Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Disusun oleh:
(Kelompok 2)

1. Andrie Wijaya (2113023048)


2. Bella Puspita (2113023052)
3. Devina Qori Denila (2113023014)
4. Novita Nur Shabrina (2113023018)
5. Rafifah Putri Az Zahra (2113023034)
6. Rika Afrillia (2113023024)
7. Sania Zena Azaria (2113023058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Teori Belajar Kognitif”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Maman Surahman,
M.Pd. dan Ibu Gamilla Nuri Utami, S.Pd., M.Pd. karena telah membimbing dan
bersedia membagikan ilmunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang selalu
mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain yang turut membantu penyusunan
makalah ini sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang dapat
membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik
lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif ...................................................................3
2.2 Teori Belajar Kognitif menurut Jean Piaget ....................................................3
2.3 Teori Belajar Kognitif Ausubel ......................................................................7
2.4 Teori Belajar Kognitif Bruner ........................................................................8
2.5 Teori Belajar Kognitif menurut Robert M. Gagne.........................................11
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif .......................................12
2.7 Implikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pendidikan ......................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ......................................................................................................15
3.2 Saran ............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu
yang berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan
faktual yang empiris.
Teori kognitif pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean
Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang membicarakan
tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar. Kemudian dilanj
utkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka, Wertheimer
dan sebagainya. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-
prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat
pengalaman sendiri.
Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang
belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai
belajar, sebagaimana dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada
hubungan stimulus-responsreinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan
wujud nyata dari kritik terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf,
sederhana, tidak masuk akal dan sulit dipertanggung jawabkan secara psikologis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
b. Bagaimana pengembangan teori belajar kognitif menurut para ahli?
c. Bagaimana prinsip belajar menurut pandangan teori belajar kognitif?
d. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari teori belajar kognitif?
e. Bagaimana implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran?

1
1.3 Tujuan
a. Memahami dan mengerti apa itu teori belajar kognitif
b. Memahami hakikat belajar menurut teori belajar kognitif
c. Mengetahui kelemahan serta kelebihan teori belajar kognitif
d. Memahami bagaimana penerapan teori belajar kognitif dalam sistem
pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif


Teori belajar hadir dan muncul pada dasarnya disebabkan oleh para ahli
Psikologi belum puas dengan penjelasan teori-teori yang terdahulu tentang belajar.
Salah satu teori belajar yang terkenal yaitu teori belajar kognitif.
Menurut teori belajar kognitif, belajar bukan hanya sekedar melibatkan
hubungan stimulus dan respon, tetapi belajar pada hakekatnya melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks. Belajar adalah usaha mengaitkan pengetahuan baru
ke dalam struktur berfikir yang sudah dimiliki individu, sehingga membentuk
struktur kognitif baru yang lebih mantap sebagai hasil belajar. Teori kognitif juga
beranggapan bahwa, tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu
suatu perbuatan atau tingkah laku individu ditentukan oleh persepsi atau
pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Dalam teori kognitif, belajar pada prinsipnya adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan tingkah laku yang
kongkrit. Di sisi lain, teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa, belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa belajar
menurut teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.

2.2 Teori Belajar Kognitif menurut Jean Piaget


Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu perkembangan system
syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin
kompleks dan memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat. Jean

3
Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927
sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget
menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan
dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara
kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu
/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan
selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang
bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas
anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari
kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan
lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting
dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide
dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif
terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Proses belajar haruslah di sesuaikan dengan perkembagan syaraf seorang anak,
dengan bertambahnya umur maka susunan saraf seorang akan semakin kompleks
dan memungkinkan kemampuannya semakin meningkat. Karena itu proses belajar
seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan
umurnya. Perjenjangan ini bersifat hierarki, yaitu melalui tahap-tahap tertentu
sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu yang diluar
kemampuan kognitifnya. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting
yang menjadi perhatian Piaget yaitu :
a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik,
tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju
pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-
struktur.
b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

4
c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua
fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme
kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik
atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi,
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan
akomodasi.

Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu
asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
a. Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa.
b. Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
c. Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:
a. Sensory-Motor (Sensori-Motor)
Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai
usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif
dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan
terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan
intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe
intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.

5
b. Pre Operational (Praoperasional)
Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah
memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak
tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada
atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak
dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan terhadap eksistensi benda tersebut
berbeda dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi
bergantung pada pengamatan belaka.
c. Concrete Operational (Konkret-Operasional)
Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang
remaja, kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang
disebut sistem of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini
berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu dalam sistem pemikirannya sendiri.
d. Formal Operational (Formal-Operasional)
Dalam perkembangan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau
sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi
masalah keterbatasan pemikiran. Dalam perkembangan kognitif akhir ini
seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara
simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni:
1. Kapasitas menggunakan hipotesis
2. kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap
kualiatas skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh
karenanya, seorang remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses
perkembangan formal operasional secara kognitif dapat dianggap telah mulai
dewasa.

Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran,


adalah:

6
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

Teori belajar Piaget dalam aplikasi praktisnya mementingkan keterlibatan siswa


dalam proses belajar mengajar, karena hanya dengan melibatkan atau mengaktifkan
siswa, maka proses asimilasi dan akoomodasi pengetahuan dapat terjadi dengan
baik. Secara umum pengaplikasian teori piaget dalam kegiatan pembelajaran
biasanya mengikuti pola berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuann instruksional
b. Memilih materi pelajaran
c. Menentukan topic-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa
(dengan bimbingan minimum dari guru).
d. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topic-topik yang
akan dipelajari siswa.
e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa
untuk berdiskusi atau bertanya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

2.3 Teori Belajar Kognitif Ausubel


Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari
diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Ausubel seorang psikologist kognitif, ia mengemukakan
bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya. Sebagai
contoh pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika murid hanya di suruh
menghafal formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya
bisa lebih bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari formula-formula tersebut.

