Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN BUDI


PEKERTI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti
Yang Dibina Oleh : Yuniar mujiwati, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Abdul Khamid (21187205001)
Dwi Amalia (21187205002)
Munadiyatul Khoiroh (21187205003)
Nugroho Dwi Yulianto (21187205034)

UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA


FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti, dengan judul “Psikologi
Perkembangan Dan Pendidikan Budi Pekerti.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuniar Mujiwati, M.Pd
selaku dosen pengampu atas kesempatan yang diberikan. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi
dorongan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Pasuruan, 13 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
2.1 Perkembangan Kognitif Piaget.............................................................................................
2.2 Pola Pendidikan Budi Pekerti...............................................................................................
Pola Pendidikan Budi Pekerti.....................................................................................................
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
3.1 Simpulan...........................................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi perkembangan ini merupakan bagian dari disiplin ilmu psikologi
yang memliki kajian cukup detail. Dalam aspek pskologi ini terdapat aspek
perkembangan baik itu fisik, kososial, spritual, maupun aspek koginitf.
Perkembangan ini dimulai dari kandungan sampai lansia. Dan pada kali ini kita
membahas tentan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Pada
perkembangan kognitif ada banyak sekali perkembangan yang dimulai sejak masa
awal pemikiran masih belum stabil untuk menyesuaikan lingkungan yang bisa
memupuk rasa kenyamana dalam lingkungan. Kognitif adalah kemampuan
berpikir pada manusia. Teori Jean Piaget yang berhubungan dengan kecerdasan
lebih memfokuskan pada terhadap aspek-aspek dalam perkembangan kognitif,
bukan pada suatu perbedaan yang ada diantara individu. Menurut Piaget
kecerdesan setiap orang itu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain
berbeda usia juga berbeda pula kualitas kecerdasan seorang.

Pendidikan budi pekerti suatu bentuk usaha untuk menciptakan sebagai


sosok yang memiliki kepribadian seutuhnya yang dapat dicerminkan melalui kata,
perbuatan, sikap, dan juga pemikirannya. Kepribadian yang seutuhnya dalam hal
ini adalah mendasarkan segala tingkah laku, ucapan, maupun perbuatan pada
nilai-nilai yang ada di agama dan juga didasarkan pada norma-norma luhur yang
sudah ada di bangsa kita terncinta ini. Dalam pendidikan budi pekerti ini terdapat
beberapa pola yang dapat menciptakan anak yang memiliki budi pekerti luhur
yang pola-pola (metode) apa saja yang akan dilakukan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. 2.1 Bagaimana Perkembangan Kognitif ?
1.2.2 Apa saja Pola Pendidikan Budi Pekerti?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami Perkembangan Kognitif
1.3.2 Untuk memahami Pola Pendidikan Budi Pekerti

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman
bagi pembaca tentang gambaran fenomena manusia dan kebudayaannya serta
kedudukan dan fungsi lembaga negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kognitif Piaget


