Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“PROSES PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET DAN


VYGOTSKY”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

Khanachai | 1930104032

Muhammad Hisyam Alfalaq | 1930104039

Nadila Riskandi | 1930104043

DOSEN

Nandie Hayati, M.Psi, Psikolog

JURUSAN PENDIDIKAN (TADRIS) BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR


2020

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena


rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, makalah Psikologi Pendidikan ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti
sunnah beliau.
Makalah Psikologi Pendidikan ini dibuat berdasarkan kepada panduan dan
Garis-garis Besar Program Pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Batusangkar.
Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu
didalam penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimakasih, karena tanpa
arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan, tentunya belum bisa tersaji
kepada para pembaca, walaupun tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.
Akhir kata, sebagai karya Psikologi Pendidikan yang baik tentunya
memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan materi kedepan, untuk itu kami
dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi maksud diatas demi
peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajan ini.

Batusangkar, 07 Oktober 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Teori Perkembangan Kognitif Piaget............................................................2
B. Perspektif Sosiokulturan Vygostky...............................................................5
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap fase atau periode perkembangan pada dasarnya selalu
bertalian erat dengan periode perkembangan yang mendahuluinya. Dan
tujuan yang terkandung dalam setiap perkembangan adalah menjadi
manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri.

Sesuai dengan individualitas anak yang memiliki ciri-ciri atau


karakteristik, Sekalipun terdapat perbedaan perkembangan yang bersifat
individual, kita dapat melihat adanya “hukum” atau cara tertentu bagi
semua perkembangan individu yang sejenis. Istilah hukum diberi tanda
petik karena segala sesuatu yang disebut sebagai hukum dalam psikologo
sebenarnya merupakan kecenderungan atau tendensi (Kartono, 1979)

Secara spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai


kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam
perkembangan. Bisa pula, dikatakan prinsip perkembangan adalah
“patokan generalisai mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa
perkembangan dalam diri manusia”. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan dibahas mengenai perkembangan kognitif yang meliputi Prinsip-
prinsip dasar perkembangan manusia, Peran otak dalam pembelajaran dan
perkembangan, Teori Piaget tentang perkembangan kognitif dan Teori
Vygotsky tentang perkembangan konitif.

B. Rumusan Masalah
1. Teori perkembangan kognitif Piaget.
2. Perspektif sosiokulturan Vygostky.

C. Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar perkembangan manusia, teori-
teori piaget dan Vygotsky mengenai perkembangan kognitif, serta
dapat mengetahui peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan
manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur
kognitif. Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari
tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi
sebelumnya. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap
perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan. (Laura
A. King:152). Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang
bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka.
(Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget
sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini
berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic
mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis
(keturunan). (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang


menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana
anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan,
perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan
teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk
memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan
perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan
peristiwa tersebut.

Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan
diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi
kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya
meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui
sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata,
melainkan hasil interaksi diantara keduanya.

2
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek,
yaitu :

1. Kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf;


2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme
dengan dunianya;
3. Interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan social, dan
4. Ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur
dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu


skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang
teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari
tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi
adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasi.

Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual


anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :

1. Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )


Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak
menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya
untu mengenal obyek.

2. Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )


Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru
atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.

3. Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )


Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak
mampu memecahkan masalah secara logis.

4. Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )


Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis
masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan
penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.

3
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan
proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa
kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat
bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.

Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme


bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic
bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme
melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi
antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme
mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang
ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan
awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang
biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag
untuk Beradaptasi dan Organisasi (tindakan penataan).

Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip


umum teori Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda
dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika itu berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Namum ada juga peneliti yang meributkan
detil-detil penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.

4
B. Perspektif Sosiokulturan Vygostky.
Teori belajar Vgotsky, merupakan pandangan yang mampu
mengakomodasi sociocultural-revolution dalam teori belajar dan
pembelajaran. Lev Vgotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang
harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk
memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada
di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul
tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah
hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang berasal dari
kehidupan sosial atau kelompoknya, bukan dari individu (Budiningsih,
2003: 42-43). Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat
penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan
peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan
perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi
mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar
dan memusatkan perhatian.