7
Dalam aplikasinya teori Ausubel ini menuntut siswa belajar secara deduktif
(dari umum ke khusus). Secara umum, teori Ausubel ini dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuan intruksional;
b. Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan, dan struktur
kognitifnya melalui tes awal, interview, pertanyaan, dan lain-lain;
c. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-
konsep kunci;
d. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi itu;
e. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari;
f. Membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja disampaikan dengan
uraian yang singkat;
g. Membelajarkan peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang ada dengan memberikan focus pada hubungan yang terjalin antara konsep
yang ada;
h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan” (advance organizer) didefenisikan dan dipresentasikan
dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau
informasi umum mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. Ada tiga manfaat dari “advance organizer” ini, yaitu :
a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang
akan dipelajari;
b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipejari siswa saat ini dan dengan apa yang akan dipelajari;
c. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan secara lebih mudah.

2.4 Teori Belajar Kognitif Bruner


Bruner menusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut
teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika dosen member

8
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori,
defenisi, dan sebagainya), melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Untuk memahami konsep kejujuran misalnya siswa tidak
semata-mata menghafal defenisi kata kejujuran tersebut melainkan dengan
mempelajari contoh-contohnya yang konkret tentang kejujuran dan dari contoh
itulah siswa dibimbing untuk mendefenisikan kata kejujuran.
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar
mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut
pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual
pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril,
yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan,
sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin
keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Teori belajar Bruner ini dalam aplikasinya sangat membebaskan siswa untuk
belajar sendiri. Karena itulah teori Bruner ini dianggap sanagt cenerung bersifat
discovery (belajar dengan cara menemukan). Disamping itu karena teori Bruner ini
banyak menuntut pengulangan-pengulangan maka desain yang berulang-ulang ini
lazim disebut sebagai kurikulum spiral Bruner. Kurikulum piral menuntut guru
untuk member materi pembelajaran setahap-demi setahap dari yang sederhana ke
yang kompleks, dimana suatu materi yang sebelumnyasudah diberikan, suatu saat
muncul kembali, secara terintegrasi, di dalam suatu materi baru yang lebih
kempleks.
Dalam teori belajar, Bruner juga berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah:
a. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru;

9
b. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain;
c. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua
tadi benar atau tidak.

Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar


dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada
empat tema pendidikan yaitu:
a. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan;
b. Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar;
c. Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi;
d. Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan cura untuk memotivasinya.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat


diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam
tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan
dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema
hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan
uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar
terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya
masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak
informasi, motivasi, dan minat siswa.
Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang
mengandung makna adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran
manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental
yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin
bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang
memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak
tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan
yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori belajar
psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat

10
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan
utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta
didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana
fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal
melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat
mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual
oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan
memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui
proses belajar mengajar di kelas. Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang
mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang
diantaranya : Kognitif. Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal),
b. Pemahaman (menginterpretasikan),
c. Aplikasi/penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah),
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep),
e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),
f. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).

2.5 Teori Belajar Kognitif menurut Robert M. Gagne


Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitif adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut (Nurhadi,
2018:17):
a. Reseptor (alat indera): menerima rangsangan dari lingkungan dan
mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol informasi
yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan

11
seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk
sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam
system.
c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan
perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan
maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi
dalam memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan
selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan
yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka
panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja. Response generator
(pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif


Kelebihan Teori Belajar Kognitif adalah sebagai berikut:
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
b. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
c. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan
dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan
kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu
memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
d. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-
materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya
menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan
materi-materi yang telah diberikan.

12
e. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.

Kelemahan teori belajar kognitif:


a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan
khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit
dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
b. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan
peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik,
sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua
peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak
dibeda-bedakan.
c. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik
dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara
peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing
peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
d. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka
dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan.
e. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa
adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam
praktik kegiatan atau materi.
f. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah
diterimanya.

2.7 Implikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pendidikan


Bagi para penganut aliran kognitivisme, pembelajaran dipandang sebagaiupaya
memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan
baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery daninternalisasi
dapat berlangsung secara tepat maka perlu diperhatikan beberapa prinsip
pembelajaran yang perlu sebagai berikut:

13
a. Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajarmerupakan
suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban.
b. Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit sebelum ke hal-hal
yang abstrak.
c. Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi pembelajaranhendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
d. Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa
dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.
e. Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan urutan penyajian
secara logis.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai pengalamannya.
Teori ini meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha dari individu dalam
memaknai pengalaman-pengalamannya yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu,
belajar adalah proses yang melibatkan individu secara aktif. Karena melibatkan
seluruh kemampuan mental secara optimal. Hal ini tercermin dari cara berfikir yang
digunakan individu dalam mengahadapi sebuah situasi, dan hal itulah yang
mempengaruhi cara ia belajar. Dalam teori kognitif proses belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang
mengalir, berkesinambungan, dan menyeluruh.

3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam
oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di
kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan
dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya
kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor
kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif
merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan
belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2020. Transformasi Teori Kognitivisme dalam Belajar dan Pembelajaran.


Jurnal Pendidikan dan Sains, 2, 16–34.

Rasyidin Al. Wahyudin Nur Nasution. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Medan: Perdana Publishing.

Sutarto. 2017. Teori Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Islamic


Counseling, 1(2).

16

Anda mungkin juga menyukai