Salah satu teori perkembangan kognitif piaget membahas tentang
bagimana seorang anak menyesuaikan dan mendefinisikan tentang objek kejadian
yang ada disekitarnya. Pada tahap ini anak-anak memahami tentang ciri-ciri serta
fungsi dari objek yang mereka lihat seperti halnya mainan yang dimiliki oleh
anak-anak pada umumnya. Untuk dapat memahami objek perubahan dalam
perkembangan dan persamaan terjadinya perubahan objek dan peristiwa untuk
membentuk perkiraan suatu objek. Suatu objek bisa dikatan dalam sebuah
peristiwa tersebut.
Dalam pandangan Piaget menganggap bahwa seorang anak memiliki peran
aktif dalam meningkatkan pemahamannya tentang realitas. Meskipun cara
berpikir seorang anak mengenai realitas yang terjadi telah dipengaruhi oleh dunia
yang ada di sekitarnya. Tak hanya itu anak juga ikut aktif dalam mendefinisikan
mengenai segala informasi yang diperoleh berdasarkan pengalamannya, dan juga
menyesuaikan antara pengetahuan yang diperoleh dengan persepsinya terhadap
dunianya.
Piaget percaya ini sangat sering dilakukan oleh anak karena proses
perkembangannya sangat berkembang cepat. Menurut piaget, setiap individu pasti
akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat stabl. Selalu tepat
dan tidak melompat dalam suatu piaget itu untuk sesuatu yang selalu didapatkan
dalam suatu bioligis diri untuk menyesuaikan lingkungan. Disertai dengan
struktrur organisasi yang berfikir.
Banyak pola struktur kognitif yang mendasari pola tingkah laku yang
sudah terorganisasikan oleh Piaget skema dan adaptasi dalam lingkungan. Kedua
komponen ini berarti saling berhubungan dengan sistem yang selalu
diorganisasikan dalm bentuk yang sama sehungga memungkinkan individu
beradapsi yang semestinya dilakukan oleh anak dan menyesuaikan terhadap
lingkungannya.
Skema yaitu struktur kognitif yang merupakan proses bagaimana
merespon dengan sangat baik dalam berpikir dapat merespon berbagai
pengalaman. Bisa dikatan skema adalah suatu proses yang sistematis dalamsuatu
tindakan yang sistematis, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang
dihadapi dalam pikiran dalam menghadapi penyesuaian lingkungan.
Skema juga bisa disebutkan dalam biologis yang sangat perlu dipahami
juga untuk beradaptasi pada lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap suatu
pemikiran yang fungsional kognitif. Menurut Piaget, adaptasi istilah sebagai
instruktur yang mempunyai elemen terpenting dala suatu elemen yang di
dalamnya sangat butuh adanya penyesuaian lingkungan agar dapat terciptanya
suatuproses komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi dari sudut pandang biologi adalah integrasi elemen sistem
antara eksternal dan internal. Asimilasi kognitif ini termasuk teori external to fit.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisasikan yang mengadakan capaian
keseimbangan terhadap suatu dengan lingkungan secara terpadu secara bersama-
sama dan saling melengkapi.
Ada empat tahapan yang dilalui manusia yang dimulai dari lahir hinggga
dewasa dalam perkembangan kognitif menurut pendapat Jean Piaget.
Pengetahuan-pengetahuan baru tentang dunianya menjadi tanda bertambahnya
jenjang dalam ditahap-tahap perkembangan kognitif.
2.2.1 Tahap sensorimotor
Menurut Jean Piaget, Bayi yang baru lahir selain mempunyai dorongan
untuk dapat menjelajah dunianya, bayi juga memiliki refleks yang sudah menjadi
bawaannya sejak lahir. Tahapan pertama ini menurut Piaget denagn ditandai
adanya perkembangan pemahaman dan juga kemampuan spatial mengenai enak
sub tahapan, diantaranya:
1. Sub tahapan skema refleks, ini berkaitan dengan refleks yang mulai muncul
pada waktu lahir sampai bayi berusia enam minggu.
2. Sub tahapan fase reaksi sirkular primer, ini berkaitan dengan awal munculnya
kebiasaan yang dilakukan yang dimulai bayi berusia enam minggu sampai empat
bulan.
3. Sub tahapan fase reaksi sirkular skunder, dimulai dengan adanya keselarasan
apa yang dilihat dengan pemaknaanya. Tahapan ini dimulai dari bayi yang berusia
empat bulan sampai bayi berusia sembilan bulan.
4. Sub tahapan koodinasi reaksi sirkular skunder, ini dimulai dengan
berkembangnya kemampuan untuk dapat melihat suatu objek sebagai suatu hal
yang permanen meskipun melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Ditahap
ini dimulai dari bayi berusia sembilan bulan sampai masuk usia belasan bulan.
5. Sub tahapan fase reaksi sirkular tersier, ini berkaitan dengan adanya penemuan
mengenai cara agar dapat mencapai tujuan.dalam tahap ini dimulai bayi berusia
dua belas bulan sampai bayi berusia delapan belas bulan.
6. Sub tahapan awal representasi simbolik, yang berikatan dengan adanya tahap
awal munculnya keterampilan.
2.1.2 Tahapan Praoperasional
Dalam teori Piaget yang dimaksud denga pemikiran (pra) operasi
merupakan prosedur untuk mengambil suatu tindakan mental terhadap objek. Ciri
yang menunjuukan masuk pada tahap ini adalah operasi mental yang mulai jarang
untuk dilakukan dan sudah tidak memadai secara logis. Ditahap ini seorang anak
mulai mengidentifikasi objek dengan menggunakan gambar dan juga kata-kata.
Dan ditahap ini pula pemikiran seorang anak dianggap egosentrisme.
Pada tahap praoperasional ini dari usia dua sampai enam tahun, pada usia
itu anak sudh mulai mengembangkan kecakapan dalam berbahasa. Dan anak usia
ini juga masih menggunakan pikiran dengan menggunakan felling yang mereka
miliki bukan dengan logikanya.
2.1.3 Tahapan Operasional Kongkrit
Ciri yang dimiliki ketika memasuki tahap ini adalah dengan adanya
penggunaan logika yang baik dan sudah memadai. Tahap ini dimulai dari usia
anak enam tahung hinggaa dua belas tahun. Tahapan-tahapan yang penting
dilewati ketika memasuki operasional kongkrit adalah:
Pengurutan, kepiawaian dalam mengurutkan suatu objek yang sesuai dengan
bentuk, ukuuran, maupun ciri-ciri yang lainnya. Misalnya, ketika mereka diberi
sesuatu yang berbeda-beda ukurannya, mereka mampu untuk mengurutkan dari
yang paling besar hingga yang paling kecil.
Klasifikasi, kebolehan mereka dalam memberikan nama dan menjelaskan atau
menyebutkan benda dengan melihat bentuk, tampilannya, ataupun ukurannya.
Logika seorang anak muali berkembang mereka tidak berimajinasi dengan anisme
mereka bahwa semua benda itu hidup dan juga memiliki perasaan.
Decentering, seorang anak dapat memecahkan permasalahan dengan melihat dari
berbagai aspek agar permasalahannya dapat dipecahkan.
Revercibility, anak sudah dapat memahami bahwa beberapa hal itu dapat diubah
dan dikembalikan lagi seperti bentuk awalnya sebelum terjadinya perubahan. Dan
seorang dengan cepat dapat memahami jumlah dengan mementuukan bahwa hasil
2+2 adalah 4 sama halnya dengan 4-2 menjadi 2 kembali pada bentuk semula.
Konservasi, mengerti bahwa panjang, jumlah benda, ataupun kualitas tidak ada
hubungannya dengan pengaturan ataupun indikasi dari objek tersebut.
Penghilangan sifat egosentrisme, anak sudah mampu untuk melihat segala
sesuatu tidak hanya dari sudut pandang dirinnya sendiri tapi juga dari sudut
pandang orang lain.
2.1.4 Tahapan Operasional Formal
Pada tahap ini akan dimulai ketika anak pada usia pubertas (sebelas tahun)
sampai seseorang itu dewasa. Karakteristik yang dimiliki pada tahap ini seseorang
sudah dapat menemukan suatu solusi ketika dihadapkan dengan suatu masalah
meskipun permasalahan tersebut tidak ada objeknya secara nyata. Dan ditahap
dewasa ini segala aspek berkembang, tapi ada pula sebagian orang yang tidak
menyelesaikan tahap ini secara sempurna sehinnga membuat orang tersebut tidak
memiliki kemampuan untuk berpikir selayaknya oarang dewasa pada umumnya.