Sebagaimana teori perkembangan kognitif milik Piaget, teori


sosiokultural Vygotsky menekankan keterlibatan aktif anak dengan
lingkungan mereka. Tapi, sementara Piaget mendeskripsikan pikiran
tunggal yang mengambil dan menginterpretasikan informasi tentang dunia,
Vygotsky melihat pertumbuhan kognitif sebagai sebuah proses kolaboratif.
Menurut Vygotsky, anak-anak belajar melalui interaksi sosial. Mereka
mendapatkan kemampuan kognitif sebagai bagian dari induksi mereka ke
dalam cara hidup sebuah kelompok. Aktivitas bersama membantu anak
untuk menanamkan cara berpikir dan bersikap agar sesuai dengan yang
dilakukan dan diharapkan oleh masyarakat tempat anak tersebut berada.

Vygotsky meyakini bahwa orang-orang dewasa di masyarakat


mendorong perkembangan kognitif anak secara sengaja dan sistematis.
Orang dewasa secara bersinambungan melibatkan anak-anak dalam
aktivitas-aktivitas yang bermakna dan menantang, dan membantu mereka
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan sukses.Vygotsky
menekankan pentingnya masyarakat dan budaya dalam mendorong
pertumbuhan kognitif sehingga teorinya terkadang disebut sebagai
perspektif sosialkultural (sociocultural perspective). Asumsi-asumsi utama
berikut ini menyajikan rangkuman perspektif ini:

1. Melalui percakapan informal dan sekolah formal, orang-orang dewasa


meyampaikan kepada anak bagaimana kebudayaan mereka

5
menafsirkan dan merespons dunia.Vygotsky mengemukakan bahwa
saat berinteraksi dengan anak-anak, orang-orang dewasa membagikan
makna (meanings) yang mereka lekatkan ke objek, peristiwa dan
secara yang lebih umum.

Percakapan-percakapan informal adalah sebuah metode yang lazim


digunakan orang dewasa untuk menyampaikan cara-cara penafsiran
situasi sesuai budaya yang berlaku.Namun yang lebih penting lagi
adalah pendidikan formal, yang menjadi sarana para guru untuk secara
sistematis menanamkan gagasan-gagasan, konsep-konsep, dan
terminolgi-terminologi yang digunakan dalam beragam disiplin
akademik (Vygotsky, 1962).

Kebudayaan secara spesifik menanakan konsep-konsep, gagasan-


gagasan dan keyakinan-keyakinan yang unik; dengan demikian, anak-
anak yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda akan
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan cara berfikir yang
cenderung berbeda pula. Setidaknya dalam hal perkembangan kognitif,
lebih dari pada yang diajarkan teori Pieget. Sebagai contoh, beberapa
budaya menggunakan beraneka ragam peta-peta jalan, peta jalur kereta
api bawah tanah, peta pusat pembelanjaan dan memperkenalkan anak-
anak secara dini dan berulang-ulang dengan peta-peta tersebut.

2. Setiap kebudayaan menanamkan pangkat-pangkat fisik dan kognitif


yang menjadikan kehidupan sehari-hari semakin produktif dan efisien.
Orang dewasa tidak hanya menyajari anak cara-cara spesifik
menafsirkan pengalaman, tetapi juga sejumlah perangkat (tools)
spesifik yang dapat membantu anak mengatasi bergai tugas dan
permasalahan yang dihadapinya. Sejumlah perangkat (misalnya
gunting, mesin jahit, dan computer) adalah objek-objek fisik. Ada pula
perangkat-perangkat lain (seperti strategi mempelajari buku pelajaran
atau menghitung uang kembalian dalam benak) yang tidal memiliki
landasan fisik apapun.

3. Pikiran dan bahasa menjadi semakin interdependen dalam tahun-tahun


pertama kehidupan. Sebuah perangkat kognitif yang sangat penting
adalah bahasa. Kita sering berpikir menggunakan kata-kata spesifik
yang disediankan bahasa kita sebagai contoh, saat kita berpikir
mengenai hewan peliharaan, pikiran kita berisi kata-kata seperti anjing
dan kucing.

6
Proses berkembangnya aktivitas-aktivitas social menjadi aktivitas-
aktivitas mental internal disebut internalisasi (internalization). Proses
pergerakan dari self-talk ke inner speech sebagaimana baru saja dijelaskan
mengilustrasikan proses ini: seiring waktu, anak perlahan-lahan
menginternalisasikan arahan orang dewasa sehingga pada akhirnya mereka
memberikan arahan kepada diri mereka sendiri. Meski demikian,
camkanlah bahwa anak-anak tidak selalu menginternalisasikan secara tepat
apa yang mereka lihat dan dengar dalam konteks social.

Tidak semua proses mental muncul saat anak berinteraksi dengan


orang dewasa; beberapa proses mental berkembang saat anak berinteraksi
dengan rekan sebahayanya. Sebagai contoh, anak eringkali berdebat
dengan rekan-rekannya mengenai beragam hal cara terbaik melaksanakan
suatu aktivitas, pilihan permainan yang menyenangkan, siapa melakukan
apa-kepada-siapa, dan sebagainya. Pada akhirnya anak mampu
mengiternalisasikan proses berdebat tersebut, yang memupuk kemampuan
memandang suatu situasi dari beberapa sudut yang berbeda oleh diri ereka
sendiri.

Permainan Memugkinkan anak berkembang secara kognitif. Saat


masih duduk di bangku taman kanak-kanak, anak laki-laki. Dalam sebuah
permainan, anak selalu berada dalam usia di atas usianya yang
sesungguhnya, di atas perilakunya sehari-hari; dalam sebuah permainan,
anak seolah-olah lebih tinggi dari tingginya yang sebenarnya. Dengan
demikian permainan bukanlah aktivitas membuang-buang waktu,
melainkan, merupakan suatu wadah pelatihan yang bernilai untuk
menghadapi dunia orang dewasa nantinya.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun prinsip-prinsip perkembangan manusia meliputi (1)
Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (never
ending proces); (2) Semua Aspek Perkembangan Saling
Mempengaruhi; (3) Perkembangan itu Mengikuti Pola Arah Tertentu;
(4) Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan; (5) Setiap
Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas; (6) Setiap Individu yang
Normal Akan Mengalami Tahapan/Fase Perkembangan. Selain itu ada
pua peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan yaitu berperan
dalam proses pembelajaran dan proses belajar.

Adapun teori Piaget tentang perkembangan kognitif yaitu ia


membagi ke dalam beberapa tahapan yaitu Periode sensori-motor ( 0 –
2,0 tahun ), Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun ), Periode
operasional konkret (7,0 – 11,0 tahun ), dan Periode opersional formal
( 11,0 – dewasa ).

Sedangkan teori Vygotsky tentang perkembangan konitif yaitu


meyakini bahwa orang-orang dewasa di masyarakat mendorong
perkembangan kognitif anak secara sengaja dan sistematis. Orang
dewasa secara bersinambungan melibatkan anak-anak dalam aktivitas-
aktivitas yang bermakna dan menantang, dan membantu mereka
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan sukses. Vygotsky
menekankan pentingnya masyarakat dan budaya dalam mendorong
pertumbuhan kognitif sehingga teorinya terkadang disebut sebagai
perspektif sosialkultural (sociocultural perspective).

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan
berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Syamsul Yusuf LN. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung,

Ibda, Fatimah.Perkembangan Kognitif : TeoriJean Piaget. INTELEKTUALITA -


Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru.


Penerbit: Psikologi Press

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/download/10964/7022
(diakses 6 Oktober 2020)

http://eprints.ums.ac.id/49534/2/BAB%20I.pdf (diakses 6 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai