & Anggarini Retno Palupi, Taksonomi Bloom – Revisi Ranah

Kognitif : Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran pengajaran, dan


penilaian, (Journal Premiere Educandum : Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, 2012)

John W. Santrock, Perkembangan Anak, terj. Mila Rachmawati dan Anna

18
Kuswanti, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007 & 2011), hlm. 188, 255.

Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Masganti.2012.Perkembangan Peserta Didik.Perdana Publishing: medan.

N.L. Santiasih, A.A.I,N. Marhaeni, & I.N. Tika, Pengaruh Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbingan Terhadap Sikap Ilmiah Anak dan Hasil belajar IPA
Anak Kelas V SD No. 1 Kerobkan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten
Bandung, (Journal Program Pasca Sarjana Universitas Ganesha Program
Studi Pendidikan Dasar, Vol. 3. 2013).

Neiser, Uris. 1976. Cognition and Reality: Principles and Implication of Cognitive

Psycology. San Fransisco: Freman and Company.

Papalia, Old&Feldman, Human Development terj. Briyan Marswendy, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2009) hlm. 443.

Patimah, Efektifitas Metode Pembelajaran Dongeng Dalam Meningkatkan

Kemampuan Literasi Anak Pada Jenjang Usia Sekolah dasar, (Jurnal


Pendidikan Guru MI, Vol. 2, No. 2, 2005), hlm. 7.

Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2001), hlm. 88.

Saam, Zulfan. 2010. Psikologi Pendidikan. Pekanbaru: UR Press.

Shadiq, F & Mustajab, N.A (2011). Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran

Matematika di SD. Kementerian Pendidikan Nasional Badan


Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika Yogyakarta.

Slavin, Robert E. 1994. Educational Psycology: Theory and Practice. America:

The United States of America.

19
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher.

Juwantara, R.A. (2019). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget pada Tahap

Anak Usia Operasional Kongkret 7-12 Tahun dalam Pembelajaran


Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume
9 No 1 (Juni 2019), hal 27-34

Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif serta Implikasinya

Dalam Pembelajaran. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan Dan


Konseling Islami,3(2), 8–16

Picauly, V. E. (2016). Pandangan Jean Piaget dan Jerome Bruner tentang

Pendidikan. Jurnal Pendidikan “Jendela Pengetahuan,” 9(April), 35–47

Sutarto. (2017). Teori Kognatif 5. Islamic Counselling, 1(02), 1–26.

Buto, Z. A. (2010). Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam Nuansa

Pendidikan Modern. Millah, ed(khus), 55–69.

Suciati dan Irawan, P (2005).Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : PAU-PPAI- UT

20
LAMPIRAN

NO NAMA TUGAS

1. Elvia Amna Safira (2213033083) Mencari jurnal, membuat bagian


pembahasan

2. Herma Siska (2213033084) Mencari jurnal, membuat pembahasan

3. Ridho Ananda (2213033086) Mencari jurnal dan membuat


powerpoint

4. Ummul Padillah (2213033087) Mencari jurnal, membuat video


pembelajaran

5. Dwi Anggraini (2213033088) Membuat materi latar belakang dan


rumusan masalah

6. Ketut Sastra Aditya (2253033003) Mencari jurnal, membuat video dan


mengeprint makalah.

21

Anda mungkin juga menyukai