2.2 Pola Pendidikan Karakter

Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti jalan


atau jalan yang ditempuh. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan, atau cara melakukan atau membuat sesuatu.
Pendidikan karakter bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Implementasinya membutuhkan strategi yang tepat agar mendapatkan
hasil yang diharapkan. Salah satu aspek penting dari strategi ini adalah
metode dan model penyampaiannya. Sebagai seorang guru, Anda harus
cerdas dan kreatif dalam memilih metode dan model yang digunakan
sesuai dengan kondisi siswa.

Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 45-52) ada beberapa metode penyampaian
pendidikan karakter, antara lain:

2.2.1 Metode Demokratis

Metode ini lebih menekankan pada pencarian bebas dan pendalaman nilai-
nilai dalam kehidupan dengan melibatkan anak secara langsung dalam
memutuskan nilai-nilai tersebut dalam pengasuhan dan bimbingan guru. Anak
mendapat kesempatan untuk memberikan jawaban, pendapat dan penilaian
terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bertindak sebagai satu-satunya
pemberi informasi. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam
menemukan nilai kehidupan. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan melalui metode
ini adalah keterbukaan, kejujuran, menghargai pendapat orang lain, sportivitas,
kerendahan hati dan toleransi. dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitar.
Siswa harus menentukan nilai yang terkandung dalam kasus yang mereka amati
dari pukulan.

2.2.2 Metode penelusuran bersama

Metode ini lebih memfokuskan terhadap penelusuran yang


dilakukan bersama sama antara siswa dan guru. Pencarian yang dilakukan
bersama sama ini lebih memfokuskan pada pembahasan masalah nyata
yang muncul di kehidupan masyarakat. Dengan adanya proses pencarian
yang dilakuakn bersama ini diharapkan berkembang pemikiran yang logis,
sistematis, analitis dan argumentatif guna menemukan nilai-nilai
kehidupan dari permasalahan. Dengan metode ini, anak harus mampu
menganalisis, mengkritisi dan mengolah masalah agar dapat mengadopsi
nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupannya.

2.2.3 Pendekatan pembelajar aktif

Pendekatan pembelajar aktif memfokuskan pada suatu proses


dengan melibatkan anak mulai sejak awal adanya pembelajaran. Topik
ditetapkan oleh seorang guru sedangkan anak dalam kelompok
menemukan dan mengembangkan proses. Anak-anak melakukan
observasi, mendiskusikan, dan menyelesaikan proses derivasi kegiatan
yang mereka lakukan. Tujuan dari metode ini adalah merangsang
keterampilan anak, kecermatan, kecintaan pada ilmu pengetahuan,
kerjasama, kejujuran dan semangat untuk juang.

2.2.4 Metode Keteladanan

Ada peribahasa yang mengungkapkan “guru kencing berdiri, murid


kencing berlari”. Bahwa seorang anak akan meniru apa yang dilakukan
guru atau orang tuanya. Lingkungan menjadi tempat untuk belajar
melakukan segala sesuatu. Begitupun dalam dunia pendidikan, segala
sesuatu yang terjadi dihadapan anak tidak menutup kemungkinan anak
akan meniru hal tersebut tanpa mengetahui baik buruknya. Budi pekerti
seorang anak akan terbentuk ketika mereka melihat seseorang yang
memiliki budi pekerti baik yang bisa dijadikan sebagai tauladan. Dengan
demikian seorang guru dapat mejadi suri tauladan bagi siswa dengan
memberi contoh yang jelek kepada siswa. Dan dengan keteladanan
tersebut, siswa dapat diarahkan dan dibimbing untuk mebentuk perangai
yang baik. Kesesuaian antara kata dan perbuatan seorang guru akan amat
berguna bagi siswa. Maka dari itu, kebersihan hati, dan keyakinan hidup
yang dimiliki oleh seorang guru agar dapat dijadikan suri tauladan oleh
para siswanya.

2.2.5 Metode Live In

Ada yang pernah mengatakan bahwasannya “pengalaman adalah


guru yang paling baik”. Ungkapan ini tidaklah salah, apa lagi jika
pengalaman yang dimiliki itu telah menyentuh hati terdalam. Sikap serta
pandangan hidup seseorang dapat berubah tergantung dengan pengalaman
yang mereka peroleh. Metode ini memberi sebuah pengalaman secara
langsung terhadap seorang anak untuk memiliki pengalaman hidup
bersama dengan orang lain dengan situasi yang berbeda dalam kehidupan
anak sehari-hari. Dengan ini anak diharapkan dapat memperoleh nilai-nilai
agar dapat dijadikan pembelajaran dalam menghadapi tntangan
permasalahan yang dihadapinya.

2.2.6 Metode Penjernihan Nilai

Perbedaan dalam penerapan nilai-nilai hidup dan juga pemahaman


dapat ini dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang seseorang,
pengalaman yang dimiliki, dan juga latar belakang dari pendidikan
seseorang. Perbedaan sudut pandang yang ada di masyarakat bisa
membuat seorang anak menjadi bingung. Pembelokan nilai hidup akan
terjadi pada anak jika tidak ada pendampingan atau kebigungan tersebut
tidak dipecahkan secara baik yang dimiliki oleh seorang anak tidak
terselesaikan. Sehingga diperlukan adanya suatu proses untuk
menjernihkan nilai-nilai dengan menggunakan obrolan yang afektif untuk
saling sharing dan juga berdiskusi secara intens antara guru dan juga
siswa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Perkembangan kognitif merupakan prosese-proses perubahan yang terjadi


pada diri manusia untuk mengerti, menyelesaikan masalah, serta mengolah setiap
informasi yang diperoleh. Menurut Jean Piaget ada empat tahapan yang akan
dilewati meliputi: Tahapan sensorimotor, tahapan praoperasional, tahapan
operasional konkrit, dan juga tahapan operasional formal. Dan dalam pola
pendidikan karakter setidaknya terdapat enam metode menurut Paul Supomo
diantaranya adalah: metode demokratis, metode penelusuran bersama, Pendekatan
pembelajar aktif , metode keteladanan, metode live in, metode penjernihan nilai.

3.2 Saran
Dengan mempelajari tentang psikologi perkembangan dan pola pendidikan
budi pekerti kita akan mengetahui apa saja aspek yang ada didalamnya dan
bagaimana tahap-tahap dari perkembangan kognif. Serta kita akan tahu metode
atau pola yang bagaimana yang dapat kita gunakan dalam mebentuk kepribadian
anak sesuai dengan anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai