Kelompok 3 :
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikologi Belajar, dengan judul: “Teori Belajar
Kognitif Piaget”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak, yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.
Subagya, M.Si selaku dosen. Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah mendukung
penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka
dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah.................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Teori belajar kognitif.............................................................................................................3
2.2 Tahap-tahap perkembangan kognitif.....................................................................................4
2.3 Faktor-faktor yang mendukung perkembangan intelektual...................................................6
2.4 Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran..............................................................7
BAB III..........................................................................................................................................10
KESIMPULAN..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau
melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Dalam
pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan.
Teori belajar yang dipopulerkan oleh Jean Piaget dikenal dengan sebutan teori
perkembangan kognitif. Piaget sebagai salah kognitif belajar berdasarkan pada kesannya atas
sikap para peserta didik dalam memaham. dunianya. Mereka memiliki kebutuhan belajar
dalam dirinya, yaitu senantiasa berperan aktif dengan lingkungannya. Interaksi antara diri
dan lingkungannya secara terus-menerus akan menumbuhkan suatu seorang menemukan
pakar psikologi teori mengenai pengetahuan. Piaget mempelajari perkembangan intelegensi
atau kecerdasan individu mulai lahir sampai dewasa.
Proses belajar disesuaikan dengan tahap per kembangan peserta didik yang mungkin ada
perbedaan dasar jenis kelamin atas perbedaan sosial, agar ia dapat mengorganisasikan
perolehannya secara sistematis dalam kerangka berpikirnya untuk kepentingan jangka
panjang. Proses belajar yang tidak memperhatikan tahap perkembangan kognitif justru akan
mencengangkan peserta didik baik laki-laki maupun perempuan.
1
1.3. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan
respons (S-R). Namun, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar lewat
interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri. Teori belajar kognitif memfokuskan
perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu supaya mereka
dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan
faktor utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik,
karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi
kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui proses
pendidikan.
3
Proses mental tersebut pada hakekatnya merupakan perkembangan kemampuan penalaran logis
(development of ability to respon logically). Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental tersebut
jauh lebih penting dari sekedar mengerti. . Proses fundamental yang terjadi dalam interaksi
dengan lingkungan sehingga mempengaruhi perkembangan pola berfikir seseorang meliputi
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data atau informasi baru dengan
struktur kognitif yang ada, akomodasi ialah penyesuaian struktur kognitif yang sudah ada dengan
situasi baru, dan ekuilibrasi ialah penyesuaian secara seimbang, terus-menerus yang dilakukan
antara asimilasi dan akomodasi. Apabila seseorang menerima informasi atau pengalaman baru
maka informasi tersebut akan dimodifikasi hingga sesuai dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitifnya yang harus
disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka proses ini disebut akomodasi. Adaptasi akan
terjadi apa bila telah terjadi keseimbangan dalam struktur kognitif. Proses penyesuaian tersebut
terjadi secara seimbang dan terus-menerus dilakukan secara asimilasi dan akomodasi, itulah yang
disebut ekuilibrasi.
4
untuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan didengar, tetapi belum mampu
memahami secara mental (makna atau hakekat) terhadap apa yang dilakuaknnya tersebut.
c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun).
Pada tahap ini Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang
bersifat konkret. Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang
berbeda. Anak belum mampu berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan
proposisi-proposisi verbal. Pada periode ini bahwa berpikir anak lebih stabil bila
dibandingkan dengan berpikir yang sangat impresionistis dan statis pada anak-anak
pra-operasional. Selama periode ini anak-anak menjadi kurang egosentris dan lebih
sosiosentris dalam berkomunikasi. Mereka berusaha untuk mengerti orang lain dan
mengemukakan perasaan dan gagasan-gagasan mereka kepada teman-temannya.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak dalam proses
berpikir adalah anak memiliki kemampuan berpikir abstrak. Anak dapat berpikir
adolesensi yaitu berpikir hipotetis-deduktif. la dapat merumuskan banyak alternatif
hipotesis dalam menanggapi masalah, dan mengecek data terhadap setiap hipotesis
untuk mendapat keputusan yang layak. Tetapi ia belum mempunyai kemampun
untuk menerima atau menolak hipotesis. Periode ini ditandai berpikir proposisional
yaitu kemampuan mengungkapkan pernyataan-pernyataan konkret dan pernyataan
yang berlawanan dengan fakta. Berpikir kombinatorial, yaitu berpikir meliputi semua
kombinasi, gagasan atau proposisi-proposisi yang mungkin. Berpikir refleksif, artinya
anak mampu berfikir kembali pada operasional mental. Tingkat perkembangan
intelektual anak dalam belajar perlu diamati dimana letak perbedaan dan kesamaan
karakter antara anak laki-laki dan perempuan, dan antara kelas sosial/suku dan lain-
lainnya sehingga guru mampu mengikuti irama perkembangan intelektual tersebut.
Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan, dan setiap tahap tersebut
berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Setiap tahap
ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan
orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Hal ini berarti bahwa semakin
5
bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuan kognitifnya.
a) Kedewasaan (maturation)
Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinator motorik, dan manifestasi fisik
lainnya mempengaruhi perkembangan kognitif. Kedewasaan atau maturasi merupakan
faktor penting dalam perkembangan intelektual ini. Jikalau dapat, maka peran guru
sangat kecil dalam mempengaruhi perkembangan intelektual anak.
6
konstruksi biasanya disebut abstraksi reflektif. Piaget membuat perbedaan penting
antara abstraksi reflektif dan abstraksi empiris. Dalam abstraksi empiris, anak
memperhatikan sifat fisik tertentu dari benda dan tidak mengindahkan hal-hal lain.
Misalnya, waktu ia mengabstraksikan warna dari suatu benda, ia sama sekali tidak
memperhatikan sifat-sifat yang lain, seperti massa dan dari bahan apa benda itu
terbuat. Sebaliknya, abstraksi reflektif melibatkan pembentukan hubungan-hubungan
antara bendabenda. Hubungan itu, seperti konsep "sepuluh" yang telah dikemukakan
di atas, tidak terdapat pada kelereng/telor mana pun, atau di mana saja di alam realita
ini. "Sepuluh" itu hanya terdapat dalam kepala anak yang sedang menghitung kelereng
kelereng itu. Mungkin lebih baik digunakan istilah abstraksi konstruktif daripada
istilah abstraksi reflektif, sebab istilah itu menunjukkan bahwa abstraksi merupakan
suatu konstruksi sungguh-sungguh oleh pikiran.
7
Ada beberapa hal penting yang diambil terkait teori kognitif sebagaimana dikemukakan oleh
Piaget, diantaranya adalah :
8
dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu yang diluar kemampuan
kognitifnya. Tingkat perkembangan peserta didik harus dijadikan dasar pertimbangan
guru dalam menyusun struktur dan urutan mata pelajaran di dalam kurikulum. Hunt
(dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono) mempraktekkan di dalam program
pendidikan TK yang menekankan pada perkembangan sensorimotoris dan
praoperasional. Misalnya: belajar menggambar, mengenal benda, menghitung dan
sebagainya. Seorang guru yang bila tidak memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan
kognitif, maka akan cenderung menyulitkan siswa. Contoh lain, mengajarkan konsep-
konsep abstrak tentang shalat kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya
usaha untuk mengkongkretkan konsep-konsep tersebut tidak hanya sia-sia, tetapi justru
akan lebih membingungkan siswa. Dalam proses pembelajaran juga harus
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Bahasa dan cara berfikir anak
berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru harus
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
9
BAB III
KESIMPULAN
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan
respons (S-R). Namun, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar lewat
interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri. Individu tidak berinteraksi dengan lingkungan
fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya
lingkungan sosialnya berada di antara individu dengan lingkungan fisiknya. Interaksi Individu
dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap
alam. Proses fundamental yang terjadi dalam interaksi dengan lingkungan sehingga
mempengaruhi perkembangan pola berfikir seseorang meliputi asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi. Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat perkembangan intelektual
sebagai berikut: (a) Sensori-motor (0-2 tahun); (b) Pra-operasional (2-7 tahun); (c)
Operasional konkret (7-11 tahun); dan (d) Operasional formal (11 tahun - ke atas). Sedangkan
untuk Faktor-faktor yang mendukung perkembangan intelektual adalah: (1) kedewasaan
(maturation), (2) pengalaman fisik (physical experience), (3) pengalaman logika-matematik
(logico mathematical experience), (4) transmisi sosial (sosial transmission), dan (5) pengaturan
diri (self-regulation). Beberapa Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
sebagaimana dikemukakan oleh Piaget, diantaranya adalah Individu dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri dan Individualisasi dalam pembelajaran
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Shouki, Semut Ibrahim. 2017. Makalah Belajar Dan Pembelajaran-Teori Belajar Kogitif.
https://shoukisemutibrahim.blogspot.com/2017/03/makalah-belajar-dan-pembelajaran-
teori_24.html?m=1 Diakses pada 28 Oktober 2021
12